Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM BIOFARMASI

UJI DISOLUSI SEBAGAI EVALUASI BIOFARMASETIK SEDIAAN

NAMA : MIRA AENE NURAENI


NPM : 11181078
KELAS : 3FA2

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG


2021
I. TUJUAN
-
II. DASAR TEORI
Disolusi obat adalah suatu proses pelarutan senyawa aktif dari bentuk sediaan padat ke dalam
media pelarut. Pelarut suatu zat aktif sangat penting artinya bagi ketersediaan suatu obat sangat
tergantung dari kemampuan zat tersebut melarut ke dalam media pelarut sebelum diserap ke dalam
tubuh. Sediaan obat yang harus diuji disolusinya adalah bentuk padat atau semi padat, seperti kapsul,
tablet atau salep. (Anonim 2007) .
Proses biofarmasi yang dialami sediaan obat dalam tubuh meliputi disintegrasi , disolusi , difusi
dan absorbsi . Agar suatu obat diabsorbsi, mula - mula obat tersebut harus larutan dalam cairan pada
tempat absorbsi. Sebagai contoh, suatu obat yang diberikan secara oral dalam bentuk tablet atau
kapsul tidak dapat diabsorbsi sampai partikel - partikel obat larut dalam cairan pada suatu tempat
dalam saluran lambung usus. Dalam hal dimana kelarutan suatu obat tergantung dari apakah medium
asam atau medium basa, obat tersebut akan dilarutkan berturutturut dalam lambung dan dalam usus
halus. Proses melarutnya suatu obat disebut disolusi (Ansel. 1985).
Bila suatu tablet atau sediaan obat lainnya dimasukkan dalam saluran cerna, obat tersebut mulai
masuk ke dalam larutan dari bentuk padatnya. Kalau tablet tersebut tidak dilapisi polimer, matriks
padat juga mengalami disintegrasi menjadi granul - granul, dan granul-granul ini
mengalamipemecahan menjadi partikel-partikel halus. Disintegrasi, deagregasi dan disolusi bisa
berlangsung secara serentak dengan melepasnya suatu obat dari bentuk dimana obat tersebut
diberikan (Martin. 1993).
Mekanisme disolusi, tidak dipengaruhi oleh kekuatan kimia atau reaktivitas partikel-partikel
padat terlarut ke dalam zat cair, dengan mengalami dua langkah berturut-turut Larutan dari zat padat
pada permukaan membentuk lapisan tebal yang tetap atau film disekitar partikelDifusi dari lapisan
tersebut pada massa dari zat cair.Langkah pertama,. larutan berlangsung sangat singkat. Langka
kedua, difusi lebih lambat dan karena itu adalah langkah terakhir.Pada waktu suatu partikel obat
memngalami disolusi, molekul-molekul obat pada permukaan mula-mulamasuk ke dalam larutan
menciptakan suatu lapisan jenuh obat-larutan yang membungkus permukaan partikel obat padat.
Lapisan larutan ini dikenal sebagai lapisan difusi ( Gennaro.1990 ) .
Dari lapisan difusi ini, molekul-molekul obat keluar melewati cairan yang melarut dan
berhubungan dengan membrane biologis serta absorbsi terjadi. Jika molekul-molekul obat terus
meninggalkan larutan difusi, molekul-molekul tersebut diganti dengan obat yang dilarutkan dari
permukaan partikel obat dan proses absorbsi tersebut berlanjut.(Martin 1993) .
Jika proses disolusi ( kecepatan pelarutan ) adalah suatu ukuran yang menyatakan banyaknya zat
terlarut dalam pelarut tertentu tiap satuan waktu . Suatu partikel obat tertentu adalah cepat, atau
jika obat diberikan sebagai suatu larutan dan tetap ada dalam tubuh seperti itu, laju obat yang
terabsorbsi terutama akan tergantung pada kesanggupannya menembus pembatas membran. Tetapi,
jika laju disolusiuntuk suatu partikel obat lambat, misalnya mungkin karena karakteristik zat obat atau
bentuk dosis yang diberikan , proses disolusinya sendiri akan merupakan tahap yang menentukan laju
dalam proses absorbsi. Perlahan-lahan obat yang larut tidak hanya bisa diabsorbsi pada suatu laju
rendah, obat-obat tersebut mungkin tidak seluruhnya diabsorbsi atau dalam beberapa hal banyak
yang tidak diabsorbsi setelah pemberian ora, karena batasan waaktu alamiah bahwa obat bisa tinggal
dalam lambung atau saluran usus halus (Martin 1993 ) .
Berdasarkan proses yang dialami sediaan tablet / kapsul maka salah satu yang menentukan
kecepatan zat aktif mencapai sirkulasi sistemik adalah kecepatan disolusi . oleh karena itu salah satu
studi biofarmasetik satu sediaan tablet/kapsul adalah dengan melakukan uji disolusi . hubungan yang
menggambarkan proses pelarutan suatu zat padat dikembangkan oleh Noyes and Whitney dalam
persamaan berikut :

dM D S
= (Cs−C )
dt h

Dimana :

- Dm/dt = kecepatan pelarut


- D =koefisien difusi
- S = luas permukaan zat
- Cs = kelarutan zat
- C = konsentrasi zat dalam larutan pada waktu t
- H = tebal lapisan difusi

Dan koefisien difusi ( D ) tergambar pada persamaan boiztman berikut ini :

KT
D
δɳr

Dimana :

- D = koefisien difusi
- K = konstanta boitzman
- S = luas permukaan zat
- T = suhu mutlak
- ɳ = viskositas pelarut
- r = jari – jari molekul

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
- Dissolution tester
- Labu takar
- Pipet volum
- Spektrofotometer UV
- Pilter holder
- Kuvet
b. Bahan
- Tablet parasetamol
- Dapar posfat ( KH2PO4 dan NaOH)
- Aquades
- Kertas lensa
- Kertas whatman
IV. PROSEDUR
a. Pembuatan dapar posfat pH 5.8
1. Buat larutan dapar posfat pH 5.8 sebanyak 6 x 900 ml untuk pengujian 6 tablet dan
ditambahkan 1600 ml untuk pengenceran jika diperlukan .
2. Hitung jumlah volume larutan KH2PO4 dan larutan NaOH yang diperlukan .
3. Hitung penimbangan KH2PO4 dan NaOH yang dibutuhkan untuk volume dapar
posfat pH 5.8 yang diperlukan
4. Larutan KH2PO4 dan NaOH dalam gelas kimia yang terpisah .
5. Campurkan larutan KH2PO4 dan larutan NaOH .
6. Kedalam campuran tersebut , tambahkan aquades sekitar 1000 ml sebelum tanda
batas .
7. Ukur pH campuran menggunakan pH meter yang sebelumnya telah dikalibrasi
menggunakan larutan dapar berturut – turut pH 7,0 ; 4,0;dan 10,01.
8. pH larutan dapar harus menunjukkan 5,8±0,05 ( 5,75 s/d 5,85 )
9. tambahkan aquadest sampai tanda batas .
b. pembuatan kurva kalibrasi parasetamol dan dapar posfat pH 5,8
1. Buat larutan induk parasetamol 1000 bpj sebanyak 50,00 ml dalam dapar posfat pH
5,8
2. Buat 6 larutan dengan seri konsentrasi yaitu 2 , 4 , 6 , 8 , 10 , 12 bpj sebanyak 10,00
ml yang diencerkan dari larutan induk .
3. Ukur absorbansi masing 6 larutan tersebut pada panjang gelombang 243 nm dengan
menggunakan blanko larutan dapar posfat pH 5,8 .
4. Tentukan persamaan kurva kalibrasi yang didapat ( y = Bx + A ) .
c. Uji disolusi tablet parasetamol
1. Masukkan masing – masing 900 ml dapar posfat kedalam 6 chamber disolusi dan
turunkan pengaduk alat tipe 2 ( dayung ) sampai jarak antara dasar chamber dengan
batas bawah dayung 25 mm± 2mm .
2. Biarkan sampai suhu medium disolusi mencapai 37°±0,5°C .
3. Masukkan 1 tablet ke dalam masing – masing chamber dan hilangkan gelembung
udara dari permukaan sediaan jika ada , kemudiaan nyalakan rotor pengaduk
dengan kecepatan 50 putaran per menit ( toleransi 4% ) .
4. Matikan alat setelah 30 menit , kemudiaan ambil sampel menggunakan filter holder
yang telah dipasang kertas saring whatman , pada posisi tengah – tengah antara
batas atas medium dengan batas atas dayung dan 1 cm dari dinding chamber .
5. Ambil 1,00 ml sampel menggunakan pipet volum kemudian masukkan ke dalam labu
takar 100 ml dan tambahkan larutan dapar posfat sampai tanda batas .
6. Ukur absorban sampel yang telah diencerkan tersebut ( pengenceran ke berapa
kali ) pada panjang gelombang 243 nm .
7. Hitung nilai Q(%) sesuai alur perhitungan .
8. Nyatakan apakah tablet tersebut memenuhi syarat uji disolusi atau tidak
berdasarkan tabel kriteria penerimaan .
V. HASIL DATA PENGAMATAN
Nama sediaan : tablet parasetamol 500 mg
Media disolusi : 900 mL larutan dapar phosfat pH 5,8
Tipe alat : 2
Waktu : 30 menit
Kecepatan rotasi : 50rpm
Panjang gelombang : 243nm
Faktor pengenceran : 100x

Data persamaan kurva kalibrasi parasetamol dalam dapar phosfat pH 5,8

Kadar (ppm) Absorbansi


2 0,250
4 0,422
6 0,533
8 0,734
10 0,895
12 1,063
Maka nilai A; B; r; beserta persamaan y = bx + a ….?

Hasil uji disolusi tablet parasetamol

Tablet Absorbansi
1 0,5131
2 0,5150
3 0,5156
4 0,5289
5 0,5295
6 0,5293
Nyatakan apakah tablet parasetamol tersebut memenuhi syarat uji disolusi atau tidak
berdasarkan tabel kriteria penerimaan.

VI. PEMBAHASAN
VII. KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai