KES
PENDAHULUAN
Topik ini menguraikan tentang teknik analisis obat secara kualitatif (identifikasi
obat) menggunakan pereaksi-pereaksi kimia, dengan memperhatikan reaksi warna yang
terjadi dari hasil-hasil uji tersebut. Oleh karena ilmu farmasi merupakan bidang yang
terkait dengan kajian berbagai aspek obat, sehingga kemampuan dalam mengidentifikasi
dan menganalisis senyawa obat sangat penting dimiliki oleh seorang ahli farmasi
(pharmacyst).
Analisis kualitatif obat diarahkan pada pengenalan senyawa obat, meliputi
semua pengetahuan tentang analisis yang hingga kini telah dikenal. Dalam melakukan
analisis kita mempergunakan sifat-sifat zat atau bahan, baik sifat-sifat fisik maupun sifat-
sifat kimianya.
Teknik analisis obat secara kualitatif didasarkan pada golongan obat menurut
jenis senyawanya secara kimia, dan bukan berdasarkan efek farmakologinya. Hal ini
disebabkan karena kadang-kadang suatu obat dengan struktur kimia yang sama,
mempunyai efek farmakologi/daya terapeutis yang jauh berbeda. Misalnya asam
hidroksi benzoat dan turunannya sebagai berikut :
asam salisilat (asam orto-hidroksi benzoat) digunakan sebagai obat luar
(keratolitikum)
asetosal (asam asetil salisilat) digunakan sebagai obat analgetikum dan antipiretikum
nipagin (metil-p-hidroksibenzoat) digunakan sebagai zat pengawet.
(a (b
(c)
1. Uji Pendahuluan
a. Penginderaan/penyandraan (organoleptik) adalah uji identifikasi sifat fisik
obat meliputi bentuk, warna, bau, dan rasa obat menggunakan indera.
Uji organoleptik merupakan pengamatan sifat fisik obat secara langsung dan
hasil pengamatannya merupakan informasi awal yang berguna untuk analisis
selanjutnya. Pada umumnya bahan baku obat tidak berwarna atau berwarna putih,
oleh karena itu adanya pewarnaan lain dari bahan dapat menjadi titik awal untuk
identifikasi lanjutan. Berikut ini warna spesifik beberapa bahan obat :
Dipiridamol : kuning
Etakridin : kuning
Etaverin : kuning terang
Menadion : kuning
terang Niklosamida : kuning
pucat Nitrazepam : kuning
muda
Riboflavin : kuning sampai kuning-
jingga Tetrasiklin : kuning
b. Tes kelarutan
Kelarutan zat dalam pelarut tertentu merupakan sifat kimia fisik yang dapat
digunakan untuk identifikasi obat. Zat mempunyai kelarutan yang berbeda-beda terhadap
beberapa pelarut (air, alkohol, atau pelarut lainnya). Tes kelarutan dilakukan dengan
memasukan sedikit zat ke dalam tabung reaksi kemudian di dalamnya ditambahkan
pelarut kemudian digoyang-goyang dan diamati apakah zat tersebut dapat larut.
Apabila tidak ditentukan lain untuk menyatakan kelarutan zat, istilah kelarutan
dalam pengertian umum kadang-kadang perlu digunakan tanpa mengindahkan
perubahan- perubahan kimia yang mungkin terjadi pada pelarutan tersebut. Pernyataan
kelarutan zat dalam bagian tertentu menunjukkan bahwa satu bagian bobot zat larut
dalam volume tertentu pelarut. Kelarutannya dapat ditunjukkan dengan istilah
kelarutan berikut :
Tabel 1… Istilah kelarutan pada uji pendahuluan identifikasi obat secara konvensional
c. Uji keasaman
Pada saat menguji kelarutan obat, perlu diuji pula keasaman larutan atau pH
larutan obat/zat. Uji keasaman larutan obat/zat secara sederhana dilakukan
menggunakan kertas lakmus merah atau biru. Larutan yang bersifat asam akan
mengubah warna kertas lakmus biru menjadi merah dan larutan yang bersifat basa
akan mengubah warna kertas lakmus merah menjadi biru.
Hasil uji keasaman ini dapat digunakan pula untuk mengetahui jenis senyawa
yang dianalisis. Larutan senyawa-senyawa golongan asam, misalnya asam benzoat,
asam sitrat, asam askorbat, dan lain-lain, didalam air sudah pasti mengubah lakmus biru
menjadi merah. Hasil uji ini dapat pula membedakan antara alkaloid basa dan alkaloid
asam (garamnya). Alkaloid basa, misalnya efedrin, akan mengubah lakmus merah jadi
biru , tetapi karena sifat kebasaannya yang sangat lemah maka perubahan lakmus merah
menjadi biru hampir tidak jelas. Sedangkan alkaloid asam, misalnya efedrin HCl, akan
mengubah lakmus biru menjadi merah dan perubahannya sangat jelas.
d. Penentuan unsur-unsur
Penentuan unsur dalam identifikasi senyawa obat adalah tahap untuk
menentukan keberadaan/kehadiran unsur selain karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen
(O) pada obat yang diidentifikasi. Unsur-unsur lain yang diperiksa tersebut adalah
nitrogen (N), sulfur (S), fosfor (P), dan halogen (Cl, Br, dan I). Keberadaan unsur-unsur
tersebut sangat berpengaruh terhadap langkah pengujian senyawa obat tersebut.
Untuk melakukan pengujian unsur, maka zat uji sebelumnya
didestruksi/dipijarkan bersama dengan logam natrium. Kemudian sisa destruksi/residu
dilarutkan dalam air untuk selanjutnya dilakukan pengujian unsur. Keberadaan unsur
N, S, P, dan halogen dapat disesuaikan dengan unsur-unsur penyusun senyawa obat
yang dapat dilihat pada rumus kimia obat yang tertera pada monografi masing-masing
dalam Farmakope Indonesia. Adanya unsur-unsur tersebut dapat digunakan sebagai
pengarah pada langkah uji selanjutnya, sebagai contoh yaitu :
jika hasil pengujian penentuan unsur diperoleh adanya keberadaan/kehadiran
unsur N, maka pengujian selanjutnya diarahkan kepada senyawa yang
mengandung unsur N pada rumus kimianya, seperti benzokain
(C9H11NO2), parasetamol (C8H9NO2), salisilamid (C7H7NO2), dan lain-lain;
jika hasil pengujian penentuan unsur diperoleh adanya keberadaan/kehadiran
unsur N dan Cl, maka pengujian selanjutnya diarahkan kepada senyawa yang
mengandung unsur N dan CL dalam rumus kimianya, seperti efedrin
hidroklorida (C10H16NOCl), difenhidramin hidroklorida (C 17H22NOCl),
kloramfenikol (C11H12Cl2N2O5), dan lain-lain;
Jika hasil pengujian penentuan unsur diperoleh adanya keberadaan/kehadiran
unsur N dan Br, maka pengujian selanjutnya diarahkan kepada senyawa yang
mengandung unsur N dan Br dalam rumus kimianya, seperti bromheksin
(C14H20Br2N2), bromisoval (C6H11BrN2O2), skopolamin-N-butilbromida
(C21H30NO4Br), dan lain-lain;
KIMIA FARMASI KUALITATIF DEWI MARLINA, S.F., APT., M.KES
Gugus nitro aromatik terlebih dahulu direduksi menjadi gugus amin dengan melarutkan
zat uji dalam etanol, kemudian diasamkan dengan HCl encer dan ditambah serbuk Zn.
Campuran dipanaskan di atas penangas air selama 10 menit kemudian disaring.
Filtrat diuji sebagai gugus amin aromatik primer menggunakan pereaksi Diazo (lihat
pemeriksaan senyawa amin aromatik primer).
Pemeriksaan dilakukan dengan cara melarutkan zat uji dalam HCl encer, kemudian
direaksikan dengan pereaksi Diazo. Adanya senyawa dengan gugus amin aromatis
primer ditandai dengan terbentuknya warna merah jingga atau endapan.
yang sangat asam. Beberapa senyawa lain yang merubah lakmus biru menjadi merah
adalah
KIMIA FARMASI KUALITATIF DEWI MARLINA, S.F., APT., M.KES
sukar larut sampai praktis tidak larut, garamnya (garam natrium) sangat mudah larut,
rasa agak
KIMIA FARMASI KUALITATIF DEWI MARLINA, S.F., APT., M.KES
pahit. Senyawa yang termasuk dalam golongan senyawa barbiturat antara lain adalah
fenobarbital, heksobarbital, dan lain-lain.
3. Uji Penentuan Jenis Zat (Uji Penegasan) dan Pengamatan Bentuk Kristal
Penentuan jenis zat/uji penegasan merupakan pengujian untuk memastikan
senyawa yang diidentifikasi/diperiksa. Penentuan jenis zat ini dilakukan secara
konvensional menggunakan pereaksi-pereaksi tertentu dan pengamatan bentuk kristal
zat yang diperiksa menggunakan mikroskop. Uji penegasan ini dilakukan untuk
membedakan antara satu senyawa dengan senyawa lainnya yang segolongan.
Tabel 1.3. Hasil pengamatan mikroskopik Efedrin HCl, Papaverin HCl, dan Piridoksin
HCl
Keterangan
No. Senyawa Obat Hasil Pengamatan
(bentuk kristal)
Kristal berbentuk
1. Efedrin HCl bulat dengan lingkaran di
bagian tengahnya
Ringkasan
Kadang-kadang suatu obat dengan struktur kimia yang sama, mempunyai efek
farmakologis yang jauh berbeda. Oleh karena itu, analisis kualitatif obat didasarkan
pada golongan obat menurut jenis senyawanya secara kimia (bukan berdasarkan
efek farmakologinya). Berbeda dengan analisis kuantitatif, untuk memudahkan
mahasiswa mempelajari bagaimana menentukan kadar obat dengan efek farmakologis
yang sama, maka beberapa literatur mengelompokkan analisis kuantitatif/kadar
berdasarkan efek farmakologis tersebut.
KIMIA FARMASI KUALITATIF DEWI MARLINA, S.F., APT., M.KES