II. TUJUAN :
V. CARA KERJA
Masing - masing kelompok mendapatkan 3 ekor tikus yang telah diberi tanda (I, II,
III)
Masing - masing tikus diberi salep minyak atsiri dengan cara dioles sesuai dengan
dosis 1%, 5%, 10%
VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa uji toksisitas akut
dermal dengan menggunakan salep minyak atsiri tergolong aman hingga dosis
10% karena tidak menyebabkan kematian pada hewan uji.
DAFTAR PUSTAKA
BPOM. (2014). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik Secara Invivo.
Jakarta: Badan POM RI.
Brooks, G.F., Butel J.S., Morses A. (2005). Mikrobiologi Kedokteran. Alih Bahasa
Mudihardi E., Kuntaman, Wasito. Jakarta: Salemba Medika.
Erindyah, R.W. dan Maryati. (2002). Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Pinus terhadap S.
aureus dan E. Coli. Jurnal Farmasi Indonesia. Pharmacon 4 (1): Hal 20-24.
Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan.
Terjemahan K. Padmawinata, Edisi II. Bandung: ITB Press.
Hermawan, et al. 2007. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) terhadap Pertumbuhan
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan Metode Difusi Disk. Surabaya:
Universitas Airlangga.
Hidayat et al. (2015). Pemanfaatan Limbah Biji Pepaya (Carica papaya L.) sebagai Sabun
Cair Wajah Antijerawat (Acne vulgaris). Purwokerto: Fakultas Farmasi, Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.