Anda di halaman 1dari 7

A.

TUJUAN
1. Uji pendahuluan yang meliputi uji organoleptic
2. Uji sifat fisika obat yang meliputi tes kelarutan
3. Uji keasaman senyawa obat

B. TEORI
Teknik analisis obat secara kualitatif didasarkan pada golongan obat menurut jenis
senyawanya secara kimia, dan bukan berdasarkan efek farmakologinya. Hal ini
disebabkan karena kadang-kadang suatu obat dengan struktur kimia yang sama,
mempunyai efek farmakologi/daya terapeutis yang jauh berbeda. Misalnya asam
hidroksi benzoat dan turunannya sebagai berikut :
1. asam salisilat (asam orto-hidroksi benzoat) digunakan sebagai obat luar
(keratolitikum)
2. asetosal (asam asetil salisilat) digunakan sebagai obat analgetikum dan
antipiretikum
3. nipagin (metil-p-hidroksibenzoat) digunakan sebagai zat pengawet.

Gambar 1.9. Asam salisilat (a), Asetosal (b), Nipagin (c)


Dalam bidang farmasi, analisis kualitatif/identifikasi bahan baku yang
digunakan sebagai bahan obat atau bahan baku pembantu/bahan tambahan, diperlukan
untuk memastikan jenis bahan obat atau bahan tambahan tersebut. Dalam dunia
kedokteran dewasa ini digunakan sekitar 1000 macam senyawa obat. Tidaklah praktis
melakukan identifikasi sedemikian banyak senyawa, karena itu materi analisis
kualitatif ini diarahkan kepada beberapa golongan obat yang khusus saja.
Dalam analisis kualitatif/identifikasi senyawa-senyawa anorganik dan
senyawasenyawa organik, terdapat perbedaan-perbedaan yang penting. Sebagian
besar senyawasenyawa anorganik merupakan senyawa-senyawa ionik yang dapat
ditentukan dengan suatubagan tertentu dalam identifikasinya secara konvensional
(secara kimiawi). Senyawasenyawa organik pada umumnya terikat melalui ikatan
kovalen, dan belum ada suatu skema yang dapat digunakan untuk melakukan
identifikasinya secara konvensional. Mengingat umumnya senyawa obat adalah
senyawa organik, maka hal ini juga menjadi kendala dalam analisis senyawa obat
tersebut.
Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, maka teknik analisis
kualitatif senyawa organik juga semakin berkembang. Identifikasi pemastian jenis
senyawa dilakukan secara modern menggunakan instrumen-instrumen seperti
spektrofotometri UV–Vis, spektrofotometri IR, spektrofotometri Massa, kromatografi
cair kinerja tinggi (KCKT) atau High Performance Liquid Chromatography (HPLC),
kromatografi gas (KG) atau Gas Chromatography (GC) yang dapat memberikan hasil
yang valid. Mengingat instrumeninstrumen tersebut tidak dimiliki oleh seluruh daerah
tempat mahasiswa berada, sehingga metode analisis konvensional masih menjadi
pilihan agar analisis obat tersebut dapat dilakukan di manapun dengan peralatan yang
sederhana. Oleh karena itu untuk memberikan pengetahuan dasar kepada mahasiswa,
maka diperlukan materi pembelajaran tentang teknik pengujian secara konvensional
yang didasarkan pada sifat fisika dan kimia senyawa obat tersebut.
Dalam melakukan identifikasi obat secara konvensional, kita mempergunakan
sifatsifat bahan baik sifat fisik maupun sifat kimianya. Misalnya ada suatu sampel
cairan dalam gelas kimia. Bila kita ingin tahu nama dan jenis sampel cair tersebut,
maka kita harus melakukan analisis kualitatif terhadap sampel cairan itu. Langkah
pertama adalah menentukan sifat fisik sampel tersebut, seperti warna, bau, indeks
bias, titik didih, massa jenis, dan kelarutannya. Begitu pula jika sampel yang kita
jumpai berbentuk padatan, kita tentukan sifat fisiknya meliputi warna, bau, warna
nyala, titik leleh, bentuk kristal, dan kelarutannya. Harus disadari bahwa untuk
melalukan analisis kualitatif yang cepat dan tepat diperlukan pengetahuan yang cukup
mengenai sifat fisik bahan-bahan yang dianalisa.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Uji pendahuluan yang meliputi uji organoleptic
Bahan :
- Paracetamol
- Amoxicilin
- CTM
- Cafein
- Efedrin
- Tetrasiklin
2. Uji kelarutan Obat
ALAT BAHAN
Beaker Glass Aq Dest
Tabung Reaksi Alkohol
Kloroform
Kloramfenikol
Zinc Oxyd
Amoxycillin
Tetrasiklin
Paracetamol
3. Uji Keasaman
ALAT BAHAN
Tabung reaksi Asam Benzoat
Pipet Tetes Asam Sitrat
Kertas Lakmus Asam Askorbat
pH Indikator Asam Asetat
Beaker Glass Larutan Efedrin
Aquades
Kafein

D. CARA KERJA
1. Uji Pendahuluan yang meliputi Uji Organoleptik
Dilakukan dengan mengidentifikasi isfat fisik obat yang meliputi warna, bau,
rasa, dan bentuk obat menggunakan Indera.
2. Uji Kelarutan Obat

Masukkan sedikit zat kedalam tabung reaksi kemudian didalamnya ditambahkan


pelarut (Aq. dest, Alkohol, atau Pelarut lainnya)

Gunakan Aq. dest, Alkohol, dan Kloroform untuk melarutkan Paracetamol,


Amoxicillin, Tetrasiklin, Kloramfenikol. dan Zinc Oxyde dan catat volume yang
dibutuhkan untuk melarutkan zat tersebut dengan maksimal penambhaan sampai 100
ml
3. Uji Keasaman

Larutkan bahan obat; Asam Benzoat, Asam Sitrat, Asam Askorbat, Asam Asetat,
Larutan Efedrin dengan Aqua Des. dan Kafein dengan Aq. Des Panas

lakukan uji keasaman pada senyawa tersebut dengan menggunakan kertas lakmus, catat
perubahan yang terjadi

lakukan uji pH pada senyawa obat diatas dengan menggunakan kertas universal.
kemudian tentukan pH dengan melihat perubahan warna pada kertas universal

E. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Uji Organoleptik
Sampel Prosedur Hasil
Paracetamol Amati Serbuk, Halus, Putih,
Tidak Berbau, Pahit
Amoxicillin Amati Serbuk, Putih,
Kekuningan, Pahit, Bau
Khas
Chlorpeniramini Maleat Amati Serbuk, Putih, Tidak
Berbau, Pahit
Cafein Amati Serbuk, Putih, Pahit,
Bau Khas
Efedrin Amati Serbuk, Putih, Tidak
Berbau, Pahit
Tertasiklin Amati Serbuk, Orange Muda,
Bau Khas, Pahit
Penginderaan/penyandraan (organoleptik) adalah uji identifikasi sifat fisik
obat meliputi bentuk, warna, bau, dan rasa obat menggunakan indera. Uji
organoleptik merupakan pengamatan sifat fisik obat secara langsung dan hasil
pengamatannya merupakan informasi awal yang berguna untuk analisis
selanjutnya. Pada umumnya bahan baku obat tidak berwarna atau berwarna putih,
oleh karena itu adanya pewarnaan lain dari bahan dapat menjadi titik awal untuk
identifikasi lanjutan.
2. Uji Sifat Kelarutan Obat
Pelarut Senyawa Keterangan
Alkohol
3 ml Kloramfenikol Mudah Larut
3 ml Zinc Oxyde Larut
3 ml Tetrasiklin Sukar Larut
3 ml Paracetamol Mudah Larut
10 ml Amoxicillin Agak Sukar Larut
Aqua Dest
3 ml Kloramfenikol Sukar Larut
3 ml Zinc Oxyde Sukar Larut
3 ml Tetrasiklin Sukar Larut
3 ml Paracetamol Sukar Larut
3 ml Amoxicillin Sukar Larut
Kloroform
3 ml Kloramfenikol Praktis Tidak Larut
3 ml Zinc Oxyde Sukar Larut
3 ml Tetrasiklin Sukar Larut
3ml Paracetamol Sukar Larut
6 ml Amoxicillin Praktis Tidak Larut
Kelarutan zat dalam pelarut tertentu merupakan sifat kimia fisik yang dapat
digunakan untuk identifikasi obat. Zat mempunyai kelarutan yang berbeda-beda
terhadap beberapa pelarut (air, alkohol, atau pelarut lainnya). Tes kelarutan
dilakukan dengan memasukan sedikit zat ke dalam tabung reaksi kemudian di
dalamnya ditambahkan pelarut kemudian digoyang-goyang dan diamati apakah
zat tersebut dapat larut.
Apabila tidak ditentukan lain untuk menyatakan kelarutan zat, istilah kelarutan
dalam pengertian umum kadang-kadang perlu digunakan tanpa mengindahkan
perubahanperubahan kimia yang mungkin terjadi pada pelarutan tersebut.
Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu menunjukkan bahwa satu bagian
bobot zat larut dalam volume tertentu pelarut. Kelarutannya dapat ditunjukkan
dengan istilah kelarutan berikut :
3. Uji Keasaman
Pelarut
Senyawa Warna pH
(Aqua Dest)
A Asam Benzoat 10 ml Keruh 2
B Asam Sitrat 5 ml Bening 2
C Asam Askorbat 10 ml Bening 2
D Asam Asetat 10 ml Bening 3
E Larutan Efedrin 10 ml Keruh 3
Kafein Adanya
F 10 ml 5
Endapan
Pada saat menguji kelarutan obat, perlu diuji pula keasaman larutan atau pH
larutan obat/zat. Uji keasaman larutan obat/zat secara sederhana dilakukan
menggunakan kertas lakmus merah atau biru. Larutan yang bersifat asam akan
mengubah warna kertas lakmus biru menjadi merah dan larutan yang bersifat basa
akan mengubah warna kertas lakmus merah menjadi biru.
Hasil uji keasaman ini dapat digunakan pula untuk mengetahui jenis senyawa
yang dianalisis. Larutan senyawa-senyawa golongan asam, misalnya asam benzoat,
asam sitrat, asam askorbat, dan lain-lain, didalam air sudah pasti mengubah lakmus
biru menjadi merah. Hasil uji ini dapat pula membedakan antara alkaloid basa dan
alkaloid asam (garamnya). Alkaloid basa, misalnya efedrin, akan mengubah
lakmus merah jadi biru , tetapi karena sifat kebasaannya yang sangat lemah maka
perubahan lakmus merah menjadi biru hampir tidak jelas. Sedangkan alkaloid
asam, misalnya efedrin HCl, akan mengubah lakmus biru menjadi merah dan
perubahannya sangat jelas.
F. KESIMPULAN
G. DAFTAR PUSTAKA
Patrick, Graham. (1995). An Introduction To Medicinal Chemistry. New York:
Oxford University Press.
Siswandono. Soekarjo,B. (2000) Kimia Medisinal Edisi 2. Surabaya : Airlangga
University Press
Beale, JM. Block,JH. (2011). Wilson and Gisvold’s Textbook Of Organic Medicinal
and Pharmaceutical Industry. USA: Lippincott Williams and Wilkins
Tan, HT. Rahardja,K. (2007). Obat-obat Penting, Edisi 5. Jakarta: PT.Elex Media
Komputindo

H. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai