Anda di halaman 1dari 6

I.

TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan evaluasi sediaan gel, terutama uji
disolusi sediaan gel Na-Diklofenak.

II. DASAR TEORI


Agar suatu obat dapat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus dapat
larut pada tempat absorbsi. Proses melarutnya obat disebut dengan disolusi.
Disolusi didefinisikan sebagai proses dimana suatu zat padat masuk ke dalam
pelarut menghasilkan suatu larutan.Secara prinsip dikendalikan oleh afinitas
antara zat padat dengan pelarut. Karakteristik fisik sediaan, proses
pembasahan sediaan, kemampuan penetrasi media disolusi ke dalam sediaan,
proses pengembangan, proses disintegrasi, dan degradasi sediaan, merupakan
sebagaian dari faktor yang mempengaruhi karakteristik disolusi obat dari
sediaan.

Kecepatan Pelarutan
Secara sederhana kecepatan pelarutan didefinisikan sebagai jumlah zat
yang terlarut dari bentuk sediaan padat dalam medium tertentu sebagai fungsi
waktu. Dapat juga diartikan sebagai kecepatan larut bahan obat dari sediaan
farmasi atau granul atau partikel-partikel sebagai hasil pecahnya bentuk
sediaan obat tersebut setelah berhubungan dengan cairan medium. Penelitian
tentang disolusi telah dilakukan oleh Noyes Whitney dan menghasilkan
persamaan berikut:
dc
dt = KS( Cs – C )
Dimana,
dc/dt = Laju Disolusi,
K = Konstanta Laju Disolusi,
S = Luas Permukaan Zat Padat Yang Melarut,
Cs = Konsentrasi Obat Dalam Lapisan Difusi
C = Konsentrasi Obat Dalam Medium Disolusi Pada Waktu Ke t.
Dari persamaan di atas terlihat bahwa kinetika pelarutan dapat dipengaruhi
oleh sifat fisikokimia, formulasi, dan pelarut.

Mekanisme Disolusi
Di dalam pembahasan untuk memahami mekanisme disolusi,
dijelaskan dalam model sebagai berikut:
• Model lapisan difusi (diffusion layer model)
Pada permukaan padat terdapat satu lapis tipis cairan dengan ketebalan
l, merupakan komponen kecepatan negatif dengan arah yang
berlawanan dengan permukaan padat. Reaksi pada permukaan padat-
cair berlangsung cepat. Begitu model solut melewati antar muka
“liquid film – bulk film”, pencampuran secara cepat akan terjadi dan
gradien konsentrasi akan hilang. Karena itu kecepatan disolusi
ditentukan oleh difusi gerakan Brown dari molekul dalam liquid film
• Model barrier antar muka (interfacial barrier model)
Model ini menggambarkan reaksi yang terjadi pada permukaan padat
dan dalam hal ini terjadi difusi sepanjang lapisan tipis cairan seperti.
Sebagai hasilnya, tidak dianggap adanya kesetimbangan padatan-
larutan, dan hal ini harus dijadikan pegangan dalam membahas model
ini. Proses pada antar muka padat-cair sekarang menjadi pembatas
kecepatan ditinjau dari proses transpor. Transpor yang relatif cepat
terjadi secara difusi melewati lapisan tipis statis (stagnant)
• Model Dankwert (Dankwert model)
Model ini beranggapan bahwa transpor solut menjauhi permukaan
padat terjadi melalui cara paket makroskopik pelarut mencapai antar
muka padat-cair karena terjadi pusaran difusi secara acak.

Faktor Yang Mempengaruhi Disolusi


Difusi senyawa atau obat secara in vitro tergantung tidak hanya oleh
pembawa dan sifat fisika kimia obat tetapi juga parameter-parameter
percobaan. Selain itu, bentuk sediaan juga kurang lebih membawa pengaruh
yang cukup banyak terhadap uji in vitro. Faktor-faktor yang dapat
berpengaruh tersebut antara lain:
• Sifat fisika kimia obat
Meliputi: luas permukaan partikel, obat dalam bentuk kristal atau
amorf, bentuk garam dari bahan obat
• Faktor formulasi
Berbagai bahan tambahn yang digunakn pada sediaan obat dapat
mempengaruhi kinetika pelarutan obat dengan mempengaruhi
tegangan muka antara medium tempat obat melarut dengan bahan obat
ataupun bereaksi secara langsung dengan bahan obat.
• Faktor alat dan kondisi lingkungan
Meliputi: kecepatan pengadukan; temperatur, viskositas dan komposisi
dari medium; pengambilan sampel

Metode Uji In Vitro


Ada 2 macam metode pelepasan sistem transdermal secara in vitro yaitu :
• Metode pelepasan tanpa suatu membrane pembatas kecepatan
• Metode difusi dengan suatu membrane pengatur kecepatan yang
menggunakan membrane kulit tiruan (seperti selulosa acetat,
polidimetilsiloksan, membrane kulit alamiah {dapat digunakan kulit
bermacam-macam hewan seperti tikus, kelinci, ular), sel difusi orde
nol dan sel difusi dengan kondisi tiruan seperti proses in vivo
Hasil uji pelepasan bahan aktif dari sediaan semisolid kemudian diukur atau
ditentukan kadarnya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang serapan maksimum dan dikoreksi dengan rumus koreksi wurster
untuk mendapatkan kadar yang sebenarnya.
n-1
Cn = C’n +a _ ∑ Cs
b s-1
Cn = kadar sebenarnya setelah dikoreksi (ppm)
C’n = kadar terbaca dalam spektrofotometer (ppm)
Cs = kadar terbaca dari sampel sebelumnya
a = volume sampel yang diambil
b = volume medium

III. BAHAN
1. Aquades
2. Standar Na-Diklofenak
3. Sampel gel Na-Diklofenak
4. Membran Selofan

IV. ALAT
1. Timbangan analitik
2. Labu ukur
3. Batang Pengaduk
4. Gelas Ukur
5. Pipet volume
6. Alat uji disolusi dengan padle
7. Spektrofotometer UV-Vis
8. Beaker Glass

V. CARA KERJA
 Pembuatan Dapar Fosfat 0,01 M pH 6
1,4695 g NaH2PO4.2H2O +

0,155 g Na2HPO4

Tambah aquades ad 1L dan


homogenkan

Adjust ad pH 6 pada
pHmeter

 Pembuatan Kurva Baku

Menimbang 25 mg Na Diklovenak

Larutkan ad 100 ml dapar PBS


Pembuatan konsentrasi

1ppm Pipet 0,2 ml larutkan ad 50 ml PBS

2,5 ppm Pipet 1 ml larutkan ad 100 ml PBS

50ppm Pipet 1 ml larutkan ad 50 ml PBS

7,5ppm Pipet 3 ml larutkan ad 100 ml PBS

10ppm Pipet 2 ml larutkan ad 50 ml PBS

15ppm Pipet 3 ml larutkan ad 50 ml PBS

20ppm Pipet 4 ml larutkan ad 50 ml PBS

Lalu scan dengan spektrofotometri dengan panjang gelombang 200-400 nm

Panjang gelombang maksimum literatur 276 nm

 Uji pelepasan

Timbang 2 gr gel

Diletakkan di tengah membran membran dibasahi dengan air

Membran diletakkan diatas pipa


bawah

Ditutup dengan pipa bagian atas beker glass diisi air 250 ml

Kunci dengan mur letakkan di atas hotplate

Masukkan ke dalam beker glass atur suhu 37oC

Pipa bagian bawah diisi 25 ml PBS


Ambil 5 ml PBS di pipa bawah pada menit ke 0

Tampung di tabung reaksi

Tambahkan 5 ml PBS baru ke pipa bawah

Ulangi pengambilan dan penambahan PBS baru pada menit ke 15, 30, 45, 60, 75, 90, 105

Konsentrasi cuplikan diukur dengan spektrofotometri


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik


Indonesia.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik


Indonesia.

Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Universitas


Indonesia-Press.

Melani, Dewi., dkk. 2005. Korelasi Kadar Propilenglikol Dalam Basis Dan
Pelepasan Dietilammonium Diklofenak Dari Basis Gek Karbopol ETD
2020. Majalah Farmasi Airlangga (V), 1: 1-6.

Voegeli, Rainer., dkk. 2006. Franz Cell Barrier Integrity Assessment Using A
Condenser-Chamber Tewl Instrument. London South Bank University -
BIOX: 1-24.

Anda mungkin juga menyukai