BAB I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Mata adalah organ yang paling menarik karena karakteristik fitrahnya obat.
Untuk penyakit mata, administrasi topikal biasanya lebih dipilih daripada administrasi
sistemik, sebelum mencapai penghalang anatomi kornea, setiap molekul obat
diberikan melalui rute okuler harus stabil hambatan precorneal. Ini adalah hambatan
pertama yang memperlambat penetrasi bahan aktif ke dalam mata dan terdiri dari film
air mata dan konjungtiva. Obat, setelah pembangkitan berangsur-angsur, merangsang
mekanisme fisiologis pelindung, yaitu, produksi air mata, yang mengerahkan
pertahanan tangguh terhadap pemberian obat tetes mata. Lain seiring serius tentang
penghapusan obat yang dioleskan dari daerah precorneal adalah rongga hidung,
dengan luas permukaan yang lebih besar dan permeabilitas yang lebih tinggi dari
membran mukosa hidung dibandingkan dengan kornea. penetes Normal digunakan
dengan larutan tetes mata konvensional memberikan sekitar 50-75l per drop dan
sebagian dari tetes cepat menguras sampai mata kembali ke volume normal 7l
penduduk. Karena dari kehilangan obat di depan mata, obat yang sangat sedikit
tersedia untuk masuk ke jaringan kornea dan bagian dalam mata. permeabilitas kornea
Realisasi obat yang cukup rendah dan sangat kecil waktu kontak kornea dari sekitar 12 menit pada manusia untuk solusi menanamkan umumnya lensa dari 10% hanya 1-3
Akibatnya sejumlah kecil benar-benar menembus kornea dan mencapai intraokular
tissue. Drug delivery terkendali kepada mata dibatasi, karena keterbatasan ini
dipaksakan oleh mekanisme pelindung efisien.
Obat biasanya dipakai pada mata untuk maksud efek lokal pada pengobatan
bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya. Pengobatan dengan menyisipkan
dan meresapkan obat telah dikembangkan untuk memberikan penglepasan obat secara
terus menerus. Penyisipan obat ini mempunyai kegunaan yang khusus pada obatobat yang pemberiannya diperlukan siang dan malam.
Karena kapasitas mata untuk menahan atau menyimpan cairan dan salep
terbatas, pada umumnya obat mata diberikan dalam volume yang kecil. Preparat
cairan sering diberikan dalam bentuk sediaan tetes dan salep dengan mengoleskan
salep yang tipis pada pelupuk mata. Volume sediaan cair yang lebih besar dapat
digunakan untuk menyegarkan atau mencuci mata.
Maka sangat penting bagi kita sebagai seorang farmasis untuk bisa dan
mampu memformulasi suatu sediaan obat tetes mata yang harus dibuat steril dan
bebas pirogen.
I.2
Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi ilmiah kepada
sesama mahasiswa farmasi khususnya dan masyarakat secara umum tentang
kelebihan dan kekurangan dari sediaan obat pada mata, mekanisme penyerapan
sediaan obat pada mata, sifat fisikokimia sediaan obat pada mata, dsb. Selain itu juga
diharapkan dapat mengetahui karakteristik, komponen serta metoda pembuatan dari
sediaan cair berdasarkan informasi yang terdapat dalam makalah.
I.3
Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua
pihak, khususnya kepada mahasiswa/i untuk menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai sediaan obat pada mata. Manfaat lain dari penulisan makalah ini adalah
dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan dapat dijadikan bahan pembelajaran
bagi mahasiswa/i mengenai sediaan obat pada mata.
I.4
Perumusan Masalah
Obat yang digunakan pasien menghasilkan efek tertentu yang dihasilkan oleh
interaksi obat dengan reseptor tertentu. Setiap bentuk sediaan obat mempunyai
keuntungan dan kerugian masing-masing. Teknologi pembuatan obat berkembang dan
semakin mengarah kepada bentuk sediaan obat alternative dari parenteral (route:
bukal, sublingual, nasal, pulmonary, dan vaginal). Dan komposisi yang terkandung
dalam pembuatan obat pada mata, bagaimana proses penyerapan sediaan obat pada
mata di dalam tubuh dan sebagainya.
BAB II
anterior yaitu kornea, konjungtiva, iris, badan siliari, cairan humor, dan lensa. Sedangkan
bagian posterior yaitu sclera, koroid, retina dan humor viterous. Kornea merupakan membran
transparan multilayer yang terletak paling luar pada bagian mata, tidak disuplai darah dan
mendapatkan nutrisi yang diperoleh dari humor aquos dan kapiler limbal. Kornea manusia
terdiri atas 5 lapisan, yaitu corneal epitelium, membran bowman, stroma, membran descemet,
endotelium. Humor aquor merupakan cairan yang terdapat pada segmen anterior pada mata,
merupakan sumber nutrisi terbesar untuk lensa dan kornea. Iris merupakan bagian berwarna
dari mata, terdiri atas sel epitel berpigmen dan otot sirkular. Bagian tengan dari iris adalah
pupil. Sfingter iris dan otot dilator membantu dalam menyesuaikan ukuran pupil yang
mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata badan siliari, otot berbentuk cincin yang
menempel pada iris terdiri dari otot siliari. Kontraksi dan relaksasi dari otot ciliary
mengontrol bentuk lensa. Lensa adalah unit kristal dan fleksibel yang terdiri dari lapisan
jaringan tertutup dalam kapsul. Konjungtiva adalah membran mukosa yang melapisi bagian
dalam kelopak mata yang jelas dan menyebar dari permukaan anterior sclera hingga limbus.
Hal ini memfasilitasi pelumasan mata karena adanya mukus dan tear film. Sclera adalah
selubung putih sekitar bola mata dan disebut "bagian putih mata". Ini bertindak sebagai
perisai utama untuk melindungi organ internal. Sclera ini disandingkan dengan jaringan
vaskular dikenal sebagai koroid, yang terdapat diantara retina dan sclera. Koroid
menyediakan nutrisi ke sel-sel fotoreseptor di retina. Retina adalah sensori multilayer,
jaringan sensitif terhadap cahaya yang melapisi bagian dalam mata, berisi jutaan fotoreseptor
atau elemen fotosensitif yang menangkap cahaya dan mengkonversinya menjadi impuls
listrik. Impuls ini menjalar di sepanjang saraf optik ke otak , di mana mereka diubah
menjadi gambar. Humor
vitreous
adalah
zat seperti
jelly
atau
matriks
hidrogel,
1. Struktur kornea
Kornea terletak pada bagian depan mata yang menyampaikan gambar ke bagian
belakang sistem saraf. Kornea dewasa memiliki radius sekitar 7-8 mm yang mencakup sekitar
seperenam dari total luas permukaan bola mata yang merupakan jaringan pembuluh darah
yang menyediakan nutrisi dan oksigen yang dipasok melalui cairan lakrimal dan cairan hmor
dan juga dari pembuluh darah yang terletak diantara korneadan sklera.
Kornea terdiri dari 5 lapisan, yaitu epitel, bowman, stroma, membran descemet,dan
endotelium, yang merupakan jalur utama permeasi obat pada mata. Epitel terbuat dari 5
hingga lapisan sel. Epitel skuamosa (5-6 lapisan sel) dengan ketebalan sekitar 50-100 um dan
waktu turnover sekitar satu lapisan sel setiap hari. Sel-sel basal dikemas dengan tight
junction untuk membentuk penghalang yang efektif untuk partikel debu dan kebanyakan
mikroorganisme, dan juga untuk penyerapan obat. Jalur transelular atau paracellular
adalah jalur utama untuk absorbsi obat di epitel kornea. Obat lipofilik memilih rute
transelular sedangkan yang hidrofilik memilih jalur paracellular untuk penetrasi (difusi pasif
atau difusi melalui intra seluler pada sel). Membran Bowman adalah lembar homogen
acellular dengan tebal 8 14 m yang terletak di antara membran basal epitel dan stroma.
Stroma, atau substania propria, mengandung air sekitar 85% dan sekitar 200-250
lamellae kolagen.
2. Konjungtiva
Konjungtiva melindungi mata dan juga terlibat dalam pembentukan dan pemeliharaan
precorneal tear film. Konjungtiva adalah membran transparan tipis terletak pada permukaan
bagian dalam kelopak mata. Molekul-molekul sampai 20.000 Da bisa menyeberangi
conjuctiva, sementara kornea membatasi masuknya molekul yang berukuran lebih besar dari
5000 Da.
3. Sistem drainase nasolacrimal
Sistem drainase Nasolachrymal terdiri dari tiga bagian; sistem sekresi, sistem
distributif dan sistem ekskresi. Bagian sekresi terdiri dari kelenjar lakrimal yang
mensekresikan air mata, menyebar di permukaan okular oleh kelopak mata dengan adanya
kedipan. Sistem sekresi dirangsang oleh kedipan dan perubahan suhu karena adanya
evaporasi air mata dan refluks secretors yang memiliki saraf parasimpatis eferen yang
kemudian disekresikan sebagai respon pengaruh emosional, misalnya keadaan menangis.
Sistem distribusi terdiri dari kelopak mata dan meniskus air mata yang menyebarkan air mata
di atas permukaan okular dengan berkedip, sehingga mencegah kering pada mata.
Bagian ekskretoris dari sistem drainase Nasolachrymal terdiri dari puncta lakrimal,
bagian superior, bagian inferior dan kanalikuli; kantung air mata, dan saluran nasochrymal.
Pada manusia, dua puncta adalah bukan dari kanikuli lakrimal yang terletak di tempat yang
tinggi dikenal sebagai papilla lakrimal. air mata dalam jumlah besar akan terabsorbsi
oleh mebran mukosa, dan hanya sebagian yang mencapai rongga hidung.
II.2
mata dari trauma, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di
depan kornea. Kelopak mata merupakan pelindung mata yang paling baik dengan membasahi
mata dan melakukan penutupan mata bila terjadi rangsangan dari luar.
Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedangkan di bagian
belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Pada kelopak mata
terdapat beberapa bagian antara lain; kelenjar sebasea, kelenjar keringat atau kelenjar Moll,
kelenjar zeis pada pangkal rambut bulu mata, serta kelenjar Meibom pada tarsus. Kelopak
mata bisa terjadi kelainan yaitu lagoftalmos (mata tidak menutup bola mata), ptosis (kelopak
mata tidak bisa dibuka).
II.3
skresi mulai pada pungtum lakrimalis, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal yang terletak di
bagian depan rongga orbita, air mata dari duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga
hidung di dalam meatus inferior.
II.4
kelopak bagian belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang bersifat membasahi
bola
mata
terutama
kornea
dihasilkan
oleh
sel
Goblet.
Terdapat
tiga
bagian
konjungtiva yaitu ; konjungtiva tarsal yang menutup tarsus, konjungtiva bulbi membungkus
bulbi
okuli
serta
tempat
peralihan
berjalan
Bola mata mempunyai 2 bilik yaitu, bilik mata depan yang merupakan ruangan
dibatasi oleh kornea, iris, lensa dan pupil serta berisi humor aquos yang membawa
makanan untuk jaringan mata sebelah depan. Kemudian bilik mata belakang
yang paling sempit pada mata.
d. Humor Aquos
Humor aquos atau cairan mata merupakan bagian dari mata yang dihasilkan oleh
badan siliar masuk ke bilik mata melalui pupil serta berfungsi memberikan
makanan dan oksigen untuk mempertahankan kornea dan lensa.
e. Uvea
Uvea
merupakan
lapis
vaskuler
di
dalam
bola
mata
yang
banyak
mengandung pembuluh darah yaitu ; iris, badan siliar, koroid. Iris atau selaput
pelangi mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis masuknya sinar ke
dalam bola mata. Badan siliar mengandung otot untuk melakukan akomodasi
sehingga lensa dapat mencembung dan merupakan susunan otot melingkar dan
mempunyai sistem ekskresi di belakang limbus. Koroid itu sendiri lapis tengah
pembungkus
mengandung
pembuluh
darah
dan
hambatan
miosis.
Mengecilnya
pupil
berfungsi
untuk
kecil dari retina dan area sensitif paling rentan pada siang hari.
II.6
1. Saraf optikus, membawa gel. Saraf yang dihasilkan didalam retina ke otak.
2. Saraf Lakrimalis, merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata.
3. Saraf lainnya, menghantarkan sensasi ke bag. Mata yang lain dan merangsang otot
pada tulang orbita
II.7
II.8
BAB III
SEDIAAN OBAT MATA
III.1
II.2
Bentuk Sediaan Tetes Mata dan Metode Sistem Pengiriman Sediaan Obat Mata
Berdasarkan kondisi fisik:
b. SubTenon
Digunakan untuk menggambarkan suntikan melalui membran yang menutupi otototot dan saraf di bagian belakang bola mata.
c. Sub-retina
Disuntikan dibawah retina.
d. Obat tetes mata
Sediaan steril berupa larutan atau suspensi, digunakan untuk mata, dengan cara
meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata.
e. Salep Mata
Salep yang digunakan pada mata.Berbeda dengan salep dermatologi salep mata
yang baik yaitu :
-
Steril
Bebas hama (bakteri)
Tidak mengiritasi mata
Difusi bahan obat keseluruh mata yang dibasahi, Karena sekresi cairan mata
Dasar salep harus mempunyai titik lebur atau titik leleh mendekati suhu tubuh.
(Ansel 89)
II.3
1. Definisi
o sediaan steril berupa larutan atau suspensi, digunakan untuk mata, dengan cara
meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola
mata. (FI III hal 10)
o larutan steril, bebas partikel asing , merupakan sediaan yang dibuat dan
dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada mata. (FI IV , 13)
o Sediaan mata merupakan produk steril, tidak mengandung partikel asing,
dalam campuran dan wadah yang cocok untuk digunakan pada mata
o Suspensi obat mata adalah sediaan cair steril yang mengandung partikelpartikel yg terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada obat mata
seperti yg tertera pada Suspensiones .(FI IV hal 14)
o Larutan optalmik adalah larutan steril basis lemak atau air dari alkaloid, garam
alkaloid, antibiotik, atau zat lain yang dimasukkan ke dalam mata.
o Sediaan mata adalah larutan atau suspensi dengan pembawa air atau minyak
steril yang mengandung satu atau lebih zat aktif yang dibutuhkan untuk
digunakan pada mata.
2. Penggunakan obat tetes mata
o Obat-obat yang digunakan pada produk optalmik dapat dikategorikan menjadi:
miotik, midriatik, siklopegik, anti-inflamatory agent, anti infeksi, anti
galukoma, senyawa diagnostik dan anestetik lokal.
3. Syarat sediaan tetes mata :
o Steril
o Isotonis dengan air mata, bila mungkin isohidris dengan pH air mata.
o Isotonis = 0,9% b/v NaCl, rentang yang diterima = 0,7 1,4 % b/v atau 0,7
1,5 % b/v
o pH air mata = 7,4 Larutan jernih, bebas partikel asing dan serat halus.
o Tidak iritan terhadap mata (untuk basis salep mata)
4. Suspensi Mata
o Suspensi dapat dipakai untuk meningkatkan waktu kontak zat aktif dengan
kornea sehingga memberi kerja lepas lambat yang lebih lama .
o P emilihan bentuk suspensi ( mis. Sediaan kortikosteroid) disebabkan :
5. Bahan tambahan
Pengawet
o Larutan obat mata dapat dikemas dalam wadah takaran ganda bila digunakan
secara perorangan pada pasien dan bila tidak terdapat kerusakan permukaan
mata. Wadah larutan obat mata harus tertutup rapat dan disegel untuk
menjamin sterilitas pada pemakaian pertama. Sedangkan untuk penggunaan
pembedahan, disamping steril, larutan obat mata tidak boleh mengandung
antibakteri karena dapat mengiritasi jaringan. (FI IV hal 13 & 14)
o Kontaminasi pada sediaan mata dapat menyebabkan kerusakan yang serius,
misalnya menyebabkan radang kornea mata. Kontaminan yang terbesar adalah
Pseudomonas aeruginosa . Pertumbuhan bakteri bacillus Gram negatif ini
terjadi dengan cepat pada beberapa medium dan menghasilkan zat toksin dan
anti bakteri. Sumber bakteri terbesar adalah air destilasi yang disimpan secara
tidak tepat yang digunakan dalam pencampuran
o Organisme lain yang bisa menghasilkan infeksi kornea seperti golongan
proteus yang telah diketahui sebagai kontaminan dalam larutan metil selulosa.
Selain bakteri, fungi juga merupakan kontaminan misalnya Aspergillus
fumigatus . Virus juga merupakan kontaminan seperti herpes simplex, vaksin,
dan moluscum contagiosum. Umumnya pengawet tidak cocok dengan virus .
o Mikroorganisme lain yang dapat mengkontaminasi sediaan optalmik adalah
Hemophillus influenza, Hemophillus conjunctividis, Neisseria gonorrhoeae,
Neisseria meningitidis, dll
Kompatibel terhadap bahan aktif dan zat tambahan lain yang dipakai.
Benzalkonium Klorida
Klorobutanol
Feniletil alcohol
Thimerosal
Fenilmerkuri Nitrat
Propil paraben
Metil paraben
Pengisotonis
o Pengisotonis yang dapat digunakan adalah NaCl, KCl, glukosa, gliserol dan
dapar . Rentang tonisitas yang masih dapat diterima oleh mata :
o FI IV : 0,6 2,0% RPS dan RPP : 0,5 1,8%
o AOC : 0,9 1,4% Codex dan Husa : 0,7 1,5%
o Tapi usahakan berada pada rentang 0,6 1,5%
Pendapar
o Secara ideal, larutan obat mata mempunyai pH dan isotonisitas yang sama
dengan air mata. Hal ini tidak selalu dapat dilakukan karena pada pH 7,4
banyak obat yang tidak cukup larut dalam air. sebagian besar garam alkaloid
mengendap sebagai alkaloid bebas pada pH ini. Selain itu banyak obat tidak
stabil secara kimia pada pH mendekati 7,4 (FI III, 13). Tetapi larutan tanpa
dapar antara pH 3,5 10,5 masih dapat ditoleransi walaupun terasa kurang
nyaman. Di luar rentang pH ini dapat terjadi iritasi sehingga mengakibatkan
peningkatan lakrimasi . Rentang pH yang masih dapat ditoleransi oleh mata
menurut beberapa pustaka : 4,5 9,0 menurut AOC ; 3,5 8,5 menurut FI IV
o Syarat dapar :
o Menurut Codex, dapar yang dapat dipakai adalah dapar borat, fosfat dan sitrat.
Tapi berdasarkan Suarat Edaran Dirjen POM, asam borat tidak boleh
digunakan untuk pemakaian topikal/lokal karena resiko toksisitasnya lebih
besar dibandingkan khasiatnya untuk penggunaan topikal. Jadi, dapar yang
boleh digunakan untuk sediaan optalmik hanya dapar fosfat dan sitrat.
o Dapar yang digunakan sebaiknya adalah dapar yang telah dimodifikasi dengan
penambahan NaCl yang berfungsi untuk menurunkan kapasitas daparnya.
Untuk dapar fosfat dapat digunakan dapar yang terdapat di FI III.
Peningkat viskositas
o Beberapa hal yang harus diperhatikan pada pemilihan bahan peningkat
viskositas untuk sediaan optalmik adalah
o Sifat bahan peningkat viskositas itu sendiri. Mis. Polimer mukoadhesif ( asam
hyaluronat dan turunannya; carbomer) secara signifikan lebih efektif daripada
polimer non mukoadhesif pada konsentrasi equiviscous.
o Perubahan pH dapat mempengaruhi aktivitas bahan peningkat viskositas.
o Penggunaan produk dengan viskositas tinggi kadang tidak ditoleransi baik
oleh mata dan menyebabkan terbentuknya deposit pada kelopak mata; sulit
bercampur dengan air mata; atau mengganggu difusi obat.
o Penggunaan peningkat viskositas untuk memperpanjang waktu kontak antara
sediaan dengan kornea sehingga jumlah bahan aktif yang berpenetrasi dalam
mata akan semakin tinggi sehingga menambah efektivitas terapinya
o Viskositas untuk larutan obat mata dipandang optimal jika berkisar antara 1525 cps. Peningkat viskositas yang biasa dipakai adalah metilselulosa 4000 cps
sebanyak 0,25% atau 25 cps sebanyak 1%, HPMC, atau polivinil alkohol
(Ansel, 548-552). Menurut Codex, dapat digunakan turunan metil selulosa,
polivinil alkohol, PVP, dekstran and makrogol.
o Na CMC jarang digunakan karena tidak tahan terhadap elektrolit sehingga
kekentalan menurun; kadang tidak tercampurkan dengan zat aktif
o Pada umumnya penggunaan senyawa selulosa dapat meningkatkan penetrasi
obat dalam tetes mata, demikian juga dengan PVP dan dekstran. Jadi,
pemilihan bahan pengental dalam obat tetes mata didasarkan pada :
Stabilitas, dan
II.4
perawatan glaukoma dapat menjadi masalah bagi pasien gangguan jantung atau
asma bronkhial.( Codex, 162)
Kornea dan rongga mata sangat kurang tervaskularisasi, selain itu kapiler pada
retina dan iris relatif non permeabel sehingga umumnya sediaan untuk mata
adalah efeknya lokal/topikal. (Codex, 161)
II.5
juga
digunakan. Antioksidan
berefek
sebagai
penstabil
untuk
pH Sediaan Mata
Hind dan Goyan menemukan pH air mata adalah 7,4. Berdasarkan hal itu, pH cairan
lakrimal sekurang-kurangnya 7,4 dan mungkin lebih alkali. Larutan lakrimal
normalnya pH 7,4 dengan rentang 5,2-8,3. Ini masih bisa ditoleransi oleh larutan mata
dengan range pH ini, disebabkan oleh (1) volume kecil larutan, (2) buffer cairan mata,
dan (3) peningkatan produksi air mata.
II.7
Meskipun beberapa botol plastik untuk larutan mata telah dimunculkan dalam
pasaran, mereka masih melengkapi dan yang terbaik adalah untuk menulis secara
langsung produksi untuk menghasilkan informasi teknik dalam perkembangan
terakhir.
II.8
Evaluasi
Evaluasi yang seharusnya dilakukan pada larutan tetes mata adalah sebagai berikut:
1. Evaluasi fisika: pH, volume sediaan dalam wadah, bahan partikulat, uji
kebocoran, uji kejernihan dan warna.
2. Evaluasi kimia: penetapan kadar, identifikasi
3. Evaluasi biologis: Uji sterilitas, uji pirogen, uji endotoksin bakteri.
4. Pengemasan dan penyimpanan
5. Penandaan
KANDUNGAN
Vit A 2,500 iu, vit B1 0.6 mg, vit B2 phosphate 0.5 mg, vit B6 0.5 mg, vit B12 1.5 mcg, vit D
500 iu, niacinamide 5 mg, Ca pantothenate 2.5 mg
INDIKASI
Pencegahan & pengobatan kekurangan vitamin pada anak-anak.
KEMASAN
Tetes 15 mL.
DOSIS
Bayi : 6 tetes sekali sehari.
Anak berusia 1-3 tahun : 6-12 tetes sekali sehari.
PENYAJIAN
Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak
PABRIK
Nufarindo.
BAQUINOR TETES MATA
GOLONGAN
KANDUNGAN
Ciprofloxacin / Siprofloksasin.
INDIKASI
Ulkus kornea yang disebabkan oleh Pseudomonas aeroginosa, Serratia marcescens,
Staphyllococcus aureus, Streptococcus epidermidis, Streptococcus pneumoniae,
Streptococcus viridans.
Konjungtivitis (radang selaput ikat mata) yang disebabkan oleh Staphyllococcus aureus,
Streptococcus epidermidis, Streptococcus pneumoniae.
KONTRA INDIKASI
Hipersensitif terhadap Siprofloksasin atau quinolon lain.
PERHATIAN
Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan pertumbuhan organisme yang resisten
terhadap Siprofloksasin secara berlebihan.
Hentikan penggunaan saat pertama kali tampak ruam kulit atau tanda-tanda reaksi
hipersensitifitas lainnya.
EFEK SAMPING
Rasa terbakar atau rasa tidak enak setempat, gatal-gatal, edema kelopak mata, mata berair.
INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL
Penelitian pada hewan menunjukkan efek samping pada janin ( teratogenik atau embriosidal
atau lainnya) dan belum ada penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian pada
wanita dan hewan belum tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan
potensial memberikan alasan terhadap bahaya potensial pada janin.
KEMASAN
Tetes mata 3 mg/mL x 5 mL.
DOSIS
Ulkus kornea : 2 tetes tiap 15 menit selama 6 jam pertama, lalu 2 tetes tiap 30 menit
selama sisa hari pertama.
Hari kedua : 2 tetes tiap jam.
Hari ke-3 sampai hari ke-14 : 2 tetes tiap 4 jam.
Konjungtivitis : 1-2 tetes tiap 2 jam selama 2 hari & 1-2 tetes tiap 4 jam selama 5 hari
berikutnya.
Pabrik : Sanbe
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1
struktur non-kornea
lainnya
untuk
menyerap.
Senyawa
membuat mata sangat tahan terhadap zat-zat asing. Meskipun hambatan-hambatan ini
membuat mata terlindungi dari invasi senyawa asing, patogen dan partikulat yang
membahayakan
mata,
tapi
dilain
hal
ini
merupakan
tantangan
untuk
untuk
senyawa
dibandingkan senyawa
lipofilik.
lipofilik
Ketika
ditemukan
nilai
memiliki
absolut
koefisien
keasaman
sehingga
pH
sediaan
memungkinkan
untuk
BAB IV
PENUTUP
IV.1
Kesimpulan
Bentuk Sediaan Tetes Mata dan Metode Sistem Pengiriman Sediaan Obat
Mata berdasarkan kondisi fisik antara lain : a. Intravitreal suntikan (IVT), disuntikan
ke dalam mata vitreous humor antara lensa dan retina; b. SubTenon, digunakan untuk
menggambarkan suntikan melalui membran yang menutupi otot-otot dan saraf di
bagian belakang bola mata; c. Sub-retina, disuntikan dibawah retina; d. Obat tetes
mata, sediaan steril berupa larutan atau suspensi, digunakan untuk mata, dengan cara
meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata; e.
Salep Mata, salep yang digunakan pada mata. Diantaranya kekurangan dan kelebihan
salah satu sediaan obat mata yaitu obat tetes mata adalah :
Keuntungan : Larutan mata memiliki kelebihan dalam hal kehomogenan,
bioavailabilitas dan kemudahan penangananan. Suspensi mata memiliki kelebihan
dimana adanya partikel zat aktif dapat memperpanjang waktu tinggal pada mata
sehingga meningkatkan waktu terdisolusinya oleh air mata, sehingga terjadi
peningkatan bioavailabilitas dan efek terapinya.
Kekurangan : Volume larutan yang dapat ditampung oleh mata sangat terbatas ( 7
L) maka larutan yang berlebih dapat masuk ke nasal cavity lalu masuk ke jalur GI
menghasilkan absorpsi sistemik yang tidak diinginkan. Misalnya
-bloker untuk
perawatan glaukoma dapat menjadi masalah bagi pasien gangguan jantung atau asma
bronkhial. Kornea dan rongga mata sangat kurang tervaskularisasi, selain itu kapiler
pada retina dan iris relatif non permeabel sehingga umumnya sediaan untuk mata
adalah efeknya lokal/topikal.
DAFTAR PUSTAKA