Anda di halaman 1dari 48

TEKNOLOGI SEDIAAN SOLID

PEMBUATAN TABLET SALUT FILM

Disusun Oleh :
Kelompok 3

1. Ilsa Nabila (PO.71.39.1.18.055)


2. Indri Septiani (PO.71.39.1.18.056)
3. Kurniati Munzillah (PO.71.39.1.18.057)
4. Livia Lawa Bertia Marbun (PO.71.39.1.18.058)
5. Meilin Fadhilla (PO.71.39.1.18.059)
6. M. Pahlan Piruzzi (PO.71.39.1.18.071)

Kelas :
Reguler II B
Dosen Pembimbing :
1. Dra. Ratnaningsih Dewi Astuti, Apt, M.Kes
2. Mona Rahmi Rulianti, M.Farm., Apt

Nilai Paraf

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN FARMASI
TAHUN AKADEMIK 2019-2020
I. TUJUAN
A. Mahasiswa mampu membuat sediaan tablet
B. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap sediaantablet salut film
C. Mahasiswa mampu memahami teknik pembuatan tablet salut film secara CPOB

II. PRINSIP
Mahasiswa dapat Mengetahui mengenai Teknik pembuatan tablet saluut film Secara
CPOB Serta Evaluasi terhadap sediaan Tablet salut film

III.TEORI
A. Pengertian tablet
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat
dengan penambahan bahan tambahan yang sesuai, tablet dapat berbeda ukuran,
bentuk, berat, kekerasan, dan ketebalalan, daya hancurnya dan aspek lain yang
tergantung dengan pemakaian tablet dan cara pembuatannya. Kebanyakan tablet
digunakan pada pemberian secara oral. Biasanya tablet dibuat dengan penambahan zat
warna dan zat pemberi rasa. Selain secara oral, tablet juga dapat diberikan secara
sublingual, bukal, dan melalui vagina.
 Menurut FI Edisi IV Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat
dengan atau tanpa bahan pengisi.
 Menurut Formularium Nasional Edisi II Tablet adalah sediaan padat kompak,
dibuat dengan cara kempa cetakdalam bentuk umumnya tabung pipih yang kedua
permukaannya rata atau cembung, mengandung obat dengan atau tanpa zat
pengisi.
 Menurut ANSEL Edisi IV Tablet adalah bahan obat dalam bentuk sediaan padat
yang biasanya dibuat dengan penambahan  bahan tambahan farmasetika yang
sesuai.
 Menurut FI edisi III 1979 Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa
cetak berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat mengandung satu
jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang
digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat
pelican, zat pembasah atau zat lain yang cocok.

B. Bentuk dan Penggolongan Tablet


A. Berdasarkan Prinsip Pembuatan
1. Tablet Kempa
Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada
serbuk/granul menggunakan pons/cetakan.
2. Tablet Cetak
Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah pada
lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan kristal yang
terbentuk selama pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan yang diberikan.

B. Berdasarkan Tujuan Penggunaan


 Tablet Kempa Untuk Saluran Pernafasan
 Tablet Konvensional Biasa
 Tablet Kempa Multi
 Tablet Lepas Lambat
 Tablet Lepas Tunda
 Tablet Lepas Terkendali
 Tablet Salut Gula
 Tablet Salut Film
 Tablet Effervesen
 Tablet Kunyah
 Tablet Kempa Digunakan Dalam Rongga Mulut
 Tablet Bukal
 Tablet Sublingual
 Tablet Hisap
 Dental Cones
 Tablet Kempa Digunakan Melalui Liang Tubuh
 Tablet Rektal
 Tablet Vaginal
 Tablet Kempa Untuk Implantasi
 Tablet Cetak Untuk Penggunaan Lain
 Tablet Triturat untuk Dispensing
 Tablet Hipodermik
 Tablet Dispensing

C. Berdasarkan Rute Pemberian


1. Tablet Oral
2. Tablet Rektal
3. Tablet Vaginal
4. Tablet Implantasi

D. Berdasarkan Penyalutan
1. Tablet Polos
2. Tablet Salut Gula
3. Tablet Salut Film

E. Berdasarkan Pelepasan Zat Aktif


1. Tablet Pelepasan Biasa
2. Tablet Lepas Lambat
3. Tablet Lepas Tunda
4. Tablet Lepas Terkendali

C. Tablet Salut Film


Tablet salut film merupakan bagian terpadu dari proses pengembangan
bentuk sediaan. Proses salut selaput meliputi penyalutan salut polimer tipis yang
seragam pada permukaan substrat solid. Substrat dapat berupa tablet, kaplet, pelet,
granul atau partikel-partikel. Secara khas, salut itu kira-kira setebal 25 sampai 100
µm dan disalutkan untuk menyempurnakan sifat-sifat fisik dan kimia substrat
(Siregar, 2008). Penyalutan adalah proses dimana lapisan luar yang kering dari
bahan penyalut melapisi permukaan dari bentuk sediaan untuk mencapai tujuan
tertentu. Tablet salut dapat menutupi rasa, bau maupun warna obat. Tablet salut
dapat mengatur laju pelepasan obat dari tablet. Selain itu, penyalutan tablet juga
dapat memberikan perlindungan fisik dan kimia, serta dapat melindungi obat dari
suasana asam di gastrointestinal (dengan pembuatan tablet salut enterik).
Penyalutan juga dapat menghindari inkompabilitas dalam formulasi sediaan
(Ankit et al, 2012). Kelebihan dari penyalut dengan gula ialah lebih tahan lama,
lebih sedikit bahan, waktu yang lebih sedikit untuk penggunaannya. Selaput ini
pecah dalam saluran lambung – usus (Ansel,2005).
Beberapa tujuan penggunaan salut film dibandingkan tablet standard antara lain:
1. Melindungi zat aktif dalam substrat dari faktor lingkungan seperti cahaya,
kelembaban, dan udara serta memperbaiki stabilitas kimia danfisika.
2. Memodifikasi penampilanproduk.
3. Menutupi cita rasa, tekstur, dan aroma yang tidakmenyenangkan.
4. Mengendalikan atau memodifikasi pelepasan zataktif

 Proses PenyalutanTablet

Secara umum terdapat 2 jenis proses penyalutan tablet, yaitu penyalutan


tablet salut gula dan tablet salut film. Belakangan ini, salut gula mulai
ditinggalkan karena prosesnya yang rumit dan memakan waktu yang cukup lama.
Penyalutanfilmadalahsalutberbasispolimertipisyangdiaplikasikanpada bentuk
sediaan padat seperti tablet, granul atau partikel lain. Ketebalan penyalutan
tersebut berkisar antara 20 sampai 100 µm. Proses penyalutan pada umumnya
adalah tablet atau granul yang melewati zona penyemprotan dimana setelahnya
zat yang telah disemprotkan dikeringkan sebelum bagian zat penyalut selanjutnya
disemprotkan. Aktivitas ini dilakukan berulang – ulang sampai proses penyalutan
selesai. Formulasi penyalutan film intinya terdiri atas polimer dengan beberapa
komponen tambahan diantaranya, plasticizer, pigment, opacifier, surfactant,
waxes. Dari komponen-komponen tersebut, ditambahkan sesuai dengan kebutuhan
dan tujuan yang ingin dicapai sehingga standardnya tidak semua komponen
tambahan tersebut ditambahkan ke dalam formulasi. Dalam keadaan tertentu,
lapisan film dari polimer bahkan dapat mengandung zat aktif (Hogan, 2002).

 Komponen Formulasi SalutFilm

Polimer

Polimer adalah zat yang membentuk lapisan film pada penyalutan film.
Polimer yang banyak digunakan pada salut film ada berbagai macam diantaranya
turunan selulosa atau polimer akrilik atau kopolimer yang banyak ditemui seperti
polietilen glikol dengan berat molekul besar, polivinil pirolidon, polivinil alcohol
dan lain-lain. Polimer standardnya dilarutkan dalam pelarut yang sesuai pada
aplikasinya pada saat penyalutan sediaan padat. Untuk polimer yang tidak larut
dalam air sehingga penerapannya tidak dapat dengan pelarut bentuk cair, sehingga
standardnya digunakan metode preparasi khusus yaitu untuk latex asli dan
pseudolatex (Hogan, 2002). Polimer alami seperti kitosan mulai dilirik
penggunaannya karena ketersediaannya yang banyak di alam dan memiliki
berbagai macam manfaat (Singla dan Chawla, 2001).
Plasticizer

Plasticizer pada umumnya adalah zat dengan berat molekul rendah yang
punya kapasitas merubah sifat fisik polimer sehingga dapat berfungsi lebih baik
sebagai bahan dalam proses salut film. Mekanisme kerja plasticizer pada umumnya
dengan menginterpose molekul plasticizer pada helaian polimer sehingga memecah
interaksi polimer-polimer. Hal ini dilakukan karena interaksi plasticizer dengan
polimer dianggap lebih kuat dibandingkan dengan interaksi polimer-polimer (Hogan,
2002). Contoh plasticizer yang standard digunakan adalah polyol seperti gliserol
(gliserin), propilen glikol, polietilen glikol; ester organic seperti ester phthalate, ester
sitrat; gliserida seperti minyak jarak, monogliserida terasetilasi, dan minyak kelapa
terfraksionasi (Hogan, 2002).

Pada salut film, plasticizer memiliki kemampuan untuk stress internal pada
salut film. Selain itu, pada salut film yang bertujuan memiliki efek modifikasi
pelepasan pada sediaan, harus kuat secara mekanik supaya lapisan film tidak rusak
pada saat proses penyalutan (Hogan,2002).
Pewarna / Opacifier

Kelompok bahan ini digunakan untuk meningkatkan penampilan produk


yang dihasilkan namun juga bermanfaat dalam beberapa hal lain diantaranya:

1. Identifikasi produk oleh produsen yang standard digunakan pada GMP (Good
Manufacturing Practice) serta membantu mengidentifikasi obat pada pasien
dengan pengobatan lebih dari 1obat.
2. Meningkatkan kesan merek suatu produk sehingga mengurangi kesempatan
untuk produsen lain meniruproduknya.
3. Pewarna pada batasan tertentu memiliki efek opacifying yang dapat
menentukan hasil optimal yang dapat melindungi bahan obat dari cahaya pada
saatpenyalutan.

Pada umumnya, kelompok bahan ini mengurangi kekuatan tensile serta ekstensi
film pada saat beban tensile, sehingga secara keseluruhan bersifat negative sehingga
pemakaiannnya hanya untuk formulasi-formulasi tertentu (Hogan, 2002).

D. Masalah dalam Pembuatan Tablet


Beberapa permasalahan dalam pembuatan tablet adalah sebagai berikut (Lachman
1994 : 673-680)
1. Capping, adalah pemisahan sebagian atau keseluruhan bagian atas atau bagian
bawah tablet dari badan tablet. Umumnya disebabkan oleh adanya udara yang
terjadi dalam ruang die dan penyebab lain yaitu kelebihan granul, over lubrikasi
atau kurang rubrikan.
2. Laminasi, adalah pemisahan tablet menjadi 2 bagian atau lebih. Umumnya
keretakan atau pecahnya tablet terjadi segera setelah kompresi atau beberapa jam
atau hari kemudian.
3. Chipping, adalah keadaan pada bagian bawah tablet terpotong yang disebabkan oleh
ujung punch bawah tidak rata dengan permukaan atas die.
4. Cracking, adalah keadaan tablet pecah, lebih sering di bagian atas tengah. Cracking
merupakan akibat lanjut dari permukaan atas die.
5. Picking, adalah perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada
permukaan punch yang disebabkan pengeringan granul belum cukup, jumlah glidan
kurang atau yang dikompresi adalah bahan berminyak/lengket.
6. Sticking, adalah keadaan granul menempel pada dinding die. Penyebabanya yaitu
punch kurang bersih, tablet dikompresi pada kelembapan tinggi.
7. Mottling, adalah keadaan distribusi zat warna pada permukaan tablet tidak merata.
8. Binding, adalah lubrikasi yang tidak memadai.

E. Bahan-bahan Tambahan Tablet


a) Bahan Pengisi
Zat inert secara farmakologi yang dapat ditambahkan dalam sebuah formulasi
tablet untuk penyesuian bobot dan ukuran tablet sesuai dengan yang ditetapkan, jika
jumlah bahan aktif kecil, juga untuk mempermudah pembuatan tablet walaupun
pengisi adalah zat yang inert. Secara farmakologi, zat tersebut masih dapat
mempengaruhi sifat fisika, kimia dan biofarmasi dari sedian tablet.
Contoh, interaksi basa atau garam-garam amin dengan laktosa dan alkali basa yang
menyebabkan terjadinya perubahan warna coklat sampai hitam.Laktosa tidak
bercampur dengan asam askorbat dan salisilamide.Penggunaan dari pengisi
tergantung dari volume atau berat tablet yang diingankan. Bahan pengisi yang
sering digunakan antara lain; laktosa USP, lactose anhydrous, spray dried lactose.
Amylum; maydis, oryzae, meranthae, solany, mannitol, sukrosa dan lain- lain.

b) Bahan Pengikat
Zat inert secara farmakologi yang ditambahkan kedalam formulasi tablet untuk
meningkatkan kohesifitas antara partikel–partikel serbuk dalam masa tablet yang
diperlukan untuk pembentukkan granul dan kemudian untuk pembentukan massa
menjadi kompak dan padat yang disebut tablet, pengikat dapat dibagi dua :
1. Pengikat kering (binder), pengikat kering ditambahkan kedalam massakering.
Contoh, bahan kering yang sering digunakan:
 Acasia 2-5 %
 Derivat selulosa 1-5 %
 Sukrosa 2-25 %
2. Pengikat Basah (Adhesive), ditambahkan dalam bentuk larutan atau suspensi,
contoh pengikat basah yang sering digunakan:
 Derivat selulosa 1-5 %
 Gelatin 1-5 %
 Pasta amylum 1-5 %
 Natrium Alginat 2-5 %

c) Bahan Penghancur
Zat inert secara farmakologi yang ditambahkan pada massa untuk membantu
mempercepat waktu hancur tablet dalam saluran cerna, zat disintegran dapat
ditambahkan sebagai fasa dalam yang disebut sebagai fasa dalam yang disebut
sebagai bahan internal dan sebagai fasa luar yang disebut bahan eksternal.
 Amylum/Kanji
 Mikrokristalin Selulosa
 Explotab
 Kombinasi Asam (Tablet Effervesescent)

d) Bahan Pelincir
Zat yang memungkinkan aliran bahkan memasuki cetakan tablet dan mencegah
melekat nya bahan pada punch dan die membuat tablet menjadi bagus dan
mengkilap.
 Talcum
 PEG
 Asam Stearat
 Mg Stearat

e) Pewarna
Pemberi rasa dan pemanis, penggunaan zat warna dan pemanis digunakan
untuk menutupi warna obat yang kurang baik, (dentifikasi hasil produksi dan
membuat suatu produk menjadi lebih menarik).Dibentuknya rasa, agar dapat
mengurangi rasa pahit, khusus yang sulit menelan tablet dan member rasa untuk
tablet kunyah. (Lachman hal 679-704)

F. Kontrol Kualitas
Untuk memperoleh tablet yang baik dan bermutu maka sebelum, selama dan
setelah proses pentablettan harus dilakukan pemeriksaan (in process control/IPC),
meliputi antara lain :
a. Pemeriksaan Sebelum tabletting
 Kualitas formulasi bahan yang dipakai
 Homogenitas campuran obat dengan bahan tambahan setelah proses
pencampuran
 Kualitas granul : fluiditas, moisture content (MC), distribusi ukuran partikel
dan kompressibilitas

b. Pemeriksaan Selama dan Setelah Tabletting


 Penampilan Umum (organoleptis)
Pengukuran sejumlah data teknis tablet, seperti ukuran (panjang, lebar,
diameter), bentuk, warna, bentuk permukaan, konsistensi dan cacat fisik, dan
tanda-tanda pengenal lainnya (logo, break line, dsb), bau, ciri-ciri khas
lainnya.
 Keseragaman kadar zat aktif
Dilakukan pemeriksaan kadar zat aktif sesuai dengan monografi masing-
masing bahan.
 Keragaman Bobot
Dilakukan pemeriksaan 20 tablet, dihitung rata-rata dan standard deviasi
relatif (RSD).
Syarat :
1) Tablet dengan bobot < 130 mg, max RSD 10 %
2) Tablet dengan bobot 130 – 324 mg, max RSD 7,5 %
3) Tablet dengan bobot > 324 mg, max RSD 5%
 Kekerasan tablet (Hardness)
Diperiksa dengan alat Hardness Tester, yang prinsipnya mengatur tekanan
yang dibutuhkan untuk memecah satu tablet yang diletakkan dalam alat
tersebut. Gunanya untuk mengetahui ketahanan tablet bila mengalami
benturan selama proses pengemasan dan transportasi. Tablet yang baik
kekerasan : min 4 kg
 Kerapuhan Tablet (friability)
Diperiksa dengan alat Friabilator Tester, prinsipnya dengan mengukur
prosentase susut berat tablet setelah diputar dalam alat tersebut selama 4 menit
(rpm 25) atau 100 putaran.
 Waktu Hancur (disintegration time)
Ditentukan dengan alat Desintegrating tester, prinsipnya sejumlah tablet (6
tablet) dimasukkan dalam air atau medium lain dengan suhu 37C, dinaik-
turunkan, diukur waktunya sampai semua tablet hancur. Syarat : jika tidak
disebutkan lain, tidak boleh lebih dari 15 menit.

IV. PREFORMULASI
A. Zat Berkhasiat
1. Teofilin ( FI IV hal 783, FI III hal 597, Martindale 35 hal 1023)
 Rumus Molekul : C7H8N4O2.H2O
 Berat Molekul : 198,18
 Pemerian : serbuk berserat atau granul, bearna putih, suspensi dalam air
bereaksi netral terhadap lakmus P, mengembang dalam air dan membentuk
suspensii yang jernih hingga opalesen kental,koloidal
 Kelarutan : sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam larutan alkali
hidroksida dan dalam ammonium hidroksida agak sukar larut dalam etanol.
 Stabilitas : dapat disimpan pada suhu kamar, dibawah cahaya florosensi
terus menerus selama sekurang – kurangnya 180 hari tanpa perubahan
konsentrasi yang signifikan dalam bentuk larutan sebaiknya dilindungi
cahaya,stabil di udara.
 Khasiat : obat asma, stimulasi SSP dan pernafasan, stimulasi jantung
bekerjasebagai diuretik lemah.
 OTT : Tanin
 Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
 Dosis : untuk sediaan lepas lambat dewasa dan anak-anak maximal
400mg/hr. 3-4 dd 125-250 mg

B. Zat Tambahan
1. Amylum
Nama : Amylum
Sinonim : Pati
Nama Kimia: Starch (9005-25-8)
Pemerian : serbuk halus warna putih sampai putih tua, tidak bau, tidak berasa
Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol 96% dan dalam air dingin. Pati
mengembang seketika dalam air sekitar 5-10% pada suhu 3780 C.
Pati menjadi larut dalam air panas pada suhu di atas suhu gelatinasi
Penyimpanan : dalam tempat sejuk dan kering
Kegunaan : desintegran 3-25%
Amilum berupa padatan cukup kasar sampai serbuk halus, berwarna putih,
tidak berbau dan sedikit berasa. Amilum jagung memliki ukuran 2–32 µm.
Amilum dalam formulasi tablet dan kapsul dapat digunakan sebagai bahan
pengikat, pengisi dan disintegran. Amilum pada umumnya bersifat higroskopis.
Amilum jagung merupakan amilum yang paling kecil higroskopisitasnya
dibandingkan dengan amilum gandum dan amilum beras. Amilum kentang
merupakan amilum yang paling higroskopis dibanding lainnya (Rowe, 2009).

2. Laktosa Hidrat (Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition hal. 376)


 Sinonim : FlowLac 90; FlowLac 100; Lactopress Semprot-Kering;
Lactopress Semprot-Kering 250; NF Laktosa – 315; NF Lactose – 316 Fast
Flo; SuperTab 11SD; SuperTab 14SD
 Nama Kimia : Semprot-kering laktosa adalah campuran dari laktosa amorf,
yaitu a 1: 1 campuran a-dan-b-laktosa, dan O-b-D-galaktopiranosil-(1! 4) -a-
D-glucopyranose monohydrate. Nomor CAS untuk laktosa monohidrat
adalah (laktosa monohydrate); (lactose monohydrate, cyclic); (laktosa
monohidrat, formulir terbuka).
 Formula Empiris dan Berat Molekul : C12H22O11 342.30 (untuk amorf)
C12H22O11 H2O 360.31 (untuk monohidrat),
 Kategori Fungsional : Eksipien tablet langsung kompres; tablet dan
pengencer kapsul; tablet dan pengisi kapsul.
 Pemerian : Laktosa terjadi sebagai partikel kristal atau bubuk putih hingga
putih. Tidak berbau dan sedikit rasanya manis. Kompresi langsung kering-
semprot nilai laktosa umumnya terdiri dari 80-90% monohidrat a-laktosa
murni khusus disiapkan bersama dengan 10-20% laktosa amorf,
 Kondisi Stabilitas dan Penyimpanan : Laktosa kering semprot harus
disimpan dalam wadah tertutup rapat di tempat yang sejuk dan kering.
 Ketidakcocokan : Laktosa adalah gula pereduksi. Laktosa amorf, yang
merupakan bentuk laktosa paling reaktif yang ada dalam laktosa semprot-
kering, akan berinteraksi lebih mudah daripada kadar kristal konvensional.
(2) Reaksi khas meliputi reaksi Maillard dengan amina primer (3) atau
sekunder (4). Lihat Laktosa, Anhidrat dan Laktosa, Monohidrat.

3. PPS
4. Metil Selulosa (HOPE 5th, hal 462-463)
Pemerian : Serbuk atau granul yang berwarna putih. Praktis tidak berbau dan
tudak berasa.  Sebaiknya dismpan dan diberi penandaan sesuai dengan tipe
viskositas.
Fungsi             :

Disintegran tablet 2-10%


Zat pengcoating tablet 0.5-5%
Pengikat tablet 1-5%
Matrix untuk tablet sustained release 5-75%
Zat pensuspensi 1-2%
Obat tetes mata 0.5-1%
Zat pengemulsi 1-5%
Krim, gel dan salep 1-5%
Bulk laxative 2-10%

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam aseton,  methanol, kloroform, etanol, eter,
larutan jenuh garam, toluen dan air panas; larut dalam asam asetat glasial,
campuran etanol dan kloroform dalam perbandingan sama. Dalam air dingin,
metilselulosa mengembang dan terdispersi membentuk dispersi koloid yang
jernih dan kental.

5. PEG 4000
PEG 4000 adalah polietilen glikol; H(O-CH2-CH2)nOH, harga n antara
68 dan 48. Pemerian PEG 4000 adalah serbuk licin putih atau potongan putih
gading, praktis tidak berbau, tidak berasa. Kelarutan PEG 4000 adalah mudah
larut dalam air, dalam etanol (95 %) P, dan dalam kloroform P, praktis tidak
larut dalam eter P. Kesempurnaan melarut dan warna larutan 5 g dalam air
hingga 50 ml praktis jernih dan tidak berwarna. Bobot molekul rata-rata tidak
kurang dari 3000 dan tidak lebih dari 3700 (Anonim, 1979).

6. Sunset Yellow ( Handbook of Pharmaceutical of Excipient edisi VI halm.193 )


Rumu Molekul : C H N Na O S
Pemerian : Serbuk kuning kemerahan, didalam larutan
memberikan warna orange terang
Kelarutan : Mudah larut di gliserin dan air, agak sukar larut
dalam aseton dan propilen glikol, sukar larut dalam
etanol 75%
Kegunaan : Pewarna
Konsentrasi :
OTT : Asam askorbat, gelatin, dan glukosa
Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah yang tertutup rapat, dan tempat yang
sejuk dan kering

7. Air Suling As (FI III : 96)


Nama resmi : Aqua destillata
BM/RM : H2O/18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai
rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
Kegunaan : Sebagai pelarut .

C. Farmakologi Zat Berkhasia


Teofilin merupakan turunan metilxantin yang mempunyai efek antara lain
merangsang susunan saraf pusat dan melemaskan otot polos, terutama bronkus.
Teofilin adalah bronkodilator yang digunakan untuk asma dan untuk mengatasi
penyakit paru obstruksi kronik yang stabil, secara  umum tidak efektif untuk
eksaserbasi penyakit paru obstruksi kronik. Teofilin mungkin menimbulkan efek
aditif bila digunakan bersama agonis beta-2 dosis kecil, kombinasi kedua obat
tersebut dapat meningkatkan risiko terjadinya efek samping, termasuk hipokalemia.
Teofilin dimetabolisme di hati, kadar teofilin dalam plasma bervariasi terutama pada
perokok, pasien dengan gangguan hati dan gagal jantung, atau jika diberikan
bersama dengan obat-obat tertentu. Kadar teofilin dalam plasma meningkat pada
gagal jantung, sirosis, infeksi virus, pada lanjut usia dan jika ada obat yang
menghambat metabolisme teofilin. Kadar teofilin dalam plasma menurun pada
perokok, dan alkoholisme kronik dan oleh obat yang menginduksi metabolismenya
seperti fenitoin, karbamazepin, rifampisin, dan barbiturat. Untuk interaksi teofilin
lainnya.
Perbedaan waktu paruh antar pasien sangat penting karena teofilin mempunyai
rentang terapi yang sempit, yaitu dosis toksiknya dekat dengan dosis terapinya. Pada
kebanyakan pasien, diperlukan kadar 10-20 mcg/mL dalam plasma untuk efek
bronkodilasi yang memuaskan walaupun pada kadar plasma 10 mcg/mL (atau
kurang) mungkin sudah efektif. Efek samping dapat timbul pada kadar 10- 20
mcg/mL, dan efek samping akan semakin sering dan semakin berat pada kadar di
atas 20 mcg/mL. Teofilin dapat diberikan secara injeksi sebagai aminofilin, suatu
campuran teofilin dengan etilendiamin, yang 20 kali lebih larut dibanding teofilin
sendiri. Injeksi aminofilin jarang dibutuhkan untuk serangan asma berat. Aminofilin
harus diberikan sebagai injeksi intravena sangat lambat paling cepat (20 menit).
Tidak dapat diberikan intramuskular karena sangat iritatif. Pemantauan kadar
teofilin dalam plasma akan membantu, dan perlu sekali jika pasien telah mendapat
teofilin peroral, karena efek samping serius seperti konvulsi dan aritmia dapat terjadi
sebelum munculnya gejala toksisitas yang lain.

V. FORMULA
A. Komposisi Larutan Film

B. Usulan Formula

No Bahan Mg/tablet Fungsi

1 Teofilin 200 Zat aktif

2 Laktosa 280 Pengisi/Pemanis

3 Pasta amilum 10% 20 Pengikat

4 Metil selulosa 1000 Penyalut

5 PEG-4000 500 Pelarut


6 Sunset yellow 20 Pewarna

7 Aquadest ad Ad 100ml Pelarut

C. Formula Penyalut Tablet Yang Digunakan


Berdasarkan penelitian Rangga Pradana, dkk (2010) “Formulasi Tablet Salut
Teofilin Menggunakan Eksipien Koproses Pregelatinisasi Pati Singkong Metil
selulosa sebagai Bahan Penyalut”, kelompok kami memilih formula II dikarenakan
tablet yang dihasilkan tablet berwarna jingga dengan permukaan licin dan agak
mengkilat.

D. Perhitungan dan Penimbangan


a. Perhitungan Bahan Tablet Inti
Direncanakan bobot 1 tablet : 600

Dibuat sebanyak = 100 tab x 600 mg = 60000 mg

20
Dilebihkan 20% = ( 100 X 60000 mg )

= 60000 mg + 120000

= 720000

72000
Bobot seluruh =
600
= 120 mg

1. Teofilin = 200 mg x 120 mg = 24000 mg

10
2. Pasta amylum 10% = x 600 x 120 = 7200 mg
100

100
Amylum = x 7200 mg = 72000 mg
10

Aqua dest = 72000 mg – 7200 mg = 64800mg

3. Laktosa = 280 mg x 120 = 33600 mg

Bahan penyalut :

4. Metilselulosa = 1000 mg x 120 = 120000mg


5. PEG-4000 = 500 mg x 120 = 60000mg
6. Sunset yellow = 20 mg x 120 = 2400mg
7. Aquadest ad 100ml

b. Penimbangan Bahan
No Bahan Jumlah

1 Teofilin 24000mg

2 Laktosa 33600 mg

3 Pasta amilum 10% 72000 mg amylum + aquadest 64800


mg

4 Metilselulosa 120000mg

5 PEG-4000 60000mg

6 Sunset yellow 2400mg

7 Aquadest ad Ad 100ml
VI. PROSEDUR PEMBUATAN
A. Pembuatan Tablet Inti
1. Gerus teofilin sampai halus
2. Tambahkan laktosa, gerus homogen
3. Tambahkan pasta amylum 10% sampai terbentuk massa yang kalis
4. Granulasi massa yang telah terbentuk dengan menggunakan ayakan
5. Keringkan granul yang telah terbentuk, lakukan evaluasi granul
6. Kempa granul yg telah kering menjadi tablet, lakukan evaluasi

B. Pembuatan Larutan Penyalut


1. Kembangkan Na CMC dengan 20 ml aquadest yang telah dididihkan, sisihkan.
(massa 1)
2. Larutkan PEG 4000 dengan sebagian aquadest (massa 2)
3. Campurkan M1 dan M2, tambahkan pewarna kuning
4. Tambahkan aquadest ad 100 ml, cek viskositas

C. Penyalutan Tablet Inti


1. Siapkan wadah untuk menyalut tablet dengan permukaan datar
2. Bersihkan wadah tersebut dari debu dan kotoran lain
3. Setelah bersih, wadah dibiarkan sampai kering
4. Letakkan tablet inti ke dalam wadah tersebut
5. Semprotkan larutan penyalut ke tablet inti secara merata
6. Keringkan tablet, lalu dibalik dan semprotkan larutan penyalut ke sisi lainnya
7. Keringkan tablet yang telah disalut, lalu lakukan evaluasi

VII. ASPEK CPOB


1. MANAJEMEN MUTU
Obat yang di produksi harus memiliki jaminan bahwa obat yang
diproduksi memenuhi standar yang ditentukan, berkhasiat dan terjamin
keamanannya. Untuk itu maka deperlukan Management Mutu untuk menghasilkan
produk yang terjamin kualitasnya, terjamin kemanannya, dan memenuhi standar
yang ditentukan sesuai dengan penggunaannya. Untuk dapat melaksankan Kebijakan
Mutu, terdapat 2 unsur dasar, yaitu:
1) Infrastruktur atau Sistem, mencakup struktur Organisasi, Prosedur, Proses dan
Sumber Daya.
2) Pemastian Mutu (Quality Assurance/QA), yaitu suatu tindakan sistematis yang
diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi
(dalam artian : memastikan apakah produk yang dihasilkan benar-benar sesuai
dengan standar mutu atau tidak), sehingga produk yang
dihasilkan selalu memenuhi persayaratan mutu yang ditetapkan.

2. PERSONALIA
Untuk mendapatkan bagian personalia yang memadai perusahanaan dapat
mengadakan:
 Pelatihan bagi seluruh personel yang karena tugasnya berada di area produksi dan
gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk personel teknik, pemeliharaan
dan pembersihan), dan bagi personel lain yang kegiatannya berdampak pada mutu
produk.
 Pelatihan spesifik untuk personel yang bekerja di area di mana kontaminasi
menimbulkan bahaya, misalnya area bersih atau area penanganan bahan
berpotensi tinggi, toksik, bersifat infeksius atau menimbulkan sensitisasi.
 Program higiene yang rinci disiapkan dan disesuaikan dengan berbagai kebutuhan
di pabrik.
Perusahaan dapat membuat instruksi yang memastikan bahwa kesehatan personel
yang dapat memengaruhi mutu produk harus diketahui perusahaan. Sesudah
pemeriksaan kesehatan dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja dan kesehatan
personel, yaitu :
 Memastikan bahwa tidak ada orang yang berpenyakit menular atau memiliki
lesi terbuka pada tubuh terlibat dalam pembuatan obat.
 Setiap orang yang memasuki area pembuatan hendaklah mengenakan
pakaian pelindung sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan.
 Makan, minum, mengunyah atau merokok, atau menyimpan makanan,
minuman, bahan merokok atau obat-obatan pribadi di area produksi dan area
gudang hendaklah dilarang. Secara umum, hendaklah dilarang melakukan
kegiatan yang tidak higienis di dalam area pembuatan atau di area lain yang
dapat memengaruhi mutu produk.
 Hendaklah dihindarkan persentuhan langsung antara tangan operator dengan
produk yang terbuka dan juga dengan bagian peralatan yang bersentuhan
dengan produk.
 Personel hendaklah diinstruksikan supaya menggunakan sarana cuci tangan.
Persyaratan khusus untuk pembuatan produk tertentu, misal sediaan steril,
tercakup dalam Aneks 1 Pembuatan Produk Steril.

3. BANGUNAN DAN SARANA PENUNJANG


1) AREA PENIMBANGAN
Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan cara
penimbangan di area penimbangan terpisah yang didesain khusus untuk kegiatan
penimbangan. Area ini dapat menjadi bagian dari area penyimpanan atau area
produksi.

2) AREA PRODUKSI
Kontaminasi silang dicegah untuk semua produk melalui desain dan
pengoperasian fasilitas pembuatan yang tepat. Tindakan pencegahan kontaminasi
silang hendaklah sepadan dengan risikonya. Prinsip Manajemen Risiko Mutu
hendaklah digunakan untuk menilai dan mengendalikan risiko. Tergantung dari
tingkat risiko, mungkin diperlukan bangunan-fasilitas dan peralatan yang
terdedikasi untuk kegiatan pengolahan dan/atau pengemasan guna mengendalikan
risiko dari beberapa obat. Fasilitas tersendiri terdiri dari:
a) risiko tidak dapat dikendalikan secara memadai melalui pengoperasian
dan/atau tindakan teknis;
b) data ilmiah dari evaluasi toksikologi tidak mendukung risiko yang dapat
dikendalikan;
c) batas residu relevan berdasarkan hasil evaluasi toksikologi, tidak dapat
ditentukan secara memuaskan dengan metode analisis tervalidasi. termasuk
produk yang dapat menimbulkan alergi dari bahan yang menimbulkan
sensitisasi tinggi (misal betalaktam), preparat biologis (misal dari organisme
hidup), dan produk lain seperti hormon tertentu (misal hormon seks),
sitotoksika tertentu, produk mengandung bahan aktif tertentu berpotensi
tinggi serta pembuatan produk non obat.

3) AREA PENYIMPANAN
A. Area penyimpanan memiliki kapasitas yang memadai untuk menyimpan dengan
rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk seperti bahan awal dan bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, produk dalam status
karantina, produk yang telah diluluskan, produk yang ditolak, produk yang
dikembalikan atau produk yang ditarik dari peredaran.
B. Area penyimpanan didesain atau disesuaikan untuk menjamin kondisi
penyimpanan yang baik; Secara khusus area tersebut hendaklah bersih, kering dan
mendapat pencahayaan yang cukup serta suhunya dipertahankan dalam batas yang
ditetapkan.
C. Apabila kondisi penyimpanan khusus (misal suhu, kelembaban) dibutuhkan,
kondisi tersebut disiapkan, dikendalikan, dipantau dan dicatat di mana diperlukan.
D. Area penerimaan dan pengiriman barang dapat memberikan perlindungan bahan
dan produk terhadap cuaca. Area penerimaan didesain dan dilengkapi dengan
peralatan yang sesuai untuk kebutuhan pembersihan wadah barang masuk, bila
diperlukan, sebelum dipindahkan ke tempat penyimpanan
E. Status karantina dijamin dengan cara penyimpanan di area terpisah, maka area
tersebut diberi penandaan yang jelas dan akses ke area tersebut terbatas bagi
personel yang berwenang. Sistem lain untuk menggantikan sistem karantina
barang secara fisik hendaklah memberi pengamanan yang setara.
F. Disediakan area terpisah dengan lingkungan yang terkendali untuk pengambilan
sampel bahan awal. Apabila kegiatan tersebut dilakukan di area penyimpanan,
maka pengambilan sampel hendaklah dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah
kontaminasi atau kontaminasi silang. Prosedur pembersihan yang memadai bagi
ruang pengambilan sampel hendaklah tersedia.
G. Area terpisah dan terkunci disediakan untuk penyimpanan bahan dan produk yang
ditolak, atau yang ditarik kembali atau yang dikembalikan.
H. Bahan aktif berpotensi tinggi dan bahan radioaktif, narkotik, obat berbahaya lain,
dan zat atau bahan yang mengandung risiko tinggi terhadap penyalahgunaan,
kebakaran atau ledakan hendaklah disimpan di area yang terjamin keamanannya.
Obat narkotik dan obat berbahaya lain hendaklah disimpan di tempat terkunci.
I. Bahan pengemas cetak merupakan bahan yang kritis karena menyatakan
kebenaran obat menurut penandaannya.

Kegiatan di area yang ditentukan:

 penerimaan bahan;
 karantina barang masuk;
 penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas;
 penimbangan dan penyerahan bahan atau produk;
 pengolahan
 pencucian peralatan;
 penyimpanan peralatan
 penyimpanan produk ruahan
 pengemasan
 karantina produk jadi sebelum memperoleh pelulusan akhir;
 pengiriman produk; dan
 laboratorium pengawasan mutu.
VII. PERALATAN
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan tablet antara lain :
1. HARDNESS TESTER

Hardness test atau uji kekerasan pada material menggunakan alat bantu
yang disebut hardness tester. Fungsi hardness tester itu sendiri sudah jelas yaitu
mengukur dan menganalisa kekerasan pada material atau benda.

Prinsip dasar pada uji kekerasan sangat sederhana yaitu memberikan


indentasi atau penekanan pada bagian permukaan material logam dengan besar
gaya yang sudah ditetapkan. Sistem kerja alat ini ada 2 macam yaitu analog/manual
dan digital, sedangkan jenis hardness tester terdiri dari bench (biasanya digunakan
di laboratorium) dan portable (bisa dibawa kemana saja). Jika Anda ingin
mendapatkan hasil yang lebih cepat dengan display yang lebih mudah dilihat
sebaiknya pilih hardness tester digital.

2. FRIABILATOR
Friability test merupakan sebuah alat laboratorium farmasi yang biasa
digunakan untuk menguji kerapuhan sebuah tablet. Fungsi utama dari alat friability
test adalah menghitung seberapa kuat tablet, atau kaplet atau pil terhadap proses
guncangan yang diberikan.

Cara kerja alat laboratorium farmasi yang satu ini sangatlah mudah. Hanya
perlu memasukan tablet yang akan diuji kerapuhannya pada media seperti piringan
tabung, menutupnya dengan rapat, memasangkan pada alat pemutar. Nyalakan alat
pemutar dan setting waktu atau kecepatan putaran sambil mengamati proses
berlangsung.

3. COATING PAN

Mesin Coating Pan adalah sebuaah alat farmasi yang berfungsi untuk
melapisi sebuah product berupa tablet atau caplet dengan proses spray (proses
teknologi canggih) atau pun dengan cara manual.

Proses coating adalah salah satu proses yang sangat dibutuhkan dalam dunia
industri. Coating atau pelapisan sendiri dapat dianggap sebagai suatu proses
pelapisan yang diterapkan pada suatu benda atau substrat. Tujuan dari coating
sendiri adalah untuk dapat meningkatkan sifat permukaan dari benda yang dilapisi.
Sifat permukaan tersebut diharapkan dapat ditambah dalam beberapa hal seperti
penampilan, ketahanan terhadap air atau korosi, ketahanan dari goresan atau
bahkan untuk keausan.
Prinsip dari coating sendiri adalah dengan mencari titik keseimbangan
antara parameter kecepatan coating pan-spray rate larutan dan suhu inlet – outlet
dari produk. Beberapa mesin telah dibekali settingan khusus yang dapat secara
otomatis kitaa terapkan, namun masih banyak juga jenis mesin coating yang
membutuhkan setelah manual dari awal.

4. TENSILE TESTER STROGRAPH

Tensile Tester merupakan sebuah tools uji bersama dengan system


pengujian bersama dengan cara tarik yang biasanya diperuntukan sebagai tools
pendukung di dalam proses pengujian bersama dengan obyek untuk memahami
bermacam ragam sifat-sifat material yang dapat diujikan. Dengan proses
pengujian bersistem tarik, pada pas proses pengujian berlangsung kita dapat
memahami intensitas material yang mengalami pengujian, merasa dari
peregangan yang berlangsung pada material yang diuji (seberapa panjang material
bisa terima type tarik) hingga bersama dengan analisa berdasarkan sifat-sifat
material yang terlah didapatkan berdasarkan hasil dari data pengujian tarik yang
berlangsung

5. HAIRDRYER
Hair dryer merupakan sebuah alat yang digunakan untuk
mempercepat proses pengeringan rambut yang dilengkapi pengaturan
tingkat suhu tertentu sesuai dengan kebutuhan.

6. DISINTEGRATION TESTER

Fungsi alat disintegration test berbeda dengan alat dissolution test. Jika


pada alat dissolution test digunakan untuk mengukur kelarutan zat aktif pada
sediaan padat. Maka pada disintegration test digunakan untuk mengukur waktu
hancur tablet menjadi ukuran yang lebih kecil.

7. DISSOLUTION TEST
Dissolution test adalah salah satu alat laboratorium farmasi yang biasa
digunakan untuk mengukur kelarutan zat aktif obat pada media larutan. Alat
laboratorium yang satu ini sangat erat hubungannya dengan uji kelarutan pada
sediaan padat. Dissolution Test memiliki beberapa nama lain seperti alat uji
disolusi, dissolution tester atau dissolution testing.

Fungsi dissolution tester adalah alat yang digunakan untuk menganalisa


banyaknya jumlah zat aktif larut dalam cairan tubuh(simulasi). Pada bidang industri
dissolution tester memiliki fungsi untuk merumuskan bentuk dosis obat dan
mengembangkan spesifikasi kualitas. Dissolution test merupakan uji biofarmasetik
penting untuk menjamin efektifitas obat dan memiliki korelasi dengan profil
farmakokinetik.

8. SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran serapan cahaya di daerah


ultraviolet (200-400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm) oleh suatu senyawa.
Serapan cahaya uv atau cahaya tampak mengakibatkan transisi elektronik, yaitu
promosi elektron-elektron dari orbital dasar yang berenergi rendah ke orbital
tereksitasi yang berenergi lebih tinggi. Panjang gelombang cahaya uv atau cahaya
tampak bergantung pada mudahnya promosi elektron. Molekul- molekul yang
memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron, akan menyerap pada
panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi lebih
sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang
menyerap cahaya dalam daerah tampak (senyawa berwarna) mempunyai elektron
yang lebih mudah dipromosikan dari pada senyawa yang menyerap pada panjang
gelombang lebih pendek (Herliani, 2008).

Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran serapan cahaya di daerah


ultraviolet (200-400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm) oleh suatu senyawa.
Serapan cahaya uv atau cahaya tampak mengakibatkan transisi elektronik, yaitu
promosi elektron-elektron dari orbital dasar yang berenergi rendah ke orbital
tereksitasi yang berenergi lebih tinggi. Panjang gelombang cahaya uv atau cahaya
tampak bergantung pada mudahnya promosi elektron. Molekul- molekul yang
memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron, akan menyerap pada
panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi lebih
sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang
menyerap cahaya dalam daerah tampak (senyawa berwarna) mempunyai elektron
yang lebih mudah dipromosikan dari pada senyawa yang menyerap pada panjang
gelombang lebih pendek (Herliani, 2008).

9. VISKOMETER HAAKE
Viskometer adalah sebuah instrumen laboratorium. Alat ini memiliki fungsi
utama untuk mengukur viskositas. Apa itu viskositas? Viskositas merupakan
kekentalan zat cair. Pada zat cair, sifat ini menjadi ukuran untuk menentukan nilai
perlawanan atas tegangan geser dari hasil pergeseran benda. Umumnya viskositas
ini terjadi karena interaksi antar molekul dalam cairan akibat adanya gerakan atau
aliran.

Ada banyak kegunaan viskometer dalam kehidupan. Seperti yang telah


disebutkan pada poin sebelumnya, kekentalan zat cair dapat menjadi indikator
apakah zat cair termasuk ideal atau tidak. Hal ini sangat berguna untuk industri air
mineral. Perusahaan air mineral dapat memanfaatkan viskometer untuk mengetahui
apakah produk mereka termasuk zat cair ideal.

VIII. SANITASI DAN HIGIENE


 Higiene perorangan
 Sanitasi bangunan dan fasilitas
 Pembersihan dan sanitasi peralatan
 Validasi prosedur pembersihan dan sanitasi

Personalia

1) Semua karyawan menjalani pemeriksaan kesehatan sebelum dan selama bekerja, dan
pemeriksaan mata secara berkala.
2) Semua karyawan menerapkan higiene perorangan yang baik .
3) Tiap karyawan yang mengidap suatu penyakit yang dapat merugikan kualitas produk
dilarang menangani bahan-bahan sampai sembuh kembali.
4) Semua karyawan melaporkan keadaan yang dapat merugikan produk.
5) Pemakaian sarung tangan untuk menghindari sentuhan langsung antara tangan
dengan bahan dan produk.
6) Karyawan menggunakan pakaian pelindung untuk keamanan sendiri.
7) Hanya petugas yang berwenang yang boleh memasuki bangunan dan fasilitas daerah
terbatas.
8) Karyawan diinstruksikan agar mencuci tangan sebelum memasuki daerah produksi.
9) Merokok, makan, dan minum dilarang di daerah produksi, laboratorium, dan daerah
lain yang dapat merugikan produk.
10) Prosedur perorangan diberlakukan bagi semua orang.

Sanitasi bangunan dan fasilitas

1) Gedung dirancang dan dibangun dengan tepat untuk memudahkan pelaksanaan


sanitasi yang baik.
2) Toilet dengan ventilasi yang baik tersedia dengan cukup.
3) Tempat penyimpanan pakaian memadai.
4) Tempat pencucian diletakkan di luar daerah steril. Bila mungkin hendaknya
dilengkapi dengan suatu sistem yang baik.
5) Penyimpanan, penyiapan dan konsumsi makanan dibatasi di daerah khusus dan
memenuhi standar kebersihan.
6) Sampah tidak boleh dibiarkan menumpuk dan dikumpulkan di dalam wadah yang
sesuai.
7) Rodentisida, insektisida, bahan fumigasi, dan bahan pembersih tidak boleh
mencemari peralatan dan bahan-bahan.
8) Ada prosedur tertulis (SOP/Standart Operation Prosedure) yang menunjukkkan
penanggungjawab sanitasi dan higiene.

Pembersihan dan  sanitasi Peralatan

1) Peralatan dibersihkan, dijaga dan disimpan dalam kondisi yang bersih serta diperiksa
kembali kebersihannya sebelum dipakai.
2) Pembersihan dilakukan dengan cara vakum atau basah, dan sedapat mungkin
dihindari pencemaran produk.
3) Pembersihan dan penyimpanan alat dan bahan pembersih dilakukan dalam ruangan
yang terpisah dari pengolahan.
4) Prosedur yang tertulis untuk pembersih dan sanitasi dibuat  dipatuhi dan
dilaksanakan.
5) Catatan pembersihan, sanitasi, sterilisasi, dan inspeksi diri disimpan.

Validasi prosedur pembersihan dan sanitasi

Prosedur sanitasi dan higiene divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk
memastikan prosedur yang bersangkutan cukup efektif dan selalu memenuhi persyaratan.

IX. PRODUKSI

Kegiatan produksi telah mengikuti ketentuan yang terdapat dalam CPOB


sehingga produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan kualitas yang
ditetapkan. Dalam CPOB dinyatakan bahwa kegiatan produksi harus terkendali mulai
dari tahap penerimaan bahan awal, penyimpanan bahan awal, penimbangan, pengolahan
hingga tahap pengemasan. Pengendalian bahan awal, bahan antara, dan produk jadi telah
dilakukan dengan baik. Setiap bahan yang akan digunakan dalam kegiatan produksi akan
diterima oleh gudang bahan baku dan wadah terlebih dahulu. Pihak gudang menerima
bahan yang dikirim pemasok sesuai dengan purchase order (PO) dari bagian pembelian.
Setiap bahan harus menjalani serangkaian pengujian oleh bagian QC. Pengujian tersebut
salah satunya yaitu pengujian kualitas dan kuantitas bahan baku. Bahan baku yang
diterima dari pemasok akan diterima oleh bagian gudang dan kemudian ditempelkan
label. Selebihnya tentang bagian produksi terdapat di Formulasi Infus.

1) Bahan Awal
 Setiap pemasukan, pengeluaran dan sisa bahan dilakukan pencatatan.
 Pada saat diterima diperiksa keutuhan kemasan dan kebenaran label dari bahan
tersebut.
 Setiap bahan awal, sebelum dinyatakan lulus untuk digunakan memenuhi spesifikasi
bahan awal yang sudah ditetapkan yang diberi label dengan nama yang dinyatakan
dalam spesifikasi.
 Bahan awal yang mengalami kerusakan oleh suhu disimpan di tempat yang suhu
udaranya diatur.
 Bahan awal yang mudah terurai atau menurun potensinya dinyatakan batas waktu
penggunaannya.
 Penyimpanan dilakukan dalam ruangan atau tempat yang suhu nya diatur dan
disesuaikan dengan sifat fisik dan kimia bahan tersebut.
 Persediaan bahan awal diperiksa dalam selang waktu tertentu untuk menyakinkan
bahwa wadahnya tertutup rapat, bertanda yang benar dan dalam kondisi yang baik
pemeriksaan laboratorium kembali dilakukan sesuai prosedur yang ditentukan.
 Semua bahan awal yang tidak memenuhi syarat ditandai dengan jelas, ditempatkan
terpisah dan secepatnya dikembalikan ke pemasok atau dimusnahkan.

2) Pencemaran
Pencemaran kimiawi atau mikroba terhadap suatu obat yang dapat merugikan
kesehatan atau mengurangi daya terapeutik atau mempengaruhi kualitas suatu produk,
tidak dapat diterima. Perhatian khusus diberikan pada masalah pencemaran silang, karena
sekalipun sifat dan tingkatannya tidak berpengaruh langsung pada kesehatan, hal ini
menunjukkan pelaksanaan pembuatan obat yang tidak sesuai dengan CPOB. Tindakan
pencegahan terhadap pencemaran silang dan efektifitasnya diperiksa secara berkala
misalnya dengan pemeriksaan rutin pada saringan udara, pemeriksaan lingkungan, dan
pemeriksaan perbedaan tekanan antar ruang terutama ruang penyangga.

3) Sistem Penomoran Batch Dan Lot


Penomoran batch dan lot diperlukan secara rinci untuk memastikan bahwa produk
antara, produk ruahan, dan produk jadi dapat dikenali dengan nomor batch atau lot
tertentu. Sistem penomoran ini menjamin bahwa nomor batch dan lot yang sama tidak
digunakan secara berulang. Tidak diperkenankan memakai nomor bets atau nomor lot
yang sama selama periode tertentu yaitu paling sedikit 10 tahun. Untuk bets yang diolah
ulang hendaklah diberikan kode tambahan terhadap nomor bets tersebut.

4) Penimbangan dan Penyerahan


Penimbangan dan penyerahan bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk
jadi dilakukan dan didokumentasikan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
Sebelum dilakukan penimbangan dilakukan pemeriksaan kebenaraan penandaan
termasuk hasil pemeriksaan laboratorium. Untuk menghindari terjadinya kontaminasi
silang, dan hilangnya identitas maka bahan awal, produk antara, dan produk ruahan yang
ada di daerah penyerahan hanya boleh untuk satu batch saja.

5) Pengolahan
Semua bahan yang digunakan dalam pengolahan diperiksa lebih dahulu. Tidak
memasukkan bahan lain selain bahan untuk bets yang sedang diolah tersebut. Pemantauan
kondisi area pengolahan dan langkah yang dilakukan sebelum memulai proses
pengolahan menggunakan suatu daftar periksa yang mencakup antara lain kondisi daerah
pengolahan dipantau dan dikendalikan sesuai persyaratan yang telah ditetapkan, peralatan
dinyatakan bersih secara tertulis sebelum digunakan. Kegiatan pengolahan mengikuti
prosedur tetap, dan tiap penyimpangan harus segera dilaporkan kepada supervisor dan
didokumentasikan di dalam catatan pengolahan batch.

6) Pengawasan Selama Proses


Prosedur pengawasan selama proses dipatuhi seperti pengambilan contoh, frekuensi
pengambilan contoh, dan jumlah yang diambil untuk pemeriksaan. Hasil pengujian
pengawasan selama proses dicatat dan didokumentasikan.
Pengawasan mutu selama proses produksi (IPC) dilakukan untuk:
Sediaan padat meliputi: pemeriksaan kadar zat aktif, pemeriksaan keseragaman bobot
untuk tablet dan kapsul, dilakukan beberapa kali selama proses produksi, pemeriksaan
waktu hancur, kekerasan tablet (kadar air), sample diambil pada waktu permulaan,
pertengahan, dan akhir pencetakan tablet.
Sediaan setengah padat meliputi: keseragaman dan homogenitas obat, pemeriksaan
ukuran partikel, pemeriksaan tampilan, viskositas, berat jenis, pemeriksaan berat,
pemeriksaan kebocoran tube (wadah).

7) Pengemasan
Kegiatan pengemasan berfungsi membagi-bagi dan mengemas produk ruahan
menjadi produk jadi. Proses pengemasan dilaksanakan dibawah pengawasan ketat untuk
menjaga identitas, keutuhan, dan kualitas barang yang sudah dikemas. Sebelum kegiatan
pengemasan dimulai dilakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa peralatan dan
ruang kerja dalam keadaan bersih dan bebas dari produk dan sisa produk lain atau
dokumen yang tidak diperlukan untuk kegiatan yang dilakukan.
Sebelum menempatkan bahan pengemas pada jalur pengemasan diadakan
pemeriksaan kesiapan jalur pengemasan yang bersangkutan oleh petugas yang ditunjuk
sesuai dengan prosedur tertulis yang ditentukan. Pada penyelesaian proses pengemasan
produk yang sudah dikemas diperiksa dengan teliti untuk memastikan bahwa produk obat
tersebut sesuai dengan persyaratan dalam prosedur pengemasan induk. Hanya obat jadi
yang berasal dari satu batch pengemasan saja yang boleh ditempatkan pada satu plat. Bila
ada karton yang tidak penuh maka jumlah yang ada didalamnya dituliskan pada karton
tersebut.
Produk dalam status karantina diberi label “karantina” dan disimpan dalam rak
khusus untuk karantina atau di tempat yang diberi tanda khusus sehingga mudah
dibedakan dengan produk yang telah diluluskan.
X. Evaluasi Pembuatan Film
1. Viskositas Larutan Pembentuk Film
Cairan pembentuk larutan film diukur viskositasnya dengan menggunakan
viskotester Haake dengan No. Spindel R2 pada kecepatan 100 rpm. Nilai masing-
masing viskositas dicatat dan dibandingkan antara masing-masing fomula (Rane
dan Kale, 2009, dengan modifikasi).

2. Ketebalan Film
Ketebalan film diukur dengan menggunakan mikrometer digital. Setiap film
yang telah diukur dicatat ketebalan filmnya (Rane dan Kale, 2009, dengan
modifikasi).

3. Sifat Mekanik Film


Sifat mekanik film diuji berdasarkan kekuatan tarik dan perpanjangan putus.
Kekuatan tarik diuji Menggunakan tensil tester strograph – R1 dengan gaya 100
kg, dibaca dengan kertas grafik dengan skala terkecil 0,01 kg, dipotong bentuk
halter dengan Dumbbell Astm–D-1822-L Crosshead dengan kecepatan 25
mm/min seperti berikut: propranolol KF dan OD. Tablet-tablet tersebut akan diuji
sebelum digunakan sebagai substrat pada penelitian ini untuk memastikan
kestabilan fisik tablet dalam proses penyalutan.

4. Kehilangan Bobot
Tablet propranolol KF dan OD sebanyak total 50 tablet dihitung kehilangan
bobotnya setelah diuji dengan cara dimasukkan ke dalam panci penyalut dengan
kecepatan sebesar 75 rpm selama 2 jam. Uji ini dilakukan sebagai simulasi pada
keadaan penyalutan yang sebenarnya. Hasil dinyatakan dengan selisih jumlah
bobot pada awal dan akhir pengujian dibagi dengan bobot awal dan dinyatakan
dalam persen.

5. Kekerasan Tablet
Sebanyak 20 tablet, masing-masing diuji kekerasan dengan alat hardness
tester. Kekerasan tablet diukur terhadap luas permukaan tablet dengan
menggunakan beban yang dinyatakan dalam kilopound (kp) (Lachman,
Lieberman & Kanig, 1986).

6. Friabilitas / Keregasan
Menurut USP, uji friabilitas dilakukan dengan alat friability tester
menggunakan tablet dengan bobot ±200 mg dengan jumlah total berat mendekati
6,5 gram untuk tablet dengan berat satuan di bawah 650 mg. Jumlah tablet yang
digunakan pada uji ini sebanyak 33 tablet. Parameter yang diuji adalah kerapuhan
tablet terhadap gesekan atau bantingan selama waktu tertentu menggunakan alat
friability tester. Uji friabilitas dilakukan selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm.
Tablet yang baik mempunyai friabilitas kurang dari 1% (US Pharmacopeia 30,
2007)
F = x 100 %
Keterangan :
F = friabilitas (%)
a = bobot tablet sebelum diuji (g)
b = bobot tablet setelah diuji (g)

XI. Evaluasi Tablet Inti


1. Keseragaman Kandungan

Uji keseragaman kandungan dilakukan dengan 10 tablet, tiap tablet


dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, ditambahkan 5 ml HCl 1% sambil
digoyang sampai hancur. Sebanyak 70 ml metanol ditambahkan, lalu disonikasi
selama 1 menit. Metanol diencerkan sampai tanda. Larutan tersebut kemudian
disentrifus sebanyak 3 ml dan diambil supernatannya. Hasil sentrifus kemudian
diencerkan dengan metanol secara kuantitatif hingga kadar lebih kurang 40 µg per
ml. Sebagai larutan baku, ditimbang dengan seksama sebanyak 40 mg propranolol
lalu dilarutkan dan diencerkan dengan metanol hingga kadarnya lebih kurang 40
µg per ml. Ukur serapan larutan uji dan larutan baku pada panjang gelombang 290
nm (Farmakope Indonesia edisi 4, 1995). Hitung jumlah dalam mg propranolol

dalam tablet dengan rumus : =

Keterangan:
T = jumlah mg propranolol HCl dalam tablet yang tertera etiket

D = kadar larutan uji dalam µg per ml, berdasarkan kadar tiap tablet yang
tertera pada etiket dan pengenceran yang dilakukan.

Au = serapan larutan uji

As = serapan larutan baku

2. Waktu hancur
Dilakukan dengan alat disintegrator tester menggunakan 6 tablet KF
menggunakan medium aquadest dan asam HCl 0,1 N pada suhu 37±2ºC.

XII. Evaluasi Tablet Salut Film


1. Penampilan fisik
Tablet yang sudah disalut diamati secara visual meliputi warna dan homogenitas.
2. Penambahan Bobot
Penambahan bobot dihitung setelah proses penyalutan tablet. Tablet yang telah
disalut ditimbang seluruhnya dan diukur bobot rata-ratanya dan dibandingkan dengan
bobot rata- rata tablet inti sebelum proses penyalutan (Abbaspour, M.R.,
Makhmalzadeh, S. dan Jalali, S, 2010, dengan modifikasi).

Wgain =

Keterangan:
Wgain = Penambahan bobot (%)
W0 = jumlah bobot awal (gram)
W1 = jumlah bobot akhir (gram)
3. Tebal dan Diameter Tablet Salut
Tebal dan diameter tablet yang telah disalut diukur menggunakan jangka sorong
(Rane dan Kale, 2009).
4. Uji Waktu Hancur Tablet Salut
Uji hancur yang dilakukan untuk tablet salut kitosan dan salut sambung silang
kitosan-natrium tripolifosfat, dilakukan dengan alat disintegrator tester menggunakan
6 tablet yang berisi media asam dan aquadest pada suhu 37±2ºC. Tablet diharapkan
tidak hancur selama kurang lebih 2 jam (WHO, 2011)

XIII. PEMBAHASAN
1. EVALUASI TABLET INTI
Tablet inti yang dihasilkan berbentuk bulat bikonveks, berwarna putih agak
mengkilat, memiliki permukaan yang licin, dan tepi tablet yang kurang rata (Gambar
1). Kekerasan rata-rata tablet inti teofilin adalah 9,088 ± 0,75 Kp. Tablet inti teofilin
memiliki keregasan sebesar 0,40%. Tablet inti memiliki diameter yang seragam,
yakni 10,98 mm. Tebal rata-rata tablet 6,198 ± 0,012 mm. Bobot tablet berkisar
antara 498-503 mg dengan rata-rata 500,25 ± 1,20 mg. Kandungan obat yang
dimiliki tablet teofilin sebesar 106,4 ± 0,23 %.
2. Evaluasi Tablet Salut
Bahan penyalut yang digunakan terdiri dari empat formula. Formula 1
menggunakan PPS 4% dan plasticizer

50%. Formula 2 menggunakan MC 1% dan plasticizer 50%. Formula 3, 4, dan 5


(variasi frekuensi penyalutan) menggunakan eksipien koproses PPSMC (4:1), yaitu
4% dan plasticizer 50%. Formula 6 menggunakan eksipien koproses PPS-MC 4:1,
yaitu 2% dan plasticizer 50%. Persentase plasticizer yang digunakan dihitung dari
jumlah polimer total pada formula. Viskositas rata-rata Formula 1, 2, 3-5, dan 6 adalah
373,5 cps, 188,21 cps, 1294,07 cps, dan 129,09 cps. Eksipien terpilih yang digunakan
sebagai bahan penyalut adalah koproses PPS-MC (4:1). Hal ini dimaksudkan untuk
lebih memanfaatkan hasil modifikasi pati singkong yaitu PPS, dimana pada eksipien
koproses PPS-MC (4:1), rasio penggunaan PPS cukup tinggi dan eksipien koproses
PPS-MC (4:1) masih memiliki kekuatan gel. Lebih lanjut, berdasarkan uji
pendahuluan, diketahui bahwa eksipien koproses PPS-MC 4:1 dengan konsentrasi 5%
tidak dapat digunakan sebagai penyalut. Hal ini dikarenakan viskositasnya yang tinggi
sehingga sulit untuk disemprotkan. Oleh karena itu, konsentrasi eksipien koproses
PPSMC 4:1 yang digunakan adalah 2% dan 4%. Demikian juga dengan MC yang
memiliki viskositas yang sangat tinggi, maka digunakan konsentrasi 1% dalam
Formula 2. Selain itu, jumlah plasticizer yang digunakan juga ditentukan dari uji
pendahuluan. Penggunaan PEG 4000 sebesar 30% dari total polimer penyalut ternyata
tidak menghasilkan salutan yang baik. Lapis tipis yang dihasilkan sangat kasar dan
tidak menempel pada tablet. Oleh karena itu, konsentrasi plasticizer ditingkatkan
menjadi 50% dari total polimer penyalut yang digunakan. Pada saat proses penyalutan
berlangsung, perlu diperhatikan beberapa kondisi teknis penyemprotan pada tablet.
Formula 1 menghasilkan tablet salut berwarna kuning jingga dengan permukaan
agak halus dan tidak mengkilat. Formula 2 menghasilkan tablet salut berwarna jingga
dengan permukaan licin dan agak mengkilat. Sedangkan Formula 3, 4, 5, dan 6
menghasilkan tablet salut berwarna kuning dengan permukaan agak kasar dan tidak
mengkilat (Gambar 4). Kekerasan tablet salut dari Formula 1 – 6 adalah 13,42±0,49
Kp, 19,06±0,18 Kp, 22,52±0,59 Kp, 27,62±0,61 Kp, 27,92±0,51 Kp, dan 19,21±0,35
Kp. Perbedaan frekuensi penyalutan yang dialami 3, 4, dan 5 berpengaruh pada hasil
uji kekerasan. Dimana makin tinggi frekuensi penyalutan (makin banyak bahan
penyalut yang digunakan), maka makin keras tablet salut yang dihasilkan (Marchaban,
1995). Perbedaan konsentrasi polimer pada Formula 5 dan 6 juga terlihat perbedaan
pada hasil uji kekerasan, dimana tablet salut Formula 5 lebih keras dibanding tablet
salut yang dihasilkan oleh Formula 6. Pengamatan morfologi tablet salut dilakukan
untuk mengetahui keadaan permukaan tablet salut secara mikroskopik. Secara umum
tablet inti telah terlapisi oleh bahan penyalut. Akan tetapi, dari gambar hasil SEM
(Gambar 5) didapatkan adanya tetesan-tetesan halus larutan penyalut yang
diperlihatkan oleh permukaan tablet salut yang memiliki ceruk dan kawah bulat kecil
yang tersebar cukup merata yang menghubungkan celah celah berlekuk.

3. Evaluasi Pelepasan Teofilin


Hasil uji pelepasan teofilin dari tablet salut Formula 1-6 dalam medium dapar
klorida pH 1,2 dan dapar fosfat pH 7,2. Profil pelepasan tablet salut Formula 1-6
ditunjukkan oleh Gambar 6. Tablet yang disalut dengan eksipien koproses PPS-MC
diharapkan mampu memberikan profil pelepasan obat yang terkendali. Oleh karena
itu, uji disolusi merupakan evaluasi paling penting yang harus dilakukan untuk
mengetahui profil pelepasan obat dari tablet salut yang telah dibuat. Faktor yang
mempengaruhi pelepasan obat dari sediaan antara lain sifat fisikokimia obat
(kelarutan, pH, pKa) dan komposisi bahan dalam sediaan (jumlah dan tipe polimer)
(Banakar, 1992).
Teofilin memiliki sifat mudah larut dalam medium disolusi yang digunakan (dapar
klorida pH 1,2 dan dapar fosfat pH 7,2) dan sunset yellow yang digunakan sebagai
pewarna dengan konsentrasi yang kecil dalam bahan penyalut memberikan serapan
pada panjang gelombang 482 nm, dan pemeriksaan sampel uji disolusi dilakukan
pada panjang gelombang 200-400 nm, sehingga serapan sunset yellow tidak akan
mengganggu serapan teofilin. Untuk formula yang menggunakan eksipien koproses
PPS-MC (4:1) sebagai polimer penyalut, yaitu Formula 3, 4, 5, dan 6 menghasilkan
pelepasan obat berturut-turut sebanyak 34,00%, 29,31%, 23,64%, dan 32,02%. Dari
hasil pelepasan obat pada Formula 3, 4, 5, dan 6 ternyata mampu menahan pelepasan
obat selama 10 jam. Hal ini dikarenakan koproses PPS-MC (4:1) masih memiliki
daya mengembang yang baik (yang berasal dari MC), dimana membran salut tipis
yang mengembang masih dapat menahan laju pelepasan obat. Pada Formula 3, 4, dan
5 yang berbeda frekuensi penyalutan terlihat bahwa makin tinggi frekuensi
penyalutan, maka pelepasan obat pada tablet salut makin berkurang (Gambar 7).
Formula 3 yang hanya mengalami proses penyalutan sebanyak 2 kali masih mampu
menahan laju pelepasan obat. Sedangkan Formula 5 dan 6 yang berbeda konsentrasi
polimer penyalut yang digunakan, yaitu 4% untuk Formula 5 dan 2% untuk Formula
6 dengan frekuensi penyalutan masing-masing sebanyak enam kali menghasilkan
pelepasan obat yang diperlambat seiring peningkatan konsentrasi polimer penyalut
yang digunakan (Gambar 8). Seperti penelitian yang dilakukan oleh Sulaiman,
Gusmayadi, & Soebagyo (1999), dimana menggunakan HPMC 5% dalam komposisi
penyalut dan divariasikan jumlah cairan penyalut yang digunakan maka menghasilkan
pelepasan teofilin yang diperlambat seiring pertambahan jumlah cairan penyalut yang
disemprotkan.
4. Kesimpulan
Tablet yang disalut dengan eksipien koproses PPS-MC (4:1) For mula 3, 4, 5, dan
6) dapat digunakan untuk sediaan lepas terkendali selama 8 jam.
LAMPIRAN

A. Desain Kotak

- Dosis : Komposisi :
Dewasa : Tiap tab mengandung
Teofilin 200 mg

TEOZZI TEOZII
Sehari 3 kali 1 tablet
- Indikasi:
Anak 6-12 tahun : Untuk meringankan
danmengatasi serangan asma
- Sehari 3 kali ½ -1 tablet bronchial

-
No.Reg:DKL 19192124210A1 KETERANGAN
Diproduksioleh : No. Batch : 19192124210 Diproduksioleh : LEBIH LANJUT
-
PT.PIRUZZI FARMA Exp Date: Maret 2023 PT.PIRUZZI FARMA LIHAT DI BROSUR
Palembang-Indonnnesia Palembang-Indonnnesia

-
B. Desain Etiket

TEOZZI
Komposisi:
Tiap tab mengandung 200mg Teofilin

Dosis:
Dewasa :
Sehari 3 kali 1 tablet
Anak 6-12 tahun :
Sehari 3 kali ½ -1 tablet

Indikasi:
Untuk meringankan danmengatasi serangan asma bronchial

Penyimpanan:
Dalam waadah tertutup rapat, simpan di tempat sejuk

No.Reg: DKL 19192124210A1


No. Batch : 19192124210
Exp Date: Maret 2023
PT. PIRUZZI FARMA
PALEMBANG-INDONESIA
C. Brosur

TEOZZI®
Tablet Salut Film

Komposisi :
Tiap tablet mengandung ..............................................................Teofilin 200 mg

Indikasi :
Untuk meringankan dan mengatasi serangan asma bronchial.

Kontra indikasi :
Sensitive terhadap teofilin dan senyawa golongan xantin, Penderita tukak
lambung, diabetes.

Farmakologi :
Teofilin berdaya spasmolitik terhadap otot polos yang bertujuan melonggarkan
saluran pernafasan yang menyempit agar aliran keluar masuk udara kedalam paru
lancar, menstimulasi jantung, susunan syaraf pusat dan bekerja diuretic lemah.

Efek Samping :
Dosis biasa menimbulkan mual, muntah, sakit kepala, diare, jantung berdebar.
Dosis sangat tinggi menimbulkan efek keracunan yaitu iritasi lambung, mual,
keracunan berat berupa aritmia, muntah terus menerus.-Kardiovaskular missal
palpitasi, takikardia, aritmia ventrikuler. - Pernafasan missal takipnea.

Aturan pakai :
Dewasa : Sehari 3 kali 1 tablet
Anak 6-12 th : Sehari 3 kali ½ - 1 tablet

Wadah dan Penyimpanan :


Dalam wadah tertutup rapat, simpan di tempat sejuk

Kemasan :
Botol 100 tablet

Penyimpanan :
Simpan pada suhu kamar 25-30ºC, tidak lembab dan terlindung dari cahaya
matahari

No. Reg : DKL1908009117A1


No. Batch : 1908009
Exp. Date : Maret 2023

PT. PIRUZZI FARMA


PALEMBANG-INDONESIA
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 2004. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. Jakarta: UI - Press.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Ed III. Jakarta : Depkes RI.

Martindale The Extra Pharmacopoeia, twenty-eight edition. 1982. London : The


Pharmaceutical Press.

Wade, Ainley and Paul J Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical excipients, Ed II. London:
The Pharmaceutical Press Department of Pharmaceutical Sciences.

Niazi, K. Sarfaraz. 1994. Handbook of Pharmaceutical Manaufacturing Formulations, Ed II.


London: The Pharmaceutical Press Department of Pharmaceutical Sciences.

Handbook of Pharmaceutical Granulation Technology Second Edition edited by Dilip M.Parikh


Synthon Pharmaceuticals Inc. Research Triangle Park, North Carolina,U.S.A

Pradana, Rangga. dkk. Formulasi Tablet Salut Teofilin Menggunakan Eksipien Koproses
Pregelatinisasi Pati Singkong Metilselulosa Sebagai Bahan Penyalut. Universitas
Indonesia FMIPA, Departemen Farmasi

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia IV. Departemen


Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.783, 999.

Anda mungkin juga menyukai