Disusun Oleh :
Kelompok 3
Kelas :
Reguler II B
Dosen Pembimbing :
1. Dra. Ratnaningsih Dewi Astuti, Apt, M.Kes
2. Mona Rahmi Rulianti, M.Farm., Apt
Nilai Paraf
II. PRINSIP
Mahasiswa dapat Mengetahui mengenai Teknik pembuatan tablet saluut film Secara
CPOB Serta Evaluasi terhadap sediaan Tablet salut film
III.TEORI
A. Pengertian tablet
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat
dengan penambahan bahan tambahan yang sesuai, tablet dapat berbeda ukuran,
bentuk, berat, kekerasan, dan ketebalalan, daya hancurnya dan aspek lain yang
tergantung dengan pemakaian tablet dan cara pembuatannya. Kebanyakan tablet
digunakan pada pemberian secara oral. Biasanya tablet dibuat dengan penambahan zat
warna dan zat pemberi rasa. Selain secara oral, tablet juga dapat diberikan secara
sublingual, bukal, dan melalui vagina.
Menurut FI Edisi IV Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat
dengan atau tanpa bahan pengisi.
Menurut Formularium Nasional Edisi II Tablet adalah sediaan padat kompak,
dibuat dengan cara kempa cetakdalam bentuk umumnya tabung pipih yang kedua
permukaannya rata atau cembung, mengandung obat dengan atau tanpa zat
pengisi.
Menurut ANSEL Edisi IV Tablet adalah bahan obat dalam bentuk sediaan padat
yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang
sesuai.
Menurut FI edisi III 1979 Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa
cetak berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat mengandung satu
jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang
digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat
pelican, zat pembasah atau zat lain yang cocok.
D. Berdasarkan Penyalutan
1. Tablet Polos
2. Tablet Salut Gula
3. Tablet Salut Film
Proses PenyalutanTablet
Polimer
Polimer adalah zat yang membentuk lapisan film pada penyalutan film.
Polimer yang banyak digunakan pada salut film ada berbagai macam diantaranya
turunan selulosa atau polimer akrilik atau kopolimer yang banyak ditemui seperti
polietilen glikol dengan berat molekul besar, polivinil pirolidon, polivinil alcohol
dan lain-lain. Polimer standardnya dilarutkan dalam pelarut yang sesuai pada
aplikasinya pada saat penyalutan sediaan padat. Untuk polimer yang tidak larut
dalam air sehingga penerapannya tidak dapat dengan pelarut bentuk cair, sehingga
standardnya digunakan metode preparasi khusus yaitu untuk latex asli dan
pseudolatex (Hogan, 2002). Polimer alami seperti kitosan mulai dilirik
penggunaannya karena ketersediaannya yang banyak di alam dan memiliki
berbagai macam manfaat (Singla dan Chawla, 2001).
Plasticizer
Plasticizer pada umumnya adalah zat dengan berat molekul rendah yang
punya kapasitas merubah sifat fisik polimer sehingga dapat berfungsi lebih baik
sebagai bahan dalam proses salut film. Mekanisme kerja plasticizer pada umumnya
dengan menginterpose molekul plasticizer pada helaian polimer sehingga memecah
interaksi polimer-polimer. Hal ini dilakukan karena interaksi plasticizer dengan
polimer dianggap lebih kuat dibandingkan dengan interaksi polimer-polimer (Hogan,
2002). Contoh plasticizer yang standard digunakan adalah polyol seperti gliserol
(gliserin), propilen glikol, polietilen glikol; ester organic seperti ester phthalate, ester
sitrat; gliserida seperti minyak jarak, monogliserida terasetilasi, dan minyak kelapa
terfraksionasi (Hogan, 2002).
Pada salut film, plasticizer memiliki kemampuan untuk stress internal pada
salut film. Selain itu, pada salut film yang bertujuan memiliki efek modifikasi
pelepasan pada sediaan, harus kuat secara mekanik supaya lapisan film tidak rusak
pada saat proses penyalutan (Hogan,2002).
Pewarna / Opacifier
1. Identifikasi produk oleh produsen yang standard digunakan pada GMP (Good
Manufacturing Practice) serta membantu mengidentifikasi obat pada pasien
dengan pengobatan lebih dari 1obat.
2. Meningkatkan kesan merek suatu produk sehingga mengurangi kesempatan
untuk produsen lain meniruproduknya.
3. Pewarna pada batasan tertentu memiliki efek opacifying yang dapat
menentukan hasil optimal yang dapat melindungi bahan obat dari cahaya pada
saatpenyalutan.
Pada umumnya, kelompok bahan ini mengurangi kekuatan tensile serta ekstensi
film pada saat beban tensile, sehingga secara keseluruhan bersifat negative sehingga
pemakaiannnya hanya untuk formulasi-formulasi tertentu (Hogan, 2002).
b) Bahan Pengikat
Zat inert secara farmakologi yang ditambahkan kedalam formulasi tablet untuk
meningkatkan kohesifitas antara partikel–partikel serbuk dalam masa tablet yang
diperlukan untuk pembentukkan granul dan kemudian untuk pembentukan massa
menjadi kompak dan padat yang disebut tablet, pengikat dapat dibagi dua :
1. Pengikat kering (binder), pengikat kering ditambahkan kedalam massakering.
Contoh, bahan kering yang sering digunakan:
Acasia 2-5 %
Derivat selulosa 1-5 %
Sukrosa 2-25 %
2. Pengikat Basah (Adhesive), ditambahkan dalam bentuk larutan atau suspensi,
contoh pengikat basah yang sering digunakan:
Derivat selulosa 1-5 %
Gelatin 1-5 %
Pasta amylum 1-5 %
Natrium Alginat 2-5 %
c) Bahan Penghancur
Zat inert secara farmakologi yang ditambahkan pada massa untuk membantu
mempercepat waktu hancur tablet dalam saluran cerna, zat disintegran dapat
ditambahkan sebagai fasa dalam yang disebut sebagai fasa dalam yang disebut
sebagai bahan internal dan sebagai fasa luar yang disebut bahan eksternal.
Amylum/Kanji
Mikrokristalin Selulosa
Explotab
Kombinasi Asam (Tablet Effervesescent)
d) Bahan Pelincir
Zat yang memungkinkan aliran bahkan memasuki cetakan tablet dan mencegah
melekat nya bahan pada punch dan die membuat tablet menjadi bagus dan
mengkilap.
Talcum
PEG
Asam Stearat
Mg Stearat
e) Pewarna
Pemberi rasa dan pemanis, penggunaan zat warna dan pemanis digunakan
untuk menutupi warna obat yang kurang baik, (dentifikasi hasil produksi dan
membuat suatu produk menjadi lebih menarik).Dibentuknya rasa, agar dapat
mengurangi rasa pahit, khusus yang sulit menelan tablet dan member rasa untuk
tablet kunyah. (Lachman hal 679-704)
F. Kontrol Kualitas
Untuk memperoleh tablet yang baik dan bermutu maka sebelum, selama dan
setelah proses pentablettan harus dilakukan pemeriksaan (in process control/IPC),
meliputi antara lain :
a. Pemeriksaan Sebelum tabletting
Kualitas formulasi bahan yang dipakai
Homogenitas campuran obat dengan bahan tambahan setelah proses
pencampuran
Kualitas granul : fluiditas, moisture content (MC), distribusi ukuran partikel
dan kompressibilitas
IV. PREFORMULASI
A. Zat Berkhasiat
1. Teofilin ( FI IV hal 783, FI III hal 597, Martindale 35 hal 1023)
Rumus Molekul : C7H8N4O2.H2O
Berat Molekul : 198,18
Pemerian : serbuk berserat atau granul, bearna putih, suspensi dalam air
bereaksi netral terhadap lakmus P, mengembang dalam air dan membentuk
suspensii yang jernih hingga opalesen kental,koloidal
Kelarutan : sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam larutan alkali
hidroksida dan dalam ammonium hidroksida agak sukar larut dalam etanol.
Stabilitas : dapat disimpan pada suhu kamar, dibawah cahaya florosensi
terus menerus selama sekurang – kurangnya 180 hari tanpa perubahan
konsentrasi yang signifikan dalam bentuk larutan sebaiknya dilindungi
cahaya,stabil di udara.
Khasiat : obat asma, stimulasi SSP dan pernafasan, stimulasi jantung
bekerjasebagai diuretik lemah.
OTT : Tanin
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Dosis : untuk sediaan lepas lambat dewasa dan anak-anak maximal
400mg/hr. 3-4 dd 125-250 mg
B. Zat Tambahan
1. Amylum
Nama : Amylum
Sinonim : Pati
Nama Kimia: Starch (9005-25-8)
Pemerian : serbuk halus warna putih sampai putih tua, tidak bau, tidak berasa
Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol 96% dan dalam air dingin. Pati
mengembang seketika dalam air sekitar 5-10% pada suhu 3780 C.
Pati menjadi larut dalam air panas pada suhu di atas suhu gelatinasi
Penyimpanan : dalam tempat sejuk dan kering
Kegunaan : desintegran 3-25%
Amilum berupa padatan cukup kasar sampai serbuk halus, berwarna putih,
tidak berbau dan sedikit berasa. Amilum jagung memliki ukuran 2–32 µm.
Amilum dalam formulasi tablet dan kapsul dapat digunakan sebagai bahan
pengikat, pengisi dan disintegran. Amilum pada umumnya bersifat higroskopis.
Amilum jagung merupakan amilum yang paling kecil higroskopisitasnya
dibandingkan dengan amilum gandum dan amilum beras. Amilum kentang
merupakan amilum yang paling higroskopis dibanding lainnya (Rowe, 2009).
3. PPS
4. Metil Selulosa (HOPE 5th, hal 462-463)
Pemerian : Serbuk atau granul yang berwarna putih. Praktis tidak berbau dan
tudak berasa. Sebaiknya dismpan dan diberi penandaan sesuai dengan tipe
viskositas.
Fungsi :
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam aseton, methanol, kloroform, etanol, eter,
larutan jenuh garam, toluen dan air panas; larut dalam asam asetat glasial,
campuran etanol dan kloroform dalam perbandingan sama. Dalam air dingin,
metilselulosa mengembang dan terdispersi membentuk dispersi koloid yang
jernih dan kental.
5. PEG 4000
PEG 4000 adalah polietilen glikol; H(O-CH2-CH2)nOH, harga n antara
68 dan 48. Pemerian PEG 4000 adalah serbuk licin putih atau potongan putih
gading, praktis tidak berbau, tidak berasa. Kelarutan PEG 4000 adalah mudah
larut dalam air, dalam etanol (95 %) P, dan dalam kloroform P, praktis tidak
larut dalam eter P. Kesempurnaan melarut dan warna larutan 5 g dalam air
hingga 50 ml praktis jernih dan tidak berwarna. Bobot molekul rata-rata tidak
kurang dari 3000 dan tidak lebih dari 3700 (Anonim, 1979).
V. FORMULA
A. Komposisi Larutan Film
B. Usulan Formula
20
Dilebihkan 20% = ( 100 X 60000 mg )
= 60000 mg + 120000
= 720000
72000
Bobot seluruh =
600
= 120 mg
10
2. Pasta amylum 10% = x 600 x 120 = 7200 mg
100
100
Amylum = x 7200 mg = 72000 mg
10
Bahan penyalut :
b. Penimbangan Bahan
No Bahan Jumlah
1 Teofilin 24000mg
2 Laktosa 33600 mg
4 Metilselulosa 120000mg
5 PEG-4000 60000mg
7 Aquadest ad Ad 100ml
VI. PROSEDUR PEMBUATAN
A. Pembuatan Tablet Inti
1. Gerus teofilin sampai halus
2. Tambahkan laktosa, gerus homogen
3. Tambahkan pasta amylum 10% sampai terbentuk massa yang kalis
4. Granulasi massa yang telah terbentuk dengan menggunakan ayakan
5. Keringkan granul yang telah terbentuk, lakukan evaluasi granul
6. Kempa granul yg telah kering menjadi tablet, lakukan evaluasi
2. PERSONALIA
Untuk mendapatkan bagian personalia yang memadai perusahanaan dapat
mengadakan:
Pelatihan bagi seluruh personel yang karena tugasnya berada di area produksi dan
gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk personel teknik, pemeliharaan
dan pembersihan), dan bagi personel lain yang kegiatannya berdampak pada mutu
produk.
Pelatihan spesifik untuk personel yang bekerja di area di mana kontaminasi
menimbulkan bahaya, misalnya area bersih atau area penanganan bahan
berpotensi tinggi, toksik, bersifat infeksius atau menimbulkan sensitisasi.
Program higiene yang rinci disiapkan dan disesuaikan dengan berbagai kebutuhan
di pabrik.
Perusahaan dapat membuat instruksi yang memastikan bahwa kesehatan personel
yang dapat memengaruhi mutu produk harus diketahui perusahaan. Sesudah
pemeriksaan kesehatan dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja dan kesehatan
personel, yaitu :
Memastikan bahwa tidak ada orang yang berpenyakit menular atau memiliki
lesi terbuka pada tubuh terlibat dalam pembuatan obat.
Setiap orang yang memasuki area pembuatan hendaklah mengenakan
pakaian pelindung sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan.
Makan, minum, mengunyah atau merokok, atau menyimpan makanan,
minuman, bahan merokok atau obat-obatan pribadi di area produksi dan area
gudang hendaklah dilarang. Secara umum, hendaklah dilarang melakukan
kegiatan yang tidak higienis di dalam area pembuatan atau di area lain yang
dapat memengaruhi mutu produk.
Hendaklah dihindarkan persentuhan langsung antara tangan operator dengan
produk yang terbuka dan juga dengan bagian peralatan yang bersentuhan
dengan produk.
Personel hendaklah diinstruksikan supaya menggunakan sarana cuci tangan.
Persyaratan khusus untuk pembuatan produk tertentu, misal sediaan steril,
tercakup dalam Aneks 1 Pembuatan Produk Steril.
2) AREA PRODUKSI
Kontaminasi silang dicegah untuk semua produk melalui desain dan
pengoperasian fasilitas pembuatan yang tepat. Tindakan pencegahan kontaminasi
silang hendaklah sepadan dengan risikonya. Prinsip Manajemen Risiko Mutu
hendaklah digunakan untuk menilai dan mengendalikan risiko. Tergantung dari
tingkat risiko, mungkin diperlukan bangunan-fasilitas dan peralatan yang
terdedikasi untuk kegiatan pengolahan dan/atau pengemasan guna mengendalikan
risiko dari beberapa obat. Fasilitas tersendiri terdiri dari:
a) risiko tidak dapat dikendalikan secara memadai melalui pengoperasian
dan/atau tindakan teknis;
b) data ilmiah dari evaluasi toksikologi tidak mendukung risiko yang dapat
dikendalikan;
c) batas residu relevan berdasarkan hasil evaluasi toksikologi, tidak dapat
ditentukan secara memuaskan dengan metode analisis tervalidasi. termasuk
produk yang dapat menimbulkan alergi dari bahan yang menimbulkan
sensitisasi tinggi (misal betalaktam), preparat biologis (misal dari organisme
hidup), dan produk lain seperti hormon tertentu (misal hormon seks),
sitotoksika tertentu, produk mengandung bahan aktif tertentu berpotensi
tinggi serta pembuatan produk non obat.
3) AREA PENYIMPANAN
A. Area penyimpanan memiliki kapasitas yang memadai untuk menyimpan dengan
rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk seperti bahan awal dan bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, produk dalam status
karantina, produk yang telah diluluskan, produk yang ditolak, produk yang
dikembalikan atau produk yang ditarik dari peredaran.
B. Area penyimpanan didesain atau disesuaikan untuk menjamin kondisi
penyimpanan yang baik; Secara khusus area tersebut hendaklah bersih, kering dan
mendapat pencahayaan yang cukup serta suhunya dipertahankan dalam batas yang
ditetapkan.
C. Apabila kondisi penyimpanan khusus (misal suhu, kelembaban) dibutuhkan,
kondisi tersebut disiapkan, dikendalikan, dipantau dan dicatat di mana diperlukan.
D. Area penerimaan dan pengiriman barang dapat memberikan perlindungan bahan
dan produk terhadap cuaca. Area penerimaan didesain dan dilengkapi dengan
peralatan yang sesuai untuk kebutuhan pembersihan wadah barang masuk, bila
diperlukan, sebelum dipindahkan ke tempat penyimpanan
E. Status karantina dijamin dengan cara penyimpanan di area terpisah, maka area
tersebut diberi penandaan yang jelas dan akses ke area tersebut terbatas bagi
personel yang berwenang. Sistem lain untuk menggantikan sistem karantina
barang secara fisik hendaklah memberi pengamanan yang setara.
F. Disediakan area terpisah dengan lingkungan yang terkendali untuk pengambilan
sampel bahan awal. Apabila kegiatan tersebut dilakukan di area penyimpanan,
maka pengambilan sampel hendaklah dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah
kontaminasi atau kontaminasi silang. Prosedur pembersihan yang memadai bagi
ruang pengambilan sampel hendaklah tersedia.
G. Area terpisah dan terkunci disediakan untuk penyimpanan bahan dan produk yang
ditolak, atau yang ditarik kembali atau yang dikembalikan.
H. Bahan aktif berpotensi tinggi dan bahan radioaktif, narkotik, obat berbahaya lain,
dan zat atau bahan yang mengandung risiko tinggi terhadap penyalahgunaan,
kebakaran atau ledakan hendaklah disimpan di area yang terjamin keamanannya.
Obat narkotik dan obat berbahaya lain hendaklah disimpan di tempat terkunci.
I. Bahan pengemas cetak merupakan bahan yang kritis karena menyatakan
kebenaran obat menurut penandaannya.
penerimaan bahan;
karantina barang masuk;
penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas;
penimbangan dan penyerahan bahan atau produk;
pengolahan
pencucian peralatan;
penyimpanan peralatan
penyimpanan produk ruahan
pengemasan
karantina produk jadi sebelum memperoleh pelulusan akhir;
pengiriman produk; dan
laboratorium pengawasan mutu.
VII. PERALATAN
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan tablet antara lain :
1. HARDNESS TESTER
Hardness test atau uji kekerasan pada material menggunakan alat bantu
yang disebut hardness tester. Fungsi hardness tester itu sendiri sudah jelas yaitu
mengukur dan menganalisa kekerasan pada material atau benda.
2. FRIABILATOR
Friability test merupakan sebuah alat laboratorium farmasi yang biasa
digunakan untuk menguji kerapuhan sebuah tablet. Fungsi utama dari alat friability
test adalah menghitung seberapa kuat tablet, atau kaplet atau pil terhadap proses
guncangan yang diberikan.
Cara kerja alat laboratorium farmasi yang satu ini sangatlah mudah. Hanya
perlu memasukan tablet yang akan diuji kerapuhannya pada media seperti piringan
tabung, menutupnya dengan rapat, memasangkan pada alat pemutar. Nyalakan alat
pemutar dan setting waktu atau kecepatan putaran sambil mengamati proses
berlangsung.
3. COATING PAN
Mesin Coating Pan adalah sebuaah alat farmasi yang berfungsi untuk
melapisi sebuah product berupa tablet atau caplet dengan proses spray (proses
teknologi canggih) atau pun dengan cara manual.
Proses coating adalah salah satu proses yang sangat dibutuhkan dalam dunia
industri. Coating atau pelapisan sendiri dapat dianggap sebagai suatu proses
pelapisan yang diterapkan pada suatu benda atau substrat. Tujuan dari coating
sendiri adalah untuk dapat meningkatkan sifat permukaan dari benda yang dilapisi.
Sifat permukaan tersebut diharapkan dapat ditambah dalam beberapa hal seperti
penampilan, ketahanan terhadap air atau korosi, ketahanan dari goresan atau
bahkan untuk keausan.
Prinsip dari coating sendiri adalah dengan mencari titik keseimbangan
antara parameter kecepatan coating pan-spray rate larutan dan suhu inlet – outlet
dari produk. Beberapa mesin telah dibekali settingan khusus yang dapat secara
otomatis kitaa terapkan, namun masih banyak juga jenis mesin coating yang
membutuhkan setelah manual dari awal.
5. HAIRDRYER
Hair dryer merupakan sebuah alat yang digunakan untuk
mempercepat proses pengeringan rambut yang dilengkapi pengaturan
tingkat suhu tertentu sesuai dengan kebutuhan.
6. DISINTEGRATION TESTER
7. DISSOLUTION TEST
Dissolution test adalah salah satu alat laboratorium farmasi yang biasa
digunakan untuk mengukur kelarutan zat aktif obat pada media larutan. Alat
laboratorium yang satu ini sangat erat hubungannya dengan uji kelarutan pada
sediaan padat. Dissolution Test memiliki beberapa nama lain seperti alat uji
disolusi, dissolution tester atau dissolution testing.
8. SPEKTROFOTOMETER UV-VIS
9. VISKOMETER HAAKE
Viskometer adalah sebuah instrumen laboratorium. Alat ini memiliki fungsi
utama untuk mengukur viskositas. Apa itu viskositas? Viskositas merupakan
kekentalan zat cair. Pada zat cair, sifat ini menjadi ukuran untuk menentukan nilai
perlawanan atas tegangan geser dari hasil pergeseran benda. Umumnya viskositas
ini terjadi karena interaksi antar molekul dalam cairan akibat adanya gerakan atau
aliran.
Personalia
1) Semua karyawan menjalani pemeriksaan kesehatan sebelum dan selama bekerja, dan
pemeriksaan mata secara berkala.
2) Semua karyawan menerapkan higiene perorangan yang baik .
3) Tiap karyawan yang mengidap suatu penyakit yang dapat merugikan kualitas produk
dilarang menangani bahan-bahan sampai sembuh kembali.
4) Semua karyawan melaporkan keadaan yang dapat merugikan produk.
5) Pemakaian sarung tangan untuk menghindari sentuhan langsung antara tangan
dengan bahan dan produk.
6) Karyawan menggunakan pakaian pelindung untuk keamanan sendiri.
7) Hanya petugas yang berwenang yang boleh memasuki bangunan dan fasilitas daerah
terbatas.
8) Karyawan diinstruksikan agar mencuci tangan sebelum memasuki daerah produksi.
9) Merokok, makan, dan minum dilarang di daerah produksi, laboratorium, dan daerah
lain yang dapat merugikan produk.
10) Prosedur perorangan diberlakukan bagi semua orang.
1) Peralatan dibersihkan, dijaga dan disimpan dalam kondisi yang bersih serta diperiksa
kembali kebersihannya sebelum dipakai.
2) Pembersihan dilakukan dengan cara vakum atau basah, dan sedapat mungkin
dihindari pencemaran produk.
3) Pembersihan dan penyimpanan alat dan bahan pembersih dilakukan dalam ruangan
yang terpisah dari pengolahan.
4) Prosedur yang tertulis untuk pembersih dan sanitasi dibuat dipatuhi dan
dilaksanakan.
5) Catatan pembersihan, sanitasi, sterilisasi, dan inspeksi diri disimpan.
Prosedur sanitasi dan higiene divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk
memastikan prosedur yang bersangkutan cukup efektif dan selalu memenuhi persyaratan.
IX. PRODUKSI
1) Bahan Awal
Setiap pemasukan, pengeluaran dan sisa bahan dilakukan pencatatan.
Pada saat diterima diperiksa keutuhan kemasan dan kebenaran label dari bahan
tersebut.
Setiap bahan awal, sebelum dinyatakan lulus untuk digunakan memenuhi spesifikasi
bahan awal yang sudah ditetapkan yang diberi label dengan nama yang dinyatakan
dalam spesifikasi.
Bahan awal yang mengalami kerusakan oleh suhu disimpan di tempat yang suhu
udaranya diatur.
Bahan awal yang mudah terurai atau menurun potensinya dinyatakan batas waktu
penggunaannya.
Penyimpanan dilakukan dalam ruangan atau tempat yang suhu nya diatur dan
disesuaikan dengan sifat fisik dan kimia bahan tersebut.
Persediaan bahan awal diperiksa dalam selang waktu tertentu untuk menyakinkan
bahwa wadahnya tertutup rapat, bertanda yang benar dan dalam kondisi yang baik
pemeriksaan laboratorium kembali dilakukan sesuai prosedur yang ditentukan.
Semua bahan awal yang tidak memenuhi syarat ditandai dengan jelas, ditempatkan
terpisah dan secepatnya dikembalikan ke pemasok atau dimusnahkan.
2) Pencemaran
Pencemaran kimiawi atau mikroba terhadap suatu obat yang dapat merugikan
kesehatan atau mengurangi daya terapeutik atau mempengaruhi kualitas suatu produk,
tidak dapat diterima. Perhatian khusus diberikan pada masalah pencemaran silang, karena
sekalipun sifat dan tingkatannya tidak berpengaruh langsung pada kesehatan, hal ini
menunjukkan pelaksanaan pembuatan obat yang tidak sesuai dengan CPOB. Tindakan
pencegahan terhadap pencemaran silang dan efektifitasnya diperiksa secara berkala
misalnya dengan pemeriksaan rutin pada saringan udara, pemeriksaan lingkungan, dan
pemeriksaan perbedaan tekanan antar ruang terutama ruang penyangga.
5) Pengolahan
Semua bahan yang digunakan dalam pengolahan diperiksa lebih dahulu. Tidak
memasukkan bahan lain selain bahan untuk bets yang sedang diolah tersebut. Pemantauan
kondisi area pengolahan dan langkah yang dilakukan sebelum memulai proses
pengolahan menggunakan suatu daftar periksa yang mencakup antara lain kondisi daerah
pengolahan dipantau dan dikendalikan sesuai persyaratan yang telah ditetapkan, peralatan
dinyatakan bersih secara tertulis sebelum digunakan. Kegiatan pengolahan mengikuti
prosedur tetap, dan tiap penyimpangan harus segera dilaporkan kepada supervisor dan
didokumentasikan di dalam catatan pengolahan batch.
7) Pengemasan
Kegiatan pengemasan berfungsi membagi-bagi dan mengemas produk ruahan
menjadi produk jadi. Proses pengemasan dilaksanakan dibawah pengawasan ketat untuk
menjaga identitas, keutuhan, dan kualitas barang yang sudah dikemas. Sebelum kegiatan
pengemasan dimulai dilakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa peralatan dan
ruang kerja dalam keadaan bersih dan bebas dari produk dan sisa produk lain atau
dokumen yang tidak diperlukan untuk kegiatan yang dilakukan.
Sebelum menempatkan bahan pengemas pada jalur pengemasan diadakan
pemeriksaan kesiapan jalur pengemasan yang bersangkutan oleh petugas yang ditunjuk
sesuai dengan prosedur tertulis yang ditentukan. Pada penyelesaian proses pengemasan
produk yang sudah dikemas diperiksa dengan teliti untuk memastikan bahwa produk obat
tersebut sesuai dengan persyaratan dalam prosedur pengemasan induk. Hanya obat jadi
yang berasal dari satu batch pengemasan saja yang boleh ditempatkan pada satu plat. Bila
ada karton yang tidak penuh maka jumlah yang ada didalamnya dituliskan pada karton
tersebut.
Produk dalam status karantina diberi label “karantina” dan disimpan dalam rak
khusus untuk karantina atau di tempat yang diberi tanda khusus sehingga mudah
dibedakan dengan produk yang telah diluluskan.
X. Evaluasi Pembuatan Film
1. Viskositas Larutan Pembentuk Film
Cairan pembentuk larutan film diukur viskositasnya dengan menggunakan
viskotester Haake dengan No. Spindel R2 pada kecepatan 100 rpm. Nilai masing-
masing viskositas dicatat dan dibandingkan antara masing-masing fomula (Rane
dan Kale, 2009, dengan modifikasi).
2. Ketebalan Film
Ketebalan film diukur dengan menggunakan mikrometer digital. Setiap film
yang telah diukur dicatat ketebalan filmnya (Rane dan Kale, 2009, dengan
modifikasi).
4. Kehilangan Bobot
Tablet propranolol KF dan OD sebanyak total 50 tablet dihitung kehilangan
bobotnya setelah diuji dengan cara dimasukkan ke dalam panci penyalut dengan
kecepatan sebesar 75 rpm selama 2 jam. Uji ini dilakukan sebagai simulasi pada
keadaan penyalutan yang sebenarnya. Hasil dinyatakan dengan selisih jumlah
bobot pada awal dan akhir pengujian dibagi dengan bobot awal dan dinyatakan
dalam persen.
5. Kekerasan Tablet
Sebanyak 20 tablet, masing-masing diuji kekerasan dengan alat hardness
tester. Kekerasan tablet diukur terhadap luas permukaan tablet dengan
menggunakan beban yang dinyatakan dalam kilopound (kp) (Lachman,
Lieberman & Kanig, 1986).
6. Friabilitas / Keregasan
Menurut USP, uji friabilitas dilakukan dengan alat friability tester
menggunakan tablet dengan bobot ±200 mg dengan jumlah total berat mendekati
6,5 gram untuk tablet dengan berat satuan di bawah 650 mg. Jumlah tablet yang
digunakan pada uji ini sebanyak 33 tablet. Parameter yang diuji adalah kerapuhan
tablet terhadap gesekan atau bantingan selama waktu tertentu menggunakan alat
friability tester. Uji friabilitas dilakukan selama 4 menit dengan kecepatan 25 rpm.
Tablet yang baik mempunyai friabilitas kurang dari 1% (US Pharmacopeia 30,
2007)
F = x 100 %
Keterangan :
F = friabilitas (%)
a = bobot tablet sebelum diuji (g)
b = bobot tablet setelah diuji (g)
Keterangan:
T = jumlah mg propranolol HCl dalam tablet yang tertera etiket
D = kadar larutan uji dalam µg per ml, berdasarkan kadar tiap tablet yang
tertera pada etiket dan pengenceran yang dilakukan.
2. Waktu hancur
Dilakukan dengan alat disintegrator tester menggunakan 6 tablet KF
menggunakan medium aquadest dan asam HCl 0,1 N pada suhu 37±2ºC.
Wgain =
Keterangan:
Wgain = Penambahan bobot (%)
W0 = jumlah bobot awal (gram)
W1 = jumlah bobot akhir (gram)
3. Tebal dan Diameter Tablet Salut
Tebal dan diameter tablet yang telah disalut diukur menggunakan jangka sorong
(Rane dan Kale, 2009).
4. Uji Waktu Hancur Tablet Salut
Uji hancur yang dilakukan untuk tablet salut kitosan dan salut sambung silang
kitosan-natrium tripolifosfat, dilakukan dengan alat disintegrator tester menggunakan
6 tablet yang berisi media asam dan aquadest pada suhu 37±2ºC. Tablet diharapkan
tidak hancur selama kurang lebih 2 jam (WHO, 2011)
XIII. PEMBAHASAN
1. EVALUASI TABLET INTI
Tablet inti yang dihasilkan berbentuk bulat bikonveks, berwarna putih agak
mengkilat, memiliki permukaan yang licin, dan tepi tablet yang kurang rata (Gambar
1). Kekerasan rata-rata tablet inti teofilin adalah 9,088 ± 0,75 Kp. Tablet inti teofilin
memiliki keregasan sebesar 0,40%. Tablet inti memiliki diameter yang seragam,
yakni 10,98 mm. Tebal rata-rata tablet 6,198 ± 0,012 mm. Bobot tablet berkisar
antara 498-503 mg dengan rata-rata 500,25 ± 1,20 mg. Kandungan obat yang
dimiliki tablet teofilin sebesar 106,4 ± 0,23 %.
2. Evaluasi Tablet Salut
Bahan penyalut yang digunakan terdiri dari empat formula. Formula 1
menggunakan PPS 4% dan plasticizer
A. Desain Kotak
- Dosis : Komposisi :
Dewasa : Tiap tab mengandung
Teofilin 200 mg
TEOZZI TEOZII
Sehari 3 kali 1 tablet
- Indikasi:
Anak 6-12 tahun : Untuk meringankan
danmengatasi serangan asma
- Sehari 3 kali ½ -1 tablet bronchial
-
No.Reg:DKL 19192124210A1 KETERANGAN
Diproduksioleh : No. Batch : 19192124210 Diproduksioleh : LEBIH LANJUT
-
PT.PIRUZZI FARMA Exp Date: Maret 2023 PT.PIRUZZI FARMA LIHAT DI BROSUR
Palembang-Indonnnesia Palembang-Indonnnesia
-
B. Desain Etiket
TEOZZI
Komposisi:
Tiap tab mengandung 200mg Teofilin
Dosis:
Dewasa :
Sehari 3 kali 1 tablet
Anak 6-12 tahun :
Sehari 3 kali ½ -1 tablet
Indikasi:
Untuk meringankan danmengatasi serangan asma bronchial
Penyimpanan:
Dalam waadah tertutup rapat, simpan di tempat sejuk
TEOZZI®
Tablet Salut Film
Komposisi :
Tiap tablet mengandung ..............................................................Teofilin 200 mg
Indikasi :
Untuk meringankan dan mengatasi serangan asma bronchial.
Kontra indikasi :
Sensitive terhadap teofilin dan senyawa golongan xantin, Penderita tukak
lambung, diabetes.
Farmakologi :
Teofilin berdaya spasmolitik terhadap otot polos yang bertujuan melonggarkan
saluran pernafasan yang menyempit agar aliran keluar masuk udara kedalam paru
lancar, menstimulasi jantung, susunan syaraf pusat dan bekerja diuretic lemah.
Efek Samping :
Dosis biasa menimbulkan mual, muntah, sakit kepala, diare, jantung berdebar.
Dosis sangat tinggi menimbulkan efek keracunan yaitu iritasi lambung, mual,
keracunan berat berupa aritmia, muntah terus menerus.-Kardiovaskular missal
palpitasi, takikardia, aritmia ventrikuler. - Pernafasan missal takipnea.
Aturan pakai :
Dewasa : Sehari 3 kali 1 tablet
Anak 6-12 th : Sehari 3 kali ½ - 1 tablet
Kemasan :
Botol 100 tablet
Penyimpanan :
Simpan pada suhu kamar 25-30ºC, tidak lembab dan terlindung dari cahaya
matahari
Anief, Moh. 2004. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. Jakarta: UI - Press.
Wade, Ainley and Paul J Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical excipients, Ed II. London:
The Pharmaceutical Press Department of Pharmaceutical Sciences.
Pradana, Rangga. dkk. Formulasi Tablet Salut Teofilin Menggunakan Eksipien Koproses
Pregelatinisasi Pati Singkong Metilselulosa Sebagai Bahan Penyalut. Universitas
Indonesia FMIPA, Departemen Farmasi