Anda di halaman 1dari 24

JURNAL PRAKTIKUM

MANUFAKTUR SEDIAAN SOLIDA


KONTROL KUALITAS GRANUL METRONIDAZOLE

Disusun oleh
Nama : Severina Effendi
NRP : 110119001
KP :F
Kelompok :1

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SURABAYA
GENAP 2021-2022
7. KONTROL KUALITAS
1.1 KONTROL KUALITAS GRANUL
Kontrol kualitas granul meliputi:
1. Distribusi ukuran partikel
Distribusi ukuran partikel mempengaruhi kemampuan alir granul. Distribusi ukuran
yang luas mengakibatkan aliran yang tidak seragam ke dalam ruang kompresi sehingga
keseragaman bobot tablet terpengaruh. Untuk mendapatkan tablet yang baik, distribusi
ukuran harus sesuai dengan kurva distribusi normal dengan sejumlah kecil fines dan
coarse. Bentuk granul yang baik adalah sferis, karena bentuk ini mengurangi gesekan
antar partikel, mempunyai sifat alir yang baik dan relatif tidak bermuatan
Prosedur merujuk pada Farmakope Indonesia VI <1141> Pengayak dan Derajat
Halus Serbuk. Tuliskan pada jurnal dan laporan metode penetapan keseragaman
derajat halus sesuai Farmakope Indonesia.

Farmakope Indonesia VI halaman 2073-2074:


PENGAYAK DAN DERAJAT HALUS SERBUK <1141>
Pengayak dan derajat halus serbuk dalam Farmakope dinyatakan dalam uraian
yang dikaitkan dengan nomor yang ditetapkan untuk pengayak baku, seperti tertera
pada Tabel 1. Sebagai pertimbangan praktis, pengayak terutama dimaksudkan untuk
pengukuran derajat halus serbuk, untuk sebagian besar keperluan farmasi; walaupun
penggunaannya tidak meluas untuk keperluan pengukuran rentang ukuran partikel yang
bertujuan meningkatkan penyerapan obat dalam saluran cerna. Untuk pengukuran
partikel dengan ukuran nominal kurang dari 100 µm, alat lain selain pengayak mungkin
lebih berguna. Efisiensi dan kecepatan pemisahan partikel oleh pengayak beragam
berbanding terbalik dengan jumlah partikel termuat. Efektivitas pemisahan menurun
dengan cepat, jika kedalaman muatan melebihi lapisan dari 6 partikel sampai 8 partikel.
Pengayak untuk Pengujian secara Farmakope. Pengayak untuk pengujian
secara Farmakope adalah anyaman kawat, bukan tenunan; kecuali untuk ukuran nomor
230, nomor 270, nomor 325 dan nomor 400, anyaman terbuat dari kuningan, perunggu,
baja tahan karat, atau kawat lain yang sesuai, dan tidak dilapisi atau disepuh. Tabel 2
memberikan ukuran rata-rata lubang pengayak baku anyaman kawat.
Serbuk Simplisia Nabati dan Simplisia Hewani. Dalam penetapan derajat
halus serbuk simplisia nabati dan simplisia hewani, tidak ada bagian dari obat yang
dibuang selama penggilingan atau pengayakan, kecuali dinyatakan lain dalam masing-
masing monografi.
Metode Penetapan Keseragaman Derajat Halus. Untuk penetapan
keseragaman derajat halus serbuk obat dan bahan kimia, cara berikut boleh dilakukan,
menggunakan pengayak baku yang memenuhi persyaratan tersebut di atas. Hindari
penggoyangan lebih lama, yang akan menyebabkan peningkatan derajat halus serbuk
selama penetapan. Untuk serbuk sangat kasar, kasar dan setengah kasar Masukkan 25
g sampai 100 g serbuk uji pada pengayak baku yang sesuai. yang mempunyai panic
penampung dan tutup yang sesuai. Goyang pengayak dengan arah putaran horizontal
dan ketukkan secara vertikal pada permukaan yang keras selama tidak kurang dari 20
menit atau sampai pengayakan praktis sempurna. Timbang saksama jumlah yang
tertinggal pada pengayak dan dalam panci penampung.
Untuk serbuk halus atau sangat halus. Lakukan penepatan seperti pada serbuk
kasar kecuali contoh tidak lebih dari 25 g dan pengayak yang digunakan digoyang
selama tidak kurang dari 30 menit atau sampai pengayakan praktis sempurna.
Untuk serbuk berminyak atau serbuk lain yang cenderung menggumpal dan
dapat menyumbat lubang, sikat pengayak secara berkala dengan hati-hati selama
penetapan. Hancurkan gumpalan yang terbentuk selama pengayakan. Derajat halus
serbuk obat dan bahan kimia dapat juga ditetapkan dengan cara melewatkan pada
pengayak yang dapat digoyang secara mekanik yang memberikan gerakan berputar dan
ketukan seperti pada pengayak yang menggunakan tangan, tetapi dengan gerakan
mekanik yang seragam, mengikuti petunjuk dari pabrik pembuat pengayak.
Alat-alat:
1) Timbangan
2) Seperangkat pengayak standar
3) Penggetar pengayak

Prosedur Kerja:
1) Timbang 100 g granul.
2) Timbang bobot masing-masing pengayak dan pan penampung yang akan
digunakan.
3) Susun pengayak-pengayak tersebut dengan ukuran lubang terbesar diletakkan
diatas dan pan penampung di bawah.
4) Letakkan susunan pengayak tersebut diatas “Retsch Vibrator”.
5) Letakkan granul yang telah ditimbang pada pengayak paling atas, tutup dan
kencangkan.
6) Getarkan pengayak dengan getaran amplitude sebesar 60 Herts selama 20 menit.
7) Timbang bobot masing-masing pengayak dan granul yang terdapat di dalamnya.
8) Hitung bobot granul yang terdapat pada masing-masing pengayak dan pada pan
penampung tersebut.
9) Buatlah tabel dan kurva distribusi ukuran granul yang diperoleh.
Hasil pengamatan:
1) Tabel Distribusi Ukuran
Pengayak Bobot pengayak Bobot granul
Mesh D (µm) Bobot (g) + granul gram % % kumulatif

JUMLAH
Keterangan: D = diameter

2. Kurva Histofram Frekuensi


………………………………………………………………………………………..…
………………………………………………………………………………………..…
………………………………………………………………………………………..…
………………………………………………………………………………………..…
………………………………………………………………………………………..…
………………………………………………………………………………………..…
………………………………………………………………………………………..…
………………………………………………………………………………………..…
…………………………………………………………………………………………..

3. Prosentase fines
Fines adalah partikel-partikel dengan ukuran < 100 µm
Hasil Pengamatan:
Persyaratan: jumlah fines yang diperbolehkan dalam suatu massa tablet sekitar 10-20%.
Pustaka: Murtini, G., Elisa, Y., 2018. Teknologi Sediaan Solid. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan. (halaman 208)
Kesimpulan:

2. Bobot Jenis/Kerapatan Serbuk/Granul


a. Bobot jenis/Kerapatan benar
Bobot jenis benar suatu bahan padat adalah bobot jenis bahan tersebut tanpa pori-pori.
Bobot jenis benar ditentukan dengan piknometer menggunakan cairan yang tidak
melarutkan bahan (biasanya digunakan parafin cair, heksan, dsb).

Alat-alat:
1) Piknometer
2) Timbangan

Prosedur kerja:
1) Timbang piknometer kosong.
2) Isi piknometer dengan cairan dan bersihkan kelebihan pada ujungnya. Timbang
piknometer + cairan.
3) Hitung bobot cairan.
4) Tuang sebagian cairan (2–3 cc) ke dalam tabung bersih, timbang bobotnya.
5) Timbang teliti 1–1,5 g bahan.
6) Masukkan secara kuantitatif bahan tersebut kedalam piknometer yang berisi
cairan. Sebagian, timbang bobotnya.
7) Tambahkan cairan ke dalam piknometer sampai tanda batas dan timbang
bobotnya.
8) Hitung bobot jenis benar.

Hasil Pengamatan:
Bobot piknometer + cairan saja = ……………… g
Bobot piknometer kosong = …...…………. g
Bobot cairan = ……………… g
ρ cairan = bobot cairan/volume cairan
= ………………….
Bobot piknometer + cairan sebagian + granul = …………….. g
Bobot piknometer + cairan sebagian = …………….. g
Bobot granul = …………….. g

Bobot piknometer + cairan penuh + granul = ..……………..g


Bobot piknometer kosong = ………………g
Bobot granul = ………………g
Bobot cairan diantara granul = ………………g

𝐛𝐨𝐛𝐨𝐭 𝐜𝐚𝐢𝐫𝐚𝐧 𝐝𝐢𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐠𝐫𝐚𝐧𝐮𝐥


Volume cairan diantara granul = 𝛒 𝐜𝐚𝐢𝐫𝐚𝐧

= ………………. ml

Volume granul = Vol. pikno – Vol. cairan diantara granul


= ……………….. ml

ρ benar = bobot granul/volume granul


= ………………………

b. Bobot jenis/Kerapatan nyata (bulk atau ruah)


Bobot jenis nyata adalah massa terhadap volume dari sejumlah bahan yang dituang
bebas ke dalam gelas ukur.
Prosedur merujuk pada Farmakope Indonesia VI <891> Kerapatan serbuk
ruahan dan kerapatan mampat serta USP <1174> Powder flow. Tuliskan pada
jurnal dan laporan rujukan metode tersebut.

Farmakope Indonesia VI halaman 2023-2024:


KERAPATAN SERBUK RUAHAN DAN SERBUK MAMPAT <891>
Kerapatan Serbuk Ruahan
Kerapatan serbuk ruahan adalah perbandingan antara massa serbuk yang belum
dimampatkan terhadap volume termasuk kontribusi volume pori antarpartikel. Oleh
karena itu, kerapatan serbuk ruahan tergantung pada kepadatan partikel serbuk dan
susunan partikel serbuk. Satuan internasional kilogram per meter kubik (1 g/mL =
1000 kg/m3), karena pengukuran dilakukan dengan menggunakan gelas ukur maka
kerapatan serbuk ruahan dinyatakan dalam gram per mL (g/mL). Hal ini dapat juga
dinyatakan dalam gram per sentimeter kubik (g/cm3). Sifat dari kerapatan serbuk
tergantung pada penanganannya seperti persiapan, perlakuan, dan penyimpanan.
Partikel-partikel dapat dikemas untuk memiliki berbagai kerapatan serbuk ruahan,
tetapi sedikit gangguan pada serbuk dapat menyebabkan perubahan pada kerapatan
serbuk ruahan. Keberulangan pengukuran yang baik sering kali sulit diperoleh
sehingga dalam pelaporan hasil harus dinyatakan secara rinci bagaimana
pengukuran tersebut dilakukan. Kerapatan serbuk ruahan ditetapkan dengan
mengukur volume contoh serbuk yang telah diayak dan diketahui bobotnya
kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur (Metode I), atau menimbang massa
serbuk yang telah diketahui volumenya menggunakan volumeter ke dalam sebuah
cawan (Metode II) atau pengukuran dengan bejana pengukur (Metode III).
Metode I dan Metode III lebih disukai.

Metode I - Pengukuran Menggunakan Gelas Ukur


Prosedur Sejumlah serbuk yang mencukupi untuk pengujian jika perlu diayak
dengan ayakan yang memiliki lubang ayakan yang lebih besar atau sama dengan
1,0 mm untuk memecah gumpalan yang mungkin terbentuk selama penyimpanan;
hal ini harus dilakukan secara perlahan untuk mencegah perubahan sifat materi.
Timbang saksama lebih kurang 100 g serbuk yang telah diayak, (M), dengan tingkat
akurasi 0,1%, masukkan ke dalam gelas ukur 250 mL (dengan skala terkecil 2 mL),
tanpa pemampatan. Ratakan permukaan serbuk dengan hati-hati tanpa
dimampatkan, jika perlu, dan bacalah volume yang terlihat (Vo) ke skala terdekat.
Hitung kerapatan ruahan dalam g/mL dengan rumus M/Vo. Lakukan pengukuran
secara berulang. Jika kepadatan serbukterlalu rendah atau terlalu tinggi, sehingga
contoh uji memiliki volume yang belum dimampatkan lebih dari 250 mL atau
kurang dari 150 mL, tidak dimungkinkan untuk menggunakan100 g contoh serbuk.
Oleh karena itu, jumlah serbuk yang berbeda harus dipilih sebagai contoh uji,
sehingga volume serbuk yang belum dimampatkan berada diantara 150 mL sampai
250 mL (volume lebih besar atau sama dengan 60% dari volume gelas ukur); bobot
serbuk uji yang digunakan dicantumkan dalam hasil. Untuk serbuk yang memiliki
volume antara 50 mL dan 100 mL, gunakan gelas ukur 100 mL dengan skala 1 mL;
volume gelas ukur yang digunakan dicantumkan dalam hasil.

Metode II - Pengukuran Menggunakan Volumeter


Peralatan Alat (Gambar 1) terdiri dari corong pada bagian atas yang dilengkapi
dengan ayakan 1,0 mm1. Corong yang terpasang di atas kotak penyekat berisi empat
lempeng penyekat kaca dimana serbuk meluncur dan terpental saat melewatinya.
Pada bagian bawah kotak penyekat terdapat corong yang mengumpulkan serbuk
dan memungkinkan untuk dituang ke dalam cawan dengan kapasitas tertentu yang
dipasang langsung di bawahnya. Cawan bisa berbentuk silinder (volume 25,00 ±
0,05 mL dengan diameter dalam 30,00 ± 2,00 mm) atau persegi (volume 16,39 ±
0,2 mL dengan dimensi dalam 25,4 ± 0,076 mm).

Prosedur Alirkan serbuk dalam jumlah berlebih melalui alat tersebut ke dalam
wadah penampung (yang telah ditara) sampai melimpah. Gunakan wadah
penampung dengan volume minimum 25 cm3 untuk bentuk persegi dan 35 cm3
untuk bentuk silinder. Hati-hati mengikis kelebihan serbuk dari atas wadah yaitu
dengan cara gerakan perlahan pinggiran spatula yang tajam secara tegak lurus
dengan permukaan atas wadah itu, pertahankan posisi spatula tegak lurus guna
menjaga kemasan atau mengikis serbuk dari wadah. Bersihkan dinding luar wadah,
dan tentukan bobot, M, dari serbuk dengan tingkat akurasi 0,1%. Hitung kerapatan
𝑀
ruahan, dalam g per mL, dengan rumus: 𝑉𝑜

Vo adalah volume wadah dalam mL. Hitung rata-rata dari tiga pengukuran
menggunakan tiga contoh serbuk yang berbeda.

Metode III - Pengukuran Menggunakan Bejana Pengukur


Peralatan Alat terdiri dari sebuah bejana pengukur silinder tahan karat berukuran
100-mL dengan ukuran yang ditetapkan seperti pada Gambar 2.

Prosedur Sejumlah serbuk yang mencukupi untuk pengujian jika perlu diayak
dengan ayakan yang memiliki lubang ayakan yang lebih besar atau sama dengan
1,0 mm untuk memecah gumpalan yang mungkin terbentuk selama penyimpanan
sehingga memungkinkan contoh mengalir bebas ke dalam bejana pengukur (yang
telah ditara) sampai berlebih. Secara hati-hati kikis kelebihan serbuk dari bagian
atas bejana pengukur seperti yang dijelaskan pada Metode II. Tentukan bobot (Mo)
serbuk dengan pendekatan 0,1%. Hitung kerapatan serbuk ruahan (g/mL) dengan
rumus Mo/100, dan catat rata-rata tiga pengukuran menggunakan tiga contoh
serbuk yang berbeda.

USP 41 <1174> page 7483-7484:


<1174> POWDER FLOW
COMPRESSIBILITY INDEX AND HAUSNER RATIO
Indeks kompresibilitas dan rasio Hausner telah menjadi metode yang sederhana,
cepat, dan populer untuk memprediksi karakteristik aliran serbuk. Indeks
kompresibilitas telah diusulkan sebagai ukuran tidak langsung dari bobot jenis
nyata, ukuran dan bentuk partikel, luas permukaan, kadar air, dan kohesivitas bahan
karena semua faktor tersebut dapat mempengaruhi indeks kompresibilitas yang
diamati. Indeks kompresibilitas dan rasio Hausner ditentukan dengan mengukur
volume nyata dan volume mampat.
Metode Dasar
Meskipun ada beberapa variasi dalam metode penentuan indeks kompresibilitas dan
rasio Hausner, prosedur dasarnya adalah untuk mengukur (1) volume semu yang
tidak mengendap, Vo, dan (2) volume mampat, Vf, serbuk sampai tidak terjadi
perubahan volume lebih lanjut. Indeks kompresibilitas dan rasio Hausner dihitung
sebagai berikut:
Indeks kompresibilitas = 100 x [(Vo – Vf)/Vo]
Rasio Hausner = (Vo/Vf)
Indeks kompresibilitas dan rasio Hausner juga dapat dihitung menggunakan nilai
bobot jenis nyata (ρ nyata) dan bobot jenis mampat (ρ mampat) dengan persamaan
berikut:
Indeks kompresibilitas = 100 x [(ρ mampat – ρ nyata)/ ρ mampat]
Rasio Hausner = (ρ mampat / ρ nyata)

Prosedur yang Direkomendasikan untuk Indeks Kompresibilitas dan Rasio


Hausner
Gunakan labu ukur 250 mL dengan berat sampel uji 100 g. Berat dan volume yang
lebih kecil dapat digunakan, tetapi variasi dalam metode harus dijelaskan dengan
hasil. Dianjurkan menghitung rata-rata dari tiga replikasi.

Alat-alat:
1) Gelas ukur
2) Timbangan

Prosedur Kerja:
1) Timbang bahan sejumlah 40 – 130 g pada kertas timbang.
2) Tuangkan bahan tersebut ke dalam gelas ukur 250 ml yang dimiringkan pada
sudut 45° dengan cepat (dapat melalui corong).
3) Tegakkan gelas ukur dan goyangkan dengan cepat untuk meratakan
permukaan bahan dan baca volumenya (ml).
4) Hitung bobot jenis nyata dengan rumus sebagai berikut:
ρ nyata = W/V g/ml
5) Dapat dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.
Hasil pengamatan:
Replikasi W (g) V (ml) ρ nyata (g/ml)
1
2
3
Rerata

c. Bobot jenis/Kerapatan mampat


Bobot jenis mampat adalah perbandingan massa terhadap volume setelah massa
tersebut dimampatkan sampai volume tetap. Pengukuran dapat dilakukan dengan
menggunakan tapping machine.

Farmakope Indonesia VI halaman 2024-2025:


KERAPATAN SERBUK RUAHAN DAN SERBUK MAMPAT <891>
Kerapatan serbuk mampat adalah tingkatan dari kerapatan serbuk mampat yang
diperoleh dengan cara mengetuk secara mekanis gelas ukur atau bejana pengukur
yang berisi serbuk. Setelah mengamati volume atau bobot serbuk awal, gelas ukur
atau bejana pengukur diketuk secara mekanik, dan pembacaan volume atau bobot
dilakukan setelah terjadi perubahan volume atau bobot. Pengetukan secara mekanik
didapat dengan cara meninggikan gelas ukur atau bejana pengukur sehingga
memungkinkan serbuk untuk turun karena pengaruh bobotnya sendiri sampai jarak
tertentu, menurut salah satu dari tiga metode seperti dijelaskan dibawah. Alat yang
memutar gelas ukur atau bejana pengukur selama pengetukan mungkin lebih
disukai untuk meminimalkan kemungkinan pemisahan massa selama pengetukan.

Metode I
Peralatan Alat (Gambar 3) terdiri dari:
• Sebuah gelas ukur 250 mL (skala 2 mL dengan massa 220 ± 44g)
• Sebuah alat pemampat yang mampu menghasilkan 250±15 ketukan per
menit dari ketinggian 3±0,2 mm atau 300±15 ketukan dari ketinggian 14±2
mm.
• Penyangga gelas ukur dengan massa 450±10 g.
Prosedur Lakukan seperti yang dijelaskan di atas untuk penentuan volume ruah
(Vo). Pasang gelas ukur pada penyangga. Lakukan 10, 500, dan 1250 ketukan pada
contoh serbuk yang sama dan baca V10, V500, V1250 ke satuan gelas ukur terdekat.
Jika perbedaan antara V500 dan V1250 kurang dari atau sama dengan 2 mL, maka
V1250 adalah volume pemampatan. Jika perbedaan antara V500 dan V1250 melebihi 2
mL, ulangi peningkatan seperti pengetukan 1250, hingga perbedaan antara
pengukuran kurang dari atau sama dengan 2 mL. Mungkin diperlukan pengetukan
yang lebih sedikit untuk beberapa jenis serbuk, saat divalidasi. Hitung kerapatan
serbuk mampat (g/mL) dengan menggunakan rumus M/VF, VF adalah volume
setelah pengetukan akhir. Lakukan pengukuran secara berulang. Tetapkan
ketinggian jatuh serta hasilnya. Jika tidak mungkin untuk menggunakan 100-g
contoh uji, gunakan contoh yang dikurangi jumlahnya dan gelas ukur 100-mL
(skala 1mL) dengan berat 130 ± 16 g dan terpasang pada dudukan dengan berat 240
± 12 g. Jika perbedaan antara V500 dan V1250 kurang dari atau sama dengan 1 mL,
maka V1250 adalah volume pemampatan. Jika perbedaan antara V500 dan V1250
melebihi 1 mL, ulangi peningkatan seperti pengetukan 1250, hingga perbedaan
antara pengukuran kurang dari atau sama dengan 1 mL. Modifikasi kondisi uji
cantumkan dalam laporan hasil.
Metode II
Peralatan dan Prosedur Lakukan seperti yang tertera pada Metode I kecuali bahwa
alat uji mekanik memberikan tetesan tetap sebesar 3 ± 0,2 mm pada kecepatan 250
ketukan per menit.

Metode III
Peralatan dan Prosedur Lakukan seperti tertera pada Metode III Pengukuran
Menggunakan Bejana Pengukur dalam Kerapatan Serbuk Ruahan untuk mengukur
kerapatan serbuk mampat menggunakan perlengkapan bejana tertutup seperti
Gambar 2. Bejana pengukur yang dilengkapi dengan penutup, diangkat 50-60 kali
per menit menggunakan alat uji kerapatan serbuk mampat yang sesuai. Lakukan
200 kali pengetukan, buka penutup, dan secara hati-hati kikis kelebihan serbuk dari
atas bejana pengukur seperti yang dijelaskan dalam Metode III Pengukuran
Menggunakan Bejana Pengukur untuk mengukur kerapatan serbuk ruahan. Ulangi
prosedur menggunakan 400 kali pengetukan. Jika perbedaan antara dua massa
setelah 200 dan 400 pengetukan melebihi 2%, lakukan pengujian menggunakan
tambahan 200 kali pengetukan lagi sampai diperoleh perbedaan antara kedua
pengukuran kurang dari 2%. Hitung kerapatan serbuk mampat (g/mL) dengan
rumus MF/100, MF adalah massa serbuk pada bejana pengukur. Hitung rata-rata dari
tiga pengukuran menggunakan tiga contoh serbuk yang berbeda.

Alat-alat:
1) Gelas ukur
2) Timbangan
3) Alat pengetuk (tapping machine)

Prosedur kerja:
1) Setelah pembacaan volume nyata pada pengukuran bobot jenis nyata,
letakkan gelas ukur yang berisi bahan tersebut pada alat pengetuk (tapping
machine).
2) Jalankan alat dan amati volume bahan pada ketukan 10, 500, sampai 1250
ketukan (bisa diulangi lagi dengan interval 1250 ketukan apabila selisih
volumenya masih lebih dari 2 ml).
3) Catat volume bahan dalam gelas ukur pada tiap ketukan tersebut, sampai
pengamatan menunjukkan volume yang tetap atau mampat (V1 ml), yaitu
selisih dengan volume sebelumnya kurang dari sama dengan 2 ml.
4) Hitung bobot jenis mampat dengan rumus sebagai berikut:
ρ mampat = W/V1 g/ml

Hasil Pengamatan:
Interval Pengetukan Volume (ml)
1 2 3
10
500
1250
….
….

ρ1 = ………………….. g/ml
ρ2 = ………………….. g/ml ρ mampat rata-rata = …………… g/ml
ρ3 = ………………….. g/ml

d. Parameter-parameter turunan bobot jenis


Farmakope Indonesia VI halaman 2025:
KERAPATAN SERBUK RUAHAN DAN SERBUK MAMPAT <891>
Pengukuran Kompresibilitas Serbuk
Karena interaksi antar partikel yang mempengaruhi sifat ruahan dari serbuk juga
mempengaruhi aliran serbuk, perbandingan antara kerapatan serbuk ruahan dan
kerapatan serbuk mampat menggambarkan nilai interaksi ini dalam serbuk.
Perbandingan ini sering digunakan sebagai indeks kemampuan serbuk mengalir,
misalnya Indeks Kompresibilitas atau Perbandingan Hausner seperti dijelaskan di
bawah ini.
Indeks Kompresibilitas dan Perbandingan Hausner adalah ukuran dari
kecenderungan serbuk yang akan dikompres seperti dijelaskan di atas, yang
merupakan kemampuan serbuk untuk mantap dan relatif berguna untuk menetapkan
interaksi antar partikulat. Pada serbuk yang mengalir bebas, interaksi tersebut
kurang berarti dan nilai kerapatan serbuk ruahan dan serbuk mampat lebih dekat.
Untuk bahan yang lebih sukar mengalir, interaksi antar partikel sering lebih besar,
dan perbedaan antara kerapatan serbuk ruahan dan serbuk mampat juga besar.
Perbedaan ini tercermin dalam Indeks Kompresibilitas dan Perbandingan Hausner.
𝑉𝑜 − 𝑉𝐹
Indeks Kompresibilitas Dihitung dengan rumus: 100 ( )
𝑉𝑜

Vo = volume sebelum dimampatkan


VF = volume setelah pengetukan
𝑉𝑜
Perbandingan Hausner Dihitung dengan rumus: 𝑉𝐹

• Rasio Hausner
Hausner Ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Hausner Ratio = ρ mampat / ρ nyata
Hasil perhitungan: Hausner Ratio = …………………
Persyaratan:
Flow character Hausner ratio
Excellent 1,00 – 1,11
Good 1,12 – 1,18
Fair 1,19 – 1,25
Passable 1,26 – 1,34
Poor 1,35 – 1,45
Very poor 1,46 – 1,59
Very, very poor > 1,60
Pustaka: USP 41 <1174> p.7483
Kesimpulan:

• Kompresibilitas (Carr’s Index)


Kompresibilitas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
𝛒 𝐦𝐚𝐦𝐩𝐚𝐭 − 𝛒 𝐧𝐲𝐚𝐭𝐚
Carr’s index = x 100%
𝛒 𝐦𝐚𝐦𝐩𝐚𝐭

Hasil perhitungan: Carr’s index = …………………


Persyaratan:
Flow character Compressibility index (%)
Excellent ≤ 10
Good 11 – 15
Fair 16 – 20
Passable 21 – 25
Poor 26 – 31
Very poor 32 - 37
Very, very poor > 38
Pustaka: USP 41 <1174> p.7483
Kesimpulan:

3. Kandungan lembab (Moisture Content = MC) / Susut Pengeringan


Pengeringan granul yang terlalu cepat pada suhu tinggi dapat mengakibatkan
permukaan granul segera mengering sedang kelembaban yang ada di dalam sukar untuk
lepas, apabila granul dikompresi maka uap air akan dibebaskan sehingga granul akan
melekat pada ruang cetak dan stempel. Jika kadar lembab terlalu rendah maka kohesi
dalam tablet tidak cukup, friabilitas makin tinggi, dan tablet akan mudah pecah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kandungan lembab yang terlalu rendah meningkatkan
kemungkinan capping, sedangkan kandungan lembab yang terlalu tinggi meningkatkan
kemungkinan terjadinya picking.
Prosedur merujuk pada Farmakope Indonesia VI <1121> Penetapan Susut
Pengeringan. Tuliskan pada jurnal dan laporan rujukan metode tersebut.

Farmakope Indonesia VI halaman 2072-2073:


PENETAPAN SUSUT PENGERINGAN <1121>
Prosedur ini digunakan untuk penetapan jumlah semua jenis bahan yang mudah
menguap dan hilang pada kondisi tertentu. Untuk zat yang diperkirakan mengandung
air sebagai satu-satunya bahan mudah menguap, cara yang terdapat pada Penetapan
Kadar Air <1031> sudah memadai dan dicantumkan dalam masing-masing monografi.
Campur dan timbang saksama zat uji, kecuali dinyatakan lain dalam masing-
masing monografi, lakukan penetapan menggunakan 1 g hingga 2 g. Apabila zat uji
berupa hablur besar, gerus secara cepat hingga ukuran partikel lebih kurang 2 mm. Tara
botol timbang dangkal bersumbat kaca yang telah dikeringkan selama 30 menit pada
kondisi seperti yang akan digunakan dalam penetapan. Masukkan zat uji ke dalam botol
timbang tersebut, dan timbang saksama botol beserta isinya. Perlahan-lahan dengan
menggoyang, ratakan zat uji sampai setinggi lebih kurang 5 mm dan dalam hal zat
ruahan tidak lebih dari 10 mm. Masukkan ke dalam oven, buka sumbat dan biarkan
sumbat ini di dalam oven. Panaskan zat uji pada suhu dan waktu tertentu seperti tertera
pada monografi.
[Catatan Suhu yang tercantum dalam monografi haruslah dianggap dalam
rentang ±2° dari angka yang tertulis]. Jika dinyatakan “timbang hingga bobot tetap”
dalam monografi, pengeringan dilanjutkan hingga dalam dua kali penimbangan tidak
berbeda lebih dari 0,50 mg per g zat. Pada waktu oven dibuka, botol segera ditutup dan
biarkan dalam desikator sampai suhunya mencapai suhu kamar sebelum ditimbang.
Jika zat uji melebur pada suhu lebih rendah dari suhu yang ditetapkan untuk
penetapan Susut Pengeringan, biarkan botol beserta isinya selama 1 jam hingga 2 jam
pada suhu 5° hingga 10° di bawah suhu lebur, kemudian keringkan pada suhu yang
telah ditetapkan.
Jika contoh yang diuji berupa kapsul, gunakan sejumlah campuran isi tidak
kurang dari 4 kapsul.
Jika contoh yang diuji berupa tablet, gunakan sejumlah serbuk tablet tidak
kurang dari 4 tablet yang diserbukhaluskan.
Jika dalam monografi susut pengeringan ditetapkan dengan analisis
termogravimetri, gunakan timbangan analitik yang peka.
Jika dalam monografi ditetapkan pengeringan dalam hampa udara di atas zat
pengering, gunakan sebuah desikator vakum atau pistol pengering vakum atau alat
pengering vakum lain yang sesuai.
Jika pengeringan dilakukan dalam desikator; lakukan penanganan khusus untuk
menjamin zat pengering tetap efektif dengan cara menggantinya sesering mungkin.
Jika dalam monografi ditetapkan pemanasan dalam botol bersumbat kapiler
dalam hampa udara, gunakan botol atau tabung dengan sumbat kapiler berdiameter 225
µm ± 25 µm dan atur bejana pemanas pada tekanan 5 mmHg atau kurang. Pada akhir
pemanasan, biarkan udara kering mengalir ke dalam bejana pemanas, angkat botol
bersumbat kapiler, biarkan dingin dalam desikator sebelum ditimbang.

Alat:
1) Ohaus Moisture Content Apparatus
Prosedur Kerja:
1) Timbang 5 g bahan, ratakan permukaannya pada wadah. Catat bobot granul yang
tertera pada alat (W).
2) Tutup alat dan tekan start untuk menyalakan lampu pemanas di atas granul (proses
pengeringan dimulai).
3) Pada saat proses pengeringan berlangsung, setiap 15 menit akan ditunjukkan
bobot bahan, proses pengeringan sempurna bila setelah interval 3 x 15 menit
menunjukkan tidak terjadinya perubahan bobot bahan (perhatikan kurva pada alat
sudah konstan). Catat bobot granul yang sudah kering pada alat (Wo).
4) Hitunglah kandungan lembab dengan rumus sebagai berikut:
𝑊−𝑊𝑜
% MC = x 100%
𝑊𝑜
𝑊−𝑊𝑜
% LOD = x 100%
𝑊

% MC = % kandungan lembab
% LOD = % susut pengeringan
W = bobot sampel basah
Wo = bobot sampel kering

Hasil Pengamatan:
No. W (g) Wo (g) % MC % LOD
1.
2.
3.
Rerata

Persyaratan: granul dengan kandungan lembab residual 1-2% memiliki kompaktibilitas


yang baik.
Pustaka: Aulton, M.E. and Taylor, K., 2013. Aulton's pharmaceutics: The Design and
Manufacture of Medicines. Churchill Livingstone. (page 491)
Kesimpulan:
4. Daya alir (Menggunakan Metode Corong Alir)
a. Kecepatan alir
Kecepatan alir merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap keseragaman
bobot tablet yang dihasilkan. Untuk menghasilkan tablet dengan bobot yang
seragam, diperlukan suatu batas kecepatan alir minimum. Kecepatan alir dapat
ditentukan secara langsung dengan menggunakan corong.
Prosedur merujuk USP <1174> Powder flow. Tuliskan pada jurnal dan
laporan rujukan metode tersebut.

USP 41 <1174> page 7484-7485:


<1174> POWDER FLOW
FLOW THROUGH AN ORIFICE
Laju aliran material bergantung pada banyak faktor, beberapa di antaranya terkait
partikel dan beberapa terkait dengan proses. Pemantauan laju aliran material
melalui orifice (lubang) telah diusulkan sebagai ukuran yang lebih baik dari
kemampuan alir serbuk. Perubahan laju aliran saat wadah dikosongkan juga dapat
diamati. Persamaan empiris yang menghubungkan laju aliran dengan diameter
bukaan, ukuran partikel, dan kerapatan partikel telah ditentukan. Namun,
menentukan laju aliran melalui lubang hanya berguna untuk bahan yang mengalir
bebas. Laju aliran melalui lubang umumnya diukur sebagai massa per waktu yang
mengalir dari sejumlah jenis wadah (silinder, corong, hopper). Pengukuran laju
aliran dapat dilakukan secara bertahap atau kontinu.

Metode Dasar
Ada berbagai metode yang dijelaskan dalam literatur. Metode yang paling umum
untuk menentukan laju aliran melalui lubang dapat diklasifikasikan berdasarkan
tiga variabel eksperimental penting:
1. Jenis wadah yang digunakan untuk menampung serbuk. Wadah umum
adalah silinder, corong, dan hopper.
2. Ukuran dan bentuk lubang yang digunakan. Diameter dan bentuk lubang
merupakan faktor penting dalam menentukan laju alir serbuk.
3. Metode pengukuran laju alir serbuk. Laju aliran dapat diukur secara terus
menerus menggunakan neraca elektronik dengan semacam alat perekam
(strip chart recorder, komputer). Laju alir sebuk juga dapat diukur dalam
sampel diskrit (misalnya, waktu yang dibutuhkan 100 g serbuk untuk
melewati lubang hingga sepersepuluh detik terdekat atau jumlah serbuk
yang melewati lubang dalam 10 detik hingga sepersepuluh gram terdekat).

Prosedur yang Direkomendasikan untuk Aliran Melalui Lubang


Laju aliran melalui lubang hanya dapat digunakan untuk material yang memiliki
kapasitas tertentu untuk mengalir. Metode ini tidak berguna untuk bahan kohesif.
Gunakan silinder sebagai wadah karena bahan silinder seharusnya tidak banyak
berpengaruh pada aliran. Konfigurasi ini menghasilkan laju aliran yang
ditentukan oleh pergerakan serbuk di atas serbuk daripada serbuk di sepanjang
dinding wadah. Laju alir serbuk sering meningkat bila tinggi kolom serbuk kurang
dari dua kali diameter kolom. Lubang harus melingkar dan silinder harus bebas
dari getaran. Pedoman umum untuk dimensi silinder adalah sebagai berikut:
• Diameter bukaan > 6 kali diameter partikel
• Diameter silinder > 2 kali diameter bukaan.
Penggunaan hopper sebagai wadah mungkin tepat dan mewakili aliran dalam
situasi produksi. Tidak disarankan menggunakan corong, terutama yang memiliki
batang, karena kecepatan aliran akan ditentukan oleh ukuran dan panjang batang
serta gesekan antara batang dan serbuk. Kerucut terpotong mungkin sesuai, tetapi
aliran akan dipengaruhi oleh koefisien gesekan dinding serbuk, membuat
pemilihan bahan konstruksi yang sesuai menjadi pertimbangan penting.
Pengukuran laju dapat berupa diskrit atau kontinu. Pengukuran terus menerus
menggunakan neraca elektronik dapat lebih efektif mendeteksi variasi laju aliran
sesaat.

Alat-alat:
1) Corong standar
2) Stopwatch

Prosedur Kerja:
1) Pasang corong pada statif dengan jarak ujung pipa bagian bawah ke bidang
datar = 10,0 ± 0,2 cm.
2) Timbang teliti bahan sejumlah 100 g (W).
3) Tuang bahan tersebut ke dalam corong dengan dasar lubang corong ditutup.
4) Buka tutup dasar lubang corong sambil menyalakan stopwatch.
5) Catat waktu yang diperlukan mulai bahan mengalir sampai bahan dalam
corong habis (t).
6) Lakukan replikasi sebanyak 3 kali.
7) Hitung kecepatan alir dengan rumus sebagai berikut:
Kecepatan alir = W / t g/detik

Hasil Pengamatan:
No. W (g) t (detik) Kecepatan alir (g/detik)
1.
2.
3.
Rerata

Persyaratan:
> 10 g/s Free flowing
4 – 10 g/s Easy flowing
1,6 – 4 g/s Cohesive
< 1,6 g/s Very cohesive
Pustaka: Aulton, M.E., 2002. Pharmaceutics: The Science of Dosage Form
Design. Livingstone C. Elsevier Science Ltd. (page 207)
Kesimpulan:

b. Sudut Istirahat
Penentuan sudut istirahat dapat dilakukan bersama-sama dengan penentuan
kecepatan alir.
USP 41 <1174> page 7482-7483:
<1174> POWDER FLOW
ANGLE OF REPOSE
Sudut istirahat telah digunakan di beberapa cabang ilmu pengetahuan untuk
mengkarakterisasi sifat aliran zat padat. Sudut istirahat adalah karakteristik yang
berkaitan dengan gesekan antar partikel atau resistensi terhadap gerakan antar
partikel. Hasil uji sudut istirahat dilaporkan sangat bergantung pada metode yang
digunakan. Sudut istirahat adalah sudut tiga dimensi yang konstan (relatif
terhadap alas horizontal) yang diasumsikan oleh tumpukan bahan seperti kerucut
yang dibentuk oleh salah satu dari beberapa metode yang berbeda.

Metode Dasar
Metode yang paling umum untuk menentukan sudut istirahat statis dapat
diklasifikasikan berdasarkan dua variabel eksperimental penting berikut:
1. Ketinggian “corong” yang dilalui serbuk dapat dipasang relatif terhadap
alasnya, atau tingginya dapat divariasikan saat tumpukan terbentuk.
2. Dasar di mana tumpukan serbuk terbentuk dapat berdiameter tetap atau
diameter kerucut serbuk dapat dibiarkan bervariasi sesuai dengan bentuk
tumpukan.

Prosedur yang Direkomendasikan untuk Sudut Istirahat


Bentuk sudut istirahat pada alas tetap dengan penahan untuk mempertahankan
lapisan serbuk pada alas. Alas harus bebas dari getaran. Variasikan ketinggian
corong untuk membentuk kerucut serbuk yang simetris dengan hati-hati. Cegah
getaran saat corong dipindahkan. Tinggi corong harus dijaga kira-kira 2–4 cm dari
puncak tumpukan serbuk saat sedang dibentuk untuk meminimalkan dampak
serbuk jatuh di ujung kerucut. Jika kerucut serbuk yang simetris tidak dapat dibuat
berulang, maka metode ini tidak tepat. Tentukan sudut istirahat dengan mengukur
tinggi kerucut serbuk dan menghitung sudut istirahat, α, dari persamaan berikut:
tan (α) = tinggi/0,5 alas

Alat-alat:
1) Corong standar
2) Penggaris

Prosedur Kerja:
1) Ukur tinggi timbunan bahan di bawah corong hasil penentuan kecepatan alir
dengan menggunakan bantuan penggaris (h cm).
2) Ukur jari-jari alas kerucut timbunan bahan tersebut (r cm).
3) Hitung sudut istirahat dengan rumus sebagai berikut:
α = tan-1 h/r
Hasil Pengamatan:
No. h (cm) r (cm) α (°)
1.
2.
3.
Rerata

Persyaratan:
Flow property Angle of repose (°)
Excellent 25 – 30
Good 31 – 35
Fair 36 – 40
Passable 41 – 45
Poor 46 – 55
Very poor 56 – 65
Very, very poor > 66
Pustaka: USP 41 <1174> p.7482
Kesimpulan:

Anda mungkin juga menyukai