Anda di halaman 1dari 35

Laporan Praktikum

FITOKIMIA I
“REFLUKS”
“Diajukan Untuk Memenuhi Nilai Praktikun Fitokimia I”

OLEH :

KELOMPOK : I (SATU)
KELAS : C – S1 FARMASI 2021
ASISTEN : ZULKARNAIN MARHABA S, Farm

LABORATORIUM FARMASI BAHAN ALAM


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
LEMBAR PENGESAHAN
FITOKIMIA I
“REFLUKS”

OLEH:
KELAS : C-S1 FARMASI 2021
KELOMPOK : I (SATU)

1. MOH. GUNAWAN ABAS (821421114)


2. ALYA SAVITRI DAKO (821421050)
3. JENIFER SAKUL (821421113)
4. SRI AFIFAH MULIANI MOKOAGOW (821421043)
5. ZUL ZAITUN PONGOLIU (821421086)

Gorontalo, Maret 2023


NILAI
Mengetahui,
Asisten

ZULKARNAIN MARHABA S. Farm


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat, taufik
dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad
SAW dan para sahabat dari dulu, sekarang hingga akhir zaman.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang tak terhingga
kepada yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaikan laporan Fitokimia I percobaan “Refluks” karena telah
menyelesaikan laporan yang merupakan tugas dan kewajiban kami sebagai
mahasiswa.
Dalam laporan ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan
kesalahan, “Bahwa tidak ada gading yang tak retak dan bukanlah gading kalau
tidak retak” oleh karena itu dengan segala kerendahan hati mohon kritik dan saran
demi kesempurnaan laporan ini.
Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Gorontalo, Maret 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.3 Tujuan Percobaan .......................................................................... 2
1.4 Manfaat Percobaan ........................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 3
2.1 Dasar Teori .................................................................................... 3
2.2 Uraian Bahan ................................................................................. 19
2.3 Uraian Tanaman ............................................................................ 21
BAB III METODE PRAKTIKUM ........................................................... 27
3.1 Waktu dan Tempat......................................................................... 27
3.2 Alat dan Bahan .............................................................................. 27
3.3 Cara Kerja ...................................................................................... 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................... 29
4.1 Hasil Percobaan ............................................................................. 29
4.2 Pembahasan ................................................................................... 29
BAB V PENUTUP .................................................................................... 30
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 30
5.2 Saran .............................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Farmasi adalah suatu profesi kesehatan yang berhubungan dengan
pembuatan dan distribusi dari produk yang berkhasiat obat, ini meliputi seni dan ilmu
pengetahuandari sumber alam atau sintetik menjadi material atau produk yang cocok
dipakai untuk mencegah, dan mendiagnosa penyakit. Dalam farmasi juga
mempelajari berbagai ilmu terapan, diantaranya adalah matematika, fisika, biologi,
kimia, dan masih banyak cabang ilmu lainnya. Farmasi merupakan suatu profesi
kesehatan yang didalamnya tercakup pula ilmu-ilmu yang mempelajari cara
membuat, mencampur, meracik formuasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan
standarisasi/pembukuan obat serta pengobatan, termasuk pula sifat-sifat obat dan
distribusinya serta penggunaannya yang aman.
Obat adalah zat apa pun yang menyebabkan perubahan fisiologi atau
psikologi organisme saat dikonsumsi. Obat-obatan biasanya dibedakan dari makanan
dan zat yang menyediakan nutrisi. Konsumsi obat dapat dilakukan melalui inhalasi,
injeksi, merokok, ingesti, absorpsi melalui kulit, atau disolusi di bawah lidah. Obat
biasanya terbagi menjadi obat sintesis dan juga obat tradisional.
Obat tradisional merupakan salah satu warisan nenek moyang atau leluhur
yang secara turun temurun dipergunakan dalam proses mencegah, mengurangi,
menghilangkan atau menyembuhkan penyakit, luka dan mental pada manusia atau
hewan. Dalam pembuatannya, obat dapat diformulasi dengan menggunakan bahan
dasar tanaman herbal hasil ekstraksi. Pengetahuan mengenai cara mengekstraksi
tanaman dapat dipelajari melalui ilmu Fitokimia.
Fitokimia atau chemical sama dengan zat kimia atau zat kimia yang terdapat
pada tanaman. Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik
yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan, yaitu tentang struktur kimia, biosintetis,
perubahan dan metabolisme, penyebaran secara alami dan fungsi biologis dari
senyawa organik. Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah

1
segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk
sayuran dan buah-buahan yang terkandung dalam simplisia.
Simplisia adalah bahan alami atau tanaman herbal yang belum mengalami
pengolahan apapun serta merupakan bahan yang telah dikeringkan dan banyak
digunakan sebagai bahan baku industri obat. Dalam pembuatan produk herbal tentu
saja menggunakan tumbuhan atau tanaman sebagai penghasil metabolit sekunder.
Metabolit sekunder yang diproduksi oleh berbagai organisme memang tidak
memiliki peran yang cukup signifikan terhadap keberlangsungan hidup dari
organisme penghasilnya. Namun metabolit sekunder tersebut diketahui memiliki
berbagai aktivitas biologi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Berbagai aktivitas
biologis dari metabolit sekunder antara lain antikanker, antibakteri, antioksidan dan
antifungi.
Pemanfaatan metabolit sekunder yang terdapat dalam tanaman dapat
dilakukan dengan mengkonsumsi langsung tanaman penghasil metabolit sekunder
atau melakukanisolasi terhadap metabolit sekunder yang memiliki aktivitas biologi.
Teknik mengisolasi senyawa metabolit sekunder dari suatu bahan alam dikenal
sebagai ekstraksi. Ekstraksi merupakan salah satu proses pemisahan zat yang
diinginkan dari suatu material tanaman. Metode ekstraksi mengandalkan sifat
kelarutan dari senyawa yang akan diekstrasi terhadap pelarut yang digunakan.
Keberhasilan ekstraksi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga perlu adanya
ketelitian dalam memilih metode ekstraksi yang digunakan untuk mengekstrak
senyawa metabolit sekunder yang diinginkan. Adapun salah satu contoh ekstraksi
yaitu refluks.
Refluks merupakan proses ekstraksi dengan pelarut pada titik didih pelarut
selama waktu dan jumlah pelarut tertentu dengan adanya pendingin balik
(kondensor).
Berdasarkan latar belakang di atas maka dilakukan praktikum ekstraksi panas
menggunakan sampel haksel batang kelor (Moringa oleifera) dengan menggunakan
metode Refluks.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan metode ekstraksi panas “Refluks”?
2. Bagaimana prinsip kerja dari metode ekstraksi panas “Refluks”?
1.3 Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan metode ekstraksi panas
“Refluks”
2. Untuk mengetahui prinsip kerja dari metode ekstraksi panas “Refluks”
1.4 Manfaat Percobaan
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan metode
ekstraksi panas “Refluks”
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana prinsip kerja dari metode
ekstraksi panas “Refluks”

3
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang
telah dikeringkan (Saifudin et al, 2011).
Simplisia telah lama dikenal masyarakat sebagai bahan dasar obat tradisional
yang bermanfaat untuk mengobati suatu penyakit tanpa menimbulkan efek samping
apapun. Agar dapat bermanfaat dengan optimal simplisia harus memenuhi syarat
sebagai simplisia yang aman, berkhasiat dan bermutu baik. Simplisia yang aman dan
berkhasiat adalah simplisia yang tidak mengandung bahaya bagi kesehatan serta
simplisia yang masih mengandung bahan aktif yang berkhasiat bagi kesehatan. Jenis
simplisia sangat beragam, terutama simplisia jenis tumbuhan. Simplisia jenis
tumbuhan merupakan simplisia yang diambil dari bagian tumbuhan yang dapat
dimanfaatkan seperti daun, bunga, buah, biji, rimpang, batang dan akar (Herawati
dkk, 2012).
Simplisia yang aman dan berkhasiat adalah simplisia yang tidak mengandung
bahaya kimia, mikrobiologis, dan bahaya fisik, serta mengandung zataktif yang
berkhasiat. Cirisimplisia yang baik adalah dalam kondisi kering (kadar air < 10%),
untuk simplisia daun, bila diremas bergemerisik dan berubah menjadi serpihan,
simplisia bunga bila diremas bergemerisik dan berubah menjadi serpihan atau mudah
dipatahkan, dan simplisia buah dan rimpang (irisan) bila diremas mudah dipatahkan.
Ciri lain simplisia yang baik adalah tidak berjamur, dan berbau khas menyerupai
bahan segarnya (Herawati, Nuraida, Sumarto, 2012).
Proses pemanenan dan preparasi simplisia merupakan proses yang dapat
menentukan mutu simplisia dalam berbagai artian, yaitu komposisi senyawa
kandungan, kontaminasi, dan stabilitas bahan. Namun demikian, simplisia sebagai

4
produk olahan, variasi senyawa kandungan dapat diperkecil, diatur dan diajegkan.
Hal ini karena penerapan iptek pertanian pascapanen yang terstandar (Kar, 2013).
2.1.2 Ekstrak dan ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari
simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau
hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Sebagian besar ekstrak
dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara perkolasi. Perkolat biasanya
dipekatkan dengan destilasi dengan pengurangan tekanan, agar bahan utama obat
sesedikit mungkin terkena panas (Depkes RI, 2014).
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan penyari
simplisia menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung.
Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk (Depkes RI, 2008, disitasi oleh
Anggraini, 2017).
Berdasarkan literatur lain, ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh
dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian hampir semua pelarut diuapkan dan
massa atau serbuk yang terisi diperlakukan sehingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (Istiqomah, 2013).
Proses ekstraksi pada dasarnya adalah proses perpindahan massa dari
komponen zat padat yang terdapat pada simplisia ke dalam pelarut organik yang
digunakan. Pelarut organik akan menembus dinding sel dan selanjutnya akan masuk
ke dalam rongga sel tumbuhan yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan terlarut
dalam pelarut organik pada bagian luar sel untuk selanjutnya berdifusi masuk ke
dalam pelarut. Proses ini terus berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi zat
aktif antara di dalam sel dengan konsentrasi zat aktif di luar sel (Marjoni, 2016).
Ekstraksi dapat dilakukan dengan berbagai metode dan cara yang sesuai
dengan sifat dan tujuan ekstraksi itu sendiri. Sampel yang akan diekstraksi dapat
berbentuk sampel segar ataupun sampel yang telah dikeringkan. Sampel yang umum

5
digunakan adalah sampel segar karena penetrasi pelarut akan berlangsung lebih cepat.
Selain itu penggunaan sampel segar dapat mengurangi kemungkinan terbentuknya
polimer resin atau artefak lain yang dapat terbentuk selama proses pengeringan.
Penggunaan sampel kering juga memiliki kelebihan yaitu dapat mengurangi kadar air
yang terdapat di dalam sampel, sehingga dapat mencegah kemungkinan rusaknya
senyawa akibat aktivitas antimikroba (Marjoni, 2016).
Menurut Marjoni (2016), beberapa istilah umum yang berkaitan dengan
proses ekstraksi diantaranya :
1. Menstrum, pelarut atau campuran pelarut yang digunakan dalam proses
ekstraksi
2. Rafinat, sisa dari suatu proses ekstraksi.
3. Artefak, zat lain yang diperoleh selain zat yang terkandung di dalam sampel.
2.1.3 Tujuan ekstraksi
Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik semua zat aktif dan komponen
kimia yang terdapat dalam simplisia. Dalam menentukan tujuan dari suatu proses
ekstraksi, perlu diperhatikan beberapa kondisi dan pertimbangan berikut ini menurut
Marjoni (2016) adalah sebagai berikut:
a. Senyawa kimia yang telah memiliki identitas
Untuk senyawa kimia telah memiliki identitas, maka proses ekstraksi dapat
dilakukan dengan cara mengikuti prosedur yang telah dipublikasikan atau dapat juga
dilakukan sedikit modifikasi untuk mengembangkan proses ekstraksi.
b. Mengandung kelompok senyawa kimia tertentu
Dalam hal ini, ekstraksi bertujuan untuk menemukan kelompok senyawa
kimia metabolit sekunder tertentu dalam simplisia seperti alkaloid, flavonoid dan
lain-lain. Metode umum yang dapat digunakan adalah studi pustaka dan untuk
kepastian hasil yang diperoleh, ekstrak diuji lebih lanjut secara kimia atau analisa
kromatografi yang sesuai untuk kelompok senyawa kimia yang dituju.
c. Organisme (tanaman atau hewan)

6
Penggunaan simplisia dalam pengobatan tradisional biasanya dibuat dengan
cara mendidihkan atau menyeduh simplisia tersebut dalam air. Dalam hal ini, proses
ekstraksi yang dilakukan secara tradisional tersebut harus ditiru dan dikerjakan
sedekat mungkin, apalagi jika ekstrak tersebut akan dilakukan kajian ilmiah lebih
lanjut terutama dalam hal validasi penggunaan obat tradisional.
d. Penemuan senyawa baru
Untuk isolasi senyawa kimia baru yang belum diketahui sifatnya dan belum
pernah ditentukan sebelumnya dengan metoda apapun maka, metoda ekstraksi dapat
dipilih secara random atau dapat juga dipilih berdasarkan penggunaan tradisional
untuk mengetahui adanya senyawa kimia yang memiliki aktivitas biologi khusus.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan ekstraksi: (Marjoni,
2016)
a. Jumlah simplisia yang akan diekstrak
Jumlah simplisia yang akan diekstrak sangat erat kaitannya dengan jumlah
pelarut yang akan digunakan. Semakin banyak simplisia yang digunakan, maka
jumlah pelarut yang digunakan juga semakin banyak.
b. Derajat kehalusan simplisia
Semakin halus suatu simplisia, maka luas kontak permukaan dengan pelarut
juga akan semakin besar sehingga proses ekstraksi akan dapat berjalan lebih optimal.
c. Jenis pelarut yang digunakan
Dalam ekstraksi pemilihan pelarut yang digunakan dalam ekstraksi sangat
dipengaruhi oleh kepolaran dari pelarut itu sendiri. Senyawa dengan kepolaran yang
sama akan lebih mudah larut dalam pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang
sama pula (like dissolves like)
d. Waktu ekstraksi Waktu yang digunakan selama proses ekstraksi akan sangat
menentukan banyaknya senyawa-senyawa yang terekstrak.
e. Metode ekstraksi
Berbagai metode ekstraksi dapat digunakan untuk menarik senyawa kimia
dari simplisia.

7
f. Kondisi proses ekstraksi
Beberapa proses ekstraksi memerlukan keadaan dan kondisi tertentu. Bahan
alam yang mengandung senyawa kumarin dan kuinon umumnya dilakukan pada
kondisi terlindung dari cahaya. Proses ekstraksi skala industri misalnya dilakukan
secara kontiniu, sedangkan pada skala laboratorium, ekstraksi dapat dilakukan baik
dengan pengadukan ataupun tanpa pengadukan.
2.1.3 Refluks
Refluks, salah satu metode dalam ilmu kimia untuk men-sintesis suatu
senyawa, baik organik maupun anorganik. Umumnya digunakan untuk mensistesis
senyawa-senyawa yang mudah menguapa atau volatile. Pada kondisi ini jika
dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan menguap sebelum reaksi berjalan
sampai selesai. Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan
akan menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga
pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun
lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi
berlangsung (ivani k et al, 2018).
Metode refluks adalah metode ekstraksi komponen dengan cara mendidihkan
campuran antara contoh dan pelarut yang sesuai pada suhu dan waktu tertentu. Serta
uap yang terbentuk diembunkan dalam kondensor agar kembali ke labu reaksi. Pada
umumnya metode refluks digunakan untuk ekstraksi bahan-bahan yang sulit
dipisahkan. Pada kondisi ini jika dilakukan pemanasan biasa maka pelarut akan
menguap sebelum reaksi berjalan sampai selesai (Asa anisa et al, 2018).
Prinsip dari metode refluks adalah Penarikan komponen kimia yang dilakukan
dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama- sama dengan
cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor
bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu
alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian
seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna,
penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh

8
dikumpulkan dan dipekatkan. Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk
mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan
langsung. Sedangkan kerugian metode ini adalah membutuhkan volume total pelarut
yang besar dan sejumlah manipulasi dari operator (Asa anisa et al, 2018).
Menurut Nurasia (2016), Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada
temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan dalam jumlah pelarut terbatas
yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Refluks merupakan proses
ekstraksi dengan pelarut pada titik didih pelarut selama waktu dan jumlah pelarut
tertentu dengan adanya pendingin balik (kondensor). Proses ini umumnya dilakukan
3-5 kali pengulangan pada residu pertama, sehingga termasuk proses ekstraksi yang
cukup sempurna (Agustini, 2018).
Refluks yaitu ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama
waktu tertentu dengan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dan adanya
pendingin balik. Ekstraksi dapat berlangsung dengan efisien dan senyawa dalam
sampel secara lebih efektif dapat ditarik oleh pelarut.
Menurut Mohan et al (2013), Keuntungan menggunakan teknik ini adalah
membutuhkan alat yang sederhana dengan biaya murah dan waktu ektraksi yang
diperlukan lebih cepat dibandingkan dengan ekstraksi menggunakan maserasi dengan
perolehan kembali yang tinggi. Sedangkan kerugiannya adalah sulitnya mencapai
ekstraksi yang sempurna meskipun penggunaan pelarut yang cukup banyak dan
sering kali melarutkan oligomer yang lebih rendah. Metode ini juga hanya dapat
dilakukan pada senyawa yang tahan terhadap pemanasan.

9
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Batang Kelor (Moringa oleifera Lamk)
a. Klasifikasi tanaman kelor

Gambar 2.2.1
Tanaman kelor
(Moringa oleifera Lamk)

Klasifikasi tanaman kelor atau Moringa oleifera menurut (Krisnadi, 2015)


adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Brassicales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa oleifera L.
b. Morfologi tanaman kelor
Kelor (Moringa oleifera Lamk.) merupakan tanaman yang berasal dari dataran
sepanjang sub Himalaya yaitu India, Pakistan, Bangladesh, dan Afghanistan. Kelor
termasuk jenis tumbuhan perdu berumur panjang berupa semak atau pohon dengan
ketinggian 7-12 meter. Batangnya berkayu (lignosus), tegak, berwarna putih kotor,

10
berkulit tipis dan mudah patah. Cabangnya jarang dengan arah percabangan tegak
atau miring serta cenderung tumbuh lurus dan memanjang (Tilong, 2012).
Daun kelor berbentuk bulat telur, bersirip tak sempurna, beranak daun gasal,
tersususun majemuk dalam satu tangkai, dan hanya sebesar ujung jari. Helaian daun
kelor berwarna hijau, ujung daun tumpul, pangkal daun membulat, tepi daun rata,
susunan pertulangan menyirip serta memiliki ukuran 1-2 cm (Yulianti, 2008). Bunga
kelor muncul di ketiak daun, beraroma khas dan berwarna putih kekuning-kuningan.
Buah kelor berbentuk segitiga, dengan panjang sekitar 20-60 cm dan berwarna hijau.
Kelor berakar tunggang, berwarna putih, berbentuk seperti lobak, berbau tajam dan
berasa pedas (Tilong, 2012)
c. Kandungan senyawa tanaman kelor
Menurut hasil penelitian, daun kelor ternyata mengandung vitamin A, vitamin
C, vitamin B, kalsium, kalium, besi dan protein dalam jumlah sangat tinggi yang
mudah dicerna dan diasimilasi oleh tubuh manusia (Radiyanthi, 2015). Daun Moringa
oleifera L memiliki kandungan kalsium yang lebih banyak daripada susu, lebih
banyak zat besi daripada bayam, lebih banyak protein daripada telur dan lebih banyak
kalium daripada pisang. Zat lain yang sudah diidentifikasi dalam daun kelor antara
lain: senyawa polifenol (asam galat, asam klorogenat, asam elegat, asam ferulat,
kuersetin, kaempferol, proantosianidin dan vanilin), vitamin E, β-karoten, zink dan
selenium (Rahman, 2015).
d. Manfaat tanaman kelor
Tanaman Moringa oleifera membentuk dasar untuk beberapa program gizi di
banyak negara miskin oleh organisasi amal, mengingat bahwa daun Moringa oleifera
kaya akan nutrisi penting. Daun kelor telah digunakan untuk memerangi kekurangan
gizi, terutama pada bayi dan ibu menyusui. (Fuglie, 2005). Vitamin dan Mineral yang
diperlukan untuk membangun segala sesuatu dari tubuh kita untuk pembekuan darah
dan produksi energi. Sebagian besar vitamin dan semua mineral sangat penting.
Vitamin A pada kandungan daun kelor bermanfaat untuk menjaga kesehatan mata.

11
Daun kelor (Moringa oleifera) ternyata sangat kaya akan kandungan vitamin
A dibandingkan wortel (Mishra dkk., 2012). Pemanfaatan konsumsi daun keloroleh
berbagai komunitas, dikonsumsi baik segar maupun kering. Daun kering dapat
disimpan untuk waktu yang lama dan dapat digunakan secara teratur. Banyak
perusahaan di seluruh dunia yang memproduksi berbagai produk daun Moringa
seperti moringa tea, moringa tablets, moringa capsules, moringa leaf powder,
moringa soaps dan moringa face wash. Beberapa minuman juga tersedia di pasar
yang disiapkan oleh daun kelor. Jadi perlu 8 pengeringan dan pemrosesan daun kelor
secara higienis penggunaan lebih lanjut. Dalam proposal ini kami telah menjelaskan
pengolahan daun kelor segar menjadi bentuk kering untuk tujuan konsumsi (Mishra
dkk., 2012).
2.3 Uraian Bahan
2.3.1 Etanol (Dirjen POM,1979; Pubchem,2021)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Alkohol, Etanol, Etilalkohol, Methanol,
Etanol
Rumus Molekul : C2H5OH
Berat Molekul : 46,07 g/mol
Rumus Struktur :

CH3 OH
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap
dan mudah bergerak; bau khas;rasa panas.
Muda terbakar dengan memberikan nyala biru
yang tidak berasap
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya

12
Kegunaan : Pensteril alat laboratorium, pelarut, dan
Penstabil
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam eter P
dan dalam kloroform P
2.3.2 Metanol (Dirjen POM,2014)
Nama Resmi : METANOL
NamaLain : Metanol, metilalkohol
Rumus Molekul : CH3OH
Berat Molekul : 32,04 g/mol
Rumus Struktur :

H3C OH

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, baukhas


Kelarutan : Bercampur dengan air, membentuk cairan
jernih tidak berwarna
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

13
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum ini mengenai Refluks dilaksanakan pada tanggal 18 maret 2023
pukul 07.00-10.00 Wita. Pelaksanaan praktikum bertempat di Laboratorium Bahan
Alam Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas
Negeri Gorontalo.
3.2 Alat Dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan pada saat praktikum antara lain alat refluks,
botol kecap, corong, gelas ukur, gunting, labu a;as, kain saring, kelereng, neraca
ohaus, dan penangas.
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada saat praktikum antara lain air,
alkohol 70%, aluminium foil, es batu, label, lakban, metanol, pewarna, sampel haksel
batang kelor (Moringa oleifera lamk), dan tisu.
3.3 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dibersihkan alat menggunakan alkohol 70%
3. Ditimbang sampel haksel sebanyak 30 gr
4. Diukur pelarut metanol 300 mL
5. Dimasukkan sampel kedalam labu alas yang sebelumnya sudah dmasukkan
kelereng
6. Ditambahkan pelarut kedalam labu alas bulat
7. Dipasang labu alas bulat dengan alat refluks
8. Dilakukan ekstraksi sampel hingga 30 menit
9. Dimasukkan hasil ekstraksi yang telah disaring kedalam botol
10. Disimpan hasil ekstraksi

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil
Sampel
Sebelum Sesudah

Batang Kelor
(Moringa
oleifera L)

4.2 Pembahasan
Pada praktikum fitokimia kali ini dilakukan percobaan refluks. Tujuan dari
praktikum ini, yaitu untuk dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan ekstraksi
panas, mengetahui jenis-jenis ekstraksi panas, mengetahui prinsip kerja dari ekstaksi
panas terutama refluks. Menurut Susanty (2016), refluks yaitu ekstraksi dengan
pelarut pada temperatur didihnya, selama waktu tertentu dengan jumlah pelarut
terbatas yang relatif konstan dan adanya pendingin balik, ekstraksi dapat berlangsung
dengan efisien dan senyawa dalam sampel secara lebih efektif dapat ditarik oleh
pelarut.
Refluks merupakan salah satu metode ekstraksi panas yaitu metode ekstraksi
dengan adanya bantuan pemanasan. Metode refluks digunakan untuk mengekstrak
sampel yang relatif tahan panas. Metode ini dilakukan dengan cara menggodok
sampel dalam suatu pelarut yang diletakan dalam wadah dan dilengkapi dengan
kondensor dengan jangka waktu lebih cepat, biasanya 3–7 jam. Kelebihan metode ini
adalah waktunya lebih singkat, terjadi kontak langsung dengan pelarut secara terus
menerus, dan pelarut yang digunakan lebih sedikit sehingga efektif dan efisien
(Kiswandono, 2011)

15
Pada praktikum kali ini alat-alat yang digunakan yaitu, alat refluks, gelas
kimia, gelas ukur, kain saring, loyang, neraca ohause dan toples kaca. Adapun bahan
yang digunakan saat praktikum yaitu, alkohol 70%, aquadest, aluminium foil,
benang, es batu, label, lakban hitam, metanol, pewarna makanan, sampel batang kelor
(Moringa Oleifera)
Langkah pertama yang dilakukan sebelum masuk ke tahap kerja adalah
menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu, kemudian membersihkan alat dengan
alkohol 70%. Penggunaan alkohol 70% dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme hal ini sejalan dengan pendapat Jojok (2016), alkohol 70% mampu
menurunkan angka kuman pada alat kedokteran gigi dan mempercepat proses
pembersihan alat dari mikroorganisme. Ditimbang sampel batang kelor (Moringa
oleifera) menggunakan neraca ohaous. Menurut Muidah (2016), neraca Ohaus yaitu
untuk mengukur massa suatu benda (logam) pada praktek di laboratorium, kapasitas
sebannyak 311gram dan batas ketelitian neraca mekanik 0,1 gram.
Diukur pelarut metanol sebanyak 300-500 mL, Menurut Salamah dan
widyasari (2015), Metanol merupakan senyawa polar yang disebut sebagai pelarut
universal sehingga dapat menarik sebagian besar senyawa yang bersifat polar dan non
polar pada bahan. Kemudian dimasukkan kelereng dalam labu alas bulat, menurut
Iswati (2014), fungsi penambahan batu didih yaitu untuk meratakan panas sehingga
panas menjadi homogen pada seluruh bagian larutan dan untuk menghindari titik
lewat didih.
Setelah itu dirangkai alat refluks. Menurut Sartika (2014), merangkai alat
merupakan hal yang penting karena merangkai dengan keterampilan yang baik dan
benar maka dapat mencegah terjadinya kerusakan alat. Pada rangkaian refluks ini
terjadi empat proses, yaitu proses heating, evaporating, kondensasi dan cooling.
Heating terjadi pada saat feed dipanaskan di labu didih, evaporating (penguapan)
terjadi ketika feed mencapai titik didih dan berubah fase menjadi uap yang kemudian
uap tersebut masuk ke kondensor dalam. Cooling terjadi di dalam ember, di dalam
ember kita masukkan batu es dan air sehingga ketika kita menghidupkan pompa, air

16
dingin akan mengalir dari bawah menuju kondensor luar. Hal ini berdasarkan Sartika
(2014) bahwa, air harus dialirkan dari bawah kondensor bukan dari atas alasannya
adalah agar tidak ada turbulensi udara yang menghalangi dan agar air terisi penuh
Dilakukan proses ekstraksi selama 1 jam, menurut nurul (2010) refluksi
merupakan ekstraksi dengan pelarut yang dilakukan pada titik didih pelarut tersebut,
selama waktu tertentu dan sejumlah palarut tertentu tertentu dengan adanya
pendinginan balik (kondensor). Umumnya dilakukan tiga kali sampai lima kali
pengulangan proses pada residu pertama agar proses ekstraksinya sempurna. Proses
ini umumnya dilakukan selama 1 jam. Kemudian didapatkan hasil ekstrak sebanyak
150 ml dengan berat warna yang kuning kehijauan.
Adapun kemungkinan kesalahan yaitu kurang meratanya pemanasan akibat
penggunaan batu didih digantikan dengan kelereng. Adapun kemungkinan kesalahan
lainnya yaitu lama mengektraksi yang terbatas sehingga ekstrak yang didapatkan
kurang maksimal.

17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah:
1. Refluks merupakan proses ekstraksi dengan pelarut pada titik didih pelarut
selama waktu dan jumlah pelarut tertentu dengan adanya pendingin balik
(kondensor)
2. Prinsip dari metode refluks adalah pelarut volatil yang digunakan akan
menguap pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor
sehingga pelarut yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada
kondensor dan turun lagi ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap
ada selama reaksi berlangsung. Sedangkan aliran gas N2 diberikan agar tidak
ada uap air atau gas oksigen yang masuk terutama pada senyawa organologam
untuk sintesis senyawa anorganik karena sifatnya reaktif. Adapun hasil yang
kami peroleh dari percobaan ini yaitu mendapatkan ekstrak cair berwarna
kecoklatan.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Untuk Jurusan
Agar kiranya dari pihak jurusan dapat meningkatkan fasilitas-fasilitas yang
ada
pada laboratorium yang digunakan.
5.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Agar kiranya dapat meningkatkan kelengkapan-kelengkapan yang ada dalam
laboratorium, agar para praktikan dapt lebih mudah, cepat, dan lancar dalam
melakukan suatu percobaan.
5.2.3 Saran Untuk Asisten
Kami mengharapkan agar kiranya dapat terjadi kerjasama yang lebih baik lagi
antar asisten dan praktikan saat berada di laboratorium maupun diluar
laboratorium.

18
5.2.4 Saran Untuk Praktikan
Kami berharap agar kiranya kepada semua praktikan dapat menyimak baik
saat asisten memberikan arahan agar mempermudah dalam menyelesaikan
praktikum.

19
DAFTAR PUSTAKA

Akuthota, V., Ferreiro, A., Moore, T., dan Fredericson, M. (2008). Core
Stability Exercise Principles. Current Sports Medicine Reports,
7(1), 39-44.

Asra & Prasetyo. (2015). Pengambilan Sampel Dalam Penelitian Survei.


Jakarta : Rajawali Pers.

A. Bawa Putra, N. W. Bogoriani, N. P. Diantariani, dan N. L. U. S. (2014).


Ekstrasi zat warna alam dari bonggol tanaman pisang,(Musa
paradiasiaca,l)133-199.

Danugroho, E.S. & Widyaningrum, N.R. (2014). Aktifitas Analgetik Infusa


Daun Kersen (Muntingia calabura L.) pada Mencit Jantan Ras
Swiss. Indonesian Journal On Medical Science. Vol. 1. No. 2.

Ditjen POM .1995.Farmakope Indonesia Edisi V (2014). Jakarta


:Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2014.

Fajjriyah, Noor. (2017). Kiat Sukses Budidaya Bawang Merah. Yogyakarta


: Bio Genesis, 2017.

Firman faros .(2016). Perbandingan Metode Maserasi, Remaserasi,


Perkolasi dan Reperkolasi dalam PembuatanEkstrak Pegagan.
Pusat Teknologi Farmasi dan Medika. Serpong. Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta:


Departemen Kesehatan RI. Hal. 32-33.

Firmansyah, Herman & Nurdiansyah, Diana. (2017). Studi penerapan


HACCP Pada pengolahan,sari buah jeruk siam.jurnal standarisasi.

Gresby, Aknesia. (2014). “Pemanfaatan Filtrat Daun Jati Muda (Tectona


grandis) sebagai Bahan Pewarna Alternatif Pembuatan Preparat
Maserasi Batang Cincau Rambat (Cyclea barbata)”. Skripsi.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Malang

Lai, E. R. (2011). Simulasi Laboratorium Virtual pada Materi HPLC untuk


Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir
Kritis Mahasiswa Kimia mengenasi proses maserasi. Tesis
Magister Pendidikan pada SPs UPI Bandung:

Marjoni R. (2016). Dasar-Dasar Fitokimia Untuk Diploma III Farmasi.


Jakarta: Trans Info Media;

Mirna, (2010). Jenis Paku Indonesia. Artikel identifikasi tumbuhan. www.


Center of plant.com

Mukhriani, (2014), Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi


Senyawa Aktif, 25 Jurnal Kesehatan, 7(2) Nayak B.S., Dinda S.C.
and Ellaiah P., 2013, Evaluation of Diuretic Activity of Gmelina
arborea ROXB. Fruit Extracts, Asian Journal of Pharmaceutical and
Clinical Research, 6 (1), 111–113.

Puspitasari, A. D., & Wulandari, R. L. (2017). Antioxidant activity,


determination of total phenolic and flavonoid content of Muntingia
calabura L. extracts . Pharmaciana, 147-158.

R. Supomo dan Eti Nurhayati. (2018). Pemanfaatan Ekstrak Kulit Kayu


Akasia (Acaciaauriculiformis) Sebagai Bahan Pengawet Telur dan
Pengaruhnya Terhadap Kualitas dan Daya Simpan Telur. Jurnal
Teknologi Pertanian 3(2) : 58-62.

Rosandari, T., M. Thayyib dan Krisdiawati, (2011). Variasi Penambahan


Gula dan Lama Inkubasi pada Proses Fermentasi Cider Kersen
(Muntingia Calabura L). http://portal.kopertis3.or.id//. [Diakses
pada tanggal 23 November 2017].

Rowe, R.C. et Al. (2006). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 5th Ed,


The Pharmaceutical Press, London.

Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6th


Ed, The Pharmaceutical Press, London.

Saifuddin, A. (2014). Ekstraksi Tanin dari Kluwak (Pangium edule R.)


menggunakan Pelarut Etanol dan Aquades dan Aplikasinya
Sebagai Pewarna Makanan. [Skripsi].Semarang: Fakultas Teknik.
Universitas Negeri Semarang. 49 hal.

Simatupang, (2011). . Ekstraksi Dan Uji Stabilitas Antosianin Dari Daun


Jati Muda (Tectona grandis L.f). Skripsi Pendidikan Kimia UIN
Sultan Syarif Kasim Riau
Sukmawan YP, Aryani R. (2016). Uji aktivitas penyembuhan luka formula
gel ekstrak etanol daun babadotan (Ageratum conyzoides L)
terhadap tikus jantan wistar. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada
16(1): 88-93.

Susanty, Susanty And Fairus Bachmid. (2016). “Perbandingan Metode


Ekstraksi Maserasi Dan Refluks Terhadap Kadar Fenolik Dari
Ekstrak Tongkol Jagung (Zea Mays L.).” Jurnal Konversi 5(2):87.

Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, M., Kaur G. & Kaur H., (2011),
Phytochemical Screening And Extraction: A Review, International
Pharmaceutica Sciencia, 1 (1), 98-106

Widyawati, P.S., Wijaya, C.H., Hardjosworo, P.S., & Sajuthi, D. (2012).


Antioxidant activity of pluchea (Pluchea indica Less) leaves
methanolic extract and its fractions. Agritech,

Wijaya, Tony. (2018),. Optimasi pembuatan Ekstrak Etanolik Kayu


Secang(Caesalpinia sappan L.) Secara Digesti : Aplikasi Desain
Faktorial.[Skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Farmasi. Universitas
Sanata Dharma. 84halEdisi Kedua, Jakarta: PT.Indeks

Yusna M., dkk, (2016). Komposisi dan Keanekaragaman Flora di Gunung


Pesagi, Sumatera. Prosiding Seminar Nasional Masy Biodiv
Indonesia. 2(2): halaman 198-207
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Alat dan Bahan
1. Alat
No. Nama alat Gambar Keguaan

1. Alat refluks Digunakan sebagai alat


ekstraksi

2. Botol kecap Digunakan sebagai hasil


ekstraksi

3. Corong Digunakan sebagai


mempermudah proses
penuangan pelarut

4. Gelas ukur Digunakan sebagai


pengukur banyak pelarut
5. Gunting Digunakan sebagai
penggunting bahan bahan

6. Labu alas Digunakan sebagai wadah


simplisia

7. Kain saring Digunakan sebagai


penyaring sampel

8. Kelereng Digunakan sebagai media


batu didih

9. Neraca ohaus Digunakan sebagai


penimbang sampel
10. Penangas Digunakan sebagai media
waterbath

2. Bahan
No. Nama bahan Gambar Kegunaan

1. Air Digunakan sebagai


penghantar dingin dan
panas

2. Alkohol 70% Digunakan sebagai


bahan membersihkan
alat

3. Aluminium foil Digunakan sebagai


pembungkus botol
4. Es batu Digunakan sebagai
pendingin

5. Label Digunakan sebagai


penanda sampel

6. Lakban Digunakan sebagai


pengerat

7. Metanol Digunakan sebagai


pelarut

8. Pewarna Digunakan sebagai


pewarna untuk air
9. Sampel haksel batang Digunakan sebagai
kelor sampel
(Moringa oleifera
lamk)

10. Tisu Digunakan sebagai


pembersih
Lampiran 2 : Diagram alir

Simplisia

- Disiapkan alat dan bahan


- Dibersihkan alat menggunakan Alkohol 70%
- Ditimbang sampel sebanyak 30 gram
- Diukur pelarut metanol 300 mL
- Dimasukkan sampel kedalam labu alas yang sebelumnya sudah
dmasukkan kelereng
- Ditambahkan pelarut kedalam labu alas bulat
- Dipasang labu alas bulat dengan alat refluks
- Dilakukan ekstraksi sampel hingga 30 menit
- Dimasukkan hasil ekstraksi yang telah disaring kedalam botol
- Disimpan hasil ekstraksi
Lampiran 3 : Skema kerja

Menyiapkan alat Membersihkan Menimbang


dan bahan alat sampel sebanyak
menggunakan
alkohol 70% 30 gram

Menambhakan Memasukkan Mengukur


pelarut kedalam sampel kedalam pelarut methanol
labu alas bulat
labu alas yang 300 mL
sebelumnya
sudah dmasukkan
kelereng
Memasang labu Melakukan Memasukkan
alas bulat dengan ekstraksi sampel hasil ekstraksi
alat refluks hingga 30 menit yang telah
disaring kedalam
botol

Menyiapkan hasil
ekstraksi

Anda mungkin juga menyukai