Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


“LARUTAN CUCI MATA”

Dosen pengampu :

Dra. Suhartinah, M.Sc.,Apt

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

1. Gevin Vibro Arya Khrisna (24185373A)


2. Muhammad Fathan Robbi (24185378A)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK
2021
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui dan menguasai pembuatan larutan mata meliputi tetes mata dan cuci
mata secara steril.

II. DASAR TEORI


Sterilisasi adalah suatu proses dimana kegiatan ini bertujuan untuk membebaskan alat
ataupun bahan dari berbagai macam mikroorganisme. Suatu bahan bisa dikatakan steril apabila
bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun tidak baik dalam  bentuk vegetatip
walaupun bentuk nonvegetatip (spora). Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk
menciptakan keadaan steril. Secara tradisional keaadan steril adalah kondisi mutlak yang
tercipta sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Konsep
ini menyatakan bahwa steril adalah istilah yang mempunyai konotasi relative, dan kemungkinan
menciptakan kondisi mutlak bebas dari mikroorganisme hanya dapat diduga atas dapat proyeksi
kinetis angka kematian mikroba.

1. Guttae Ophtalmicae
Guttae Ophthalmicae atau tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan
atau suspensi, digunakan untuk mata, dengan cara meneteskan obat pada selaput
lendir di sekitar kelopak mata dan bola mata. Tetesmata berair umumnya dibuat
menggunakan cairan pembawa berair yang mengandung zat pengawet terutama
fenilraksa (II) nitrat atau fenilraksa (II) asetat 0,002 % b/v, benzalkonium klorida
0.01 % b/v atau klorheksidina asetat 0,01 % b/v, yang pemilihannya didasarkan
atas ketercampuran zat pengawet terhadap obat yang terkandung di dalamnya
selama tetes mata itu dimungkinkan untuk digunakan. Benzalkonium klorida tidak
cocok digunakan sebagai zat pengawet untuk tetes mata yang mengandung
anestetikun lokal. Tetes mata berupa larutan harus jernih, bebas zarah asing, serat
dan benang.

Kecuali dinyatakan lain, tetes mata dibuat dengan cara berikut:


1. Obat dilarutkan ke dalam cairan pembawa yang mengandung salah satu zat
pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan dijernihkan
dengan penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutup wadah dan sterilkan
dengan Cara sterilisasi A yang tertera pada injectiones.
2. Obat dilarutkan ke dalam cairan pembawa berair yang mengandung salah satu zat
pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan didterilkan
dengan Cara sterilisasi C yang tertera pada Injectiones, masukkan ke dalam
wadah secara aseptik dan tutup rapat.
3. Obat dilarutkan ke dalam cairan pembawa yang mengandung salah satu zat
pengawet tersebut atau zat pengawet lain yang cocok dan larutan dijernihkan
dengan penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutup wadah dan sterilkan
dengan Cara sterilisasi B yang tertera pada injectiones.

Semua alat yang digunakkan untuk pembuatan tetes mata, begitu juga
wadahnya, harus bersih betul sebelum digunakan, jika perlu disterilkan. Kejernihan
harus memenuhi syarat kejernihan yang tertera pada Injectiones. Sterilitas harus
memenuhi Uji Sterilitas yang tertera pada Uji keamanan hayati. Penyimpanan dalam
wadah kaca atau plastik tertutup kedap, volume 10 ml, dilengkapi dengan penetes.
Penandaan pada etiket juga harus tertera “Tidak boleh digunakan lebih dari 1 bulan
setelah tutup dibuka”.

2. Collyria
Kolirium adalah sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas zarah asing,
isotonis, digunakan untuk membersihkan mata. Dapat ditambahkan zat dapar dan zat
pengawet.
Kolirium dibuat dengan melarutkan obat dalam air, saring hingga jernih, masukkan
dalam wadah, tutup dan sterilkan dengan Cara sterilisasi A, B atau C, pindahkan ke
dalam wadah steril secara aseptic. Alat dan wadah yang digunakan dalam pembuatan
kolirium harus bersih dan steril.
Kejernihan dan Sterilitas. Memenuhi syarat yang tertera pada Injectiones, pada
Farmakope Indonesia.
Penyimpanan. Dalam wadah kaca atau plastik tertutup kedap.
Catatan:
1. Pada etiket harus juga tertera:
a. Masa penggunaan setelah botol dibuka tutupnya
b. “Obat cucimata”
2. Kolirium yang tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan paling lama
24 jam setelah botol dibuka tutupnya.
3.Kolirium yang mengandung zat pengawet dapat digunakan paling lama 7 hari
setelan botol dibuka tutupnya.

III. ALAT DAN BAHAN


A. ALAT
1 Beaker glass 6 Kertas saring
2 Pengaduk gelas 7 Botol tetes mata
3 Corong kaca 8 Flakon
4 Gelas ukur 9 Pipet
5 Erlenmeyer 10 Botol kaca

B. BAHAN
1. NaH2PO4
2. Na2HPO4
3. Nacl
4. Atropine sulfat
IV. CARA KERJA
Membuat aquadest steril, kemudian didinginkan.

Sterilkan botol kaca dan tutup botol.

Timbang semua bahan.

Larutkan asam borat dengan aquadest steril panas dalam Erlenmeyer.

Setelah dingin tambahkan ZnZO 4, kemudian larutkan

Kemudian tambahkan NaCl aduk sampai larut dan homogen.

Tambahkan aquadest steril ad 110 ml.


Saring dengan kertas saring steril. Saringan pertama disisihkan (± 0,5 ml ) lalu buang,
saringan kedua ditampung ke dalam botol yang sudah dikalibrasi dan steril.
Sterilkan obat dengan sterilisasi basah.

Cara Sterilisasi
1. Pemanasan dalam otoklaf

Sediaan yang akan disterilkan diisikan ke dalam wadah yang cocok

kemudian ditutup kedap. Jika volume dalam tiap wadah yang tidak lebih dari 100 ml.
Sterilisasi dilakukan denganuap air jenuh pada suhu 115° sampai 116° selama 30 menit.
Jika volume dalam tiap wadah lebih dari 100 ml, waktu sterilisasi diperpanjang hingga
seluruh isi tiap wadah berada pada suhu 115° sampai 116° selama 30 menit
2. Pemanasan dengan bakterisida

Sediaan dibuat dengan melarutkan atau mensuspensikan bahan obat dalam larutan
klorkresol P 0,2 % b/v dalam aqua bidest atau larutan bakterisida yang cocok
untuk air untuk tetes mata
Isikan ke dalam wadah, kemudian ditutup kedap
Jika volume dalam tiap wadah tidak lebih dari 30 ml, panaskan pada suhu 98° sampai
100° selama 30 menit
. Jika dosis tunggal injeksi yang digunakkan secara intravenus lebih dari 15 ml,
pembuatan tidak dilakukan dengan cara ini. Injeksi digunakan secara intrateka,
intrasisterna,atau peridura tidak boleh dibuat dengan cara ini.
3. Penyaringan

Larutan disaring melalui penyaring bakteri steril, diisikan ke dalamwadah akhir yang
steril, kemudian ditutup kedap menurut Teknik aseptic.

4. Pemanasan kering

Sediaan yang akan disterilkan dimasukkan ke dalam wadah

kemudian ditutup kedap atau penutupan ini dapat bersifat sementara untuk mencegah
cemaran.
Jika volume tiap wadah tidak lebih dari 30 ml, waktu 1 jam dihitung setelah seluruh isi
tiap wadah mencapai 150°.

Wadah yang tertutup sementara, kemudian ditutup kedap menurut Teknik aseptic.

V. HASIL PERCOBAAN
 Perhitungan
R/ ZnSO4 0,1
Asam Borat 0,5
Aquadest ad 100 ml 300 ml
Dibuat sediaan obat cuci mata ZnSO4 300 ml

PTB ZnSO4 =0,086


PTB Asam Borat =0,288
PTB NaCl = 0,576\

0,1 g
C1 ZnSO4 = = 0,1 % b/v
100 ml

0,5 g
C2 Asam Borat = = 0,5 % b/v
100 ml

0,52−[( b 1 xc 1 ) +(b 2 xc 2)]


B=
b3
0,52−[( 0,086 x 0,1 ) +(0,288 x 0,5)]
B=
0,576
0,52−[( 0,0086 )+(0,144)]
B=
0,576
0,52−0,1526
B=
0,576
B = 0,6378 g/100 ml

Penimbangan bahan (dilebihkan 10 % menjadi 100 ml)


10
100 ml +( x 100) = 110 ml
100
Penimbangan bahan (dilebihkan 10 % menjadi 300 ml)
10
300 ml +( x 300) = 330 ml
100

Bahan yang ditimbang :


0,1 g
a. ZnSO4 = x 330 = 0,33 g
100
0,5 g
b. Asam Borat = x 330 = 1,65 g
100
0,6378 g
c. NaCl = x 330 = 2,1047 g
100
d. Aquadest ad 330 ml

 Hasil
Pengamatan Setelah Pembuatan
Bentuk Cair
Warna Jernih
Bau Tidak berbau
Homogenitas Cukup homogen
Partikel asing Ada
pH 6,8

VI. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan menguasai pembuatan larutan
mata yaitu cuci mata secara steril. Bahan yang digunakan sebagai larutan cuci mata
adalah ZnSO4 dan asam borat. Pelarut yang digunakan adalah Aqua pro injeksi
karena larutan cuci mata haruslah steril bebas partikel dan bebas mikroba. ZnSO4
dan asam borat bersifat mudah larut dalam air. ZnSO4 berfungsi sebagai adstringen
sedang asam borat berkhasiat sebagai antibakteri dan fungistatik  sehingga dapat
mengatasi mata bengkak,berair dan mata merah.
Metode sterilisasi yang digunakan utnk membuat sediaan ini adalah dengan
sterilisasi C dan B,yakni pemanasan dengan penambahan bakterisid dan
penyaringan bakteri. Penambahan bakterisid bertujuan untuk mencegah
kontaminasi dari luar karena dalam pemakaiannya sering dibuka dan ditutup
penutup wadah/botolnya. Larutan cuci mata selain seharusnya diberi pendapar  agar
pH stabil dimana pH mata normal adalah 7,4 akan tetapi jarang sekali sediaan yng
dibuat mencapai pH tersebut, selain itu juga bisa ditambahkan pengawet. Parutan
cuci mata tanpa pengawet bisa bertahan kurang lebih 24 jam sedangkan dengan
pemberian pengawet bisa bertahan sampai kurang lebih 7 hari setelah tutup wadah
dibuka, akan tetapi dalam praktikum kami tidak ditambahkan  pendapar dan
pengawet dikarenakan tidak tersediannya bahan alam  penimbangan bahan
ditambah 10% untuk mengantisipasi kekurangan bahan karena proses pembuatan.
Syarat sediaan parenteral untuk mata adalah jernih, isohidris, steril, bebas
partikel asing, dan isotonis. NaCl ditambahkan pada larutan cuci mata untuk 
mengatur isotonisitas sediaan supaya sama dengan mata sehingga tidak 
menimbulkan rasa sakit saat digunakan. Penambahan NaCl dihitung dengan rumus :
0,52−b 1 c 1+ b2 c 2
B=
b3

Keterangan :
B= jumlah penambaha NaCl
C1= konsentrasi ZnSO4
C2= konsentrasi asam borat
C3= konsentrasi NaCl  
b1= Ptb ZnSO4
b2= Ptb asam borat  
b3= konsentrasi NaCl
Larutan cuci mata harus jernih supaya nampak jika ada pertikel asing yang
dapat melukai mata. Isohidris artinya pH sediaan sama dengan mata atau berada
pada range yang ditentukan dimana masih aman dan nyaman jika digunakan.
Jangkauan pH isohidris adalah 6,8-7,4. Sedaangkan pH yang kami dapat dari
larutan yang kami buat adalah 6,8 , artinya bisa diterima.
Evaluasi hasil pembuatan sediaan cuci mata pada praktikum ini adalah cair,
jernih tetapi masih terlihat ada partikel melayang dalam larutan, tidak berbau, cukup
homogen, pH 6,8.

VII. KESIMPULAN
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan sediaan larutan cuci mata hasil dari
praktikum ini kurang memenuhi syarat karena ditemukan partikel asing yang
melayang dalam larutan. pH yang didapat adalah 6,8 mendekati pH mata yakni 7,4
dan masih dalam range isohidris 6,8 – 7,4.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
Ansel, H.C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Ed ke 4. Penerbit UI.
Jakarta
Anief, Moh. 2008. Ilmu Meracik Obat. Jakarta : Gadjah Mada University Press

Anda mungkin juga menyukai