KOLINERGIK
A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat diharapkan memiliki keterampilan dalam melakukan pengujian
aktivitas kolinergik dan antikolinergik suatu obat pada hewan percobaan
2. Mahasiswa dapat memahami efek berbagai obat sistem syaraf otonom dalam
pengendalian fungsi atau aktivitas organ viseral tubuh.
B. DASAR TEORI
Sistem syaraf otonom juga dikenal sebagai sistem saraf viseral, karena saraf ini
berhubungan dengan organ-organ internal atau organ-organ dalam tubuh. Fungsi
utama sistem saraf ini adalah mengatur fungsi atau aktivitas organ viseral yang
berada diluar pengaruh kesadaran dan kemauan untuk mempertahankan keadaan
internal. Sistem syaraf ini mensyarafi jantung, pembuluh darah, saluran pencernaan
kelenjar-kelenjar dan otot polos lainnya.
Sistem syaraf otot terbagi atas sistem saraf otonom perifer dan pusat kontrol
sentral. Sistem syaraf otot perifer merupakan sistem motorik yang terdiri atas dua
bagian yaitu sistem simpatetik dan parasimpatetik. Setiap bagian syaraf tersebut
mengirimkan syaraf-syaraf eferen keotot, organ, atau kelenjar yang dipersyarafinya.
Umumnya, tetapi tidak selalu kedua syaraf tersebut mempunyai efek yang
berlawanan. Dalam pengertian yang sangat luas, dapat dikatakan bahwa syaraf
simpatetik membantu tubuh menyesuaikan diri terhadap situasi baru/tidak normal.
Sedangkan syaraf parasimpatetik menunjukan aktivitas bila tubuh bekerja dibawah
kondisi normal.
Prinsip pada percobaan ini adalah bahwa pemberian zat kolinergik pada hewan
percobaan dapat menyebabkan peningkatan pengeluaran saliva( salvias ) dan
hipersaliva dapat dihambat ( diinhibisi ) oleh zat anti kolinergik. Makanya pada
sistem ini hewan percobaan dapat mengeluarkan saliva berlebihan dan dapat
dikatakan hipersaliva.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
- spuit injeksi dan jarum
- wadah dari kaca
2. Bahan
- Atropin (dosis 1xp manusia 70kg = 1 mg)
- Pilocarpin (dosis 1xp manusia 70 kg = 20 mg)
- Vaisanbe (dosis 1xp manusia 70 kg) = 2 mg
- Nacl 0,9%
- kertas saring yang ditaburi metilen blue
D.CARA KERJA
Hewan uji (mencit)
% inhibisi = x 100%
Hasil
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. HASIL
Kelompok Bercak Siliva
0 5 10 15 20 2 30 35 40 45
5
Perhitungan %inhibisi =
1) Kelompok 1
%inhibisi t5= x 100%= 100%
%inhibisi= = 0%
%inhibisi= = 0%
%inhibisi= = 0%
%inhibisi= = 0%
%inhibisi= = 0%
%inhibisi= = 0%
%inhibisi= = 0%
%inhibisi= = 0%
2) Kelompok 2
%inhibisi= = -120%
%inhibisi= = 9,09%
%inhibisi= = 30%
%inhibisi= = -85,71%
%inhibisi= = 100%
%inhibisi= = 0%
%inhibisi= = 4,25%
%inhibisi= = 100%
%inhibisi= = 0%
3) Kelompok 3
%inhibisi= = 0%
%inhibisi= = 0%
%inhibisi= = 40%
%inhibisi= = 100%
%inhibisi= = 0%
%inhibisi= = 0%
%inhibisi= = 0%
%inhibisi= = 0%
%inhibisi= = 0%
4) kelompok 4
%inhibisi= = 17,24%
%inhibisi= = -45,83%
%inhibisi= = 100%
%inhibisi= = 0%
%inhibisi= = 100%
%inhibisi= = 0%
%inhibisi= = 60%
%inhibisi= = 2,08%
%inhibisi= = 100%
2. PEMBAHASAN
Pada praktikum farmakologi II kali ini membahas
mengenai Kolinergik dan Antikolinergik. Adapun tujuan
praktikum kali ini yaitu praktikan dapat memiliki
ketrampilan dalam mealakukan pengujian aktivitas
kolonergik dan antikolinergik suatu obat pada hewan, dapat
memehami efek berebagai obat sistem saraf otonom dalam
pengendalian fungsi atau aktivitas organ viseral tubuh.
Adapun hewan uji yang digunakan pada peraktikum
mengenai Kolinergik dan Antikolinergik ialah mencit jantan
putih yang telah dihabitusi selama 7 hari dan yang telah
dipuasakan selama 18 jam sebelum digunakan untuk
praktikum .obat-obat yang digunakan pada praktikum kali
ini ialah Atropin,Pilocarpin,Volisanbe dan Nacl 0,9%.
Senyawa kolinergik adalah senyawa yang secara
langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan efek
seperti yang ditunjukan oleh asetil kolin, suatu senyawa
normal, bubuh yang disintetis pada jaringan saraf, sinapsis
kolinergik dan dinding usus. Ada dua tipe efek yang
dihasilkan yaitu efek muskarinik dan nikotinik.
Kolenergika atau parasimpatomimetika adalah
sekelompok zat yang dapat menimbulkan efek yang sama
dengan stimulasi Susunan Parasimpatis (SP), karena
melepaskan neurohormon asetilkolin (ACh) diujung-ujung
neuronnya. Tugas utama SP adalah mengumpulkan energi
dari makanan dan menghambat penggunaannya,
singkatnya berfungsi asimilasi. Bila neuron SP dirangsang,
timbullah sejumlah efek yang menyerupai keadaan istirahat
dan tidur. Efek kolinergis faal yang terpenting seperti:
stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat peristaltik
dan sekresi kelenjar ludah dan getah lambung (HCl), juga
sekresi air mata, dan lain-lain, memperkuat sirkulasi, antara
lain dengan mengurangi kegiatan jantung, vasodilatasi, dan
penurunan tekanan darah, memperlambat pernafasan,
antara lain dengan menciutkan bronchi, sedangkan sekresi
dahak diperbesar, kontraksi otot mata dengan efek
penyempitan pupil (miosis) dan menurunnya tekanan
intraokuler akibat lancarnya pengeluaran air mata, kontraksi
kantung kemih dan ureter dengan efek memperlancar
pengeluaran urin, dilatasi pembuluh dan kotraksi otot
kerangka, menekan SSP setelah pada permulaan
menstimulasinya (Tan Hoan Tjay & Rahardja, 2002).
Antikolinergik (disebut juga obat penyekat kolinergik
atau obat Antagonis kolinergik) mengikat koffloseptor tetapi
tidak memicu efek intraselular diperantarai oleh reseptor
seperti lazimnya yang paling bermanfaat dari obat golongan
ini adalah menyekat sinaps muskarinik pada saraf
parasimpatis secara selektif. Oleh karena itu, efek
persarafan parasimpatis menjadi terganggu, dan kerja pacu
simpatis muncul tanpa imbangan. Kelompok kedua obat ini,
penyekat ganglioník nampaknya lebib menyekat reseptor
nikotinik pada ganglia simpatis dan parasímpatis. Keluarga
ketiga senyawa ini, obat penyekat neumuscular
mengganggu transmisi impuls eferon yang menuju otot
rangka.
Antikolinergik juga disebut antimuskaranik,
parasimpatolitik, kolinolitik, atroponik, dan pemblok
parasimpatetik. Antikolinergik menghambat efek asetilkolin
pada saraf postganglionik kolinergik danotot polos,
menghasilkan efek efek sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA