DOSEN PENGAMPU :
Drs. apt. WIDODO PRIYANTO, M.M.
DISUSUN OLEH :
Kelompok 2 Praktikum 6L
Bahan obat sebelum dibuat tablet pada umumnya dicampur terlebih dahulu
bentuk serbuk yang seragam, menyebabkan keseragaman pada bentuk tablet.
Persyaratan serbuk yang baik adalah bentuk dan warna teratur, memiliki daya alir
yang baik (free flowing) menunjukkan kekompakan mekanis yang memuaskan, tidak
terlalu kering, dna hancur baik didalam air. Beberapa uji yang biasa digunakan untuk
mengetahui kualitas fisik serbuk antara lain :
1) Waktu alir serbuk
Parameter yang digunakan untuk mengevaluasi massa tablet adalah
pemeriksaan laju alirnya. Massa tablet dimasukkan sampai penuh kedalam corong
alat uji waktu alir dan dirarakan. Waktu yang diperlukan seluruh massa untuk
melalui corong dan berat massa dicatat. Laju alir dinyatakan sebagai jumlah gram
massa tablet yang melalui corong perdetik.
2) Sudut diam serbuk
Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel
bentuk kerucut dengan bidang horizontal. Jika sejumlah granul atau serbuk
dituang kedalam alat pengukur, besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh
bentuk ukuran dan kelembaban serbuk. Bila sudut diam lebih kecil atau sama
dengan 30° menunjukan bahwa serbuk dapat mengalir bebas, bila sudut lebih
besar atau sama dengan 40° biasanya daya mengalirnya kurang baik.
3) Pengetapan serbuk
Pengukuran sifat alir dengan metode pengetapan/tapping terhadap sejumlah
serbuk dengan menggunakan alat volumeter/mechanical tapping device.
Pengetapan dilakukan dengan mengamati perubahan volume sebelum
pengetapan (vo) dengan volume setelah pengetapan (vt).
Formula
Nama Bahan
I II III IV V VI
Laktosa 40 35 30 25 20 15
Avicel PH 101 5 10 15 20 25 30
Talk
1 1 1 1 1 1
Mg Stearate
Jumlah 50 50 50 50 50 50
● Data Perhitungan
Formula 3 : total 50 gram
- Laktosa 30 gram
- Avicel PH 101 15 gram
- PVP 2,5 gram
- Explotab 2,5 gram
- Mg steorat
- Talk
Berat hasil pengeringan : 47 gram
d. Kompresibilitas
Volume awal = 100 ml
Volume 10x = 97 ml
Volume 500x = 91 ml
Volume 1250x= 88 ml
Kompresibilitas
Waktu Laju
LOD Sudut Indeks
Kelompok Alir Haunter alir MC (%)
(gram) diam penetapan
(dtk) ratio (g/dtk)
(%)
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan proses granulasi dengan metode basah.
Granulasi merupakan proses aglomerasi partikel-partikel serbuk kecil menjadi partikel
serbuk yang lebih besar sedangkan granulasi basah atau metode basah adalah proses
pencampuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan
menambahkan cairan pengikat sehingga terbentuk masa lembab yang dapat
digranulasi. Metode ini diawali dengan melakukan penimbangan pada semua bahan,
yaitu laktosa, Avicel PH 101, PVP dan Explotab. Laktosa, avicel PH 101, dan
Explotab di dalam mortir ditambahkan dengan PVP yang telah dilarutkan dengan
aquades hingga terbentuk massa granul yang elastis. Massa granul dilewatkan pada
ayakan no.16 mesh kemudian dikeringkan menggunakan oven pada suhu 50-60oC.
Granul yang telah kering diayak kembali menggunakan ayakan no.18 mesh.
Pengayakan bertujuan untuk membentuk suatu campuran dengan ukuran yang sama
rata. Setelah pengayakan, granul yang diperoleh ditimbang dan didapat berat granul
hasil pengeringan yaitu 47 gram. Pada proses pembuatan granul digunakan eksipien
sebagai bahan pengisi yaitu laktosa dan avicel PH 101, bahan pengikat yaitu PVP,
serta bahan penghancur (disintegrant) yaitu Explotab. Bahan pengisi digunakan untuk
menambah bobot sediaan sehingga sesuai untuk dikempa, memperbaiki
kompresibilitas dan sifat alir suatu bahan aktif. Bahan pengikat pada metode ini dapat
ditambahkan dalam bentuk kering atau dalam bentuk larutan (suspensi, solution atau
mucilago), pada percobaan ini ditambahkan dalam bentuk suspensi (PVP dilarutkan
dengan aquades). Dengan adanya bahan pengikat dalam bentuk cair, memudahkan
bahan pengikat membasahi permukaan partikel sehingga dapat mengikat partikel-
partikel serbuk menjadi satu kesatuan agar terbentuk granul yang kuat. Bahan
penghancur digunakan untuk mempercepat disintegrasi tablet sehingga meningkatkan
disolusi tablet.
Setelah diperoleh granul melalui metode granulasi basah, selanjutnya
dilakukan uji mutu atau evaluasi sifat fisik granul. Tujuan dari evaluasi sifat fisik
granul adalah untuk mengetahui apakah granul memenuhi persyaratan pengujian
sebelum dicetak menjadi tablet agar nantinya dapat diperoleh tablet dengan mutu
yang baik. Evaluasi sifat fisik granul meliputi pemeriksaan sudut diam, waktu alir,
penentuan LOD (Lost on Drying) atau susut pengeringan, kompresibilitas(indeks
pengetapan dan Hausner ratio), laju alir dan MC (Moisture Content) atau kandungan
lembab. Laju alir yang baik adalah tidak kurang dari 10 gram perdeik untuk 100 gram
granul. MC atau kandungan lembab granul tidak boleh lebih dari 3-5%. Pada proses
granulasi dilakukan variasi formula pada jumlah laktosa dan avicel PH 101 sehingga
didapat 6 kelompok formula yang berbeda-beda. Hal ini dilakukan untuk
membandingkan dan menentukan formulasi granul yang paling baik.
Pada kelompok 1 diperoleh penentuan LOD 28%, waktu alir 3,15 detik, sudut
diam 27,49 (excellent/sangat baik), indeks pengetapan 10,12 % (sangat baik sekali),
Hausner ratio 1,1125 (sangat baik sekali), laju alir 14,905 gr/detik, MC (Moisture
Content) 38,89% (tidak memenuhi syarat).
Pada kelompok 2 diperoleh penentuan LOD 4,5%, waktu alir 4 detik, sudut
diam 30,9638 (good/baik), indeks pengetapan 10 % (sangat baik sekali), Hausner ratio
1,11 (sangat baik sekali), laju alir 11,317 gr/detik, MC (Moisture Content) 4,92%
(memenuhi syarat).
Pada kelompok 3 diperoleh penentuan LOD 3%, waktu alir 5 detik, sudut
diam 30,9636 (good/baik), indeks pengetapan 12 % (sangat baik), Hausner ratio 1,136
(sangat baik), laju alir 9,4 gr/detik, MC (Moisture Content) 3,06% (memenuhi syarat).
Pada kelompok 4 diperoleh penentuan LOD 29,1%, waktu alir 4 detik, sudut
diam 29,2488 (sangat baik), indeks pengetapan 12 % (sangat baik), Hausner ratio
1,1363 (sangat baik), laju alir 12,70 gr/detik, MC (Moisture Content) 41,0437% (tidak
memenuhi syarat).
Pada kelompok 5 diperoleh penentuan LOD 6,1%, waktu alir 5,84 detik, sudut
diam 35,7538 (baik), indeks pengetapan 5 % (sangat baik sekali), Hausner ratio 1
(sangat baik sekali), laju alir 7,883 gr/detik, MC (Moisture Content) 6,5% (tidak
memenuhi syarat).
Pada kelompok 6 diperoleh penentuan LOD 5,5%, waktu alir 7 detik, sudut
diam 31,3246 (baik), indeks pengetapan 7 % (sangat baik sekali), Hausner ratio
1,0752 (sangat baik sekali), laju alir 6,64 gr/detik, MC (Moisture Content) 5,82%
(tidak memenuhi syarat).
Dari data hasil evaluasi sifat fisik granul, semua kelompok granul memberikan
hasil yang baik. Jika dibandingkan antar kelompok granul, maka pada kelompok 2
memberikan rata-rata hasil yang paling baik.
VII. KESIMPULAN
Granulasi merupakan proses aglomerasi partikel-partikel serbuk kecil menjadi
partikel serbuk yang lebih besar sedangkan granulasi basah atau metode basah adalah
proses pencampuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar
dengan menambahkan cairan pengikat sehingga terbentuk masa lembab yang dapat
digranulasi. Evaluasi sifat fisik granul yang dilakukan meliputi pemeriksaan sudut
diam, waktu alir, penentuan LOD (Lost on Drying) atau susut pengeringan,
kompresibilitas (indeks pengetapan dan Hausner ratio), laju alir dan MC (Moisture
Content) atau kandungan lembab.
Pada proses granulasi dilakukan variasi formula pada jumlah laktosa dan
avicel PH 101 sehingga didapat 6 kelompok formula yang berbeda-beda. Hal ini
dilakukan untuk membandingkan dan menentukan formulasi granul yang paling baik.
Jika dibandingkan antar kelompok granul, maka pada kelompok 2 memberikan rata-
rata hasil yang paling baik dengan penentuan LOD 4,5%, waktu alir 4 detik, sudut
diam 30,9638 (good/baik), indeks pengetapan 10 % (sangat baik sekali), Hausner ratio
1,11 (sangat baik sekali), laju alir 11,317 gr/detik, MC (Moisture Content) 4,92%
(memenuhi syarat).
DAFTAR PUSTAKA
Lachman, L dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi III. Jakarta : Universitas
Indonesia
Sulaiman, T. N. S . 2007. Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet. Yogyakarta :
Laboraturium Teknologi Farmasi UGM
Ansel. 1989. Pengantar bentuk sediaan farmasi edisi keempat. Jakarta : Universitas Indonesia
press
LAMPIRAN