Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA

PEMBERIAN IV GANDA MODEL


SATU KOMPARTEMEN

Tanggal Praktikum: Selasa, 14 November 2017

Disusun oleh:
Kelompok 7 (Kelas A Selasa Pagi)

Firsty Amanah Prasetyaningsih 1506677111


Nisrina Nurfitria 1506766943
Olyva Cessari Laras Seruni 1506677383
Ofiati Wijaya 1506677414
Satrio Cahyo Adhi 1506733251

Responser: Santi Purna Sari, M.Si., Apt.

Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia
Depok
2017
I. Tujuan
a. Mahasiswa mengetahui data yang diperlukan untuk perhitungan pemberian dosis
ganda.
b. Mahasiswa mampu menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan
persamaan farmakokinetika untuk pemberian IV dosis berganda.

II. Teori Dasar

Terdapat beberapa keuntungan dalam pemberian obat dengan infus intravena,


pertama yaitu antibiotik dan obat-obat dapat diberikan dengan mudah melalui infus
dalam suatu botol IV bersama-sama dengan cairan IV, elektrolit atau bahan makanan.
Kedua, laju infus dapat dengan mudah diatur sesuai kebutuhan pasien, ketiga infus
memiliki laju yang konstan sehingga dapat mencegah fluktuasi puncak (maksimum)
dan minimum kadar obat dalam darah. Pemberian obat secara infus intravena juga
memiliki kelemahan yaitu waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kadar yang
diinginkan lebih lama, oleh karena itu sering pada pemberian infus intravena
diberikan loading dose (DL) atau dosis awal agar obat cepat mencapai Css dan obat
yang keluar akan digantikan melalui infus.
Konsentrasi obat dalam plasma dengan infus intravena pada suatu laju yang
tetap, setelah beberapa saat obat terakumulasi dan mencapai suatu kadar plateau atau
keadaan tunak. Keadaan tunak adalah suatu keadaan dimana laju obat meninggalkan
tubuh sama dengan laju obat memasuki tubuh (infus). Waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai kadar tunak obat dalam darah terutama bergantung pada waktu paruh
eliminasi.
Selama infus berada pada laju yang konstan, konsentrasi obat pada setiap
waktu t dapat dihitung jika laju infus (R), volume distribusi (Vd), dan tetapan
eliminasi diketahui. Persamaan yang menggambarkan hubungan parameter tersebut
digambarkan sebagai berikut.
Cp ∞ = R / Vd K
Cp = R / Vd K (1-e -kt)
Cp = Cp∞ (1-e-kt)
Pada keadaan tunak laju infus sama dengan laju eliminasi, oleh karena itu
perubahan konsentrasi obat dalam plasma sama dengan nol. Dosis muatan (DL) atau
dosis awal dari suatu obat digunakan untuk memperoleh konsentrasi tunak secepat
mungkin. Diketahui bahwa konsentrasi obat dalam tubuh untuk model kompartemen
satu setelah dosis IV bolus dijabarkan melalui persamaan berikut.
C1 = Coe-kt = DL/Vd x (e-kt)
Konsentrasi dengan infus pada laju R adalah :
C2 = R/ Vd K (1-e-Kt)
Cp = C1+ C2
DL = Cp∞ . Vd
DL = R / K
Beberapa obat diberikan dalam dosis ganda untuk mempertahankan aktivitas
terapeutik. Kadar plasma obat ini harus dipertahankan di dalam batas yang sempit
untuk mencapai efektivitas klinik yang maksimal. Contoh dari obat-obat tersebut
adalah antibakteri, kardiotonik, antikonvulsan dan hormon. Secara ideal suatu aturan
dosis untuk tiap obat ditetapkan untuk memberikan kadar plasma yang benar tanpa
fluktuasi dan akumulasi yang berlebihan.
Obat-obat tertentu seperti antibiotik, dapat ditentukan kadar efektif minimum
yang diinginkan. Obat-obat lain dengan indeks terapeutik sempit (seperti digoksin dan
fenitoin) memerlukan batas plasma terapetik minimum dan konsentrasi plasma non-
toksik maksimum. Dalam memperhitungkan suatu aturan dosis ganda, kadar plasma
yang diinginkan harus dikaitkan dengan dosis terapetik. Dua parameter utama yang
dapat diatur dalam pengembangan suatu aturan dosis adalah (a) ukuran dosis obat dan
(b) frekuensi pemberian obat yakni jarak waktu antar dosis.
Untuk memperkirakan kadar obat dalam plasma setelah pemberian dosis
ganda, parameter-parameter dapat diperoleh dari kurva kadar plasma–waktu yang
didapat melalui dosis tunggal dengan parameter-parameter ini dan pengetahuan
tentang ukuran dosis dan jarak waktu pemberian (τ) mmungkinkan untuk
memperkirakan kurva kadar plasma–waktu yang lengkap atau kadar plasma pada
setiap waktu setelah dimulainya pengatturan dosis.
Penghitungan untuk pengaturan dosis berganda perlu menetapkan apakah
dosis obat yang berikutnya berpengaruh pada dosis sebelumnya. Prinsip superposisi
mengganggap bahwa dosis obat sebelumnya tidak mempengaruhi farmakokinetik
dari dosis berikutnya. Oleh karena itu kadar dalam darah setelah dosis kedua, ketiga
atau dosis ke-n akan terjadi overlay atau superimpose pada kadar dalam darah yang
dicapai setelah dosis ke-n.
Jika suatu obat diberikan dengan dosis dan jarak waktu pemberian dosis yang
tetap, jumlah obat dalam tubuh akan naik dan kemudian mencapai fase plateau pada
suatu kadar plasma rata-rata yang lebih tinggi daripada puncak Cp yang diperoleh dari
dosis awal. Bila dosis kedua diberikan dalam suatu jarak waktu yang lebih pendek
daripada waktu yang diperlukan untuk mengeliminasi dosis sebelumnya, maka obat
akan terakumulasi dalam tubuh. Jika dosis kedua diberikan dalam suatu jarak waktu
yang lebih panjang daripada waktu yang diperlukan untuk mengeliminasi dosis
sebelumnya, maka obat tidak akan terakumulasi.
Akumulasi dipengaruhi oleh waktu eliminasi obat dan jarak waktu pemberian
dosis. Indeks untuk pengukuran akumulasi obat (R) dapat digambarkan melalui
persamaan sebagai berikut.
R = 1/ (1-e-Kt)
Jumlah obat maksimum dalam tubuh setelah suatu injeksi intravena adalah
sama dengan dosis obat. Untuk model kompartemen satu terbuka, obat akan
dieliminasi menurut kinetika reaksi orde kesatu.
D = Doe-kt
Jika (τ) adalah jarak waktu pemberian dosis, maka jumlah obat yang
tertinggal dalam tubuh setelah beberapa jam dapat ditentukan dengan persamaan
sebagai berikut.
D = Doe-kτ
Fraksi (f) dosis yang tinggal dalam tubuh dikaitkan dengan tetapan eliminasi
(K) dan jarak pemberian dosis (τ), sebagai berikut:
F = D / Do = e-kτ
Pada setiap pemberian dosis, f bergantung pada K dan τ. Jika τ besar, F
menjadi lebih kecil karena D (jumlah obat yang tinggal dalam tubuh) kecil.

III. Alat dan Bahan


a. Alat
- Alat simulasi model satu kompartemen
- Buret 50 mL
- Pengaduk magnet (magnetic stirrer)
- Spektrofotometer
- Standar dan statif
- Pipet volum
- Labu takar
- Beaker glass
- Tabung reaksi
- Stopwatch

b. Bahan
- Aquadest
- KMnO4
IV. Cara Kerja
a. Pembuatan Kurva Kalibrasi
1) Larutan stok KMnO4 sudah tersedia
2) Dilakukan pengenceran hingga didapat 5 konsentrasi, yaitu 20,06 ppm; 30,09
ppm; 40,12 ppm, 70,21 ppm; dan 80,24 ppm
3) Serapannya segera diukur pada panjang gelombang maksimum yaitu 525 nm
menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis.
4) Membuat kurva kalibrasi.

b. Simulasi Model Satu Kompartemen Pemberian IV Berganda


1) Sebanyak 300 ml aquadest dimasukkan ke dalam gelas piala.
2) Buret disiapkan, dan diisi dengan aquadest yang berfungsi sebagai reservoir.
3) Aliran keran buret dan gelas piala dibuka. Kecepatan aliran keduanya diatur
hingga diperoleh kesetimbangan aliran dengan kecepatan 20 ml/menit.
4) Sebanyak 250 mg KMnO4 ditimbang dengan seksama, kemudian dilarutkan
dan diencerkan dalam aquadest sampai 50,0 ml.
5) Larutan diinjeksikan sebanyak 2,0 ml ke dalam gelas piala.
6) Prosedur no.5 diulangi pada menit ke-15, 30, dan 45.
7) Tabung reaksi disiapkan untuk wadah sampel.
8) Sebanyak 5,0 ml larutan dipipet sebagai sampel plasma pada menit ke-2,5; 5;
7,5; 10; 15; 17,5; 30; 32,5; 45; 47,5; 60 menit. Sampel dimasukkan ke dalam
tabung reaksi.
9) Kadar KMnO4 pada tiap sampel ditentukan dengan menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 525 nm. Aquadest digunakan
sebagai blanko.
10) Apabila serapan terlalu tinggi (A>1), dilakukan pengenceran dengan
aquadest.
V. Hasil Pengamatan
a. Pembuatan Kurva Kalibrasi

Tabel 1. Data Kurva Kalibrasi Larutan Standar KMnO4 pada λ = 525 nm

No Konsentrasi (ppm) Serapan (A)

1
20.06 0.267
2
30.09 0.335
3
40.12 0.425
4
70.21 0.666
5
80.24 0.728

Berdasarkan data serapan didapat persamaan regresi y = a + bx, dimana


a = 0,1073
b = 0,0078
r = 0,99934
Sehingga didapatkan persamaan y = 0,1073 + 0,0078x

Kurva Kalibrasi Larutan Standar KMnO4


pada λ = 525 nm y = 0,0078x + 0,1073
r = 0,99934
0,8
0,7
0,6
Serapan (A)

0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 20 40 60 80 100
Konsentrasi (ppm)

Gambar 1. Kurva Kalibrasi Sampel KMnO4 pada λ = 525 nm


b. Sampel Plasma

 Parameter Farmakokinetika Teoritis

Vd = 300 ml
Cl = 20 ml/menit

t1/2 = 0,693 / 0,0667 = 10,3898 menit


Do = 5015 ppm = 5,015 mg/ml x 2 ml = 10,03 mg
Co = = = 33,434 μg/ml

n = 4 (menit ke-0, menit ke-15, menit ke-30, menit ke-45)

Cpmaxss = = = 52,875 μg/ml

Cpminss = Cpmaxss . e-kτ = 52,875 μg/ml x e-0,0667.15 = 19,442 μg/ml


Cav = = 33,417 μg/ml

 Perhitungan Analisis Data Sampel Plasma

k= = = 0,0328/menit

t1/2 = 0,693 / 0,0328 = 21,13 menit

Vd = Do / Cpo = = 276,69 mL

Cl = Vd x k = 276,69 ml x 0,0328/menit = 9,075 ml/menit

Cpmaxss = = = 93,284 μg/ml

Cpminss = Cpmaxss . e-kτ = 93,284 μg/ml x e-0,0328.15 = 57,034 μg/ml

Cav = = 73,679 μg/ml

 Perhitungan Cp Data Analisis

Data Percobaan
Tabel 2. Data Serapan dan Konsentrasi KMnO4 Sampel Plasma

Waktu (menit) Serapan (A) Konsentrasi (ppm / μg/ml)


2,5 0,498 50,09
5 0,347 30,73
7,5 0,337 29,45
10 0,312 26,24
15 0,280 22,14
17,5 0,557 57,65
30 0,493 49,45
32,5 0,711 77,40
45 0,532 54,45
47,5 0,728 79,58
60 0,593 62,27

 Perhitungan Cp Teoritis

Cp pada menit 2,5; 5; 7,5; 10; dan 15 dapat dihitung dengan rumus umum
intravena bolus dosis tunggal.

 t = 2,5 menit

14,149 ppm
 t = 5 menit

11,976 ppm

 t = 7,5 menit

10,137 ppm
 t = 10 menit
8,58 ppm
 t = 15 menit

6,147 ppm

Perhitungan menit ke-17,5; 30; 32,5; 45; 47,5; dan 60, dapat menggunakan rumus
intravena dosis ganda karena pemberian dosis sudah berulang.

( )

 t = 17,5 menit

( )

 t = 30 menit

( )

 t = 32,5 menit

( )

 t = 45 menit

( )

 t = 47,5 menit

( )

 t = 60 menit

( )
 Perbandingan Cp Teoritis dan Cp Analisis

Waktu (menit) Cp (μg/ml) Teoritis Cp (μg/ml) Analisis


2,5 14,149 50,09
5 11,976 30,73
7,5 10,137 29,45
10 8,58 26,24
15 6,147 22,14
17,5 22,377 57,65
30 8,407 49,45
32,5 21,265 77,40
45 9,238 54,45
47,5 21,968 79,58
60 9,543 62,27

 Perbandingan Parameter Farmakokinetika

Parameter Analisis (Kertas Semilog) Teoritis


k eliminasi (/menit) 0,0328 0,0667
t ½ (menit) 21,13 10,3898
Clearance (ml/menit) 9,075 20
Vd (ml) 276,69 300

Perbandingan Cmax, Cmin, dan Cav:


Parameter Analisis Teoritis
Cmax (µg/ml) 93,284 52,875
Cmin (µg/ml) 57,034 19,442
Cav (µg/ml) 73,679 33,417
Gambar 2. Kurva Semilog Konsentrasi vs Waktu pada Pemberian Obat Secara IV Ganda
VI. Pembahasan
a. Pembahasan Hasil Percobaan
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan analisis obat pemberian
IV dosis berganda yang bertujuan untuk mengetahui data yang diperlukan
untuk perhitungan pemberian dosis ganda serta mampu menganalisis data
yang diperoleh dengan menggunakan persamaan farmakokinetika untuk
pemberian IV dosis berganda. Sampel obat disimulasikan dengan larutan
KMnO4. Larutan KMnO4 dibuat dari 50mg KMnO4, lalu dilarutkan dan
diencerkan dalam 50mL akuades.
Pertama-tama, praktikan membuat kurva kalibrasi standar dengan
mengukur serapan larutan KMnO4 dengan spektrofotometer UV-Vis. Larutan
standar dibuat dengan konsenterasi 20, 30, 40, 70, 80 ppm lalu diukur
serapannya pada panjang gelombang 525nm, lalu dibuat kurva kalibrasi lalu
didapat persamaannya y = 0,0078x + 0,1073 , dari data tersebut, diperoleh
data:
a = -0.02778
b = 0,01298
r = 0,9989
Pemberian IV dosis ganda disimulasikan dengan model gelas piala
dengan Vd = 300 ml dan kecepatan klirens sekitar 20 ml/menit, lalu larutan
KMnO4 yang telah dibuat (50mg KMnO4 dalam 50mL akuades) diberikan
pada menit ke 0, 15, 30 dan 45 menit sebanyak 2,0ml. Sampel obat diambil
dari gelas piala sebanyak 5,0 ml pada menit ke 2,5 ; 5 ;7,5 ; 10 ; 15 ; 17,5 ; 30 ;
32,5 ; 45 ; 47,5 ; dan 60. Masing-masing sampel diukur serapannya pada
panjang gelombang 525 nm, menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis.
Hasil serapan yang didapat kemudian diekstrapolasikan terhadap kurva
kalibrasi. Spektrofotometer UV-Vis yang digunakan berjenis single-beam.
Perhitungan Cp pada menit awal sampai menit 15 dapat
menggunakan rumus IV tunggal,
Perhitungan menit ke-17,5; 30; 32,5; 45; 47,5; dan 60, dapat
menggunakan rumus intravena dosis ganda karena pemberian dosis sudah
berulang.

( )

Berdasarkan data pengamatan, dapat dibandingkan hasil antara


perhitungan teoritis dengan hasil percobaan
Parameter Analisis (Kertas Semilog) Teoritis
k eliminasi (/menit) 0,0328 0,0667
t ½ (menit) 21,13 10,3898
Clearance (ml/menit) 9,075 20
Vd (ml) 276,69 300

Parameter Analisis Teoritis


Cmax (µg/ml) 93,284 52,875
Cmin (µg/ml) 57,034 19,442
Cav (µg/ml) 73,679 33,417

Terlihat perbedaan data yang cukup signifikan atau cukup jauh antara
hasil perhitungan percobaan dengan perhitungan teoritis, pada data hasil
percobaan, dapat dilihat, bahwa data berfluktuasi tajam, serta parameter seperti
kecepatan klirens tidak sesuai dengan yang diatur pada awal praktikum
(sekitar 20ml/menit) serta nilai paruh obat yang lumayan jauh perbedaanya.
Perbedaan pada perhitungan dapat diakibatkan oleh beberapa kondisi
percobaan seperti kontrol keran klirens total pada saat percoobaan yang
dilakukan kurang sesuai pada kondisi semula, selain itu terlihat sedikit
perbedaan pada hasil waktu paruh (t1/2), hal ini dapat disebabkan karena
terjadi kesalahan pada saat perhitungan atau pembulatan angka dibelakang
koma, perbedaan Vd juga mungkin terjadi dikarenakan konsistensi reservoir
yang berubah ubah, pengambilan sampel serta pemberian obat yang kurang,
presisi, serat kesalahan kesalahan praktikan dan hal hal lain yang dapat
mempengaruhi hasil, seperti interpretasi penggabaran grafik kertas semilog
dan lain lain.
b. Pertanyaan

1. Berapa akumulasi maksimum yang tercapai dalam percobaan ini?


τ = 15 menit
k = 0,0328 / menit
= 2,5734

2. Berapa waktu yang diperlukan untuk diperoleh kadar 90% dari


maksimum yang dapat dicapai?

Persentase Css tercapai (%) Kelipatan waktu paruh


90 3,32
95 4,32
99 6,65

Jadi, waktu yang diperlukan untuk mencapai 90% dari konsentrasi


maksimum pada keadaan tunak yang dapat dicapai adalah 3,32 kali t½
t = 3,32 x t½ = 3,32 x (0,693/0,0328 menit-1) = 70,15 menit
VII. Kesimpulan

Parameter Analisis (Kertas Teoritis


Semilog)
k eliminasi (/menit) 0,0328 0,0667
t ½ (menit) 21,13 10,3898
Clearance 9,075 20
(ml/menit)
Vd (ml) 276,69 300

Parameter Analisis Teoritis


Cmax (µg/ml) 93,284 52,875
Cmin (µg/ml) 57,034 19,442
Cav (µg/ml) 73,679 33,417

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Mansur, U., Purna Sari, S., dan Farhanah, N. (2016). Penuntun Praktikum
Farmakokinetika. Depok: Fakultas Farmasi UI.
Shargel, L., Wu-Pong, S., & Yu, A. (2005). Biofarmasetika dan Farmakoterapi
Terapan (5th ed). Suarabaya: Airlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai