Anda di halaman 1dari 30

ANALISIS KUANTITATIF ZAT AKTIF DAN SEDIAAN

OBAT GOLONGAN PROTEIN DAN ASAM AMINO

RENALDI SAIFUL 15020190194


ALFIAH FIRA 15020190223

C7 ANALISIS SEDIAAN FARMASI

DOSEN. AMINAH, S.Farm.,M.Sc


01
SEDIAAN PROTEIN
SEDIAAN YANG MENGANDUNG PROTEIN
• Protein adalah makromolekul polipeptida yang tersusun dari sejumlah L-asam amino yang
dihubungkan oleh ikatan peptida. Protein dalam makanan nabati terlindung oleh dinding sel
yang terdiri atas selulosa sehingga daya cerna sumber protein nabati pada umumnya lebih
rendah dibandingkan dengan sumber protein hewani.
(Journal of Nutrition and Health) Vol.7 No.1 2019

• Cyclosporine atau ciclosporin adalah obat golongan imunosupresan yang digunakan untuk untuk
menurunkan risiko terjadinya respons penolakan tubuh terhadap proses transplantasi organ.
Ciclosporin juga bisa digunakan untuk mengatasi mengobati psoriasis, rheumatoid arthritis,
dermatitis atopik yang berat, dan sindrom nefrotik. Cyclosporine hanya bisa digunakan melalui
resep dokter. Ciclosporin bekerja dengan cara menurunkan respons sistem imun (sistem
kekebalan tubuh), sehingga mengurangi peradangan dan mencegah sistem imun menyerang
organ transplantasi. Obat ini tersedia dalam bentuk kapsul, sirop, atau suntik.
Siklosporin

Injeksi adalah pemberian larutan atau suspensi kedalam tubuh untuk tujuan terapeutik
atau diagnostik. Sediaan injeksi dapat dimasukkan dalam aliran darah tetapi juga dalam
jaringan dan dalam organ.
Injeksi Asam Askorbat adalah larutan steril asam askorbat dalam Air untuk Injeksi, yang
dibuat dengan penambahan natrium hidroksida, natrium karbonat atau natrium bikarbonat;
mengandung asam askorbat, C6H8O6, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%
dari jumlah yang tertera pada etiket.
(FI VI ,2020:176)
Siklosporin

Kapsul adalah sediaan yang mengandung satu macam bahan obat atau lebih yang
dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah kecil yang umumnya dibuat dari gelatin
(Suparman, 2019).
02
RUMUS STRUKTUR ZAT AKTIF OBAT
RUMUS STRUKTUR ZAT AKTIF OBAT

• Siklosporin mengandung tidak kurang dari


97,0% dan tidak lebih dari 101,5%
• Pemerian Serbuk putih sampai hampir putih.
• Kelarutan Larut dalam aseton, dalam etanol,
dalam metanol, dalam eter, dalam kloroform
dan dalam diklorometan; sukar larut dalam
hidrokarbon jenuh; praktis tidak larut dalam air
03
PREPARASI SEDIAAN
PREPARASI SEDIAAN
Fase Gerak Larutan Baku
Fase gerak Buat campuran etil Larutan baku Timbang sejumlah
asetat P-metil etil keton P-air- Siklosporin BPFI larutkan metanol P
asam format P (60:40:2:1). hingga kadar lebih kurang 0,5 mg
Larutan baku Timbang sejumlah per mL.
Siklosporin BPFI larutkan metanol
P hingga kadar lebih kurang 0,5
mg per mL.
Larutan Uji
Larutan uji Timbang sejumlah zat larutkan dalam metanol P hingga kadar lebih
kurang 0,5 mg per mL. Penampak bercak Buat larutan segar yang terdiri dari
campuran 5 mL Larutan A (340 mg bismut subnitrat P dalam 20 mL asam asetat P
20%) dan 5 mL Larutan B (8 g kalium iodida P dalam 20 mL air), 20 mL asam
asetat glasial P dan air hingga 100 mL. (FI EDS VI, 2020)
04 UJI
KUALITATIF
Uji Ninhidrin
UJI KUALITATIF

Uji Ninhidrin atau tes ninhidrin digunakan untuk menunjukkan adanya asam amino dalam zat yang di uji . Dalam uji ini
digunakan larutan ninhidrin untuk mendeteksi semua jenis asam amino. Asam amino bereaksi dengan ninhidrin
membentuk aldehida dengan satu atom C lebih rendah dan melepaskan molekul NH3 dan CO2. Ninhidrin yang telah
bereaksi akan membentuk hidrindantin. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya kompleks berwarna biru/keunguan
yang disebabkan oleh molekul ninhidrin dan hidrindantin yang yang bereaksi dengan NH3 setelah asam amino tersebut
dioksidasi.
Prosedur : Sebanyak 0.5 mL larutan ninhidrin 0.1% ditambahkan ke dalam 3 mL larutan sampel. Dipanaskan selama 10
menit, diamati perubahan warna yang terjadi. Hasil positif jika terbentuk warna ungu-biru.
UJI KUALITATIF
Uji Xantoprotein (lakukan di lemari asam)

Larutan asam nitrat pekat ditambahkan ke dalam larutan protein secara hati-hati. Setelah dicampurkan akan terbentuk
endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning bila dipanaskan. Peristiwa yang terjadi adalah nitrasi pada inti
benzena yang terdapat pada molekul protein. Jadi uji ini positif untuk protein yang mengandung gugus benzen seperti
asam amino tirosin, fenilalanin, dan triptofan.
Prosedur : Sebanyak 2 mL larutan sampel ditambahkan 1 mL HNO3 pekat, dicampur, kemudian dipanaskan,
diamati timbulnya warna kuning tua. Didinginkan, ditambahkan tetes demi tetes larutan NaOH pekat sampai larutan
menjadi basa. Diamati perubahan yang terjadi. hasil positif jika warna kuning berubah menjadi jingga.
UJI KUALITATIF
Uji Hopkins-Cole (lakukan di lemari asam)

Digunakan untuk menguji adanya asam amino triptofan. Khususnya yang mengandung gugus indol. Pereaksi yang dipakai
mengandung asam glioksilat. Kondensasi 2 inti induk dari trptofan oleh asam glioksilat akan menghasilkan senyawa
berwarna ungu. Reaksi positif ditunjukkan dengan adanya cincin ungu pada bidang batas.

Prosedur : Sebanyak 2 mL larutan sampel dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole dalam tabung reaksi.
Ditambahkan 3 mL H2SO4 pekat melalui dinding tabung sehingga membentuk lapisan dari cairan. Didiamkan, setelah
beberapa detik akan terbentuk cincin violet (ungu) pada pertemuan kedua lapisan cairan, apabila positif mengandung
triptofan.
05 UJI
KUANTITATIF
Metode Konvensional
1. Totolkan secara terpisah masing-masing 10 µL Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng kromatografi setebal 0,25
mm.
2. Biarkan bercak mengering, masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dengan etil eter P
hingga merambat
3. Angkat lempeng, tandai batas rambat, biarkan etil eter P mengering.
4. Biarkan Fase gerak menguap.
5. Semprot lempeng dengan Penampak bercak.
6. Semprot segera lempeng dengan hidrogen peroksida LP.
7. Pada kromatogram, siklosporin tampak sebagai bercak coklat dengan harga Rf lebih kurang 0,45
Metode Instrumentasi
Metode Instrumentasi

Sistem kromatografi Kromatografi cair kinerja tinggi dilengkapi dengan detektor 278 nm dan kolom 4,6 mm x 25
cm berisi bahan pengisi L1. Pertahankan suhu kolom pada 30 celcius ± 1 Celcius. Laju alir lebih kurang 1,5 mL
per menit. Lakukan kromatografi terhadap larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram, dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak siprofloksasin etiln diamin analog dan puncak
siprofloksasin tidak kurang dari 6.

Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kromatogram, dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: waktu retensi untuk siprofloksasin adalah antara 6,4 dan 10,8 menit dan waktu retensi relatif
untuk siprofloksasin etilendiamina analog dan siprofloksasin berturut turut adalah 0,7 dan 1,0; efisiensi kolom
ditentukan dari puncak siprofloksasin tidak kurang dari 2500 lempeng teoritis; faktor ikutan puncak
siprofloksasin tidak lebih dari 2,0; dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,5%.
Metode Instrumentasi
1.Suntikkan secara terpisah masing-masing sejumlah volume sama (lebih kurang 10 µL) Larutan baku dan Larutan uji ke
dalam kromatografi
2.Rekam kromatogram dan ukur respons puncak utama.
3.Hitung persentase siprofloksasin, dalam tablet yang digunakan dengan rumus: rU dan rS berturut-turut adalah respons
puncak dari larutan uji dan Larutan baku;
CS adalah kadar Siprofloksasin Hidroklorida BPFI dalam mg per mL Larutan baku;
CU adalah kadar siprofloksasin dalam mg per mL Larutan uji berdasarkan jumlah yang
tertera pada etiket; 331,34 dan 367,81 berturut-turut adalah bobot molekul siprofloksasin dan
siprofloksasin hidroklorida anhidrat. ( FI edisi VI , 2020 : 1618)
01
SEDIAAN ASAM AMINO
(Salep Asam Salisilat)
SEDIAAN ASAM SALISILAT
• Asam salisilat adalah keratolitik yang paling sering digunakan. Apabila pemakaian lebih dari 20% permukaan
tubuh, penyerapan sistemik dapat terjadi, terutama pada pasien yang mengalami gangguan fungsi hati atau
ginjal. Asam salisilat dapat mengurangi efikasi UVB. Asam salisilat dapat dipakai pada kehamilan tetapi
harus dihindari pada anak-anak karena efek penyerapan oleh kulit yangbesar (Murlistyarini dkk, 2018).
• Asam salisilat berkhasiat fungisid terhadap banyak fungsi pada konsentrasi 3-6% dalam salep. Di samping
itu, zat ini berkhasiat bakteriostatis lemah dan berdaya keratolitis, yaitu dapat melarutkan lapisan tanduk
kulit pada konsentrasi 5-10%. Asam salisilat banyak digunakan dalam sediaan obat luar terhadap infeksi
jamur ringan. (Tjay & Rahardja, 2007).
• Asam salisilat berkhasiat fungistatik, bakteriostatik, dan keratolitik. Dalam kadar 5-10% terutama
bermanfaat terhadap komedo tanpa adanya peradangan (kemerah-merahan atau bernanah). Sering
digunakan untuk menghilangkan kutil dan katimumul. Kombinasinya dengan asam benzoat (salep whitfield)
dahulu digunakan terhadap mycosis kulit lainnya, tetapi kini ternyata kurang efektif. (Tjay & Rahardja, 2010).
Salep Asam Salisilat

• Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian luar atau topical.Salep
tidak berbau tengik,kecuali dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang
mengandung obat keras atau narkotik adalah 10%. (Anief,2005)
• Fungsi salep yaiu sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan
kulit,kemudian sebagai bahan pelumas pada kulit,dan juga sebagai pelindung untuk kulit
yang mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan baerair dan rangsang kulit
(Anief,2005)
02
RUMUS STRUKTUR ZAT AKTIF OBAT
RUMUS STRUKTUR ZAT AKTIF OBAT
• Nama resmi : ACIDUM SALICYLICUM
• Nama lain : Asam salisilat
• Rumus molekul : C7H6O3
• Berat molekul: 138,12 g/mol
• Pemeriaan : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk
berwarna putih; hamir tidak berbau; rasa agak manis dan
tajam.
• Kelarutan : larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian
etanol (95%) P; mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter
P; larut dalam larutan ammonium asetat P, dinatrium
hidrogenfosfat P. kalium sitrat P, dan natrium sitrat P
• Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
03
PREPARASI SEDIAAN
PREPARASI SAMPEL
a. Larutan uji untuk analisis kualitatif
Sampel salep/krim yang mengandung asam salisilat ditimbang sebanyak 1,00 g. Masukkan
ke dalam gelas kimia, larutkan dalam 10 mL etanol sambil dipanaskan di atas penangas air.
Aduk hingga homogen, tutup dengan alumunium foil. Dinginkan dalam es selama 15 menit
dan saring menggunakan kertas saring. Filtrat yang diperoleh ditampung dalam gelas
kimia, diuapkan pelarut etanolnya pada tangas air hingga kering.
b. Larutan uji untuk analisis kuantitatif
Sampel salep ditimbang setara dengan 500 mg asam salisilat. Masukkan ke dalam gelas
kimia, larutkan dalam 10 mL etanol netral (sudah dinetralkan dengan natrium hidrokdisa
0,1 N) sambil dipanaskan di atas penangas air. Aduk hingga homogen, tutup dengan
alumunium foil. Dinginkan dalam es selama 15 menit dan saring menggunakan kertas
saring. Filtrat ditampung dalam erlenmeyer.
04 UJI
KUALITATIF
Uji Kualitatif
• Identifikasi Hasil Pemisahan (Uji Warna / Kualitatif)
Sampel hasil preparasi (1b) ditambahkan beberapa tetes pereaksi
FeCl3, diamati perubahan yang terjadi. Reaksi positif memberikan
warna ungu.
05 UJI
KUANTITATIF
Uji Kuantitatif
• AnalisisKadar(TitrasiAlkalimetri/Kuantitatif)
Larutan uji untuk analisis kuantitatif (1b), ditambahkan beberapa tetes
indicator fenolftalein. Dititrasi dengan larutan baku natrium hidroksida 0,5 N
hingga terbentuk warna merah muda.

Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N setara dengan 13,81 mg C7H6O3


Perhitungan

berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi VI Hal. 195, bahwa


salep asam salisilat mengandung asam salisilat C7H6O3 tidak
kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah
yang tertera pada etiket
SEKIAN DAN TERIMA
KASIH
WASSALAMUALAIKUM
WAROHMATULLAHI
WABAROKATU

Anda mungkin juga menyukai