Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN PADAT


“GRANULASI DAN EVALUASI DIFAT FISIK GRANUL”

DOSEN PENGAMPU :
Drs. apt. WIDODO PRIYANTO, M.M.

DISUSUN OLEH :
Kelompok 2 Praktikum 6L

1) FANABILA PUTRI BHAYANGKARI (27216707A)


2) SINDY PUSPITA SARI (27216708A)
3) LIESKE TRILIANSI (27216709A)
4) MAYA AGUSTINA WIJAYANTI (27216710A)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA
TAHUN 2023
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1) Mahasiswa dapat melakukan proses granulasi dengan tepat
2) Mahasiswa dapat melakukan evaluasi sifat fisik granul

II. DASAR TEORI


Granul adalah sediaan bentuk padat berupa partikel serbuk dengan
diameter 2-4 mikrometer dengan atau tanpa ventikulum (Lachman, 1994). Granulasi
adalah suatu proses pembesaran ukuran ketika partikel-partikel kecil dibentuk
menjadi gumpalan yang lebih besar, kuat secara fisik, sedangkan partikel orisinil
masih dapat diidentifikasi (Lachaman, 1994).
Tujuan dari proses granulasi, antara lain :
1) Mencegah segresi campuran serbuk
2) Memperbaiki sifat alir serbuk atau campuran, yang pada akhirnya dihasilkan
keseragaman dosis
3) Meningkatan densitas ruahan produk
4) Memperbaiki kompresibilitas serbuk
5) Mengontrol kecepatan pelepasan obat
6) Memperbaiki penampilan
7) Mengurangi terjadinya debu, dan kontaminasi pekerja oleh bahan obat (granulasi
basah)
Metode granulasi dibedakan menjadi dua, yaitu metode granulasi basah dan
metode granulasi kering.
1) Metode granulasi basah (wet granulation)
Granulasi basah merupakan suatu proses perubahan dari bentuk serbuk halus
menjadi granul dengan bantuan larutan bahan pengikat yang sesuai. Pada metode
granulasi basah ini bahan pengikat yang ditambahkan harus mempunyai jumlah
yang relatif cukup, karena kekurangan atau kelebihan sedikit saja bahan pengikat
akan menyebabkan granul yang tidak sesuai dengan yang diinginkan dan akan
mempengaruhi hasil akhir tablet. Adapun keuntungan metode granulasi basah:
a) Meningkatkan kohesifitas dan kompaktibilitas serbuk sehingga diharapkan
tablet yang dibuat dengan mengempa sejumlah granul pada tekanan kompresi
tertentu akan menjadi massa yang kompak, mempunyai penampilan, cukup
keras dan tidak rapuh.
b) Untuk obat dengan sifat kompaktibilitas rendah, dalam takaran tinggi dibuat
dengan metode ini tidak perlu bahan penolong yang menyebabkan bobot tablet
lebih besar.
c) Sistem granulasi basah mencegah terjadinya segregasi komponen penyusun
tablet yang homogen selama proses pencampuran.
d) Untuk yang hidrofob maka granulasi basah dapat memperbaiki kecepatan
pelarutan kecepatan obat dengan memilih bahan pengikat yang cocok.
Kelemahan granulasi basah yaitu tidak memungkinkan untuk dikerjakan pada
obat-obat yang sensitif terhadap kelembaban dan panas serta disolusi obat lebih
lambat. Pada metode ini memerlukan peralatan dan penanganan khusus serta
tenaga yang cukup besar.
2) Metode granulasi kering (dry granulation)
Metode pembuatan tablet yang digunakan jika dosis efektif terlalu tinggi untuk
pencetakan langsung, obatnya peka terhadap pemanasan, kelembaban, atau
keduanya yang mana merintangi dalam granulasi basah.
Pada metode granulasi kering, granul terbentuk oleh penambahan bahan
pengikat kedalam campuran serbuk obat dengan cara memadatkan massa yang
jumlahnya lebih besar (slugging) dari campuran serbuk, dan setelah itu
memecahkannya menjadi pecahan-pecahan kedalam granul yang lebih kecil.

Bahan obat sebelum dibuat tablet pada umumnya dicampur terlebih dahulu
bentuk serbuk yang seragam, menyebabkan keseragaman pada bentuk tablet.
Persyaratan serbuk yang baik adalah bentuk dan warna teratur, memiliki daya alir
yang baik (free flowing) menunjukkan kekompakan mekanis yang memuaskan, tidak
terlalu kering, dna hancur baik didalam air. Beberapa uji yang biasa digunakan untuk
mengetahui kualitas fisik serbuk antara lain :
1) Waktu alir serbuk
Parameter yang digunakan untuk mengevaluasi massa tablet adalah
pemeriksaan laju alirnya. Massa tablet dimasukkan sampai penuh kedalam corong
alat uji waktu alir dan dirarakan. Waktu yang diperlukan seluruh massa untuk
melalui corong dan berat massa dicatat. Laju alir dinyatakan sebagai jumlah gram
massa tablet yang melalui corong perdetik.
2) Sudut diam serbuk
Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel
bentuk kerucut dengan bidang horizontal. Jika sejumlah granul atau serbuk
dituang kedalam alat pengukur, besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh
bentuk ukuran dan kelembaban serbuk. Bila sudut diam lebih kecil atau sama
dengan 30° menunjukan bahwa serbuk dapat mengalir bebas, bila sudut lebih
besar atau sama dengan 40° biasanya daya mengalirnya kurang baik.
3) Pengetapan serbuk
Pengukuran sifat alir dengan metode pengetapan/tapping terhadap sejumlah
serbuk dengan menggunakan alat volumeter/mechanical tapping device.
Pengetapan dilakukan dengan mengamati perubahan volume sebelum
pengetapan (vo) dengan volume setelah pengetapan (vt).

III. ALAT DAN BAHAN


ALAT BAHAN
Timbangan analitik Aquadest
Kertas perkamen Laktosa
Gelas ukur Avicel PH 101
Cawan penguap Explotab
Batang pengaduk PVP
Sudip Mg. Stearat
Mortir dan stamper Talk
Ayakan no 16 dan 18
Oven
Alat moisture balance
Timer
Flow tester granul
Tapping device

IV. CARA KERJA


● Pembuatan granul metode granulasi basah
1) Menimbang laktosa 30 gr, Avicel PH 101 15 gr, PVP 2,5 gr dan
Explotab 2,5 gr
2) Memasukkan 10 ml aq dest ke dalam cawan penguap, kemudian
ditambahkan PVP diaduk ad larut
3) Mencampurkan Laktosa, Avicel PH 101 dan Explotab dalam mortir ad
hingga homogen
4) Menambahkan larutan PVP ke dalam mortir sedikit demi sedikit
sampai terbentuk masa granul yang elastis, jika perlu ditambahkan
aquadest.
5) Massa granul dilewatkan ayakan no.16 mesh kemudian dioven pada
suhu 50-60°C
6) Granul diayak menggunakan ayakan no.18 mesh
7) Menimbang granul yang diperoleh
● Penentuan LOD (Loss on drying)
1) Menyiapkan alat moisture balance
2) Menyalakan alat dan mengatur pada suhu 105°C
3) Menekan tombol jam untuk mengatur manual atau otomatis
4) Memasukkan neraca timbangan, menekan T untuk posisi 0,00
5) Memasukkan granul sebanyak 2 gram, kemudian tutup alat
6) Menekan tombol untuk mengaktifkan, tunggu layar hingga
menunjukkan angka penurunan berat sampel
7) Menunggu sampai alat berbunyi menandakan pengukuran sudah
berhenti
8) Menekan (%) untuk mengetahui presentase kadar air yang terukur
● Uji waktu alir dan sudut diam
1) Menyiapkan flow tester granul
2) Memasukkan granul ke dalam corong lewat bagian dinding corong.
3) Memastikan ujung corong berjarak 2-4 cm dari tumpukan granul
4) Membuka penutup bawah corong dan biarkan granul mengalir sampai
habis, mencatat waktu alir yang dibutuhkan dengan stopwatch
5) Sudut diam diukur dengan mengukur diameter dan tinggi granul
menggunakan jangka sorong
● Uji pengetapan (Carr’ index)
1) Menyiapkan tapping device
2) Memasukkan granul ke dalam gelas ukur sampai batas 100 ml
3) Melihat volumenya dan mencatat sebagai volume awal (V0)
4) Granul dimampatkan sampai volume konstan dan dicatat sebagai
volume akhir dengan cara :
❖ Melakukan pengetapan sebanyak 10x catat volume
❖ Melakukan pengetapan sebanyak 500x catat volume
❖ Melakukan pengetapan sebanyak 1250x catat volume
5) Menghitung selisih volume pada pengetapan 1250x dan 500x jika
selisih ≤ 2 mL maka volume pengetapan 1250x konstan
6) Menhitung insdeks pengetapan, Hausner ratio, bulk density / berat
jenis ruah, Tapped density / berat jenis mampat.

V. DATA DAN HASIL


 Rancangan Formula (gr)

Formula
Nama Bahan
I II III IV V VI

Laktosa 40 35 30 25 20 15

Avicel PH 101 5 10 15 20 25 30

PVP 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Explotab 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Talk
1 1 1 1 1 1
Mg Stearate

Jumlah 50 50 50 50 50 50

● Data Perhitungan
Formula 3 : total 50 gram
- Laktosa 30 gram
- Avicel PH 101 15 gram
- PVP 2,5 gram
- Explotab 2,5 gram
- Mg steorat
- Talk
Berat hasil pengeringan : 47 gram

Evaluasi Sifat Fisik :


a. LOD
Bobot awal : 2 gram
Bobot akhir : 1,94 gram
Susut pengeringan = (Bobot awal - akhir)/bobot awal x 100%
3% = (2 - x)/2 x 100%
2-x = (3% x 2)/100%
-x = 0,06 - 2
x = 1,94

b. Waktu Alir : 5 detik


c. Sudut diam
h = 3,5 cm
d = 11,5 cm
tan x = (2h / d)
x = anti tan (2h / d)
= anti tan (2 . 3,5)/11.5
= anti tan 0,6
= 30,9637.

d. Kompresibilitas
Volume awal = 100 ml
Volume 10x = 97 ml
Volume 500x = 91 ml
Volume 1250x= 88 ml

Indeks penetapan = {(Vo - Vt)/Vo} x 100%


= {(100 - 88)/100} x 100%
= 12%

Haunter ratio = Vo/Vt


= 100/88
= 1,136

e. Laju alir = Bobot granul/ waktu alir


= 47 gram/5 detik
= 9,4 g/s

f. MC (Kandungan lembab) = (Bobot awal - Bobot akhir)/bobot akhir x 100%


= (2 - 1,94)/1,94 x 100%
= 3,09 %

● Data Semua Kelompok

Kompresibilitas
Waktu Laju
LOD Sudut Indeks
Kelompok Alir Haunter alir MC (%)
(gram) diam penetapan
(dtk) ratio (g/dtk)
(%)

1 1,4688 3,15 27,49 10,12 1,1125 14,905 38,89

2 2,0342 4 30,9638 10 1,11 11,317 4,92

3 1,94 5 30,9636 12 1,136 9,4 3,06

4 1,418 4 29,2488 12 1,1363 12,70 41,0437

5 6,1 5,84 35,7538 5 1 7,883 6,5

6 1,89 7 31,3246 7 1,0752 6,64 5,82

VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan proses granulasi dengan metode basah.
Granulasi merupakan proses aglomerasi partikel-partikel serbuk kecil menjadi partikel
serbuk yang lebih besar sedangkan granulasi basah atau metode basah adalah proses
pencampuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan
menambahkan cairan pengikat sehingga terbentuk masa lembab yang dapat
digranulasi. Metode ini diawali dengan melakukan penimbangan pada semua bahan,
yaitu laktosa, Avicel PH 101, PVP dan Explotab. Laktosa, avicel PH 101, dan
Explotab di dalam mortir ditambahkan dengan PVP yang telah dilarutkan dengan
aquades hingga terbentuk massa granul yang elastis. Massa granul dilewatkan pada
ayakan no.16 mesh kemudian dikeringkan menggunakan oven pada suhu 50-60oC.
Granul yang telah kering diayak kembali menggunakan ayakan no.18 mesh.
Pengayakan bertujuan untuk membentuk suatu campuran dengan ukuran yang sama
rata. Setelah pengayakan, granul yang diperoleh ditimbang dan didapat berat granul
hasil pengeringan yaitu 47 gram. Pada proses pembuatan granul digunakan eksipien
sebagai bahan pengisi yaitu laktosa dan avicel PH 101, bahan pengikat yaitu PVP,
serta bahan penghancur (disintegrant) yaitu Explotab. Bahan pengisi digunakan untuk
menambah bobot sediaan sehingga sesuai untuk dikempa, memperbaiki
kompresibilitas dan sifat alir suatu bahan aktif. Bahan pengikat pada metode ini dapat
ditambahkan dalam bentuk kering atau dalam bentuk larutan (suspensi, solution atau
mucilago), pada percobaan ini ditambahkan dalam bentuk suspensi (PVP dilarutkan
dengan aquades). Dengan adanya bahan pengikat dalam bentuk cair, memudahkan
bahan pengikat membasahi permukaan partikel sehingga dapat mengikat partikel-
partikel serbuk menjadi satu kesatuan agar terbentuk granul yang kuat. Bahan
penghancur digunakan untuk mempercepat disintegrasi tablet sehingga meningkatkan
disolusi tablet.
Setelah diperoleh granul melalui metode granulasi basah, selanjutnya
dilakukan uji mutu atau evaluasi sifat fisik granul. Tujuan dari evaluasi sifat fisik
granul adalah untuk mengetahui apakah granul memenuhi persyaratan pengujian
sebelum dicetak menjadi tablet agar nantinya dapat diperoleh tablet dengan mutu
yang baik. Evaluasi sifat fisik granul meliputi pemeriksaan sudut diam, waktu alir,
penentuan LOD (Lost on Drying) atau susut pengeringan, kompresibilitas(indeks
pengetapan dan Hausner ratio), laju alir dan MC (Moisture Content) atau kandungan
lembab. Laju alir yang baik adalah tidak kurang dari 10 gram perdeik untuk 100 gram
granul. MC atau kandungan lembab granul tidak boleh lebih dari 3-5%. Pada proses
granulasi dilakukan variasi formula pada jumlah laktosa dan avicel PH 101 sehingga
didapat 6 kelompok formula yang berbeda-beda. Hal ini dilakukan untuk
membandingkan dan menentukan formulasi granul yang paling baik.
Pada kelompok 1 diperoleh penentuan LOD 28%, waktu alir 3,15 detik, sudut
diam 27,49 (excellent/sangat baik), indeks pengetapan 10,12 % (sangat baik sekali),
Hausner ratio 1,1125 (sangat baik sekali), laju alir 14,905 gr/detik, MC (Moisture
Content) 38,89% (tidak memenuhi syarat).
Pada kelompok 2 diperoleh penentuan LOD 4,5%, waktu alir 4 detik, sudut
diam 30,9638 (good/baik), indeks pengetapan 10 % (sangat baik sekali), Hausner ratio
1,11 (sangat baik sekali), laju alir 11,317 gr/detik, MC (Moisture Content) 4,92%
(memenuhi syarat).
Pada kelompok 3 diperoleh penentuan LOD 3%, waktu alir 5 detik, sudut
diam 30,9636 (good/baik), indeks pengetapan 12 % (sangat baik), Hausner ratio 1,136
(sangat baik), laju alir 9,4 gr/detik, MC (Moisture Content) 3,06% (memenuhi syarat).
Pada kelompok 4 diperoleh penentuan LOD 29,1%, waktu alir 4 detik, sudut
diam 29,2488 (sangat baik), indeks pengetapan 12 % (sangat baik), Hausner ratio
1,1363 (sangat baik), laju alir 12,70 gr/detik, MC (Moisture Content) 41,0437% (tidak
memenuhi syarat).
Pada kelompok 5 diperoleh penentuan LOD 6,1%, waktu alir 5,84 detik, sudut
diam 35,7538 (baik), indeks pengetapan 5 % (sangat baik sekali), Hausner ratio 1
(sangat baik sekali), laju alir 7,883 gr/detik, MC (Moisture Content) 6,5% (tidak
memenuhi syarat).
Pada kelompok 6 diperoleh penentuan LOD 5,5%, waktu alir 7 detik, sudut
diam 31,3246 (baik), indeks pengetapan 7 % (sangat baik sekali), Hausner ratio
1,0752 (sangat baik sekali), laju alir 6,64 gr/detik, MC (Moisture Content) 5,82%
(tidak memenuhi syarat).
Dari data hasil evaluasi sifat fisik granul, semua kelompok granul memberikan
hasil yang baik. Jika dibandingkan antar kelompok granul, maka pada kelompok 2
memberikan rata-rata hasil yang paling baik.

VII. KESIMPULAN
Granulasi merupakan proses aglomerasi partikel-partikel serbuk kecil menjadi
partikel serbuk yang lebih besar sedangkan granulasi basah atau metode basah adalah
proses pencampuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar
dengan menambahkan cairan pengikat sehingga terbentuk masa lembab yang dapat
digranulasi. Evaluasi sifat fisik granul yang dilakukan meliputi pemeriksaan sudut
diam, waktu alir, penentuan LOD (Lost on Drying) atau susut pengeringan,
kompresibilitas (indeks pengetapan dan Hausner ratio), laju alir dan MC (Moisture
Content) atau kandungan lembab.
Pada proses granulasi dilakukan variasi formula pada jumlah laktosa dan
avicel PH 101 sehingga didapat 6 kelompok formula yang berbeda-beda. Hal ini
dilakukan untuk membandingkan dan menentukan formulasi granul yang paling baik.
Jika dibandingkan antar kelompok granul, maka pada kelompok 2 memberikan rata-
rata hasil yang paling baik dengan penentuan LOD 4,5%, waktu alir 4 detik, sudut
diam 30,9638 (good/baik), indeks pengetapan 10 % (sangat baik sekali), Hausner ratio
1,11 (sangat baik sekali), laju alir 11,317 gr/detik, MC (Moisture Content) 4,92%
(memenuhi syarat).
DAFTAR PUSTAKA

Lachman, L dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi III. Jakarta : Universitas
Indonesia
Sulaiman, T. N. S . 2007. Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet. Yogyakarta :
Laboraturium Teknologi Farmasi UGM
Ansel. 1989. Pengantar bentuk sediaan farmasi edisi keempat. Jakarta : Universitas Indonesia
press

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai