PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan
sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet kempa dibuat dengan
memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan
baja. Tablet dapat dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan
tekanan rendah ke dalam lubang cetakan.
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan
juga banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa
keuntungan sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat, mudah
pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan yang lain.
Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan
tambahan yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum
digunakan adalah bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang, bahan
pelicin atau zat lain yang cocok. Bahan tambahan yang digunakan pada
pembuatan tablet harus inert, tidak toksik dan mampu melepaskan obat dalam
keadaan relatif konstan pada jangka waktu tertentu.
Untuk mengetahui karakteristik suatu sediaan tablet maka diperlukan
serangkaian evaluasi atau pengujian terhadap sediaan tersebut. Karena
sebagian besar diantara kita tidak mengetahui karakteristik tablet yang kita
gunakan. Untuk itu beberapa parameter-parameter uji sediaan tablet perlu
untuk diketahui.
2. Maksud dan Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu mengetahui beberapa parameter-
parameter uji sediaan tablet untuk mengetahui karakteristiknya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tablet
Uji Disolusi didefinisikan sebagai proses suatu zat padat masuk ke dalam pelarut
menghasilkan suatu larutan. Secara sederhana, disolusi adalah proses zat padat
melarut. Secara prinsip, proses ini dikendalikan oleh afinitas antara zat padat dan
pelarut (Ansel, 1989).
Secara singkat alat untuk menguji karakteristik disolusi dan sediaan padat kapsul
atau tablet terdiri dari (Ansel, 1989):
Menurut Depkes RI (1995), ada dua metode alat uji disolusi sesuai dengan
yang tertera dalam masing-masing monografi, untuk uji disolusi tablet paracetamol
digunakan alat 2 (Tipe Dayung) Alat ini Alat terdiri dari wadah bertutup yang
terbuat dari kaca, suatu motor, suatu batang dayung yang terdiri dari daun dan
batang logam sebagai pengaduk yang digerakkan oleh motor, dan wadah disolusi
berbentuk silinder dengan dasar setengah bola, tinggi 160 mm-175 mm, diameter
98 mm−106 mm dan kapasitas nominal 1000 ml. Batang logam berada pada posisi
sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari sumbu
vertikal wadah dan berputar dengan halus dan tanpa goyangan. Daun melewati
diameter batang sehingga dasar daun dan batang rata. Dayung memenuhi
spesifikasi dengan jarak 25 mm ±2 mm antara daun dan bagian dasar wadah yang
dipertahankan selama pengujian berlangsung. Sediaan obat dibiarkan tenggelam ke
bagian dasar wadah sebelum dayung mulai berputar. Gulungan kawat berbentuk
spiral dapat digunakan untuk mencegah mengapungnya sediaan. Wadah dicelupkan
sebagian di dalam suatu tangas air yang sesuai sehingga dapat mempertahankan
suhu dalam wadah pada 37°C ±0,5°C selama pengujian dan menjaga agar gerakan
air halus dan tetap.
BAB III
a. Alat
b. Bahan
3.1.2. Prosedur
a. Pembuatan buffer fosfat pH = 5,8
Menimbang KH2PO4 sebanyak 68,10gr, memasukkan ke dalam
beaker glass. Kemudian menambahkan 18 ml NaOH 2N dilarutkan
dalam 10 L aquades dan menghomogenkan.
b. Pembuatan Baku Induk 100 ppm
1) Menimbang baku parasetamol sebanyak 100 mg
2) Memasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
3) Menambahkan dengan dapar sebanyak 50 mL mengaduk sampai
larut
4) Menambahkan dengan dapar sampai tanda batas, lalu mengocok
sampai homogen dan dihasilkan kadar 1000ppm
5) Kemudian mempipet sebanyak 10mL
6) Memasukkan ke dalam labu ukur 100 mL
7) Menambahkan dengan dapar sampai batas 100mL, lalu
mengocok sampai homogen
c. Pembuatan Baku Seri 2; 4; 6; 8; dan 10 ppm
1) Mempipet 0,2 mL; 0,4 mL; 0,6 mL; 0,8 mL; 1 mL dari baku seri
100 ppm
2) Memasukkan masing-masing ke dalam labu ukur 10 mL
3) Menambahkan dengan dapar sampai tanda batas, lalu mengocok
hingga homogen
d. Pembuatan Kurva Kalibrasi Baku
1) Mempipet larutan baku seri 2; 4; 6; 8; dan 10 ppm ke dalam kuvet
2) Mengukur absorbansi baku seri pada panjang gelombang
maksimum
3.1.3. Perhitungan
KURVA KALIBRASI
0.8
y = 0.0971x - 0.054
0.7
R² = 0.9984
0.6
ABSORBANSI
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
KONSENTRASI
275,49 𝑚𝑔
% ter disolusi = ( ) x 100 % = 55,098 %
500 𝑚𝑔
Pembahasan
dari parasetamol, serta jumlah zat aktif yang terlarut dalam media air dengan
volume, waktu dan alat tertentu apakah memenuhi persyaratan disolusi yang tertera
pada monografi. Sampel tablet berbentuk tablet tidak bersalut dengan persyaratan
dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80 % dari etiket. Pengujian
disolusi tablet parasetamol dilakukan dengan pembuatan kurva oleh larutan baku
di mana hasil kurva kalibrasi memiliki absorbansi antara 0,15 – 0,85. Kurva baku
menghasilkan garis linear regresi y = 0,0971x – 0,054 dengan nilai r yaitu 0,9984.
Garis linear regresi dari kiri bawah menuju ke kanan atas menunjukkan bahwa
semakin besar konsentrasi larutan baku seri maka semakin besar pula absorbansi
yang dihasilkan.
Perhitungan hasil kadar tablet parasetamol yang dilakukan pada uji disolusi
Cuplikan disolusi diambil pada menit ke-30 dan kemudian diujikan pada
zat aktif yang terlarut tersebut tidak sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh
Farmakope Indonesia Edisi IV, di mana kadar tidak kurang dari Q + 5 % (Q = 80%).
Hal ini menunjukkan bahwa zat aktif tablet parasetamol tidak dapat melarut dengan
baik.
digunakan kurang sensitif terhadap sampel yang diuji dan perlu dikalibrasi kembali.
Dan kurva kalibrasi yang digunakan merupakan kalibrasi setahun yang lalu. Faktor
praktikan kurang menjaga kebersihan alat sehingga adanya pengotor dan galat yang
Daftar Pustaka
Ansel, HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Ke -4. Farida Ibrahim;
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Departemen Kesehatan
Replubik Indonesia.