Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS FARMASI I

PERCOBAAN I
UJI PENDAHULUAN SENYAWA OBAT

WIDDY PANGESTU
1804277075

FARMASI 2B
DOSEN PENGAMPU : SITI RAHMA KR.M.Si,Apt

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI


STIKES MUHAMMADIYAH CIAMIS
2020
A. TUJUAN PRKTIKUM
Mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan :
1. Uji pendahuluan yang meliputi uji organoleptik
2. Uji sifat fisika obat yang meliputi tes kelarutan
3. Uji keasaman senyawa obat
B. DASAR TEORI
Dalam bidang farmasi, analisis kualitatif/identifikasi bahan baku yang
digunakan sebagai bahan obat atau bahan baku pembantu atau bahan
tambahan, diperlukan untuk memastikan jenis bahan obat atau bahan
tambahan tersebut. Dalam melakukan identifikasi obat secara konvensional,
kita mempergunnakan sifat-sifat bahan baik sifat fisik maupun sifat kimianya.
Misalnya ada suatu sampel cairan dalam gelas kimia, bila kita ingin tahu
nama dan jenis sampel cair tersebut, maka kita harus melakukan analisis
kualitatif terhadap sampel cairan itu. Langkah pertama adalah menentukan
sifat fisik sampel tersebut seperti warna, bau, warna nyala,titik leleh,bentuk
kristal dan kelarutannya. Harus disadari bahwa untuk melakukan analisis
kualitatif yang cepat dan tepat diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai
sifat fisik bahan-bahan yang dianalisa. Pengetahuan ini sangat diperlukan
dalam menarik kesimpulan yang tepat. Data tentang sifat-sifat fisik ini dapat
ditemukan dalam farmakope indonesia, Merck indeks , dan beberapa literatur
lainnya.
Monografi Senyawa Obat
a. Parasetamol
Pemerian : hablur atau serbuk hablur putih tidak berbau rasa pahit.
Kelarutan : larut dalam 70 bagian air dalam 7 bagian etanol (95%) p
dalam 13 bagian aseton p dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian
propilenglikol larut dalam larutan alkali hidroksida.
b. Amoxicillin
Pemerian serbuk hablur putih praktis tidak berbau.
Kelarutan : sukar larut dalam air dan metanol tidak larut
c. Kloramfenikol
Larut dalam lebih kurang 400 bagian air dalam 2,5 bagian etanol (95%) P
dan Dalam 7 bagian propilenglikol P sukar larut dalam kloroform P dan
dalam eter P
d. Tetrasiklin
Pemerian serbuk hablur kuning tidak berbau atau sedikit berbau lemah.
Kelarutan : sangat sukar larut dalam air larut dalam 50 bagian etanol
(95%) P praktis tidak larut kloroform P dan dalam larutan dalam asam
encer larut dalam alkali disertai peruraian.
e. Zink oksid
Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P larut dalam asam
mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida.
f. Efedrin
Pemerian: Zat padat meyerupai lemak, tidak berwarna, atau granul atau
hablur putih. Teruraisecara bertahap bila terkena cahaya, melebur pada
suhu antara 330dan 400; Keragaman suhu lebur akibat perbedaan
kandungan molekul air, efedrin anhidrat mempunyai suhu kebur lebih
rendah dari efedrin dengan satu setengah molekul air anhidrat. Larutan
bereaksi alkalis terhadap lakmus P.
Kelarutan: Larut dalam air, dalam etanol, dalam kloroform dan dalam
eter; sedikit dan lambat larut dalam minyak mineral: larutan menjadi
keruh bila efedrin mengandung air lebih dari 1 %. Baku pembanding:
Efedrin Sulfat BPFI; lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 3 jam
sebelum digunakan.

Metode identifikasi obat secara konvensional dapat dilakukan melalui tiga


tahap yaitu :
I. Uji pendahuluan meliputi :
a. Penyandraan/penginderaan (organoleptik) yaitu mengidentifikasi
sifat obat menggunakan indera untuk menentukan bentuk ,warna ,
bau,dan rasa obat
b. Penentuan sifat-sifat fisika,seperti kelarutan,penentuan titik lebur,
dan titik didih
c. Pengujian derajat keasaman obat menggunakan tes keasaman
d. Penentuan unsur-unsur obat
II. Penentuan gugusan fungsional yang khas (uji golongan)
III. Penentuan jenis zat berdasarkan reaksi reaksinya dengan pereaksi
tertentu dan pengamatan benuk kristal menggunakan mikroskop
C. ALAT DAN BAHAN
 Alat

-Beaker glass -Hot plate


-Pipet tetes -Kertas lakmus
-Gelas ukur - Kertas Perkamen
-Tabung reaksi -Rak tabung
-Plat tetes -Timbangan Analitik
-Spatel -Kertas universal

 Bahan
-Parasetamol -Kloramfenikol
-Amoxicillin -Zink oksida
-CTM -Aquades
-Kafein -Alkohol
-Efedrin -Kloroform
-Tetrasiklin -Asam Benzoat
-Asam Askorbat -Asam Sitrat
-Asam Asetat -Efedrin
-Kafein
D. PROSEDUR
1. Uji pendahuluan yang meliputi uji organoleptik.
Penginderaan/penyandraan (organoleptik) adalah uji identifikasi sifat
fisik obat meliputi bentuk, warna, bau, dan rasa obat menggunakan
indera. Lakukan uji pendahuluan pada senyawa obat berikut:
- Parasetamol
- Amoxicillin
- CTM
- Kafein
- Efedrin
- Tetrasiklin
2. Uji sifat kelarutan obat
- Uji kelarutan dilakukan dengan memasukan sedikit zat ke dalam
tabung reaksi kemudian di dalamnya ditambahkan pelarut (air,
alkohol, atau pelarut lainnya). kemudian digoyang-goyang dan
diamati apakah zat tersebut dapat larut.Pernyataan kelarutan zat
dalam bagian tertentu menunjukkan bahwa satu bagian bobot zat
larut dalam volume tertentu pelarut. Kelarutannya dapat ditunjukkan
dengan istilah kelarutan berikut :
Tabel 1 Istilah kelarutan pada uji pendahuluan identifikasi obat secara
konvensional
Jumlah bagian pelarut yang dibutuhkan
Istilah Kelarutan
untuk melarutkan satu bagian zat yang
Sangat mudah larut Kurang dari 1 dilarutkan
Mudah larut 1 sampai 10
Larut 10 sampai 30
Agak sukar larut 30 sampai 100
Sukar larut 100 sampai 1000
Sangat sukar larut 1000 sampai 10.000
Praktis tidak larut Lebih dari 10.000
- Lakukan uji kelarutan pada senyawa-senyawa berikut: parasetamol,
amoxicillin, kloramfenikol, tetrasiklin, zink oksida.
- Gunakan masing-masing pelarut alkohol, aquades dan kloroform,
larutkan dan catat volume yang dibutuhkan untuk melarutkan
senyawa obat tersebut sampai tepat larut.
- Maksimal panambahan pelarut sampai 100 ml
- Golongkan istilah kelarutan obat pada masing-masing pelarut
3. Uji keasaman
Uji keasaman
- Larutkan bahan obat: asam benzoat, asam sitrat, asam askorbat,
asam asetat, larutan efedrin, dengan aquades dan kafein dengan
aquades panas.
- Lakukan uji keasaman pada senyawa-senyawa tersebut dengan
menggunakan kertas lakmus, catat perubahan warna yang terjadi
- Lakukan uji pH pada senyawa obat di atas dengan menggunakan
kertas universal, kemudian tentukan pH dengan melihat perubahan
warna pada kertas universal.
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
I. HASIL
1) Uji pendahuluan yang meliputi uji organoleptik
Senyawa Bentuk Rasa Warna Bau

Parasetamol Serbuk halus Pahit Putih Tidak berbau

Amoxicillin Serbuk hablur Pahit Putih Tidak berbau

CTM Serbuk hablur Pahit Putih Tidak berbau

Kafein Serbuk putih pahit putih Tidak berbau

Efedrin Serbuk hablur Pahit putih Tidak berbau

Tetrasiklin Serbuk hablur pahit kuning Tidak berbau

2) Uji sifat kelarutan obat


Sampel Alkohol Aquadest kloroform

Parasetamol Larut Larut Tidak larut

Amoxicillin Larut Sukar larut Tidak larut

Tetrasiklin Larut Sangat sukar larut Tidak larut

Kloramfenikol Larut Larut Sukar larut

Zink oksida Praktis tidak larut Praktis tidak larut Tidak larut

3) Uji Keasaman
Sampel Kertas Lakmus Kertas universal

Asam benzoat (Aquadest) Asam pH 2

Asam sitrat (aquadest) Asam pH 1

Asam askorbat (aquadest) Asam pH 1

Asam asetat (aquadest) Asam pH 2

Efedrin (aquadest) Asam pH 3

Kafein (aquadest panas) Asam pH 5


II. PEMBAHASAN
Praktikum kimia analisis percobaan pertama yang telah dilakukan yaitu
mengidentifikasi obat menggunakan prinsip analisis kualitatif yaitu
dengan menguji organoleptik, uji kelarutan dan uji keasaman senyawa
suatu obat. Bahan-bahan obat yang digunakan antara lain: Parasetamol,
Amoxicillin,kloramfenikol,Zink oksida,Tetrasiklin. Adapun monografi
bahan dan struktur kimia dari masing-masing obat tersebut yaitu:
1. Parasetamol

BM 151,16
Asetaminofen mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih
dari 101,0% C8H9NO2, dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan.
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%)
P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam
9 bagian propilenglikol P; larut dalam larutan alkali hidroksida.
Suhu lebur : 169͒ sampai 172͒.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Khasiat dan penggunaan : Analgetikum (pereda nyeri ringan) dan
antipiretikum (menurunkan suhu tubuh atau penurun demam).
Dosis maksimal per hari parasetamol tidak dicantumkan, tetapi
normalnya 3 - 4x sehari. Apabila parasetamol diberikan secara terus
menerus akan menyebabkan hepatotoksik (Kerusakan hati).
2. Amoxicillin

Pemerian: serbuk hablur putih praktis tidak berbau.


Kelarutan : sukar larut dalam air dan metanol tidak larut dalam
benzena dalam karbon tetraklorida dan dalam kloroform.
3. Kloramfenikol

Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang;


putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan; larutan praktis
netral terhadap lakmus P; stabil dalam larutan netral atau larutan
agak asam.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam
propilenglikol, dalam aseton dan dalam etil asetat.
Jarak Lebur : antara 149͒ dan 153͒.
pH : antara 4,5 dan 7,5.

4. Zink oksida
Pemerian: Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan,
tidak berbau, tidak berasa, lambat laun menyerap CO2 di udara
Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%), larut
dalam asam mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida.
5. Tetrasiklin

Menurut farmakope Indonesia Edisi 4, Tetrasiklin memiliki


pemerian serbuk hablur kuning, tidak berbau. Stabil di udara tetapi
pada pemaparan dengan cahaya matahari kuat, menjadi gelap. Dalam
laruta dengan pH lebih kecil dari 2, potensi berkurang dan cepat
rusak dalam larutan alkali hidroksida.
Tetrasiklin mempunyai kelarutan sangat sukar larut dalam air, larut
dalam 50 bagian etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform
P, dan dalam eter P. Larut dalam asam encer, larut dalam alkali
disertai peruraian .
Dari hasil yang didapatkan bahwa Pada uji kelarutan senyawa obat
menggunakan senyawa obat berupa paracetamol, amoxicilin,
kloramfenikol, tetrasiklin, zink oksida. Hasil pengamatannya sesuai
dengan monografi kelarutan masing masing senyawa obat menurut
Farmakope indonesia.
Pada uji keasaman senyawa obat menggunakan kertas lakmus
hasilnya menunjukan bahwa semua senyawa obat yang di uji bersifat
asam. Karena pada saat kertas lakmus dimasukan kedalam masing-
masing senyawa obat yang dilarutkan menunjukkan bahwa hasil kertas
lakmus tidak adanya perubahan warna. Dan untuk uji keasaman senyawa
obat menggunakan kertas universal (uji pH) hasilnya senyawa obat asam
benzoat memiliki pH 2, asam askorbat memiliki pH 1, asam asetat
memiliki pH 1, asam sitrat memiliki pH 2, efedrin memiliki pH 3 dan
kafein memiliki pH 5. Dilihat dari nilai pH masing masing senyawa
menunjukan bahwa senyawa tersebut bersifat asam.
KESIMPULAN

1. Hasil dari uji organoleptik ini telah sesuai dengan ketentuan atau sesuai
dengan monografi pada farmakope indonesia
2. Hasil kelarutan telah sesuai dengan ketentuan yakni, parasetamol larut dalam
aquadest dan alcohol tapi tidak larut dalam kloroform, amoxilin larut dalam
alcohol sedangkan dalam aquadest dan kloroform tidak larut, kloramfenikol
larut dalam aquadest dan alcohol sedangkan dalam kloroform tidak larut,
tetrasiklin larut dalam alcohol sedangkan dalam aquadest dan kloroform tidak
larut, zinc oksida tidak larut dalam ketiga larutan tersebut.
3. Hasil uji keasaman dan uji pH menggunakan obat asam askorbat, asam
benzoate, asam asetat, efedrin dan kafein, hasil dari percobaan ini semua obat
memiliki ph asam.

2.
DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM. (1979). Farmakope Indonesia edisi III. Departemen


Kesehatan RI, Jakarta.
Dirjen POM. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
Tan, HT. Rahardja,K. (2007). Obat-obat Penting, Edisi 5.Jakarta:
PT.Elex Media
Farmakope Indonesia Edisi ke-III tahun 1979 

Gandjar, dan Rohman (2007), Kimia Farmasi Analisis, Pustaka


Pelajar, Yogyakarta
Patrick, Graham. (1995). An Introduction To Medicinal Chemistry.
New York: Oxford University Press.
Sudjadi, dan Rohman (2012), Analisis Farmasi, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai