Anda di halaman 1dari 13

PERCOBAAN V

KOLINERGIK

A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat diharapkan memiliki keterampilan dalam melakukan pengujian
aktivitas kolinergik dan antikolinergik suatu obat pada hewan percobaan
2. Mahasiswa dapat memahami efek berbagai obat sistem syaraf otonom dalam
pengendalian fungsi atau aktivitas organ viseral tubuh.

B. DASAR TEORI
Sistem syaraf otonom juga dikenal sebagai sistem saraf viseral, karena saraf ini
berhubungan dengan organ-organ internal atau organ-organ dalam tubuh. Fungsi
utama sistem saraf ini adalah mengatur fungsi atau aktivitas organ viseral yang
berada diluar pengaruh kesadaran dan kemauan untuk mempertahankan keadaan
internal. Sistem syaraf ini mensyarafi jantung, pembuluh darah, saluran pencernaan
kelenjar-kelenjar dan otot polos lainnya.
Sistem syaraf otot terbagi atas sistem saraf otonom perifer dan pusat kontrol
sentral. Sistem syaraf otot perifer merupakan sistem motorik yang terdiri atas dua
bagian yaitu sistem simpatetik dan parasimpatetik. Setiap bagian syaraf tersebut
mengirimkan syaraf-syaraf eferen keotot, organ, atau kelenjar yang dipersyarafinya.
Umumnya, tetapi tidak selalu kedua syaraf tersebut mempunyai efek yang
berlawanan. Dalam pengertian yang sangat luas, dapat dikatakan bahwa syaraf
simpatetik membantu tubuh menyesuaikan diri terhadap situasi baru/tidak normal.
Sedangkan syaraf parasimpatetik menunjukan aktivitas bila tubuh bekerja dibawah
kondisi normal.
Prinsip pada percobaan ini adalah bahwa pemberian zat kolinergik pada hewan
percobaan dapat menyebabkan peningkatan pengeluaran saliva( salvias ) dan
hipersaliva dapat dihambat ( diinhibisi ) oleh zat anti kolinergik. Makanya pada
sistem ini hewan percobaan dapat mengeluarkan saliva berlebihan dan dapat
dikatakan hipersaliva.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
- spuit injeksi dan jarum
- wadah dari kaca
2. Bahan
- Atropin (dosis 1xp manusia 70kg = 1 mg)
- Pilocarpin (dosis 1xp manusia 70 kg = 20 mg)
- Vaisanbe (dosis 1xp manusia 70 kg) = 2 mg
- Nacl 0,9%
- kertas saring yang ditaburi metilen blue

D.CARA KERJA
Hewan uji (mencit)

- Dipuasakan 18 jam sebelum praktikum


- Dibagi atas 4 (empat) kelompok
- Diberi valisanbe secara ip (catat waktu penyuntikkan)
- Diberi perlakuan setelah 30 menit (setelah tanda sedasi terlihat)
Kelompok 1 : diberi NaCl 0,9% secara oral (Kontrol)
Kelompok 2 : diberi pilocarpin (sc)
Kelompok 3 : diberi atropine (sc), lalu disuntik pilocarpin (sc)
Kelompok 4 : diberi pilocarpin (sc), lalu segera disuntik atropine (sc)
- Disimpan mencit dalam wadah kaca yang diberi alas kertas saring
- Diamati pengeluaran saliva pada kertas saring setiap 5’ dan diukur
diameternya. Setiap kali setelah pengamatan, kertas saring diganti dengan
yang baru. Pengamatan dilakukan selama 45’ dimulai setelah penyuntikan
pilocarpin
- Untuk kelompok 4, begitu terlihat adanya bercak saliva pada kertas saring,
segera suntikkan atropine (dicatat waktu penyuntikan atropine). Selanjutnya
lakukan pengamatan seperti diatas ekskresi saliva untuk setiap kelompok
- Dihitung persentase inhibisi ekskresi saliva untuk setiap kelompok

% inhibisi = x 100%

Hasil
E. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. HASIL
Kelompok Bercak Siliva

0 5 10 15 20 2 30 35 40 45
5

Kelompok 1 3,8 - - - - - - - 0,52 -


(NaCl) 5 5

Kelompok 2 0,2 0,5 0,5 0,3 0,5 - 0,4 0,4 - -


(Pilocarpin) 5 5 5 6 7 5

Kelompok 3 - - 0,5 0,3 - - - - - -


(Atropin+Pilocar
pin)

Kelompok 4 0,2 0,2 0,3 - 0,4 - 0,3 0,4 0,47 -


(Pilocarpin+Atro 9 4 5 2 8
pin)

Perhitungan %inhibisi =

1) Kelompok 1
%inhibisi t5= x 100%= 100%

%inhibisi= = 0%

%inhibisi= = 0%

%inhibisi= = 0%

%inhibisi= = 0%
%inhibisi= = 0%

%inhibisi= = 0%

%inhibisi= = 0%

%inhibisi= = 0%

2) Kelompok 2
%inhibisi= = -120%

%inhibisi= = 9,09%

%inhibisi= = 30%

%inhibisi= = -85,71%

%inhibisi= = 100%

%inhibisi= = 0%

%inhibisi= = 4,25%

%inhibisi= = 100%

%inhibisi= = 0%

3) Kelompok 3
%inhibisi= = 0%

%inhibisi= = 0%

%inhibisi= = 40%

%inhibisi= = 100%
%inhibisi= = 0%

%inhibisi= = 0%

%inhibisi= = 0%

%inhibisi= = 0%

%inhibisi= = 0%

4) kelompok 4
%inhibisi= = 17,24%

%inhibisi= = -45,83%

%inhibisi= = 100%

%inhibisi= = 0%

%inhibisi= = 100%

%inhibisi= = 0%

%inhibisi= = 60%

%inhibisi= = 2,08%

%inhibisi= = 100%

2. PEMBAHASAN
Pada praktikum farmakologi II kali ini membahas
mengenai “Kolinergik dan Antikolinergik”. Adapun tujuan
praktikum kali ini yaitu praktikan dapat memiliki
ketrampilan dalam mealakukan pengujian aktivitas
kolonergik dan antikolinergik suatu obat pada hewan, dapat
memehami efek berebagai obat sistem saraf otonom dalam
pengendalian fungsi atau aktivitas organ viseral tubuh.
Adapun hewan uji yang digunakan pada peraktikum
mengenai “Kolinergik dan Antikolinergik” ialah mencit jantan
putih yang telah dihabitusi selama 7 hari dan yang telah
dipuasakan selama 18 jam sebelum digunakan untuk
praktikum .obat-obat yang digunakan pada praktikum kali
ini ialah Atropin,Pilocarpin,Volisanbe dan Nacl 0,9%.
Senyawa kolinergik adalah senyawa yang secara
langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan efek
seperti yang ditunjukan oleh asetil kolin, suatu senyawa
normal, bubuh yang disintetis pada jaringan saraf, sinapsis
kolinergik dan dinding usus. Ada dua tipe efek yang
dihasilkan yaitu efek muskarinik dan nikotinik.
Kolenergika atau parasimpatomimetika adalah
sekelompok zat yang dapat menimbulkan efek yang sama
dengan stimulasi Susunan Parasimpatis (SP), karena
melepaskan neurohormon asetilkolin (ACh) diujung-ujung
neuronnya. Tugas utama SP adalah mengumpulkan energi
dari makanan dan menghambat penggunaannya,
singkatnya berfungsi asimilasi. Bila neuron SP dirangsang,
timbullah sejumlah efek yang menyerupai keadaan istirahat
dan tidur. Efek kolinergis faal yang terpenting seperti:
stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat peristaltik
dan sekresi kelenjar ludah dan getah lambung (HCl), juga
sekresi air mata, dan lain-lain, memperkuat sirkulasi, antara
lain dengan mengurangi kegiatan jantung, vasodilatasi, dan
penurunan tekanan darah, memperlambat pernafasan,
antara lain dengan menciutkan bronchi, sedangkan sekresi
dahak diperbesar, kontraksi otot mata dengan efek
penyempitan pupil (miosis) dan menurunnya tekanan
intraokuler akibat lancarnya pengeluaran air mata, kontraksi
kantung kemih dan ureter dengan efek memperlancar
pengeluaran urin, dilatasi pembuluh dan kotraksi otot
kerangka, menekan SSP setelah pada permulaan
menstimulasinya (Tan Hoan Tjay & Rahardja, 2002).
Antikolinergik (disebut juga obat penyekat kolinergik
atau obat Antagonis kolinergik) mengikat koffloseptor tetapi
tidak memicu efek intraselular diperantarai oleh reseptor
seperti lazimnya yang paling bermanfaat dari obat golongan
ini adalah menyekat sinaps muskarinik pada saraf
parasimpatis secara selektif. Oleh karena itu, efek
persarafan parasimpatis menjadi terganggu, dan kerja pacu
simpatis muncul tanpa imbangan. Kelompok kedua obat ini,
penyekat ganglioník nampaknya lebib menyekat reseptor
nikotinik pada ganglia simpatis dan parasímpatis. Keluarga
ketiga senyawa ini, obat penyekat neumuscular
mengganggu transmisi impuls eferon yang menuju otot
rangka.
Antikolinergik juga disebut antimuskaranik,
parasimpatolitik, kolinolitik, atroponik, dan pemblok
parasimpatetik. Antikolinergik menghambat efek asetilkolin
pada saraf postganglionik kolinergik danotot polos,
menghasilkan efek efek sebagai berikut:

a. Anti spasmodik, yaitu menurunkan tonus dan pergerakan


sauran cerna dan saluran urogenital.

b. Antisekresi, mengurangi sekresi air liur, keringat dan asam


lambung.
c.Anti parkison, parkison adalah suatu ppenyakit yang
disebabkan oleh adanya ketidak seimbangan kadar dopain
fan asetil kolin di otak.

d.Mifriatik atau dilatasi pupil mata sikloplegik atau paralisis


struktur siliari mata, yang menyebabkan paralisis akomodasi
pengihatan dekat.

Efek samping antikolinergik antara lain adalah mulut


kering, anhidrosis, mata kabur. Takikardia, disuria dan retensi
urin akut. Pada orag dapat menyebabkan glau koma,
konstipasi, dan kesulitan akomodasi penglihatan.

Adapun langkah -langkah yang perlu dilakukan pada uji


Antikolinergik yaitu pertama dilakukan penimbangan berat
mencit sebelum dihabituasi.Tujuannya yaitu agar dapat
mengetahui volume larutan yanag akan diberikan kepada
mencit.lalu mencit dihabituasi selama 7 hari ,ini bertujuan
untuk membiasakan mencit dengan lingkunganya
.selanjutnya mencit dipuasakan selama 18 jam.Tujuannya
agar tidak mempengaruhi kerja obat yang disuntintikan pada
saat praktikum berlangsung.tahap selanjutnya mencit
ditimbang kembali lalu diberikan volisanbe (diazepam ) pada
mencit secara ip (dicatat waktu penyuntikannya) .Kemudian
diberikan perlakuan setelah 30 menit (setelah tanda sedasi
terlihat ).

Tahap selanjutnya mencit dibagi menjadi 4


kelompok,pada setiap kelompok terdapat masing-masing 1
mencit .kelompok 1,diberikan Nacl secara peroral .Kelompok
2, diberikan pilocarpin secara ip .Kelompok 3,diberikan
atropin secara subcutan dan kelompok 4 ,diberikan
pilocarpin dan atropin secara subcutan .Berikut langkah-
langkah permberian secara peroral .Pertama digunakan
sarung tangan .Lalu dijepit tengkok mencit dengan tanagan
kiri diantara jari telunjuk dan ibu jari.Kemudian dipindahkan
ekornya diantara jari manis dan kelingking tangan kiri
,sehingga mencit dipegang cukup erat.leher mencit dalam
keadaan lurus,lalu dimasukan suntikan oral kedalam mulut
mencit sampai esophagus.Sedangkan langkah-langkah
pemberian secara subcutan dilakukan dengan cara .Pertama
digunakan sarung ,lalu cubit kulit daerah tengkuk mencit
(bagian atas).Kemudian disuntikan dengan sudut 450.

Setelah perlakuan dilakukan penyimpanan mencit


kedalam wadah kaca yang diberi alas kertas saring.Dilakukan
pengamatan pengeluaran pada kertas saring setiap 5 menit
dan diameter salivanya diukur .Setiap kali pengamatan
kertas saringnya diganti dengan yang baru .Pengamatan
dilaklukan selama 45 menit dimulai setelah penyuntikan
pilocarpin.Selanjutnya disuntikan atropin secara subcutan
(catat waktu penyuntikan atropin ) pada kelompok 4 ,begitu
terlihat adanya bercak sadira pada kertas saring .Diamati
pada setiap kelompok .Kemudian dihitung diameter bercak
saliva pada setiap waktu pengamatan (dihitung persentase
inhibisi ekdpresi saliva untik detiap kelompok ).Selanjutnya
dibuat tabel dan grafik inhibisi untuk semua hasil
perhitungannya persatuan waktu dibuat dalam bentuk grafik.

Berdasarkan praktikum yang dilakukan didapatkan


hasil yang berbeda-beda yaitu pada kelompok 1 .pada waktu
awal didapatkan persen inhibisinya sebesar 3,85.Pada menit
ke 5,10,15,20,25,30,35, tidak terdapat saliva . Pada menit ke
40 sebesar 0,525

Pada kelompok 2 .Pada waktu awal di dapatkan persen


inhibisinya sebesar 0,25.Pada menit ke 5 sebesar 0,55 . Pada
menit ke 10 sebesar 0,5. Pada menit ke 15 sebesar 0,35 .
Pada menit ke 20 sebesar 0,65. Pada menit ke 25 tidak
terdapat saliva. Pada menit ke 30 sebesar 0,47. Pada menit
ke 35 sebesar 0,45. Pada menit ke 40 dan 45 tidak terdapat
saliva.

Pada kelompok 3. Pada menit ke 0 dan 5 tidak terdapat


saliva. Pada menit ke 10 sebesar 0,5. Pada menit ke 15
sebesar 0,3. Pada menit ke 20,25,30,35,40,45 tidak terdapat
saliva.

Pada kelompok 4. Pada menit ke 0 sebesar 0,29 . Pada


menit ke 5 sebesar 0,24 . Pada menit ke 10 sebesar 0,35 .
Pada menit ke 15 tidak terdapat saliva . Pada menit ke 20
sebesar 0,42 . Pada menit ke 25 tidak terdapat saliva . Pada
menit ke 30 sebesar 0,3 . Pada menit ke 35 sebesar 0,48 .
Pada menit ke 40 sebesar 0,47 . Pada menit ke 45 tidak
terdapat saliva .

Adapun faktor yang dapat mempengaruhi tidak


didapatkan saliva pada kertas saring ialah .kurangnya
ketelitian praktikan pada saat pengambilan volume larutan
yang sesuai,kesalahan dalam perlakuan,kesalahan dalam
penimbangan mencit sehingg volume yang diberikan tidak
sesuai.
F. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa praktikan telah melakukan pengujian
aktivitas kolinergik suatu obat pada hewan percobaan dan
memahami efek berbagai obat sistem saraf otonom dalam
pengendalian fungsi atau aktivitas orrgan viseral tubuh. Hasil
yang diperoleh yaitu obat ang memiliki kerja yang baik
adalah atropin, pilocarpin dan NaCl.

DAFTAR PUSTAKA

Bukchech, Gloria, et al (2012). Nursing Intervention Classification (NIC). Lowa :


Mosbysp
Jhonson, Marion. (2012). Outcome project Nursing Clasification (NOC). St Louis
Missouri : Mosby
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002 .Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah.EGC:Jakarta.
Sudoyo, Aru W.( 2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 4. Jakarta. Interna
Publishing.
Wiley, NANDA International. (2012). Nursing Diagnostig : Defenition and Clasification
2012-2014. Jakarta :ECG
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
PERCOBAAN V
KOLINERGIK DAN ANTIKOLINERGIK

DOSEN PEMBIMBING : SULASTRI HERDANINGSIH, M. Farm., Apt

Nama kelompok 2/KELAS IIC :


ARISKA PUTRI UTAMI
ERLIN SUHARYANTI
IDKHAM KHALID
JAMLIATI
M. FARHANDANI
NADIYAH SAPRIANI
PUTRI INDAH SARI
RAHMAT HIDAYATULLAH
SAPIRA LORITA
WAHYUNI

AKADEMI FARMASI YARSI


PONTIANAK
2019

Anda mungkin juga menyukai