Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA


“UJI PERBANDINGAN BIOAVAILABILITAS SEDIAAN TABLET PARACETAMOL
SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN UJI DISOLUSI”

Dosen Pengampu :
Apt. Jena Hayu Widyasti, S.Farm., M.Farm

Disusun Oleh:
Kelompok 2
1. Putri Desi Deria (27216503A)
2. Atika Rizki Barokah (27216505A)
3. Adinda Dhea Lahana (27216508A)
4. Rifaau Rafiifah (27216511A)
5. Halida Anindya Yosi P (27216549A)

S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2022/2023
I. TUJUAN
a. Dapat melakukan uji disolusi dari dua produk dan menghitung parameter-parameter uji
disolusi.
b. Dapat membandingkan bioavailabilitas antara obat paten dan obat generic.

II. DASAR TEORI


Disolusi merupakan salah satu control kualitas yang dapat digunakan untuk
memprediksi bioavailabilitas dan sebagai pengganti uji klinik untuk menilai bioekivalen.
Disolusi adalah salah satu proses biofarmasetik yang harus dialami oleh suatu zat aktif obat
dalam tubuh pada saat obat digunakan dalam terapi. Pengujian disolusi digunakan untuk
mengetahui secara invitro pelepasan zat aktif obat dari bentuk sediaan menjadi bentuk
terlarut.
Uji disolusi merupakan hal yang harus dilakukan untuk merancangsuatu sediaan tablet
agar laju pelepasan obat dari tablet tersebut dapat diketahui. Obat yang memiliki disolusi
yang baik akan memberikan biavailabilitas yang baik pula sehingga semakin banyak jumlah
obat yang diabsorbsi secara utuh oleh tubuh dan masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Laju
disolusi dapat berhubungan langsung dengan kemanjuran suatu obat danmerupakan suatu
karakteristik mutu yang penting dalam menilai mutu obatyang digunakan peroral untuk
mendapatkan efek sistemik. Selain itu ujidisolusi merupakan salah satu parameter penting
dalam pengembangan produk dan pengendalian mutu obat (Gunawi, 2011).
Uji disolusi dan penetapan kadar zat khasiat merupakan faktor penting dalam
pengendalian mutu obat. Pengujian ini dipersyaratkan pada produk farmasi yang berbentuk
tablet. Uji disolusi ini pada industri farmasi merupakan informasi berharga untuk
keseragaman kadar zat khasiat dalam satu produksi obat (batch). perkiraan bioavailabilitas
dari zat khasiat obat dalam suatu formulasi, variabel kontrol proses dan untuk melihat
pengaruh perubahan formulasi (Raini. 2010).
Uji disolusi sendiri merupakan suatu metode fisika-kimia yang digunakan dalam
pengembangan produk dan pengendalian mutu sediaan obat berdasarkan pengukuran
parameter kecepatan pelepasan dan melarut zat berkhasiat dari sediaannya yang menentukan
bioavailabilitas obat. Bioekivalensi diterapkan untuk sediaan padat untuk membandingkan
bioavailabilitas obat produk dengan nama generik dan merek dagang yang berbeda (Akib et
al, 2017)
Uji disolusi terbanding dilakukan bertujuan untuk membandingkan profil disolusi
antara produk uji terhadap produk inovator. Uji ini juga merupakan studi awal sebelum uji
ekivalensi secara in vivo dilakukan. Beberapa produk obat yang memerlukan uji ekivalensi
in vitro (uji disolusi terbanding), yaitu yang pertama produk obat yang tidak memerlukan
studi in vivo dan kedua produk obat “copy” yang hanya berbeda kekuatan uji disolusi
terbanding dapat diterima untuk kekuatan yang lebih rendah berdasarkan perbandingan
profil disolusi, antara lain tablet lepas cepat, kapsul berisi butir-butir lepas lambat, tablet
lepas lambat (Badan POM RI, 2022).
Komponen yang penting dalam melakukan perubahan disolusi adalah wadah,
pengadukan, suhu, dan medium. Kecepatan pengadukan memiliki hubungan dengan tetapan
kecepatan disolusi, kenaikan suhu medium yang tinggi akan semakin banyak zat aktif
terlarut. Sedangkan ukuran dan bentuk wadah akan mempengaruhi laju dan tingkat kelarutan
dalam mengamati pelarutan dari obat yang tidak larut air menggunakan wadah berkapasitas
besar.
Parameter perbandingan dua produk atau formulasi atau bentuk sediaan adalah secara
in vitro menggunakan disolusi terbanding. Perbandingan in vitro disolusi profil dapat
menggunakan faktor persamaan dan faktor perbedaan yaitu :
1 −0,5
𝑓2 ∶ 50 𝑙𝑜𝑔 {[1 + ∑𝑛𝑡=1 (𝑅𝑡 − 𝑇𝑡 )2 ] 𝑥 100}
𝑛

∑𝑛
𝑡=1 |𝑅𝑡 −𝑇𝐼 |
𝑓1 = 100 [ ∑𝑛
]
𝑡=1 𝑅𝑡

Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat
dengan penambahan bahan tambahan yang sesuai, tablet dapat berbeda ukuran, bentuk,
berat, kekerasan dan ketebalan, daya hancurnya dan aspek lain tergantung dengan pemakaian
tablet dan cara pembuatannya. Tablet yang dibuat dengan metode apapun harus mempunyai
sifat- sifat yang baik yaitu: cukup kuat dan resisten terhadap gesekan, zat aktif dalam tablet
harus tersedia dalam tubuh, tablet harus mempunyai keseragaman bobot dan keseragaman
kandungan, tablet berpenampilan baik dan memiliki karakteristik. tablet harus menunjukkan
stabilitas fisik dan kimia serta efikasi yang konsisten. (Sipatuhar, 2010).
Parasetamol adalah golongan obat analgesik non opioid yang dijual secara bebas.
Indikasi parasetamol adalah untuk sakit kepala, nyeri otot sementara, sakit menjelang
menstruasi. dan diindikasikan juga untuk demam. Parasetamol (Panadol, Tylenol) adalah
obat antinyeri dan antidemam paling banyak digunakan karena pada takaran biasa bersifat
aman, tanpa memberikan efek samping. juga aman bagi anak kecil dan wanita hamil apabila
dimakan dalam waktu singkat. Daya kerja parasetamol hampir sama kuatnya dengan asetosal
dan lama kerjanya cenderung lebih singkat.
Uraian Paracetamol :
Nama resmi : Acetaminophen
Sinonim : Paracetamol
Rumus molekul C8H9NO2
Berat molekul : 151,16
Pemerian : Berupa hablur atau serbuk hablur putih, rasa pahit, berbau, serbuk kristal dengan
sedikit rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P. dalam 13 bagian
aseton P. dalam 40 bagian gliscrol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P: larut dalam larutan
alkalihidroksida.
Inkompatibilitas : Ikatan hidrogen pada mekanismenya pernah dilaporkan oleh karena itu
parasetamol permukaan dari nilon dan rayon.
Farmakodinamik : Efek analgesik parasetamol yaitu menghilangkan dihubungkan dengan
mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan
mekanisme yang diduga berdasarkan efek sentral. Efek anti inflamasinya sangat lemah.

III. ALAT DAN BAHAN


ALAT :
1. Dissolution tester
2. Spektrofotometer UV dan kuvet
3. Pipet volume
4. Filter holder
5. Labu takar
6. Beaker glass
7. pH meter
8. Tissue
9. Label
BAHAN
1. Serbuk parasetamol
2. Dapar fosfat
3. Aquadest
4. Panadol tablet 500 mg
5. Tablet paracetamol generik 500 mg

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


A. Pembuatan dapar fosfat pH 5,8 (Farmakope Indonesia Edisi IV)

1. Pembuatan kalium fosfat monobasa 0,2 M dengan melarutkan 27,22 g kalium


fosfat monobasa dalam air dan diencerkan hingga 1000 ml
2. Ambil 50 mL kalium fosfat monobasa 0,2 M, masukan ke dalam labu takar 200 mL

3. Tambahkan 3,6 ml natrium hidroksida 0,2 M sampai tanda Tambahkan 3,6 mL


natrium hidroksida 0,2 M sampai tanda

4. Buat dapar fosfat ph 5,8 sebanyak 6 Liter

B. Pembuatan kurva kaliberasi kadar parasetamol dalam dapar fosfat pH 5,8

1. Buat larutan induk parasetamol 1000 ppm sebanyak 50,0 mL dalam dapar fosfat
pH 5,8

2. Buat larutan dengan seri kadar 2,4,6,8,10,12 ppm sebanyak 10,0 ml yang dibuat
dari
pengenceran larutan induk

3. Ukur absorbansi 6 larutan tersebut pada panjang gelombang maksimum 243 nm


dengan menggunakan dapar fosfat pH 5,8 sebagai blanko

4. Tentukan persamaan kurva kaliberasi yang digunakan menggunakan regresi linear


(y=bx+a)
C. Uji disolusi tablet parasetamol

1. Masukkan masing-masing 900 ml dapar posfat ke dalam enam chamber


disolusi dan turunkan pengaduk Alat tipe 2 (dayung) sampal jarak antara
dasar chamber dengan batas bawah dayung 25 mm ± 2 mm

2. Biarkan sampai suhu medium disolusi mencapai 37+0,5°C

3. Masukkan satu tablet ke dalam masing-masing chamber, dan hilangkan


gelembung udara dari permukaan sediaan Jika ada, kemudian nyalakan rotor
pengaduk dengan kecepatan 50 putaran per menit (toleransi 4%)

4. Ambil larutan disolusi dari dalam chamber sebanyak 5 mL menggunakan pipet


volume pada menit ke 5, 10, 20 dan 30

5. Setiap selesal pengambilan larutan disolusi, ditambahkan larutan dapar fosfat pH

5,8 yang baru sebanyak 5 mL ke dalam chamber.

6. Tentukan serapan larutan disolusi dengan hasil sampling pada waktu tertentu tadi

menggunakan alat spektrofotometer UV panjang gelombang maksimum 243 nm,

lakukan pengenceran jika diperlukan


7. Hitung nilai Q (%), DE, f2,dan f1

8. Analisis data

V. DATA DAN PERHITUNGAN


Kurva kalibrasi parasetamol dalam dapar fosfat pH 5,8

No Konsentrasi Absorbansi
1 2 0,251
2 4 0,366
3 6 0,526
4 10 0,764
5 12 0,891
6 8 0,874

Persamaan Kurva Baku :


A : 0,119
B : 0,064
r : 0,998
KELOMPOK 2
SAMPEL : PARACETAMOL

No t Absorbansi Konsentrasi K (mg) Faktor K %


menit (ppm) mg/L koreksi terkoreksi disolusi
1. 5 0,403 221,85 199,66 0 199,66 39,93
2. 10 0,542 330,45 297,40 1,109 298,50 59,7
3. 20 0,551 337,5 303,75 1,652 305,40 61,08
4. 30 0,603 378,1 340,29 1,687 341,97 68,39
Konsentrasi
- Menit ke 5
𝑦 ∶ 𝑎 + 𝑏𝑥
0,403 ∶ 0,119 + 0,064 𝑥
0,403 − 0,119 ∶ 0,064 𝑥
0,284 ∶ 0,064 𝑥
0,284
𝑥∶ 0,064
𝑥 ∶ 4,437
4,437 𝑥 50 ∶ 221,85

- Menit ke 10
𝑦 ∶ 𝑎 + 𝑏𝑥
0,542 ∶ 0,119 + 0,064 𝑥
0,542 − 0,119 ∶ 0,064 𝑥
0,423 ∶ 0,064 𝑥
0,423
𝑥∶ 0,064
𝑥 ∶ 6,609
6,609 𝑥 50 ∶ 330,45

- Menit ke 20
𝑦 ∶ 𝑎 + 𝑏𝑥
0,551 ∶ 0,119 + 0,064 𝑥
0,551 − 0,119 ∶ 0,064 𝑥
0,432 ∶ 0,064 𝑥
0,432
𝑥∶ 0,064
𝑥 ∶ 6,75
6,75 𝑥 50 ∶ 337,5

- Menit ke 30
𝑦 ∶ 𝑎 + 𝑏𝑥
0,603 ∶ 0,119 + 0,064 𝑥
0,603 − 0,119 ∶ 0,064 𝑥
0,484 ∶ 0,064 𝑥
0,484
𝑥∶ 0,064
𝑥 ∶ 7,562
7,562 𝑥 50 ∶ 378,1
K (mg)
- Menit ke 5
221,85
𝑥 900 ∶ 199,66
1000
- Menit ke 10
330,45
𝑥 900 ∶ 297,40
1000
- Menit ke 20
337,5
𝑥 900 ∶ 303,75
1000
- Menit ke 30
378,1
𝑥 900 ∶ 340,29
1000

Faktor koreksi
- Menit ke 5
5
𝑥0∶0
900
- Menit ke 10
5
𝑥 199,66 ∶ 1,109
900
- Menit ke 20
5
𝑥 297,40 ∶ 1,652
900
- Menit ke 30
5
𝑥 303,75 ∶ 1,687
900

K terkoreksi
- Menit ke 5
199,66 + 0 ∶ 199,66
- Menit ke 10
297,40 + 1,109 ∶ 298,50
- Menit ke 20
303,75 + 1,652 ∶ 305,40
- Menit ke 30
340,29 + 1,687 ∶ 341,97

% disolusi
- Menit ke 5
199,66
𝑥 100 % ∶ 39,93 %
500
- Menit ke 10
298,50
500
𝑥 100 % ∶ 59,7 %
- Menit ke 20
305,40
𝑥 100 % ∶ 61,08 %
500
- Menit ke 30
341,97
𝑥 100 % ∶ 68,39 %
500

KELOMPOK 4
SAMPEL : PANADOL

NO t Absorbansi Konsentrasi K (mg) Faktor K %


menit (ppm) mg/L koreksi terkoreksi disolusi
1. 5 0,650 414,84 373,35 0 373,35 74,67
2. 10 0,658 421,05 378,945 2,075 381,02 76,20
3. 20 0,665 426,5 383,85 2,105 385,955 77,19
4. 30 0,675 432,5 389,25 2,132 391,382 78,26

Konsentrasi
- Menit ke 5
𝑦 ∶ 𝑎 + 𝑏𝑥
0,650 ∶ 0,119 + 0,064 𝑥
0,650 − 0,119 ∶ 0,064 𝑥
0,531 ∶ 0,064 𝑥
0,531
𝑥 ∶ 0,064
𝑥 ∶ 8,296
8,296 x 50 ∶ 421,05
- Menit ke 10
𝑦 ∶ 𝑎 + 𝑏𝑥
0,658 ∶ 0,119 + 0,064 𝑥
0,658 − 0,119 ∶ 0,064 𝑥
0,539 ∶ 0,064 𝑥
0,539
𝑥 ∶ 0,064
𝑥 ∶ 8,421
8,421 𝑥 50 ∶ 421,05
- Menit ke 20
𝑦 ∶ 𝑎 + 𝑏𝑥
0,665 ∶ 0,119 + 0,064 𝑥
0,665 − 0,119 ∶ 0,064 𝑥
0,546 ∶ 0,064 𝑥
0,546
𝑥 ∶ 0,064
𝑥 ∶ 8,53
8,53 𝑥 50 ∶ 426,5

- Menit ke 30
𝑦 ∶ 𝑎 + 𝑏𝑥
0,673 ∶ 0,119 + 0,064 𝑥
0,673 − 0,119 ∶ 0,064 𝑥
0,554 ∶ 0,064 𝑥
0,554
𝑥∶ 0,064
𝑥 ∶ 8, 65
8,65 𝑥 50 ∶ 432,5
K (mg)
- Menit ke 5
414,84
𝑥 900 ∶ 373,35
1000
- Menit ke 10
421,05
𝑥 900 ∶ 378,945
1000
- Menit ke 20
426,5
𝑥 900 ∶ 383,85
1000
- Menit ke 30
432,5
𝑥 900 ∶ 389,25
1000

Faktor koreksi
- Menit ke 5
5
𝑥0∶0
900
- Menit ke 10
5
𝑥 373,35 ∶ 2,075
900
- Menit ke 20
5
𝑥 378,945 ∶ 2,105
900
- Menit ke 30
5
𝑥 383,85 ∶ 2,132
900

K terkoreksi
- Menit ke 5
373,35 + 0 ∶ 373,35
- Menit ke 10
378,945 + 2,075 ∶ 381,02
- Menit ke 20
383,85 + 2,105 ∶ 385,955
- Menit ke 30
389,25 + 2,132 ∶ 391,382

% disolusi
- Menit ke 5
373,35
𝑥 100 % ∶ 74,67 %
500
- Menit ke 10
381,02
𝑥 100 % ∶ 76,20 %
500
- Menit ke 20
385,955
𝑥 100 % ∶ 77,19%
500
- Menit ke 30
391,382
𝑥 100 % ∶ 78,26 %
500

NO T R (% disolusi panadol) T (% disolusi |R − T| |R − T|2


paracetamol)
1. 5 74,67 39,93 34,74 1206,86
2. 10 76,20 59,7 16,5 272,25
3. 20 77,19 61,08 16,11 259,53
4. 30 78,26 68,39 9,87 97,41
∑ 306,32 229,1 77,22 1836,05

∑|𝑅−𝑇| 77,22
𝐹1 ∶ 𝑥 100 ∶ 𝑥 100 ∶ 25.20 %
∑𝑅 306,32

100 100 100


𝐹2 ∶ 50 𝑥 log { 2
} ∶ 50 𝑥 log { } : 50 𝑥 log { } : 50 𝑥 log 4,6 ∶ 33
√1+ ∑|𝑅−𝑇| √1+
1836,05 √460,01
𝑛 4

VI. PEMBAHASAN DAN DISKUSI


Pada praktikum ini dilakukan uji disolusi terhadap tablet panadol sebagai innovator
dan tablet paracetamol generic, Uji Disolusi merupakan salah satu uji yang wajib digunakan
dalam berbagai bentuk sediaan farmasi yang diberi secara oral (seperti: suspensi, emulsi,
larutan, kaplet, kapsul dan tablet)
Uji disolusi penting dilakukan karena berkaitan dengan bioavalaibilitas dan
bioekivalensi obat. Dua produk disebut bioekivalen jika keduanya memberikan ekivalen
farmasetik dan pada pemberian dengan dosis yang sama akan menghasilkan biavailabilitas
yang sebanding sehingga efeknya akan sama dalam hal efikasi maupun keamanan. Uji
Ekivalensi in vitro yang selanjutnya disebut Uji Disolusi Terbanding adalah uji disolusi
komparatif yang dilakukan untuk menunjukkan similaritas profil disolusi antara obat uji
dengan obat inovator/komparator. Asetaminofen atau parasetamol adalah obat analgesik-
antipiretik yang populer dan banyak digunakan untuk meredakan sakit kepala, sakit ringan,
dan demam.
Asetaminofen banyak digunakan dalam sebagian besar resep karena aman dalam
dosis standar. Dari pengukuran kualitas farmasetika suatu sediaan yang mengandung bahan
aktif dan dosis yang sama serta rute pemberian yang sama tidak menjamin memberikan
ketersediaan farmasetika yang sama. Hal ini disebabkan oleh modifikasimodifikasi
formulasi yang dalakukan oleh masing-masing pabrik. Laju pelepasannya merupakan tahap
yang paling menentukan kecepatan bioavailabilitas obat
Produk yang pertama kali dijual dengan nama dagang dan dikembangkan oleh pabrik
yang memproduksinya sebagai obat setelah mengalami serangkaian pengujian dan
mendapatkan masa paten disebut dengan produk innovator,pada praktikum ini yang di
asumsikan produk innovator adalah tablet panadol, dan di bandingkan dengan tablet generic
paracetamol Uji disolusi terbanding dilakukan bertujuan untuk membandingkan profil
disolusi antara produk uji terhadap produk inovator.
Pada percobaan ini, pertama dilakukan permbuatan kurva kalibrasi sebelum mengukur
absorban larutan hasil uji disolusi. Kurva kalibrasi diperlukan untuk mengetahui
perbandingan pengaruh kadar analit dengan respon alat (instrument). Konsentrasi larutan
yang digunakan untuk penentuan kurva kalibrasi ini adalah 2, 4, 6, 8, 10, 12 ppm
masingmasing sebanyak 10 ml, yang dibuat dari pengenceran larutan induk 1000 ppm dalam
dapar fosfat pH 5,8. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang maksimum
Paracetamol, yaitu 243 nm (FI ed V).
Pada praktikum ini Metode uji disolusi yang digunakan adalah metode 2 yaitu metode
dayung/ paddle, pada alat ini digunakan dayung yang terdiri atas dayung dan batang seperti
pengaduk. Batang dari dayung tersebut sumbunya tidak lebih dari 2 mm dan berputar dengan
halus tanpa goyangan yang berarti. Jarak antara daun dan bagian dalam dasar wadah
dipertahankan selamapengujian berlangsung.
Pada uji disolusi praktikum ini Tablet yang diujikan sebanyak 6 tablet untuk
masingmasing paracetamol generic dan panadol Medium yang digunakan adalah dapar
fosfat pH 5,8 sebanyak 900 ml untuk masing-masing labu disolusi, Uji disolusi pada
praktikum ini dilakukan dengan pengaturan temperatur 37°C±0,5°C dan kecepatan putar
pengaduk 50 rpm
Pengaturan suhu dan kecepatan pengadukan pada uji disolusi ini yang dipertahankan
selalu pada kondisi konstan. Suhu diatur 37oC menyesuaikan dengan suhu tubuh Hal ini
dimaksudkan bila terjadi kenaikan suhu selain dapat meningkatkan gradien konsentrasi (Cs)
juga meningkatkan energi kinetika molekul obat yang besar kaitannya dengan tetapan difusi
(D), sehingga berpengaruh pada peningkatan kecepatan pelarutan obat. Selain itu, intensitas
pengadukan harus dijaga supaya tetap
Sedangkan adanya perubahan kecepatan pengadukan akan berpengaruh pada nilai h
yaitu tebalnya lapisan difusi atau stagnant layer juga akan mempengaruhi penyebaran
partikel. Pengadukan yang semakin cepat akan mempertipis stagnant layers yang terbentuk
serta akan memperluas permukaan partikel yang kontak dengan pelarut sehingga berdampak
pada peningkatan kecepatan pelarutan obat.
Pada praktikum ini pengambilan sampel dilakukan pada menit ke 5, 10, 20 dan 30
menit ,Saat pengambilan sampel cairan medium diganti dengan medium yang baru pada
suhu dan volume yang sama. Hal ini dimaksudkan agar pengujian disolusi berada di bawah
kondisi sink atau kondisi pengujian tanpa adanya pengaruh gradien konsentrasi. Waktu yang
diperlukan untuk menyatakan hasil uji kecepatan pelarutan adalah 30 menit
Menurut farmakope Indonesia ed IV halaman 650 hasil uji disolusi paracetamol dalam
waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80 % (Q) C8H9NO2 dari jumlah yang tertera
pada etiket. Dari hasil uji disolusi yang di dapatkan dari tablet innovator / panadol dan tablet
paracetamol generic yang di dapatkan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dimana dapat
dilihat pada data dalam waktu 10 menit saja tablet paracetamol generic dan tablet innovator
panadol telah menunjukkan % terdisolusi > 80 %, untuk tablet panadol % terdisolusi pada
menit ke 10 adalah 76,20% dan tablet paracetamol 59,7% dan pada waktu yang ke 30 menit
tablet panadol menunjukkan % disolusi 78,26% dan tablet paracetamol 68,39% namun pada
tablet paracetamol waktu terdisolusi pada menit ke 20 lebih kecil dibanding pada menit 30,
hal ini mungkin disebabkan oleh terjadinya kesalahan pada proses praktikum, misalnya
keterlambatan dalam pengambilan sampel yang terlewat dari waktu yang di tetapkan, atau
kesalahan pada proses pemipetan dan pengenceran.
Parameter yang dinilai dalam uji disolusi terbanding antara tablet innovator panadol
dan tablet paracetamol generic ini adalah Perbandingan dua produk atau formulasi atau
bentuk sediaan secara in-vitro adalah menggunakan disolusi terbanding. Perbandingan in-
vitro profil disolusi dapat menggunakan analisis faktor kemiripan (similarity factor - f2) dan
faktor keberbedaan (different factor – f1). Berdasarkan perhitungan didapat factor kemiripan
(f2) sebesar 33 dan factor keberbedaan sebesar (f1) 25,20%.

Selain itu Perbedaan laju disolusi antara tablet paracetamol dan tablet panadol ini
disebabkan oleh berbagai faktor seperti perbedaan bahan tambahan dalam formulasi, metode
pembuatan, prosedur kontrol kualitas dalam proses pembuatan, dan bahkan metode
penanganan, pengemasan, dan penyimpanan, Bentuk, zat khasiat, dan formula obat tidak
dapat diinformasikan oleh produsen, namun pada umumnya kandungan zat aktif obat generik
sama dengan obat dengan merek dagang. Perbedaan antara keduanya bukan pada zat
aktifnya, tetapi biasanya pada formula yang mencakup jenis dan konsentrasi bahan tambahan
dan eksipien yang digunakan.
Eksipien yang berbeda dari setiap perusahaan dapat berpengaruh pada pelepasan zat
aktif antara lain zat pengikat, penghancur, dan pelincir. Zat pengikat dibutuhkan karena
tablet diharapkan memenuhi syarat ketahanan agar tablet tidak rusak pada saat
pendistribusian, sementara zat penghancur bertujuan agar tablet cepat hancur dan
memberikan efek terapi segera, serta banyaknya zat pelincir dapat menghasilkan tablet yang
hidrofobik sehingga menghalangi hancurnya tablet dan pelepasan zat aktif tablet
peningkatan konsentrasi zat pengikat yang digunakan pada tablet akan menghasilkan
peningkatan kekerasan dan waktu hancur serta menurunkan kerapuhan tablet yang kemudian
mempengaruhi laju disolusi, Selain bahan pengikat, penambahan eksipien lain seperti
surfaktan turut menghasilkan perbedaan laju disolusi.

VII. KESIMPULAN
1. Disolusi merupakan salah satu control kualitas yang dapat digunakan untuk memprediksi
bioavailabilitas dan sebagai pengganti uji klinik untuk menilai bioekivalen. Komponen
yang penting dalam melakukan perubahan disolusi adalah wadah, pengadukan, suhu, dan
medium,
2. Berdasarkan uji disolusi secara in vitro yang telah dilakukan pada Paracetamol dan
Panadol bahwa kedua obat tersebut memiliki factor kemiripan (f2) sebesar 33 dan factor
keberbedaan sebesar (f1) 25,20%.
DAFTAR PUSTAKA

Akib, N et al. 2017. Penentuan Ekivalensi Antar Tablet Salbutamol Nama Generik Dengan
Merek Dagang. Jurnal Farmasi FIK 5(3).
BPOM. 2022. Tata Laksana Uji Bioekivalensi. Peraturan Badan Pengawas Obat dan
Makana Nomor 11 Tahun 2022.
Gunawi, dkk. 2011. Peningkatan laju disolusi tablet piroksikam menggunakan polisorbat
80. Jurnal Acta Pharmaciae Indonesia. Volume 1. Nomor 1.
Raini, Mariana. 2010. Uji Disolusi dan Penetapan Kadar Tablet Loratadin Inovator dan
Generik Bermerek. Media Litbang Kesehatan Vol. 20 No. 2.
Sipatuhar. Merna. 2010. Uji Disolusi Parasetamol dalam Omegrip Tablet secara
Spektrofotometri Ultra Violet di PT Mutiara Mukti Farma Medan. Medan
Universitas Sumatera Utara.
LAMPIRAN
1. Dissolution tester dan pembacaan abs sebelum pengenceran

2. Pengenceran

3. Pembacaan abs setelah pengenceran

Anda mungkin juga menyukai