Kelompok 5
KIMIA INSTRUMEN
Danty, S.Pd
Melakukan preparasi dengan tepat dan akurat, serta dapat mengikuti manual
pengoperasian instrument HPLC
Analisis kuantitatif dengan teknik HPLC didasarkan pada pengukuran luas/area puncak analit
dalam kromatogram, dibandingkan dengan luas/ area standar. Pada prakteknya teknik
perbandingan kurang menghasilkan data yang akurat bila hanya melibatkan satu konsentrasi
standar. Oleh karena itu, lebih akurat dilakukan dengan menggunakan teknik kurva kalibrasi.
Prinsip kerja HPLC adalah berdasarkan distribusi differensial komponen di antara dua fasa yang
disebabkan oleh perbedaan kepolaran.
Prinsip kerja alat instrument HPLC adalah sebagai berikut: dengan bantuan pompa, fasa gerak
cair dialirkan melalui kolom ke detektor. Cuplikan dimasukan ke dalam aliran fasa gerak dengan
cara penyuntikan. Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen komponen campuran. Karena
perbedaan kekuatan interaksi antara solute-solute terhadap fasa diam. Solute solute yang kurang
kuat interaksinya dengan fasa diam akan keluar dari kolom lebih dulu. Sebaliknya, solute-salute
yang kuat interaksinya dengan fasa diam maka solute-solute tersebut akan keluar dari kolom
lebih lama. Setiap komponen campuran yang keluar kolom dideteksi oleh detector kemudian
direkam dalam bentuk kromatogram Kromatogram HPLC serupa dengan kromatogram GC,
jumlah peak menyatakan jumlah komponen, sedangkan luas peak menyatakan konsentrasi
komponen dalam campuran. Komputer dapat digunakan untuk mengontrol kerja sistem HPLC.
Gambar skema instrument HPLC:
Terdapat dua perbedaan dalam HPLC berdasarkan polaritas dari pelarut dan interaksi terhadap
fasa diamnya.
1) Fasa normal HPLC, dimana dengan fasa diamnya bersifat lebih polar daripada pelarutnya.
2) Fasa balik HPLC, dimana dengan fasa diamnya bersifat non-polar dibandingkan dengan
pelarutnya.
Jenis retensi solute merupakan dasar dalam HPLC karena pemisahan senyawa bergantung pada
jenis dan kekuatan interaksi solute dengan fasa diam. Mekanisme retensi dapat dikelompokan
menjadi 5 kategori :
1) Kromatografi Adsorbsi
2) Kromatografi Partisi
1. Fasa gerak
Dalam HPLC, fasa gerak selain berfungsi membawa komponen-komponen campuran menuju
detektor, fasa gerak dapat berinteraksi dengan solute - solute. Oleh karena itu, fasa gerak dalam
HPLC merupakan salah satu factor penentu keberhasilan proses pemisahan.
2) Zat cair harus murni sekali untuk menghindarkan masuknya kotoran yang dapat
mengganggu interpretasi kromatogram.
3) Zat cair harus jernih sekali untuk menghindarkan penyumbatan dalam kolom
4) Zat cair harus mudah diperoleh, murah, tidak mudah terbakar, dan tidak beracun
2. Pompa
Pompa dalam HPLC berfungsi untuk mengalirkan fasa gerak cair melalui kolom yang berisi
serbuk halus. Pompa yang dapat digunakan dalam HPLC harus memenuhi persyaratan:
Fase gerak dalam KCKT adalah suatu cairan yang bergerak melalui kolom. Ada dua tipe pompa
yang digunakan, yaitu kinerja konstan (constant pressure) dan pemindahan konstan (constant
displacement). Pemindahan konstan dapat dibagi menjadi dua, yaitu: pompa reciprocating dan
pompa syringe. Pompa reciprocating menghasilkan suatu aliran yang berdenyut teratur
(pulsating),oleh karena itu membutuhkan peredam pulsa atau peredam elektronik untuk,
menghasilkan garis dasar (base line) detektor yang stabil, bila detektor sensitif terhadapan aliran.
Keuntungan utamanya ialah ukuran reservoir tidak terbatas. Pompa syringe memberikan aliran
yang tidak berdenyut, tetapi reservoirnya terbatas.
Gambar : Pompa HPLC
3. Injektor
Sampel yang akan dimasukkan ke bagian ujung kolom, harus dengan disturbansi yang minimum
dari material kolom.
4. Kolom
Kolom HPLC biasanya terbuat dari stainless steel walaupun ada juga yang terbuat dari gelas
berdinding tebal. Kolom utama berisi fasa diam, tempat terjadinya pemisahan campuran menjadi
komponen-komponennya. Bergantung keperluannya kolom utama dapat digunakan untuk
analisis atau preparatif. Untuk keperluan preparatif, setiap komponen yang keluar dari kolom
ditampung pada tabung yang berbeda dan keluaran HPLC dihubungkan dengan fraction colector.
Berhasil atau gagalnya suatu analisis tergantung pada pemilihan kolom dan kondisi percobaan
yang sesuai.
5. Detektor
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen sampel didalam kolom (amalisis
kualitatif) dan menghitung kadamya (analisis kuantitatif).Detektor yang baik memiliki
sensitifitas yang tinggi, gangguan (noise) yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan
memberi respons untuk semua tipe senyawa. Suatu kepekaan yang rendah terhadap aliran dan
fluktuasi temperatur sangat diinginkan, tetapi tidak selalu dapat diperoleh. Detektor KCKT yang
umum digunakan adalah detektor UV 254 nm. Variabel panjang gelombang dapat digunakan
untuk mendeteksi banyak senyawa dengan range yang lebih luas. Detektor indeks refraksi juga
digunakan secara luas, terutama pada kromatografi eksklusi, tetapi umumnya kurang sensitif jika
dibandingkan dengan detektor UV.
6. Rekorder
Berfungsi menampilkan hasil dari pemisahan kromatografi. Kromatogram berupa waktu retensi
(sumbu x) dan intensitas penyerapan (sumbu y). Hal ini dapat digunakan untuk analisis kualitatif
suatu komponen. Area puncak setara dengan konsentrasi sehingga dapat digunakan untuk
analisis kuantitatif.
Hasil kromatogram akan kurang baik dikarenakan adanya pelebaran puncak Pelebaran yang
terjadi dapat disebabkan oleh tiga faktor yaitu:
a. Difusi Eddy
Difusi Eddy terjadi karena perbedaan waktu kedatangan komponen ke detektor yang
menyebabkan puncak kromatogram melebar. Hal ini disebabkan karena terdapat
perbedaan ukuran partikel penyusun kolom yang tidak merata
b. Transfer massa
Transfer massa terjadi karena perbedaan waktu kedatangan komponen ke detektor yang
menyebabkan puncak kromatogram melebar.
c. Difusilongitudinal
Parasetamol dan kafein umumnya terdapat bersama-sama dalam satu tablet obat yang memiliki
sifat kepolaran berbeda. Gugus kromofor yang dimilikinya menyebabkan dapat menyerap sinar
UV. (Tim Dosen Kimia Instrumen 2011:17) Parasetamol berwujud serbuk hablur berwarna putih
tidak berbau dan sedikit pahit. Mengenai kelarutannya parasetamol larut dalam air mendidih dan
dalam NaOH IN, mudah larut dalam etanol, memiliki rumus empiris C.H.NO
III. Alat Dan Bahan
Alat : Bahan
9) Pipet Volume
2) Ditambahkan 20 ml methanol
3) Ditambahkan 30 ml asetonitril
1) Larutan induk Paracetamol dan kafein dipipet masing masing sebanyak 1,2,3,4,5
dan 6 ml kedalam labu ukur 10 ml
5) Ditambahkan 1 ml pelarut
PERHITUNGAN DATA
b. Kafein
Massa Kafein Standar = 12,5 mg
150 ppm
C1 x V1 = C2 x V2
500 ppm x V1 = 150 ppm x 10 ml
V1 = 3 ml
200 ppm
C1 x V1 = C2 x V2
500 ppm x V1 = 200 ppm x 10 ml
V1 = 4 ml
250 ppm
C1 x V1 = C2 x V2
500 ppm x V1 = 250 ppm x 10 ml
V1 = 5 ml
300 ppm
C1 x V1 = C2 x V2
500 ppm x V1 = 300 ppm x 10 ml
V1 = 6 ml
350 ppm
C1 x V1 = C2 x V2
500 ppm x V1 = 350 ppm x 10 ml
V1 = 7 ml
50.8 ppm
C1 . V1 = C2 . V2
254ppm . V1 = 50.8 ppm . 10 mL
V1 = 2 mL
76.2 ppm
C1 . V1 = C2 . V2
254ppm . V1 = 76.2 ppm . 10 mL
V1 = 3 mL
101,6 ppm
C1 . V1 = C2 . V2
254ppm . V1 = 101.6 ppm . 10 mL
V1 = 4 mL
127 ppm
C1 . V1 = C2 . V2
254ppm . V1 = 127 ppm . 10 mL
V1 = 5 mL
152,4 ppm
C1 . V1 = C2 . V2
254ppm . V1 = 152.4 ppm . 10 mL
V1 = 6 mL
177,8 ppm
C1 . V1 = C2 . V2
254ppm . V1 = 177.8 ppm . 10 mL
V1 = 7 mL
ANALISIS DATA
1) Data Penimbangan Sampel Obat ( Panadol Extra )
m1 = 0,6899 mg m6 = 0,6918 mg
m2 = 0,6989 mg m7 = 0,6985 mg
m3 = 0,7041 mg m8 = 0,7006 mg
m4 = 0,6935 mg m9 = 0,6947 mg
m5 = 0,6948 mg m10 = 0,6984 mg
Massa rerata sampel obat ( panadol extra ) = 0,6952 mg
8000000
6000000
4000000
2000000
0
0 100 200 300 400
Konsentrasi (ppm) y = 40416x + 221617
R² = 0.999
=
Massa parasetamol dalam 6,00 mg panadol ( 10 mL )
Luas Area Parasetamol = 3948526
*x : Parasetamol
Kadar Parasetamol dalam 6,00 mg sampel obat Panadol Extra ( 10 mL )
Dalam 10 mL :
*ket: x = kafein
Kadar Kafein dalam 6,00 mg sampel obat Panadol Extra ( 10 mL )
Dalam 10 mL :
2) Adapun prinsip dasar dari HPLC (High Performance Liquid Chromatography) pada
praktikum kali ini adalah adanya perbedaan koefisien distribusi antara komponen fasa
gerak dan fasa diam. Praktikum ini menggunakan HPLC fasa terbalik, karena fasa diam
yang digunakan bersifat nonpolar yaitu C-18 dan fasa gerak gerak yang digunakan
( campuran dari KH2PO4 0,01 M, methanol, asetonitril dan isopropil alkohol) bersifat
polar.
3) Untuk melarutkan parasetamol dan kafein digunakan pelarut, Pelarut yang digunakan
adalah campuran dari KH2PO4 0,01 M, methanol, asetonitril dan isopropil alkohol yang
tidak berwarna. Pelarut yang digunakan dikombinasikan komposisinya bertujuan untuk
memberikan faktor kapasitas yang cocok sehingga faktor human error dapat dihindarkan.
4) Fase gerak yang digunakan sudah memenuhi persyaratan fasa gerak HPLC yaitu: jernih,
murah, mudah diperoleh, dan tidak kental.
7) Pembuatan masing masing konsentrasi dan pelabelan harus dilakukan secara teliti untuk
mencegah terjadinya kekeliruan. Larutan standar diinjeksikan secara berurutan dari
konsentrasi terendah sampai konsentrasi tertinggi. Dalam membuat larutan sampel
sampel obat ditimbang dalam 10 kali penimbangan per tablet dan dihasilkan rata rata
penimbangan untuk panadol 695,2 mg dan untuk bodrex adalah 840,19 mg. Sampel yang
dianalisis beratnya 6 mg. Pada pembuatan lautan sampel parasetamol, sampel obat yang
berupa tablet ditimbang satu per satu. Hal ini dilakukan karena massa masing-masing
tablet tidak sama, sehingga digunakan massa rata-rata dari kesepuluh tablet.
9) Alat HPLC diset sesuai dengan kebutuhan pengukuran yaitu dengan panjang gelombang
215 nm, laju alir lmL/menit.Pada saat memasukan larutan standar maupun larutan sampel
tidak terlalu banyak cukup dengan 20 mikoliter, karena jika terlalu banyak dapat
menyebabkan band broadening (pelebaran peak) dan pada saat memasukan cuplikan pada
syringe tidak ada gelembung udara agar menghasilkan pemisahan yang baik.
10) Sebelum digunakan, syringe harus dibilas dengan mengunakan metanol agar terbebas
dari kotoran. Pada proses pemasukan cuplikan kedalam alat HPLC dilakukan dengan
menggunakan alat injeksi syiringe. Syringe disuntikan melaui septum (seal karet),
cuplikan yang masuk kemudian dialirkan oleh fasa gerak dengan bantuan pompa. Dalam
kolom terjadi pemisahan komponen-komponen campuran. Karena perbedaan kekuatan
interaksi antara solute-solut terhadap fasa diam. Solute yang kuat interaksinya dengan
dengan fasa diam akan tertahan. Dalam hal ini parasetamol yang lebih polar
dibandingkan kafein tertahan lebih lama pada fasa diam dalam kolom. Sehingga setelah
keluar kolom akan dideteksi oleh detector yang kemudian direkam dalam bentuk
kromatogram yang menghasilkan puncak.
11) Kolom yang digunakan dalam percobaan ini adalah kolom yang berisi fasa diam C-18
denagna panjang 15 cm yang bersifat nonpolar dan merupakan hasil reaksi antara silika
dengan alkilklorosilana dimana gugus alkilnya (R) adalah n- oktadesil. Fasa diam
tersebut terikat pada fasa pendukung yaitu silika. Dalam hal ini, fasa diam lebih nonpolar
dari fasa geraknya sehingga mode yang digunakan adalah mode fasa terbalik. HPLC fasa
terbalik ini baik untuk memisahkan campuran komponen-komponen yang bersifat polar
seperti parasetamol dan kafein.
12) Fasa diam yang digunakan dalam HPLC harus tahan terhadap tekanan tinggi, karena
apabila digunakan struktur dengan pori yang besar akan mudah rusak. Hal ini disebabkan
menurunnya permeabilitas akibat tekanan tinggi. Sementara proses elusi yang digunakan
adalah isocratie. Mode isokratik dilakukan pada temperature tetap dan komposisi fasa
geraknya sama selama pengukuran berlangsung yaitu pada suhu 27 C dan laju alir nya 1
mL/menit. Dalam pengelusian, parasetamol terelusi lebih awal dengan waktu retensi
lebih pendek yaitu 2,26 menit dibbandingkan kafein yaitu 2,89 menit.
13) Kepolaran dapat dilihat dari struktur senyawanya dimana parasetamol hanya memilki
satu ikatan CH3 sementara kafein 3 ikatan CH3. Oleh karenanya, senyawa-senyawa
kafein akan menghabiskan dalam kolom lebih lama dan mempunyai waktu retensi yang
besar. Sementara, molekul parasetamol dalam campuran akan menghabiskan waktunya
untuk bergerak bersama dengan pelarut sehingga akan keluar terlebih dahulu dan
mempunyai waktu retensi yang kecil.
14) Detektor yang digunakan pada peralatan HPLC ini adalah spektrofotometer UV, yaitu
karena ada gugus kromofor pada sampel. Analisis; kualitatif dilakukan dengan
membandingkan waktu retensi sampel parasetamol dan kafeinn dengan larutan standar.
Waktu retensi larutan standar untuk parasetamol adalah 2,24 menit sedangkan waktu
retensi sampel adalah 2,26 menit. Sementara waktu retensi larutan standar untuk kafein
adalah 2,86 dan 2,86 menit. Sedangkan waktu retensi pada sampel adalah 2,89 menit.
Analisis kuantitatif dari pengukuran diperoleh dari luas area peak dalam kromatogram
yang memiliki waktu retensi sama.
15) Pengukuran larutan standar dengan meningkatnya konsentrasi diperoleh luas area yang
meningkat pula. Pelebaran puncak kromatogram dapat terjadi karena Adanya difusi Eddy
zat padat di dalam kolom tidak seragam dan kepadatannya tidak merata sehingga
komponen sampel berjalan tidak mulus, panjang jalan yag dilalui sampel tidak merata.
Selain itu, juga bias terjadi transfer massa karena pengaturan laju alir yang tidak tepat
sehingga ada komponen yang tertinggal didalam kolom.
16) Pada percobaan ini, untuk menentukan kadar parsetamol dan kafein dalam sampel obat
diperlukan deret larutan standar parasetamol dan kafein dengan berbagai konsentrasi
untuk membuat kurva kalibrasi. Setelah didapat luas area untuk masing- masing
konsentrasi, dibuat kuva kalibrasi dengan memplotkan konsentrasi terhadap luas area dan
didapat garis lurus. Dari pengolahan data percobaan, diperoleh kadar parasetamol yaitu
sebesar 364,98 mg per tablet panadol dan kadar kafein 50,1355 mg per tablet panadol.
Analis Kesalahan dalam praktikum kali ini adalah.
17) Adanya perubahan tekanan dan suhu saat proses pemisahan HPLC. Adanya perubahan
tekanan dan suhu akan menyebabkan pemisahan tidak berjalan sempurna. Kekurang
telitian yang dilakukan saat pembuatan deret larutan standar. Selain itu, saat
penginjeksian sampel dilakukan secara perlahan. Hal ini tidak boleh dilakukan karena
akan ada tekanan balik dari injektor dan juga saat menginjeksikan harus benar benar
dipastikan tidak ada gelembung yang diakibatkan dari mobilitas partikel yang
menyebabkan pemisahan yang kurang baik.
VII. Kesimpulan
Dari praktikum kali ini untuk menganalisis kadar parasetamol dan kafein dalam sampel
obat sakit kepala (panadol) menggunakan instrumen HPLC didapat kadar parasetamol
dalam sampel obat sebesar 360.0021 mg/tablet sementara kadar kafein sebesar 50.2349
mg/tablet.
Daftar Pustaka
Al-Anshory, Jamaludin. 2007. Diktat Pelatihan HPLC. Bandung : Universitas Padjadjaran
Budiasih, Endang, dkk. 1999. Analisis Instrumentasi. Malang: Universitas Negeri Malang
Sudjadi dan Rahman, A. 1994. Analisis Obat dan Makanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Tim Dosen Kimia Analitik. 2013. Petunjuk Praktikum Kimia Instrumen. Bandung: LKI
Universitas Pendidikan Indonesia