PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA
Disusun oleh :
1. Surya Indra Kharisma ( FA / 08534 )
2. Anggit Yustitia A ( FA / 08537 )
3. Muhamad Nur Arifin ( FA / 08543 )
4. Putu Dian Marani K. ( FA / 08549 )
Golongan : c.II.d
Kelas : C 2010
Tanggal Praktikum : Jum’at, 5 Oktober 2012
Asisten Jaga : Dewa Ayu, Indri, Yudi, Lina
Asisten Koreksi :
Dosen : Dr. rer. nat. Ronny Martien, M.Si
LABORATORIUM BIOFARMASETIKA
BAGIAN FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI UGM
2012
PERCOBAAN 5
ABSORPSI PERKUTAN OBAT SECARA I N VI
VI T R O
I. TUJUAN
Tujuan percobaan ini adalah untuk mempelajari absorpsi obat secara perkutan secara in
vitro
B. Bahan
1. Membran milipore
2. Kulit tikus
3. Aquadest
4. Fosfat Buffer Saline pH 7.4
5. Isopropyl miristat
6. Asam salisilat
PERHITUNGAN
Persamaan kurva baku asam salisilat dalam fosfat buffer salin pH 7,4 :
Y = 0,2499 X + 0,0048
Y = absorbansi
X = kadar obat dalam (mg/ml)
PADA MEMBRAN BUATAN
PERHITUNGAN KADAR OBAT
Y−,
Kadar obat =
,99
Waktu sampling
Absorbansi Kadar obat (mg/ml)
(menit)
0 0,050 0,1809
15 0,318 1,2533
30 0,580 2,3017
45 0,758 3,1401
60 0,398 3,9336
90 0,523 5,1841
Persamaan Regresi Linear Waktu Sampling (menit) vs Jumlah Obat Kumulatif (mg)
y = 1,0527x-5,7445
A = -5,7445
B = 1,0527
r = 0,9811
waktu sampling (menit) vs jumlah obat kumulatif (mg)
100
y = 1.0527x - 5.7445
R² = 0.9811
80
60
40
20
0
0 20 40 60 80 100
-20
Perhitungan slope
Dari grafik hubungan jumlah obat kumulatif vs waktu dapat dibuat persamaan regresi linier.
y = 1,0527x-5,7445
A = -5,7445
B = 1,0527 (slope kurva(mg/menit))
r = 0,9811
sop (⁄)
Flux =
uas ar dfus ()
,7 /
=
,
= 0,0328 mg/menit.cm2
Perhitungan Cp
T1/2el = 2,5 jam = 150 menit
Clirens total (Cl) = 1,38 L/jam = 0,023 L/menit
0,693 0,693
K= = = 4,62 x 10-3 /menit
T1/2 el 150
Sop
Cp = x (1- e -kt)
C
Menit ke-0
,7
Cp = x (1- e -4,62.10-3 x 0) = 0 mg/L
,
Menit ke-15
,7
Cp = x (1- e -4,62.10-3 x15) = 3,0644 mg/L
,
Menit ke-30
,7
Cp = x (1- e -4,62.10-3 x 30) = 5,9237 mg/L
,
Menit ke-45
,7
Cp = x (1- e -4,62.10-3 x 45) = 8,5915 mg/L
,
Menit ke-60
,7
Cp = x (1- e -4,62.10-3 x 60) = 11,0807 mg/L
,
Menit ke-90
,7
Cp = x (1- e -4,62.10-3 x 90) = 15,5702 mg/L
,
Waktu(menit) Cp (mg/L) ln Cp
0 0 0
15 3,0644 1,1199
30 5,9237 1,7790
45 8,59915 2,1517
60 11,0807 2,4052
90 15,5702 2,7454
waktu sampling (menit) vs Ln Cp
3.5
y = 0.0286x + 0.5547
3 R² = 0.8565
2.5
1.5
0.5
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Permeabilitas Membran
flux
Permeabilitas =
Kadar awal obat
, /.
=
, /
= 0,0219 ml/menit.cm 2
PADA MEMBRAN DARI KULIT HEWAN
PERHITUNGAN KADAR OBAT
Y−,
Kadar obat =
,99
Dari perhitungan diperoleh data :
0 0,048* 0,1993
15 0,038 0,1032
30 0,042 0,2233
45 0,056 0,1793
60 0,064 0,1993
90 0,075 0,2953
*: direject
Perhitungan Kadar Obat (mg/ml):
Y−,
Kadar obat = x faktor pengenceran
,99
,−,
menit ke-0 : kadar obat = = 0,1729 mg/ml (direject)
,99
,−,
menit ke-15 : kadar obat = = 0,1329 mg/ml
,99
,−,
menit ke-30 : kadar obat = = 0,1489 mg/ml
,99
,−,
menit ke-45: kadar obat = = 0,2049 mg/ml
,99
,−,
menit ke-60 : kadar obat = = 0,2369 mg/ml
,99
,7−,
menit ke-90 : kadar obat = = 0,2809 mg/ml
,99
1.5
0.5
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Perhitungan slope
Dari grafik hubungan jumlah obat kumulatif vs waktu dapat dibuat persamaan regresi linier.
y = 0,0258x+0,2939
A = 0,2939
B = 0,0258 (slope kurva(mg/menit))
R = 0,9927
slope
Flux =
luas area difusi
, /
=
9,
= 1,3146 x 10 -3 mg/menit.cm2
Perhitungan Cp
T1/2el = 2,5 jam = 150 menit
Clirens total (Cl) = 1,38 L/jam = 0,023 L/menit
0,693 0,693
K= = = 4,62 x 10-3 /menit
T1/2 el 150
Sop
Cp = x (1- e-kt)
C
Menit ke-0
0,0258
Cp = x (1- e-4,62.10-3 x 0) = 0 mg/L
,
Menit ke-15
0,0258
Cp = x (1- e-4,62.10-3 x 15) = 0,0751 mg/L
,
Menit ke-30
0,0258
Cp = x (1- e-4,62.10-3 x 30) = 0,1452 mg/L
,
Menit ke-45
0,0258
Cp = x (1- e-4,62.10-3 x 45) = 0,2106 mg/L
,
Menit ke-60
0,0258
Cp = x (1- e-4,62.10-3 x 60) = 0,2716 mg/L
,
Menit ke-90
0,0258
Cp = x (1- e-4,62.10-3 x 90) = 0,3816 mg/L
,
Waktu(menit) Cp (mg/L) ln Cp
0 0 0
15 0,0751 -2,5889
30 0,1453 -1,9290
45 0,2106 -1,5578
60 0,2716 -1,3034
90 0,3816 -0,9634
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
-0.5
waktu sampling (menit) vs Ln Cp
-1
-1.5
-2
-2.5
-3
Permeabilitas Membran
flux
Permeabilitas =
Kadar awal obat
= 8,764 x 10 -4 ml/menit.cm2
V. PEMBAHASAN
Percobaan pada praktikum ini bertujuan untuk mempelajari absorpsi obat perkutan
secara in vitro. Dalam absorpsi obat perkutan, terdapat fungsi stratum korneum sebagai
penghalang mekanik. Diharapkan, melalui percobaan ini akan dapat diketahui fungsi stratum
korneum tersebut sebagai penghalang mekanik absorpsi obat perkutan.
Kulit sebagai organ tubuh terbesar memiliki beberapa susunan yang berlapis-lapis
dengan struktur dan fungsi yang kompleks.
Difusi melintasi matriks protein-lipid dari Difusi melintasi lipid di dalam pori
stratum korneum sebasea
Fluks yang diperoleh untuk percobaan menggunakan membran ini adalah 0,0328
mg/menit.cm2. Sedangkan nilai fluks untuk membran kulit adalah 1,3146x10 -3 mg/menit.cm2.
Semakin besar nilai fluks berarti semakin mudah dan cepat absorpsi obat melewati membrane
kulit, jadi untuk sediaan yang ditujukan berefek cepat, maka sebaiknya dibuat sediaan yang
nilai fluksnya besar, dan sebaliknya.
Selain fluks, dihitung pula parameter lainnya yaitu koefisien permeabilitas membran
(P), yang menggambarkan permeabilitas membran millipore dan membran kulit untuk
dilewati obat. Semakin besar nilai koefisien permeabilitas maka semakin mudah obat
melewati membran dan sebaliknya. Dari percobaan ini diperoleh harga permeabilitas sebesar
0,0219 ml/menit.cm 2 untuk membran millipore dan 8,764 x 10 -4 ml/menit.cm2 untuk
membran kulit. Harga ini cukup memperlihatkan mudahnya obat melewati membran
millipore dalam percobaan sedangkan untuk membran kulit, harga P yang diperoleh
menunjukkan bahwa kemampuan obat untuk melewati membran kulit cukup sulit. Hal ini
disebabkan karena pada kulit terdapat faktor penghalang yang tidak dimiliki oleh membran
millipore, yaitu seperti lemak, dan lapisan-lapisan pada kulit. Dari percobaan, hasil yang
diperoleh sudah sesuai dengan teori, yaitu kemampuan obat melewati membran millipore
lebih mudah jika dibandingkan dengan melewati membran kulit.
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi penetrasi dari suatu obat ke dalam kulit
adalah:
1) Konsentrasi obat terlarut Cs, karena laju penetrasi sebanding dengan konsentrasi.
2) Koefisien partisi K antara kulit dan pembawa yang merupakan ukuran afinitas relatif
dari obat tersebut untuk kulit dan pembawanya.
VI. KESIMPULAN
1. Absorpsi obat secara perkutan dipengaruhi oleh kelarutan dan koefisien partisi obat,
konsentrasi obat, kondisi kulit atau membran, hidrasi membran, dan basis yang
digunakan.
2. Pada uji in vitro absorpsi perkutan tidak terjadi proses eliminasi dan distribusi
sehingga proses transfer massa molekul obat terhenti setelah keadaan setimbang di
dalam kompartemen donor dan kompartemen akseptor.
3. Kadar asam salisilat per satuan waktu semakin lama semakin meningkat dikarenakan
berkurangnya tahanan membrane (kulit) terhadap molekul obat.
4. Harga Cp dari menit ke-0 sampai menit ke-90 semakin lama semakin meningkat,
menunjukkan bahwa absorpsi obat semakin meningkat.
5. Dari hasil percobaan dapat dilihat bahwa jumlah kumulatif obat yang berdifusi dan
kadar obat yang berdifusi naik seiring dengan kenaikan waktu.
6. Hasil percobaan menunjukkan nilai permeabilitas membran buatan 0,0219
ml/menit.cm2 dan nilai flux 0,0328 mg/menit.cm2 . Sedangkan permeabilitas
membran kulit 8,764 x 10-4 ml/menit.cm2 dan nilai flux 1,3146 x 10-3
mg/menit.cm2
7. Kemampuan obat (asam salisilat) untuk melewati membran millipore lebih mudah
dibandingkan dengan melewati membran kulit.
VII.DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Ansel, H., 1989, Pengantar Bentuk sediaan Farmasi, edisi keempat, Universitas
Indonesia, Jakarta
Grassi, Mario, etc., 2007, Understanding Drug Release and Absorption Mechanisms : A
Physical and Mathematical Approach, CRC Press, Boca Raton.
Martin, A., 1993, Farmasi Fisik, Dasar-dasar Farmasi Fisik dalam Ilmu Farmasetik ,
Universitas Indonesia, Jakarta
Shargel, L dan Yu, A.B.C.,2005, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan,
Airlangga University Press
Yogyakarta, 19 Oktober 2012
Praktikan
Surya Indra K (08534)
Anggit Yustitia A. (08537)
M. N. Arifin (08543)
Putu Dian M.K. (08549)
LAMPIRAN
Jawaban Pertanyaan
1. Mengapa uji in vitro perlu dilakukan sebelum uji in vivo?
Jawab :
Karena studi absorpsi obat secara in vitro ini dapat untuk mengetahui profil dari suatu
obat sehingga dapat digunakan untuk memperkirakan profil obat sebenarnya dan dapat
digunakan sebagai acuan dalam melakukan uji in vivo. Sehingga uji in vitro ini dapat
menghemat waktu dan biaya sebelum melakukan uji in vivo.