Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR SEMIPADAT


“FORMULASI SEDIAAN CAIR - SIRUP”

DOSEN PENGAMPU:

apt. AGUS GUNAWAN, M.Farm.

KELOMPOK 1 [L]

Penyusun :

1. FATIKAH RAHMA DUHITTA (27216703A)

2. BUNGA SAFITRI (27216704A)

3. ENY SULASTRI (27216705A)

4. AFIF RUSHAN FIKRI (27216706A)

5. FANABILA PUTRI BHAYANGKARI (27216707A)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA

2024
I. TUJUAN PRAKTIKUM
a) Mahasiswa dapat merancang, membuat, dan mengevaluasi mutu sediaan suspensi
b) Mahasiswa memahami pengaruh suspending agent dalam formula sediaan suspensi

II. TEORI DASAR

Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat dalam bentuk halus yang
tidak larut tetapi terdispersi dalam cairan. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh
cepat mengendap, jika dikocok perlahan-lahan endapan harus segera terdispersi kembali.
Suspensi umumnya mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitasnya, sebagai
stabilisator dapat dipergunakan bahan-bahan disebut sebagai emulgator (Joenoes, 1990).

Suspensi juga dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel


obat yang terbagi secara halus (dikenal sebagai suspensoid) disebarkan secara merata
dalam pembawa dimana obat menunjukan kelarutan yang sangat minimum. Beberapa
suspensi resmi diperdagangkan tersedia dalam bentuk siap pakai, telah disebarkan dalam
cairan pembawa dengan atau tanpa penstabil dan bahan tambahan farmasetik lainnya
(Ansel, 1989).

Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi adalah:

1) Ukuran partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut
serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel
merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antara luas
penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin
besar ukuran partikel ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya (dalam
volume yang sama). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan
keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan
memperkecil ukuran partikel (Syamsuni, 2006).
2) Kekentalan (viskositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan
tersebut, makin kental susu caira kecepatan alirannya makin turun (kecil). Kecepatan
aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya partikel yang
terdapat didalamnya. Dengan demikian dengan menambah viskositas cairan, gerakan
turun dari partikel yang kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan
mudah dikocok dan dituang. Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum “STOKES”
(Syamsuni, 2006).
3) Sifat atau muatan partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam
campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan
terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut
dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah mempengaruhi sifat alam.
Maka kita tidak dapat mempengaruhinya (Syamsuni, 2006)

Faktor konsetrasi dan sifat dari partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak
dapat diubah lagi karena konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis dalamresep
dan sifat partikel merupakan sifat alam. Yang dapat diubah atau disesuaikan adalah
ukuran partikel dan viskositas (Syamsuni, 2006). Ukuran partikel dapat diperkecil
dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser colloid mill dan mortir.
Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan denan penambahan zat pengental
atau sering disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya bersifat
mudah berkembang dalam air (hidrokoloid) (Syamsuni, 2006).

III. ALAT DAN BAHAN

Alat Bahan
a) Neraca analitik g) Gelas ukur a) Serbuk Paracetamol
b) Beaker glas h) Mikroskop b) Propilen glikol
c) Batang pengaduk i) Tabung reaksi c) Pewarna
d) Piknometer d) Na benzoate
e) pH meter e) Akuades
f) Viskotester

IV. CARA KERJA


Prosedur Pembuatan Formula 2
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Campuran (Beaker glass 50 mL) : Melarutkan Na benzoate dengan 10 ml


akuades, mencampurkan ad homogen.
Memasukkan serbuk Paracetamol dalam beaker glass kemudian menambahkan
propilen glikol dan mengaduk ad homogen.

Memasukkan larutan pengawet ke dalam wadah berisi zat aktif (bilas wadah
dengan akuades secukupnya) dan mengaduk ad homogen

Menambahkan akuades sedikit demi sedikit hingga volume 500 ml

Menguji formula yang telah dibuat

Uji Mutu Fisik Suspensi

A) Uji Organoleptik

Melakukan pengamatan terhadap karakteristik sediaan sirup yang meliputi


bentuk, konsistensi, warna, aroma, dan rasa dari sirup.

B) Uji pH

Melakukan kalibrasi pH meter dengan cairan kalibrator pH 4, 7 dan 10.


Mengamati dan mencatat hasil kalibrasi untuk menentukan alat dalam kondisi
baik atau tidak.

Memastikan alat pH meter sudah dikalibrasi, dalam kondisi baik dan elektroda
dalam kondisi bersih. Jika kotor, bersihkan dahulu dengan menyemprotkan
akuades hingga bersih dan kemudian di lap dengan tisu hingga kering.

Memasukkan sampel sirup kedalam beaker glass 100 ml sebanyak kurang lebih
70 ml, kemudian celupkan elektroda pH meter ke dalam cairan sampel.

Mengamati dan tunggu hingga pH meter menghasilkan pembacaan pH yang stabil


C) Uji Viskositas

Menuangkan sampel yang akan diuji viskositasnya dalam beaker glass 100 ml.

Menyalakan alat viskotester dengan menekan tombol ON di bagian belakang alat,


dan tunggu proses autozero selesai.

Memasang spindel yang sesuai, kemudian setting alat hingga spindel direndam
dalam sampel sampai tanda batas yang ada di spindel.

Setting nomor spindel, kecepatan putaran, lama waktu pengujian di display alat
Lakukan pengujian (gunakan panel termometer jika perlu), pastikan torsi (torque)
yang ditunjukkan alat berkisar 10-90%

D) Uji Bobot Jenis

Menimbang bobot piknometer kosong catat hasilnya

Mengisi piknometer kosong tadi dengan akuades (air) yang baru dididihkan dan
sudah dinginkan hingga suhu 25", kemudian timbang dan catat hasilnya

Mengatur suhu zat uji hingga lebih kurang 20o, masukkan cairan ke dalam
piknometer.

Atur suhu piknometer yang telah diisi hingga suhu 25°, buang kelebihan zat uji
dan timbang. Kurangkan bobot piknometer kosong dari bobot piknometer yang
telah diisi. Bobot jenis suatu zat adalah hasil yang diperoleh dengan membagi
bobot zat dengan bobot air, dalam piknometer.
V. DATA HASIL
Nama Bahan F1 F2 F3 F4
Konsentrasi
Paracetamol 2,4 2,4 2,4 2,4
Propilenglikol 2 - 2 2
CMC Na - 1 2 -
Na benzoat 0,2 0,2 0,2 0,2

Al klorida 4%
- - -
heksahidrat 4/100 × 500 ml = 20 gram

Aquades ad 500 200 200 500

 FORMULA 1
1) Uji Organoleptik 2) Uji pH
 Bentuk = Cair  pH = 7,69
 Warna = Kuning 3) Pengujian Viskositas
 Bau = Bau khas obat  No. spindel =4
 Rasa = Pahit  Hasil = 1,5
4) Uji Bobot Jenis
 Piknometer kosong = 28,8320 gram
 Piknometer + Air = 78, 5624 gram
 Piknometer + Sampel = 78,6989 gram
 Bobot air = 78, 5624 gram - 28,8320 gram
= 49,7304 gram
 Bobot zat = 78,6989 gram - 28,8320 gram
= 49,8669 gram
Bobot zat
 Bj = 𝐵obot air
49,8669 gram
= 49,7304 gram

= 1,0027 gram / ml
5) Uji Ukuran Partikel (0,007)
 Partikel 1 = 3 skala
3 x 0,007 = 0,021 mm
 Partikel 2 = 2 skala
2 x 0,007 = 0,014 mm
 Partikel 3 = 3 skala
3 x 0,007 = 0,021 mm
0,021 mm+ 0,014 mm+ 0,021 mm
 = 0,01867 mm
3

6) Uji Pengendapan

Waktu Tinggi Pengendapan Waktu Tinggi Pengendapan

5 menit 3 cm 35 menit 4 cm

10 menit 4 cm 40 menit 4 cm

15 menit 4 cm 45 menit 4 cm

20 menit 4 cm 50 menit 4 cm

25 menit 4 cm 55 menit 4 cm

30 menit 4 cm 60 menit 4 cm

 FORMULA 2
1) Uji Organoleptik 2) Uji pH
 Bentuk = Cair  pH = 7,88
 Warna = Kuning 3) Pengujian Viskositas
 Bau = Bau khas obat  No. spindel =4
 Rasa = Pahit  Hasil = 16
4) Uji Bobot Jenis
 Piknometer kosong = 29,0316 gram
 Piknometer + Air = 79,2429 gram
 Piknometer + Sampel = 79,3052 gram
 Bobot air = 79,2429 gram - 29,0316 gram
= 50,2113 gram
 Bobot zat = 79,3052 gram - 29,0316 gram
= 50,2736 gram
Bobot zat
 Bj = 𝐵obot air
50,2736 gram
= 50,2113 gram

= 1,001 gram/ml
5) Uji Ukuran Partikel (0,007)
 Partikel 1 = 3 skala
3 x 0,007 = 0,021 mm
 Partikel 2 = 2 skala
2 x 0,007 = 0,014 mm
 Partikel 3 = 3 skala
3 x 0,007 = 0,021 mm
0,021 mm+ 0,014 mm+ 0,021 mm
 = 0,01867 mm
3

6) Uji Pengendapan

Waktu Tinggi Pengendapan Waktu Tinggi Pengendapan

5 menit 10 cm 35 menit 10 cm

10 menit 10 cm 40 menit 10 cm

15 menit 10 cm 45 menit 10 cm

20 menit 10 cm 50 menit 10 cm

25 menit 10 cm 55 menit 10 cm

30 menit 10 cm 60 menit 10 cm

 FORMULA 3
1) Uji Organoleptik 2) Uji pH
 Bentuk = Cair - Kental  pH = 7,00
 Warna = Kuning 3) Pengujian Viskositas
 Bau = Tidak berbau  No. spindel =3
 Rasa = Pahit  Hasil = 300
4) Uji Bobot Jenis
 Piknometer kosong = 27,5541 gram
 Piknometer + Air = 77,7181 gram
 Piknometer + Sampel = 76,6358 gram
 b-a (Bobot air) = 77,7181 gram - 27,5541 gram
= 50,1640 gram
 c-a (Bobot zat)= 76,6358 gram - 27,5541 gram
= 49,0817 gram
Bobot zat
 Bj = 𝐵obot air
49,0817 gram
= 50,1640 gram

= 0,9784 gram / ml
5) Uji Ukuran Partikel (0,007)
 Partikel 1 = 1 skala
1 x 0,007 = 0,007 mm
 Partikel 2 = 3 skala
3 x 0,007 = 0,021 mm
 Partikel 3 = 2 skala
2 x 0,007 = 0,014 mm
0,007 mm+ 0,021 mm+ 0,014 mm
 = 0,014 mm
3

6) Uji Pengendapan

Waktu Tinggi Pengendapan Waktu Tinggi Pengendapan

5 menit 10 cm 35 menit 10 cm

10 menit 10 cm 40 menit 10 cm

15 menit 10 cm 45 menit 10 cm

20 menit 10 cm 50 menit 10 cm

25 menit 10 cm 55 menit 10 cm

30 menit 10 cm 60 menit 10 cm
 FORMULA 4
1) Uji Organoleptik 2) Uji pH
 Bentuk = Cair (syrup)  pH = 3,41
 Warna = Kuning 3) Pengujian Viskositas
 Bau = Bau khas obat  No. spindel =4
 Rasa = Asam, asin, kecut  Hasil =2
4) Uji Bobot Jenis
 Piknometer kosong = 32,3256 gram
 Piknometer + Air = 79,1172 gram
 Piknometer + Sampel = 79,9939 gram
 Bobot air = 79,1172 gram-32,3256 gram
= 46,7916 gram
 Bobot zat = 79,9939 gram-32,3256 gram
= 47,6683 gram
Bobot zat
 Bj = 𝐵obot air
47,6683 gram
= 46,7916 gram

= 1,0187
5) Uji Ukuran Partikel (0,007)
 Partikel 1 = 2 skala
2 x 0,007 = 0,014 mm
 Partikel 2 = 2 skala
2 x 0,007 = 0,014 mm
 Partikel 3 = 2 skala
2 x 0,007 = 0,014 mm
0,014 mm+ 0,014 mm+ 0,014 mm
 = 0,014 mm
3


6) Uji Pengendapan

Waktu Tinggi Pengendapan Waktu Tinggi Pengendapan

5 menit 3 cm 35 menit 5 cm
10 menit 4 cm 40 menit 6 cm

15 menit 5 cm 45 menit 6 cm

20 menit 5 cm 50 menit 6 cm

25 menit 5 cm 55 menit 6 cm

30 menit 5 cm 60 menit 6 cm

VI. PEMBAHASAN
Pada kali ini kami melakukan praktikum Formulasi Sediaan Cair-Suspensi Cair
yang bertujuan untuk merancang, membuat dan mengevaluasi mutu sediaan suspensi.
Suspensi adalah suatu bentuk sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk
halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa, merupakan sistem heterogen
yang terdiri dari dua fase. Sediaan suspensi dapat diberikan secara oral dan parenteral.
Pada percobaan kali ini dibuat suspensi oral dengan mengevaluasi suspensi atau kontrol
kualitas yang meliputi, organoleptik, pH, bobot jenis, viskositas (cPs), tinggi
pengendapan, dan ukuran partikel.
Zat aktif yang digunakan dalam praktikum pembuatan suspensi adalah
Acetaminophenum dan bahan tambahan yang digunakan adalah Propilen glikol, na
CMC, Na benzoat, Al klorida heksahidrat dan Aquades.
Pada kelompok 1 menggunakan formula 2 yaitu menggunakan zat aktif
Paracetamol dan bahan tambahan berupa propilen glikol 2 ml, Na benzoat 0,2 gram, dan
aquades ad 500 ml. Pada kelompok 2 menggunakan formula 3 dengan zat aktif
Paracetamol dan bahan tambahan berupa Na CMC 2 gram, Na benzoat 0,4 gram, dan
aquades ad 200 ml.
Pada kelompok 3 menggunakan formula 5 dengan zat aktif Paracetamol dan
bahan tambahan berupa propilen glikol 4 ml, Na CMC 4 gram, Na benzoat 0,4 gram, dan
aquades ad 200 ml. Pada kelompok 4 menggunakan formula 6 dengan zat aktif
Paracetamol dan bahan tambahan berupa propilen glikol 2 ml, Na benzoat 0,2 gram, Al
klorida heksahidrat 20 gram, dan aquades ad 500 ml.
Dalam praktikum kali ini ada beberapa uji untuk mengevaluasi hasil dari sediaan
yang telah dibuat, antara lain adalah:
1) Uji Organoleptis
Merupakan cara pengujian dengan menggunakan indera manusia sebagai alat
utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk. Pengujian organoleptik
mempunyai peranan penting dalam penerapan mutu, dalam hal ini yang dilihat adalah
bentuk, konsistensi, warna, aroma dan rasa suspensi.
Pada kelompok 1 formula 2 diketahui karakteristik sediaan suspensi berupa
bentuk cair, konsistensi cair, warna kuning, aroma khas, dan rasa pahit. Pada kelompok
2 formula 3 warna suspensi kuning, aroma khas obat, dan rasa pahit.
Pada kelompok 3 formula 5 diketahui karakteristik sediaan suspensi berupa
konsistensi cair-kental, warna kuning, tidak beraroma, dan rasa pahit. Pada kelompok
4 formula 6 diketahui karakteristik sediaan suspensi berupa bentuk cair, warna kuning,
aroma khas, dan rasa asam asin kecut.
2) Uji Ph
Dalam uji kali ini menggunakan bantuan alat pH meter untuk mengukur sediaan
dalam suhu kamar. Uji pH merupakan salah satu parameter yang penting karena nilai
pH yang stabil dari larutan menunjukan bahwa proses distribusi dari bahan aktif dalam
sediaan merata. Nilai pH yang dianjurkan untuk sediaan suspensi adalah berkisar 4–7
(Farmakope Indonesia IV, 1995).
Pengukuran pH ini untuk mengetahui apakah pH obat sudah sesuai atau belum
dengan apa yang diinginkan. Dalam evaluasi sedian diperoleh hasil pH formula 2 yaitu
7,69, formula 3 yaitu 7,88, formula 5 yaitu 7,00, dan formula 6 yaitu 3,41.
Dari uji pH yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa formula 5 memiliki pH
yang baik yaitu masuk dalam range 4-7 sesuai Farmakope Indonesia. Untuk formula 2,
dan 3 memiliki nilai pH diatas 7 yang berarti basa, sedangkan formula 6 memiliki pH
dibawah 7 yang berarti asam. pH sediaan suspensi sedikit asam karena zat tambahan
(bahan pengawet) yang digunakan berupa asam benzoat dengan pH < 4,5 (Rowe, et
all.,2009).
3) Uji Viskositas
Dalam uji viskositas menggunakan bantuan alat Viskotester merk Brookfield
tipe DV2T. Prinsip kerja dari viscometer Brookfield ini adalah semakin kuat putaran
semakin tinggi viskositasnya sehingga hambatannya semakin besar. (Moechtar,1990).
Pada pengujian viskositas pada kelompok 1 didapatkan hasil viskositas 1,5
mpas dengan nomor spindel 4. Pengujian viskositas pada kelompok 2 didapatkan hasil
viskositas 16 mpas dengan nomor spindel 4. Pengujian viskositas pada kelompok 3
didapatkan hasil viskositas 300 mpas dengan nomor spindel 3. Sedangkan pengujian
viskositas pada kelompok 4 didapatkan hasil viskositas 2 mpas dengan menggunakan
spindel nomor 4. Pada pengujian viskositas menggunakan nomor spindel yang berbeda-
beda sehingga dapat diketahui bahwa Suspensi Paracetamol yang dibuat memiliki
kekentalan yang berbeda.
4) Pemeriksaan BJ
Uji lain yang dilakukan yaitu uji bobot jenis. Pengukuran bobot jenis dilakukan
dengan cara piknometer kosong yang bersih dan kering ditimbang, kemudian air suling
dimasukkan kedalam piknometer dan ditimbang beratnya, lalu piknometer dibersikan
dan dikeringkan.
Bobot jenis untuk sediaan dengan pembawa air harus > 1,00 g/mL, karena air
memiliki bobot jenis 1,00 g/mL. Sementara hasil uji bobot jenis yang dilakukan pada
kelompok 1 yaitu nilai BJ 1,0027 g/mL, nilai BJ kelompok 2 yaitu 1, nilai BJ kelompok
3 yaitu 0,9784, dan nilai BJ kelompok 4 yaitu 1,0187.
Perbedaan nilai BJ yang didapat kemungkinan disebabkan beberapa hal, seperti
adanya cairan yang tumpah yang membuat hasil bobot jenis dari sediaan lebih kecil dari
hasil pada literature yang didapatkan dan juga bisa disebabkan karena adanya kelebihan
dalam penambahan aquadest sehingga bobot jenis menjadi lebih besar dari literatur dan
terjadinya fase yang tergolong keliru selama pengerjaan.
5) Tinggi Pengendapan
Hasil dari uji pengendapan untuk suspensi pada kelompok 1 adalah 4 ml
sedangkan kelompok 4 sebanyak 6 ml. Sebaliknya pada kelompok 2 dan kelompok 3
tidak mengalami pengendapan. Sediaan suspensi yang mengendap mengalami flokulasi
yaitu partikel-partikel dalam suspensi memiliki kecenderungan untuk bersatu dan
membentuk suatu gumpalan sehingga mengendap didasar botol.
6) Rata-rata ukuran partikel
Evaluasi pada suspensi meliputi pengukuran diameter partikel dengan bantuan
mikroskop yang telah terkalibrasi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa suspensi
tersebut memiliki ukuran partikel kisaran 0-10 µm. Hal ini mencerminkan bahwa
suspensi memiliki ukuran partikel terbanyak pada kisaran ukuran yang sama.
Umumnya suspensi dikategorikan memiliki ukuran partikel yang ideal jika
berada dalam kisaran 10-50 µm. Apabila ukuran partikel terlalu kecil (<3µm)
menyebabkan suspensi mengikuti sistem dispersi koloid, dimana seharusnya adalah
dispersi kasar. Hal ini berakibat terjadinya interaksi antar partikel yang kemudian
membentuk agegrat yang kompak dan akhirnya terbentuk caking.

VII. KESIMPULAN
Kesimpulan dari laporan praktikum pembuatan Suspensi Paracetamol adalah bahwa
pembuatan Suspensi Paracetamol adalah proses yang relatif sederhana dan dapat
dilakukan dengan metode yang tepat. Dalam praktikum ini, kami berhasil menghasilkan
Suspensi Paracetamol dengan konsentrasi yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.

a. Suspensi Paracetamol yang dihasilkan memiliki karakteristik organoleptik yang


sesuai dengan harapan, termasuk warna, aroma, rasa, dan bentuk yang dapat diterima
oleh pengguna. Evaluasi organoleptik membantu memastikan bahwa produk tidak
hanya aman dan efektif, tetapi juga dapat diterima oleh konsumen.
b. Berdasarkan hasil praktikum, pH Suspensi Paracetamol yang dihasilkan belum
sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pengukuran pH membantu dalam
memastikan bahwa suspensi tersebut aman dan sesuai untuk dikonsumsi, serta pH
merupakan parameter penting yang memengaruhi stabilitas kimia obat.
c. Viskositas merupakan parameter penting yang memengaruhi sifat aliran dan
konsistensi suspensi. Berdasarkan hasil praktikum, viskositas Suspensi Paracetamol
yang dihasilkan berada dalam rentang yang diharapkan atau sesuai dengan standar
yang ditetapkan.
d. Dari hasil praktikum, berat jenis Suspensi Paracetamol yang dihasilkan berada dalam
rentang yang diharapkan atau sesuai dengan standar yang ditetapkan. Berat jenis sirup
tersebut dapat mempengaruhi kualitas dan kestabilan produk.
e. Tinggi pengendapan pada beberapa formula menunjukkan bahwa tingkat
pengendapan partikel dalam suspensi tidak memenuhi standar atau harapan yang
didinginkan.
f. Dari hasil praktikum menyatakan bahwa rata-rata ukuran partikel suspensi sesuai
dengan standar, sehingga semakin memperlambat gerakan partikel untuk
mengendap.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. C., Popovinch, N. G., and Allen L. V. 1995. Pharmaceutical Dosage Forms and
Drug Delivery Systems , sixth edition. London : Williams & Wilkins
Joenoes, N. Z. (1990). Penulisan Resep yang Rasional. Surabaya : Airlangga University
Press. Halaman 122
Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta:EGC
LAMPIRAN
LAMPIRAN LAPORAN RESMI

Anda mungkin juga menyukai