Disusun oleh
Nama : Severina Effendi
NRP : 110119001
KP :F
Kelompok :1
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SURABAYA
GENAP 2021-2022
7. KONTROL KUALITAS
1.1 KONTROL KUALITAS GRANUL
Kontrol kualitas granul meliputi:
1. Distribusi ukuran partikel
Distribusi ukuran partikel mempengaruhi kemampuan alir granul. Distribusi ukuran
yang luas mengakibatkan aliran yang tidak seragam ke dalam ruang kompresi sehingga
keseragaman bobot tablet terpengaruh. Untuk mendapatkan tablet yang baik, distribusi
ukuran harus sesuai dengan kurva distribusi normal dengan sejumlah kecil fines dan
coarse. Bentuk granul yang baik adalah sferis, karena bentuk ini mengurangi gesekan
antar partikel, mempunyai sifat alir yang baik dan relatif tidak bermuatan
Prosedur merujuk pada Farmakope Indonesia VI <1141> Pengayak dan Derajat
Halus Serbuk. Tuliskan pada jurnal dan laporan metode penetapan keseragaman
derajat halus sesuai Farmakope Indonesia.
Prosedur Kerja:
1) Timbang 100 g granul.
2) Timbang bobot masing-masing pengayak dan pan penampung yang akan
digunakan.
3) Susun pengayak-pengayak tersebut dengan ukuran lubang terbesar diletakkan
diatas dan pan penampung di bawah.
4) Letakkan susunan pengayak tersebut diatas “Retsch Vibrator”.
5) Letakkan granul yang telah ditimbang pada pengayak paling atas, tutup dan
kencangkan.
6) Getarkan pengayak dengan getaran amplitude sebesar 60 Herts selama 20 menit.
7) Timbang bobot masing-masing pengayak dan granul yang terdapat di dalamnya.
8) Hitung bobot granul yang terdapat pada masing-masing pengayak dan pada pan
penampung tersebut.
9) Buatlah tabel dan kurva distribusi ukuran granul yang diperoleh.
Hasil pengamatan:
1) Tabel Distribusi Ukuran
Pengayak Bobot pengayak Bobot granul
Mesh D (µm) Bobot (g) + granul gram % % kumulatif
JUMLAH
Keterangan: D = diameter
3. Prosentase fines
Fines adalah partikel-partikel dengan ukuran < 100 µm
Hasil Pengamatan:
Persyaratan: jumlah fines yang diperbolehkan dalam suatu massa tablet sekitar 10-20%.
Pustaka: Murtini, G., Elisa, Y., 2018. Teknologi Sediaan Solid. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan. (halaman 208)
Kesimpulan:
Alat-alat:
1) Piknometer
2) Timbangan
Prosedur kerja:
1) Timbang piknometer kosong.
2) Isi piknometer dengan cairan dan bersihkan kelebihan pada ujungnya. Timbang
piknometer + cairan.
3) Hitung bobot cairan.
4) Tuang sebagian cairan (2–3 cc) ke dalam tabung bersih, timbang bobotnya.
5) Timbang teliti 1–1,5 g bahan.
6) Masukkan secara kuantitatif bahan tersebut kedalam piknometer yang berisi
cairan. Sebagian, timbang bobotnya.
7) Tambahkan cairan ke dalam piknometer sampai tanda batas dan timbang
bobotnya.
8) Hitung bobot jenis benar.
Hasil Pengamatan:
Bobot piknometer + cairan saja = ……………… g
Bobot piknometer kosong = …...…………. g
Bobot cairan = ……………… g
ρ cairan = bobot cairan/volume cairan
= ………………….
Bobot piknometer + cairan sebagian + granul = …………….. g
Bobot piknometer + cairan sebagian = …………….. g
Bobot granul = …………….. g
= ………………. ml
Prosedur Alirkan serbuk dalam jumlah berlebih melalui alat tersebut ke dalam
wadah penampung (yang telah ditara) sampai melimpah. Gunakan wadah
penampung dengan volume minimum 25 cm3 untuk bentuk persegi dan 35 cm3
untuk bentuk silinder. Hati-hati mengikis kelebihan serbuk dari atas wadah yaitu
dengan cara gerakan perlahan pinggiran spatula yang tajam secara tegak lurus
dengan permukaan atas wadah itu, pertahankan posisi spatula tegak lurus guna
menjaga kemasan atau mengikis serbuk dari wadah. Bersihkan dinding luar wadah,
dan tentukan bobot, M, dari serbuk dengan tingkat akurasi 0,1%. Hitung kerapatan
𝑀
ruahan, dalam g per mL, dengan rumus: 𝑉𝑜
Vo adalah volume wadah dalam mL. Hitung rata-rata dari tiga pengukuran
menggunakan tiga contoh serbuk yang berbeda.
Prosedur Sejumlah serbuk yang mencukupi untuk pengujian jika perlu diayak
dengan ayakan yang memiliki lubang ayakan yang lebih besar atau sama dengan
1,0 mm untuk memecah gumpalan yang mungkin terbentuk selama penyimpanan
sehingga memungkinkan contoh mengalir bebas ke dalam bejana pengukur (yang
telah ditara) sampai berlebih. Secara hati-hati kikis kelebihan serbuk dari bagian
atas bejana pengukur seperti yang dijelaskan pada Metode II. Tentukan bobot (Mo)
serbuk dengan pendekatan 0,1%. Hitung kerapatan serbuk ruahan (g/mL) dengan
rumus Mo/100, dan catat rata-rata tiga pengukuran menggunakan tiga contoh
serbuk yang berbeda.
Alat-alat:
1) Gelas ukur
2) Timbangan
Prosedur Kerja:
1) Timbang bahan sejumlah 40 – 130 g pada kertas timbang.
2) Tuangkan bahan tersebut ke dalam gelas ukur 250 ml yang dimiringkan pada
sudut 45° dengan cepat (dapat melalui corong).
3) Tegakkan gelas ukur dan goyangkan dengan cepat untuk meratakan
permukaan bahan dan baca volumenya (ml).
4) Hitung bobot jenis nyata dengan rumus sebagai berikut:
ρ nyata = W/V g/ml
5) Dapat dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.
Hasil pengamatan:
Replikasi W (g) V (ml) ρ nyata (g/ml)
1
2
3
Rerata
Metode I
Peralatan Alat (Gambar 3) terdiri dari:
• Sebuah gelas ukur 250 mL (skala 2 mL dengan massa 220 ± 44g)
• Sebuah alat pemampat yang mampu menghasilkan 250±15 ketukan per
menit dari ketinggian 3±0,2 mm atau 300±15 ketukan dari ketinggian 14±2
mm.
• Penyangga gelas ukur dengan massa 450±10 g.
Prosedur Lakukan seperti yang dijelaskan di atas untuk penentuan volume ruah
(Vo). Pasang gelas ukur pada penyangga. Lakukan 10, 500, dan 1250 ketukan pada
contoh serbuk yang sama dan baca V10, V500, V1250 ke satuan gelas ukur terdekat.
Jika perbedaan antara V500 dan V1250 kurang dari atau sama dengan 2 mL, maka
V1250 adalah volume pemampatan. Jika perbedaan antara V500 dan V1250 melebihi 2
mL, ulangi peningkatan seperti pengetukan 1250, hingga perbedaan antara
pengukuran kurang dari atau sama dengan 2 mL. Mungkin diperlukan pengetukan
yang lebih sedikit untuk beberapa jenis serbuk, saat divalidasi. Hitung kerapatan
serbuk mampat (g/mL) dengan menggunakan rumus M/VF, VF adalah volume
setelah pengetukan akhir. Lakukan pengukuran secara berulang. Tetapkan
ketinggian jatuh serta hasilnya. Jika tidak mungkin untuk menggunakan 100-g
contoh uji, gunakan contoh yang dikurangi jumlahnya dan gelas ukur 100-mL
(skala 1mL) dengan berat 130 ± 16 g dan terpasang pada dudukan dengan berat 240
± 12 g. Jika perbedaan antara V500 dan V1250 kurang dari atau sama dengan 1 mL,
maka V1250 adalah volume pemampatan. Jika perbedaan antara V500 dan V1250
melebihi 1 mL, ulangi peningkatan seperti pengetukan 1250, hingga perbedaan
antara pengukuran kurang dari atau sama dengan 1 mL. Modifikasi kondisi uji
cantumkan dalam laporan hasil.
Metode II
Peralatan dan Prosedur Lakukan seperti yang tertera pada Metode I kecuali bahwa
alat uji mekanik memberikan tetesan tetap sebesar 3 ± 0,2 mm pada kecepatan 250
ketukan per menit.
Metode III
Peralatan dan Prosedur Lakukan seperti tertera pada Metode III Pengukuran
Menggunakan Bejana Pengukur dalam Kerapatan Serbuk Ruahan untuk mengukur
kerapatan serbuk mampat menggunakan perlengkapan bejana tertutup seperti
Gambar 2. Bejana pengukur yang dilengkapi dengan penutup, diangkat 50-60 kali
per menit menggunakan alat uji kerapatan serbuk mampat yang sesuai. Lakukan
200 kali pengetukan, buka penutup, dan secara hati-hati kikis kelebihan serbuk dari
atas bejana pengukur seperti yang dijelaskan dalam Metode III Pengukuran
Menggunakan Bejana Pengukur untuk mengukur kerapatan serbuk ruahan. Ulangi
prosedur menggunakan 400 kali pengetukan. Jika perbedaan antara dua massa
setelah 200 dan 400 pengetukan melebihi 2%, lakukan pengujian menggunakan
tambahan 200 kali pengetukan lagi sampai diperoleh perbedaan antara kedua
pengukuran kurang dari 2%. Hitung kerapatan serbuk mampat (g/mL) dengan
rumus MF/100, MF adalah massa serbuk pada bejana pengukur. Hitung rata-rata dari
tiga pengukuran menggunakan tiga contoh serbuk yang berbeda.
Alat-alat:
1) Gelas ukur
2) Timbangan
3) Alat pengetuk (tapping machine)
Prosedur kerja:
1) Setelah pembacaan volume nyata pada pengukuran bobot jenis nyata,
letakkan gelas ukur yang berisi bahan tersebut pada alat pengetuk (tapping
machine).
2) Jalankan alat dan amati volume bahan pada ketukan 10, 500, sampai 1250
ketukan (bisa diulangi lagi dengan interval 1250 ketukan apabila selisih
volumenya masih lebih dari 2 ml).
3) Catat volume bahan dalam gelas ukur pada tiap ketukan tersebut, sampai
pengamatan menunjukkan volume yang tetap atau mampat (V1 ml), yaitu
selisih dengan volume sebelumnya kurang dari sama dengan 2 ml.
4) Hitung bobot jenis mampat dengan rumus sebagai berikut:
ρ mampat = W/V1 g/ml
Hasil Pengamatan:
Interval Pengetukan Volume (ml)
1 2 3
10
500
1250
….
….
ρ1 = ………………….. g/ml
ρ2 = ………………….. g/ml ρ mampat rata-rata = …………… g/ml
ρ3 = ………………….. g/ml
• Rasio Hausner
Hausner Ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Hausner Ratio = ρ mampat / ρ nyata
Hasil perhitungan: Hausner Ratio = …………………
Persyaratan:
Flow character Hausner ratio
Excellent 1,00 – 1,11
Good 1,12 – 1,18
Fair 1,19 – 1,25
Passable 1,26 – 1,34
Poor 1,35 – 1,45
Very poor 1,46 – 1,59
Very, very poor > 1,60
Pustaka: USP 41 <1174> p.7483
Kesimpulan:
Alat:
1) Ohaus Moisture Content Apparatus
Prosedur Kerja:
1) Timbang 5 g bahan, ratakan permukaannya pada wadah. Catat bobot granul yang
tertera pada alat (W).
2) Tutup alat dan tekan start untuk menyalakan lampu pemanas di atas granul (proses
pengeringan dimulai).
3) Pada saat proses pengeringan berlangsung, setiap 15 menit akan ditunjukkan
bobot bahan, proses pengeringan sempurna bila setelah interval 3 x 15 menit
menunjukkan tidak terjadinya perubahan bobot bahan (perhatikan kurva pada alat
sudah konstan). Catat bobot granul yang sudah kering pada alat (Wo).
4) Hitunglah kandungan lembab dengan rumus sebagai berikut:
𝑊−𝑊𝑜
% MC = x 100%
𝑊𝑜
𝑊−𝑊𝑜
% LOD = x 100%
𝑊
% MC = % kandungan lembab
% LOD = % susut pengeringan
W = bobot sampel basah
Wo = bobot sampel kering
Hasil Pengamatan:
No. W (g) Wo (g) % MC % LOD
1.
2.
3.
Rerata
Metode Dasar
Ada berbagai metode yang dijelaskan dalam literatur. Metode yang paling umum
untuk menentukan laju aliran melalui lubang dapat diklasifikasikan berdasarkan
tiga variabel eksperimental penting:
1. Jenis wadah yang digunakan untuk menampung serbuk. Wadah umum
adalah silinder, corong, dan hopper.
2. Ukuran dan bentuk lubang yang digunakan. Diameter dan bentuk lubang
merupakan faktor penting dalam menentukan laju alir serbuk.
3. Metode pengukuran laju alir serbuk. Laju aliran dapat diukur secara terus
menerus menggunakan neraca elektronik dengan semacam alat perekam
(strip chart recorder, komputer). Laju alir sebuk juga dapat diukur dalam
sampel diskrit (misalnya, waktu yang dibutuhkan 100 g serbuk untuk
melewati lubang hingga sepersepuluh detik terdekat atau jumlah serbuk
yang melewati lubang dalam 10 detik hingga sepersepuluh gram terdekat).
Alat-alat:
1) Corong standar
2) Stopwatch
Prosedur Kerja:
1) Pasang corong pada statif dengan jarak ujung pipa bagian bawah ke bidang
datar = 10,0 ± 0,2 cm.
2) Timbang teliti bahan sejumlah 100 g (W).
3) Tuang bahan tersebut ke dalam corong dengan dasar lubang corong ditutup.
4) Buka tutup dasar lubang corong sambil menyalakan stopwatch.
5) Catat waktu yang diperlukan mulai bahan mengalir sampai bahan dalam
corong habis (t).
6) Lakukan replikasi sebanyak 3 kali.
7) Hitung kecepatan alir dengan rumus sebagai berikut:
Kecepatan alir = W / t g/detik
Hasil Pengamatan:
No. W (g) t (detik) Kecepatan alir (g/detik)
1.
2.
3.
Rerata
Persyaratan:
> 10 g/s Free flowing
4 – 10 g/s Easy flowing
1,6 – 4 g/s Cohesive
< 1,6 g/s Very cohesive
Pustaka: Aulton, M.E., 2002. Pharmaceutics: The Science of Dosage Form
Design. Livingstone C. Elsevier Science Ltd. (page 207)
Kesimpulan:
b. Sudut Istirahat
Penentuan sudut istirahat dapat dilakukan bersama-sama dengan penentuan
kecepatan alir.
USP 41 <1174> page 7482-7483:
<1174> POWDER FLOW
ANGLE OF REPOSE
Sudut istirahat telah digunakan di beberapa cabang ilmu pengetahuan untuk
mengkarakterisasi sifat aliran zat padat. Sudut istirahat adalah karakteristik yang
berkaitan dengan gesekan antar partikel atau resistensi terhadap gerakan antar
partikel. Hasil uji sudut istirahat dilaporkan sangat bergantung pada metode yang
digunakan. Sudut istirahat adalah sudut tiga dimensi yang konstan (relatif
terhadap alas horizontal) yang diasumsikan oleh tumpukan bahan seperti kerucut
yang dibentuk oleh salah satu dari beberapa metode yang berbeda.
Metode Dasar
Metode yang paling umum untuk menentukan sudut istirahat statis dapat
diklasifikasikan berdasarkan dua variabel eksperimental penting berikut:
1. Ketinggian “corong” yang dilalui serbuk dapat dipasang relatif terhadap
alasnya, atau tingginya dapat divariasikan saat tumpukan terbentuk.
2. Dasar di mana tumpukan serbuk terbentuk dapat berdiameter tetap atau
diameter kerucut serbuk dapat dibiarkan bervariasi sesuai dengan bentuk
tumpukan.
Alat-alat:
1) Corong standar
2) Penggaris
Prosedur Kerja:
1) Ukur tinggi timbunan bahan di bawah corong hasil penentuan kecepatan alir
dengan menggunakan bantuan penggaris (h cm).
2) Ukur jari-jari alas kerucut timbunan bahan tersebut (r cm).
3) Hitung sudut istirahat dengan rumus sebagai berikut:
α = tan-1 h/r
Hasil Pengamatan:
No. h (cm) r (cm) α (°)
1.
2.
3.
Rerata
Persyaratan:
Flow property Angle of repose (°)
Excellent 25 – 30
Good 31 – 35
Fair 36 – 40
Passable 41 – 45
Poor 46 – 55
Very poor 56 – 65
Very, very poor > 66
Pustaka: USP 41 <1174> p.7482
Kesimpulan: