Disusun Oleh:
Nama : Sandy Maha Putri
Nim : 1041911133
Kelompok : K
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami langkah-langkah analisa obat di dalam darah
2. Mampu melakukan validasi metode analisis obat di dalam darah
B. DASAR TEORI
Analisa obat biasanya dilakukan oleh laboratorium kimia klinik atau laboratorium
farmakokinetik klinik. Metode yang digunakan oleh laboratorium analitik bergantung pada
beberapa faktor seperti fisikokimia obat, kosentrasi yang diukur, jumlah dan sifat contoh
biologis (serum dan urin). Laboratorium hendaknya mempunyai suatu standar prosedur
penyelenggaraan untuk tiap teknik analisis obat dan mengikuti cara-cara pelaksanaan
laboratorium yang baik. Lebih lanjut, metode analisis yang digunakan untuk penetapan
kadar obat dalam serum hendaknya lebih sahih, berkenaan dengan hal-hal berikut: spesifitas,
linearitas, kepekaan, ketepatan, ketelitian dan stabilitas (Leon Shargel,2005).
Metode analisis yang digunakan untuk penetapan kadar obat dalam serum
hendaknya telah sahih, berkenaan dengan hal-hal berikut seperti spesifitas, linieritas,
kepekaan, ketepatan, ketelitian, dan stabilitas
1. Peka (sensitive), artinya metode harus dapat digunakan untuk menetapkan kadar senyawa
dalam kosentrasi yang kecil.
2. Tepat (precise), artinya metode tersebut menghasilkan suatu hasil analisis yang sama atau
hampir sama dalam satu seri pengukuran.
3. Teliti (accurate), artinya metode dapat menghasilkan nilai rata-rata (mean) yang sangat dekat
dengan nilai senenarnya(true value).
4. Selektif, artinya untuk menetapkan kadar tertentu, metode tersebut tidak banyak terpengaruh
oleh adanya senyawa lain
5. Kasar (rugged), artinya adanya perubahan komposisi pelarut atau variasi lingkungan tidak
menyebabkan perubahan hasil analisis.
6. Praktis, artinya metode tersebut mudah dikerjakan serta tidak banyak memerlukan waktu dan
biaya.
Walaupun untuk memenuhi semua persyaratan di atas sulit dicapai, namun
sekurang-kurangnya metode analisis harus memenuhi syarat ketepatan, ketelitian, dan
selektivitas. (Sudjadi, 2008)
Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter
tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut
memenuhi prasyaratan untuk penggunaannya. Validasi metode menurut United States
Pharmacopeia (USP) dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis yang digunakan
akurat, spesifik dan reproduksibel serta tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis. Suatu
metode analisis harus divalidasi untuk melakukan verifikasi bahwa parameter-parameter
kerjanya cukup mampu untuk mengatasi problem analisis. Tujuan validasi metode analisa
adalah untuk membuktikan bahwa semua metode analisa (cara/prosedur pengujian) yang
digunakan dalam pengujian maupun pengawasan mutu, senantiasa mencapai hasil yang
diinginkan secara konsisten. Pada tahap validasi, suatu usaha harus dikerahkan untuk
mendemonstrasikan bahwa metode bekerja dengan sampel yang mengandung analit tertentu,
pada suatu konsentrasi yang diharapkan dalam suatu matriks sampel, dengan tingkat presisi
dan akurasi yang tinggi. Validasi metode yang sempurna hanya dapat terjadi jika metode
tersebut sudah dikembangkan dan sudah dioptimasi (Gandjar dan Rohman, 2007).
Untuk menganalisis darah total, komponen sel darah harus dilisis demikian
sehingga kandungannya bercampur merata dengan sonikator atau ditentukan dalam jangka
waktu tertentu lalu disonikasi. Plasma berbeda dengan serum, serum adalah plasma yang
fibrinogennya telah dihilangkan dengan proses penjendalan, sedangkan plasma diperoleh
dengan menambahkan suatu pencegah penjendalan ke dalam darah. Bila darah tidak diberi
antikoagulan terjadilah penjendalan dan bila contoh seperti dipusingkan maka beningannya
adalah serum (James, 1991).
Dalam sebuah analisis obat dalam cairan hayati, ada hal-hal penting dalam rangka
penelitian farmakokinetika yang digunakan sebagai parameter-parameter antara lain :
a) Tetapan (laju) invasi atau tetapan absorpsi.
b) Volume distribusi menghubungkan jumlah obat di dalam tubuh dengan konsentrasi obat
di dalam darah atau plasma.
c) Ikatan protein.
d) Tetapan (laju) eliminasi dan waktu paruh dalam plasma (t 1/2).
e) Klirens renal, ekstrarenal dan total.
f) Luas di bawah kurva dalam plasma (AUC).
g) Ketersediaan hayati. (Mutsher, 1991).
Acetaminophen (BM:151,16), Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0%
dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2, dihitung terhadap zat anhidrat. serbuk hablur,
putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit. larut dalam air mendidih dan dalam NaOH 1N;
mudah larut dalam etanol (FI ed IV, 1995).
Resorpsinya, dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rektal lebih lambat. PP-
nya 25%, plasma t 1/2nya 1-4 jam. Antara kadar plasma dan efeknya tidak ada hubungan.
Dalam hati zat ini diuraikan menjadi metaboli-metabolit toksis yang diekskresi dengan
kemih sebagai konjugat glukuronida dan sulfat. Efek samping tidak jarang terjadi, antara
lain reaksi hipersensitivitas dan kelainan darah. Pada penggunaan kronis dari 3-4g sehari
dapat terjadi kerusakan hati dan pada dosis diatas 6g mengakibatkan necrosis hati yang
tidak reversible (Tjay Tan Hoan.2007.hal:318).
Absorbsi : Diabsorbsi dengan baik setelah pemberian oral. Absorbs rektal
bervariasi. Distribusi : Didistribusikan secara luas, menembus plasenta memasuki
ASI. Metabolisme dan ekskresi : 85-95% dimetabolisme oleh hati. Metabolitnya dapat
bersifat toksik pada keadaan overdosis. Metabolit diekskresi olehginjal (Pedoman Obat
Untuk Perawat, 2005).
BAHAN :
1. Paracetamol
2. Heparin
3. Asam trikloroasetat (TCA) 20%
4. NaOH 10%
5. HCl 6 N
6. N(1-naftil) etildiamin 0,1 %
7. Na. Nitrit 10 %
8. Asam Sulfamat 15%
9. Asam Sulfamat 0,5%
D. SKEMA KERJA
Diambil darah tikus sebanyak 250 µl dan ditampung dalam ependrop yang sudah
diberi heparin
Diukur larutan paracetamol (100 – 700 µg/ml) pada panjang gelombang maksimum
E. DATA PENGAMATAN
Data Kurva baku (Panjang gelombang 410,4 nm, Operating time 9 menit)
Sampel Replikasi
(ppm)
1 2 3
F. PERHITUNGAN
1. λ max : 410,4 nm
2. Operating Time : 9 menit
100 mg
C= = 1000 mg/mL = 1000 μg/ml
100 mL
V1 . C1 = V2 . C2 V1 . C1 = V2 . C2
250 µL . 400 µg/mL = v2. 1000 250 µL . C1= 100 µL . 1000
400 µg/mL µg/mL
V1 = 100 µL C1= 400 µg/mL
Volume darah yang diambil 150 µL
V1 . C1 = V2 . C2 V1 . C1 = V2 . C2
250 µL . 500 µg/mL = v2. 1000 250 µL . C1= 125 µL . 1000
500 µg/mL µg/mL
V1 = 125 µL C1 = 500 µg/mL
V1 . C1 = V2 . C2 V1 . C1 = V2 . C2
250 µL . 600 µg/mL = v2. 1000 250 µL . C1= 150µL . 1000 µg/Ml
600 µg/mL = 600 µg/mL
V1 = 150 µL
V1 . C1 = V2 . C2 V1 . C1 = V2 . C2
250 µL . 700 µg/mL = v2. 1000 250 µL . C1= 175 µL . 1000
µg/mL µg/mL
V1 = 175 µL C1 = 700 µg/Ml
700
Volume darah yang diambil 75 µL
a = 0,147605
b = 0,00038699
r = 0,9961
y = 0,00038699 X + 0,147605
Series 1
Kadar Terukur
Konsentra Replikasi
si 1 2
3
Sebenarny
a (μl/ml) y = bx + a y = bx + a y = bx + a
y = 0,0003847 x + 0,1476 y = 0,0003847 x + 0,1476 y = 0,0003847 x + 0,1476
100 0,186 = 0,0003847 x + 0,1476 0,18 = 0,0003847 x + 0,1476 0,191 = 0,0003847 x + 0,1476
x = 99,818 ppm x = 84,2215 ppm x = 112, 8152 ppm
y = bx + a y = bx + a y = bx + a
y = 0,0003847 x + 0,1476 y = 0,0003847 x + 0,1476 y = 0,0003847 x + 0,1476
300 0,258 = 0,0003847 x + 0,1476 0,239 = 0,0003847 x + 0,1476 0,273 = 0,0003847 x + 0,1476
x = 286,9769 ppm x = 237,5877 ppm x = 325,9683 ppm
y = bx + a y = bx + a y = bx + a
y = 0,0003847 x + 0,1476 y = 0,0003847 x + 0,1476 y = 0,0003847 x + 0,1476
500 0,321= 0,0003847 x + 0,1476 0,331 = 0,0003847 x + 0,1476 0,346 = 0,0003847 x + 0,1476
x = 450, 7410 ppm x = 476,7351 ppm x = 515, 7265 ppm
Kadar Terukur
Dengan rumus Perolehan Kembali (%P) = ×100 %
Kadar Sebenarnya
Konsentrasi Kadar
Replikasi % Recovery (%)
(ppm) Terukur (ppm)
99,818 99,818
1
84,2215 84.2215
100 2
112,8152 112,8152
3
268,9769 89,659
1
300 237,5877 79,1959
2
325,9683 108,6561
3
450,7410 90,1482
1
476,7351 95,3470
500 2
515,7265 103,1453
3
Kesalahan Acak
Adalah nilai analytical eror yang tidak diketahui faktor penyebab nya
Simpangan Baku
Rumus Kesalahan acak = ×100 %
Rerata
Kadar Terukur
Sampel (µg/mL) Absorbansi X SD
(µg/mL)
0.186 99,818µg/mL
100 µg/ml 0.18 84,2215µg/mL 98,9516 14,3165
0.191 112,8152µg/mL
0,258 286,9769µg/mL
300 µg/ml 0,239 237,5877 µg/mL 283,511 44,2921
0,273 325,9683 µg/mL
0,321 450,741 µg/mL
500 µg/ml 0,331 476,7351 µg/mL 481,0675 32,7087
0,346 515,7265 µg/mL
Keterangan : persyaratan ˂ 10 %
14,3165
a. 100 µg/ml = × 100 %=¿ 14,46 % Tidak memenuhi syarat
98.9516
44,2921
b. 300 µg/ml = ×100 %=¿ 15,62 % Tidak memenuhi syarat
283,511
32,7087
c. 500 µg/ml = × 100 %=¿ 6,80 % Memenuhi syarat
481,0675
G. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini akan melakukan opmisai metode analisis obat, hal ini
bertujuan untuk memahami langkah-langkah analisa obat di dalam darah serta mampu
melakukan validasi metode analisis obat dalam darah. Optimasi metode merupakan
langkah pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui kevalidan dari suatu metode
penetapan kadar. Sampel yang digunakan kali ini adalah paracetamol.
Hewan uji yang digunakan pada percobaan kali ini adalah tikus, yang diambil
darahnya dibagian vena ekor. Dalam penyayatan pada vena silet harus dalam posisi
miring, dikhawatirkan jika dalam posisi tegak akan menyebabkan terputusnya vena ekor.
Hewan uji tersebut memiliki nilai konversi tikus ke manusia sehingga dapat dianalogkan
sebagai model kompartemen fisiologik. Darah dari hewan uji ditampung dalam
eppendorf yang telah diberi heparin.
Heparin atau bisa disebut dengan asam heparinat, memiliki fungsi sebagai
antikoagulan yang menghambat roses penggumpalan darah dari protombin menjadi
trombin. Sifat antikoagulan dari heparin yang dapat mencegah darah agar tidak
menggumpal, hai ini terjadi akibat penghambatan pengubbahan protombin menjadi
thrombin dalam proses penggumpalan darah.
Kemudian dilakukan vortex untuk memperkecil ukuran partikel agar tidak terjadi
koagulasi pada darah dan menghomogenkan darah dengan TCA. Campuran disentrifuge
selama 10 menit dengan kecepatan 2500 rpm, dimaksudkan untuk mengendapkan
kompleks TCA-protein terbentuk. Pengendapan dapat meningkatkan pemisahan. Apabila
terjadi penggabungan partikel (koalsen), maka densitas partikel tersebut akan meningkat
dan memudahkan pemisahannya.
Supernatan yang diperoleh dari hasil proses sentrifuse, diambil dan ditambahakan
HCl dan NaNO2 akan membentuk reaksi diazotasi yang tidak tahan terhadap suhu kamar.
Karena pada suhu kamar garam diazonium akan dengan mudah terdegradasi menjadi
senyawa fenol dan gas nitrogen. Oleh sebab itu, perlu dilakukan perendaman selama 15
H. KESIMPULAN
I. DAFTAR PUSTAKA
7. Tan Hoan Tjay, dan Raharja Kirana. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta : Gramedia
Underwood & R.A Day. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga