Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr. Wb.

Alhamdulillahirabbilalamin, dengan mengucap syukur, segala puji bagi Allah Tuhan


Yang Maha Kuasa, yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya. Tidak lupa
pula salawat serta salam selalu mengalir untuk sang Baginda Rasulullah SAW., yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman yang penuh akan ilmu pengetahuan. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rabiatul Adawiyah, S.Farm., Apt, Bapak M. Rizky
Fadhil P.,M.Si.,Apt, dan Ibu Wahyu Puspita Dewi, S.Farm.,Apt yang telah membimbing
penulis hingga terselesaikannya Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Teknologi Sediaan
Padat Pembuatan Tablet Paracetamol Dengan Cara Granulasi Basah.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, maka kritik dan saran yang
membangun sangat dibutuhkan. Besar harapan penulis, mudah-mudahan makalah yang
sederhana ini banyak memberi manfaat dan menjadi sumber acuan dalam pencarian informasi
mendalam tentang pembuatan tablet, baik untuk kalangan internal maupun eksternal
universitas.

Palangkaraya, April 2016


Wassalamualaikum Wr. Wb.

Penulis

Page | 2
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1 Tujuan Praktikum...............................................................................................1


1.2 Dasar Teori.........................................................................................................1

BAB II METODE PERCOBAAN..................................................................................9

2.1 Alat.....................................................................................................................9
2.2 Bahan..................................................................................................................9
2.3 Uraian Bahan......................................................................................................10
2.4 Prosedur Kerja....................................................................................................11
2.5 Evaluasi Mutu Granul........................................................................................13
2.6 Evaluasi Mutu Tablet..........................................................................................13

BAB III HASIL PENGAMATAN..................................................................................14

3.1 Evaluasi Mutu Granul........................................................................................14


3.2 Evaluasi Mutu Tablet..........................................................................................17

BAB IV PEMBAHASAN................................................................................................19

BAB V KESIMPULAN...................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................25

Page | 3
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


Untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang pembuatan tablet.

1.2 Dasar Teori


Bentuk tablet umumnya berbentuk cakram pipih atau gepeng, bundar, segitiga,
lonjong, dan sebagainya. Bentuk khusus ini dimaksudkan untuk menghindari,
mencegah atau mempersulit pemalsuan dan agar mudah dikenal orang. Warna tablet
umumnya putih. Tablet yang berwarna kemungkinan karena zat aktifnya memang
berwarna, tetapi ada juga tablet yang sengaja diberi warna agar tampak lebih menarik,
mencegah pemalsuan, dan untuk membedakan tablet yang satu dengan tablet yang lain
(Syamsuni, 2006).
Nama tablet (tabuletta, tabletta) berasal dari kata tabulletta, lempeng pipih, papan
tipis. Beberapa farmakope mencantumkan tablet dengan nama kompresi/cetak langsung
sebagai petunjuk cara pembuatan. Tablet adalah sediaan obat padat takaran
tinggi. Sediaan ini dicetak dari serbuk kering ,kristal/granulat. Umumnya dengan bahan
pembantu pada mesin yang sesuai dengan menggunakan tekanan tinggi. Bentuk luar
tablet sangat mempengaruhi keutuhan tablet saat transportasi dan penyimpanan. Jenis
tablet dan penggunaannya : Tablet peroral, tablet oral, meliputi tablet hisap,sublingual
dan buchal, tablet parenteral, meliputi tablet injeksi dan tablet implantasi. Serta tablet
untuk penggunaan luar meliputi tablet larut, mata, vaginal, dental resorpsi kerja lokal
dipermukaan tubuh dan lubang-lubang tubuh (Voiqt, 1984).
Berdasarkan metode pembuatannya, dikenal dua jenis tablet, yaitu tablet cetak
dan tablet kempa. Tablet cetak dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi yang umumnya
mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai perbandingan. Massa serbuk
dibasahi dengan etanol persentase tinggi. Kadar etanol tergantung pada kelarutan zat
aktif dan bahan pengisi dalam sistem pelarut, serta derajat kekerasan tablet yang
diinginkan. Massa serbuk yang lembab ditekan dengan tekanan rendah ke dalam lubang
cetakan. Kemudian dikeluarkan dan dibiarkan kering. Tablet cetak agak rapuh sehingga
harus hati-hati dalam pengemasan dan pendistribusiannya. Kepadatan tablet bergantung

Page | 1
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi
pada ikatan kristal yang terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya dan tidak
bergantuk pada kekuatan tekanan yang diberikan. Sedangkan tablet kepa dibuat dengan
memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja.
Umunya tablet kempa mengandung zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat,
desintegran, dan lubrikan, tetapi dapat pula mengandung bahan pewarna dan lak yang
diizinkan, bahan pengaroma, dan bahan pemanis (Syamsuni, 2006).
Selain itu, terdapat beberapa jenis tablet sesuai dengan pembuatan dan fungsi
penggunaanya, yaitu :
1) Tablet triturat merupakan table cetak atau kempa berbentuk kecil, umunya
silindris, digunakan untuk memberikan jumlah terukut yang tepat untuk peracikan
obat.
2) Tablet hipodermik adalah tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah larut
atau melarut sempurna dalam air, harus steril dan dilarutkan lebih dahulu sebelum
digunakan untuk injeksi hipodermik.
3) Tablet sublingual digunakan dengan cara meletakkan tablet dibawah lidah sehingga
zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut, diberikan secara oral atau
jika diperlukan ketersediaan obat yang cepat seperti tablet nitrogliserin.
4) Tablet bukal digunakan dengan cara meletakkan tablet diantara pipi dan gusi,
sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.
5) Tabler efervesen dibuat dengan cara dikempa. Selain zat aktif, tablet mengandung
campuran asam ( asam sitrat, asam tatrat ) dn natrium bikarbonat, yang jika
dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbon dioksida. Tablet disimpan dalam
wadah tertutup rapat atau dalam kemasan tahan lembab, dan pada etiket tertera
informasi bahwa tablet tidak untuk ditelan.
6) Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah, meninggalakan residu dengan cara
enak dalam ronggan mulut. Diformulasikan untuk anak-anak , terutama formulasi
multivitamin, antasida, dan atibiotik tertentu. Dibuat dengan cara dikempa, pada
umumnya menggunakan manitol, sorbitol, atau sukrosa sebagai bahan pengikat dan
pengisi, serta mengandung bahan pewarna dan bahan pengaroma untuk
meningkatkan penampilan dan rasa (Syamsuni, 2006).

Berdasarkan distribusi obat dalam tubuh, tablet dibedakan menjadi 2 kelompok


yaitu :
1. Bekerja lokal : misalnya tablet isap untuk pengobatan pada rongga mulut, ovula
untuk pengobatan pada infeksi di vagina.

Page | 2
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi
2. Bekerja sistemik : per oral. Tablet yang bekerja sistemik dapat dibedakan menjadi :
a. Yang bekerja short-acting (jangka pendek); dalam 1 hari memerlukan
beberapa kali menelan tablet
b. Yang bekerja long-acting (jangka panjang); dalam 1 hari cukup menelan 1
tablet. Tablet jangka panjang ini dapat dibedakan lagi menjadi 2 yaitu :
Delayed action tablet (DAT) dan Repeat action tablet (RAT) (Syamsuni,2006).
Komponen yang terdapat dalam tablet antara lain bahan aktif dan bahan
tambahan. Maksud bahan tambahan adalah bahan yang digunakan untuk memperbaiki
sifat-sifat bahan yang akan ditablet. Macam bahan tambahan :
1) Bahan pengisi (diluent) berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah
dicetak atau dibuat. Bahan pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit atau sulit
dikempa. Misalnya laktosa, pati, kalsium fosfat dibase, dan selulosa mikrokristal.
2) Bahan pengikat (binder) berfungsi memberikan daya adhesi pada massa serbuk
sewaktu granulasi serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi, misalnya
gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon, metilselulosa, CMC, pasta pati
terhidrolisis, selulosa mikrokristal.
3) Bahan penghancur (disintegrant) berfungsi membantu hancurnya tablet setelah
ditelan. Misalnya pati, pati dan selulosa yang dimodifikasi secara kimia, asam
alginat, selulosa mikrokristal, dan povidon sambung-silang.
4) Bahan pelicin (lubricant) berfungsi mengurangi gesekan selama proses
pengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada
cetakan.
5) Zat pewarna (coloring agent) dan lak berfungsi meningkatkan nilai estetika atau
untuk identitas produk.
6) Glidan dan Antiadherent adalah bahan yang daapat meningkatkan kemampuan
mengalirnya serbuk, umumnya digunakan dalam kempa langsung tanpa proses
granulasi.
7) Bahan pengaroma (flavoring agent), berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat
yang tidak enak. Biasanya digunakan untuk tablet yang penggunaannya lama di
mulut khususnya untuk tablet kunyah (Syamsuni, 2006).
Sifat serbuk akibat pengempaan sangat berpengaruh dalam pembuatan tablet
farmasi. Walaupun informasi dasar dapat diperoleh dari literatur mengenai metalurgi
serbuk dan pengempaan serbuk metalik. Train, yang telah melakukan beberapa
penelitian dasar dalam bidang ini, menekankan bahwa tidak semua teori yang
Page | 3
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi
dikembangkan untuk sifat-sifat logam akan tetap berlaku jika diterapkan pada zat
nonlogam (Sinko, 2011).
Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat, zat lain kecuali zat-zat pelicin dibuat
granul (butiran kasar), karena serbuk halus tidak mengisi cetakan tablet dengan
baik, maka dibuat granul agar mudah mengalir (free flowing) mengisi cetakan serta
menjaga agar tablet tidak retak (caping) (Anief, 1997).
Granulasi adalah pembentukan partikel-partikel besar dengan mekanisme
pengikatan tertentu. Granul dapat diproses lebih lanjut menjadi bentuk sediaan granul
terbagi, kapsul, maupun tablet. Berbagai proses granulasi telah dikembangkan, dari
metode konvensional seperti slugging dan granulasi dengan bahan pengikat musilago
amili hingga embentukan granul dengan peralatan terkini seperti spray dry dan freeze
dry. Pada pengujian granul parameter yang diamati adalah :uji homogenitas, uji sifat
alir, uji kompresibilitas granul, dan uji distribusi ukuran granul. Pada paper ini, kami
akan membahas sedikit tentang pengaruh sifat alir terhadap tablet (Kloe, 2010).
Cara pembuatan tablet dibagi menjadi tiga cara yaitu granulasi basah, granulasi
kering (mesin rol atau mesin slug), dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan
kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan/atau kemampuan kempa.
Granulasi basah, dilakukan dengan mencampurkan zat khasiat, zat pengisi, dan zat
penghancur sampai homogen, lalu basahi dengan larutan bahan pengikat, jika perlu
ditambahkan bahan pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul, dan dikeringkan pada
lemari pengering pada suhu 40o-50oC (tidak lebih dari 60oC). Setelah kering diayak
kembali untuk memperoleh granul dengan ukuran sesuai dengaan yang diperlukan dan
ditambahkan dengan bahan pelicin (lubrikan) kemudian dicetak menjadi tablet dengan
mesin tablet. Cara granulasi basah menghasilkan tablet yang lebih baik dan dapat
disimpan lebih lama dibandingkan cara granulasi kering. Sedangkan granulasi kering
(slugging dan precompression), dilakukan dengan mencampurkan zat khasiat, zat
pengisi, dan zat penghancur serta jika perlu ditambahkan zat pengikat san zat pelicin
hingga menjadi massa serbuk yang homogen, lalu dikempa cetak pada tekanan tinggi,
sehingga menjadi tablet besar (slug) yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan
diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan. Akhirnya
dikempa cetak lagi sesuai ukuran tablet yang diinginkan. Keuntungan granulasi kering,
yaitu tidak diperlukan panas dan kelembaban dalam proses granulasi sera penggunaan
alat yang lebih sederhana, sedangkan kerugiannya adalah menghasilkan tablet yang
kurang tahan lama dibandingkan dengan granulasi basah. Sedangkan cetak atau kempa
Page | 4
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi
langsung dapat dilakukan jika jumlah zat yang berkhasiat per tabletnya cukup banyak,
mempunyai sifat alir yang baik, dan berbentuk kristal (Syamsuni, 2006).
Sifat- sifat fisika dan kimia tertentu dari zat obat dipengaruhi oleh distribusi
ukuran partikel, termasuk laju disolusi obat, bioavailabilitas, keseragaman isi, rasa,
teksture, warna dan kestabilan. Tambahan pula, sifat-sifat seperti karakteristik aliran
dan laju sedimentasi, juga merupakan faktor-faktor penting yang berhubungan dengan
ukuran partikel. Penting sekali untuk memantapkan ukuran partikel dari zat murni yang
dapat mempengaruhi formulasi dan efikasi produk. Ukuran partikel terbukti secara
bermakna mempengaruhi profil absorpsi obat oral tertentu seperti griseofulvin,
nitrofurantion, spironolakton dan prokain penisilin. Keseragam isi dalam bentuk
sediaan padat sangat tergantung kepada ukuran partikel dan distribusi bahan aktif pada
seluruh formulasi yang sama. Ada beberapa metode yang tersedia untuk mengevaluasi
ukuran partikel yang meliputi pengayakan, mikroskopi, sedimentasi dan stream
scanning (Ansel, 1989).
Sementara itu, pengayakan sendiri adalah sebuah cara pengelompokan butiran,
yang akan dipisahkan menjadi satu atau beberapa kelompok. Dengan demikian dapat
dipisahkan antara partikel lolos ayakan (butir halus) dan yang tertinggal diayakan (butir
kasar). Ukuran butiran tertentu, yang masih bisa melintasi ayakan dinyatakan sebagai
butiran batas. Pada pengayakan manual, bahan dipaksa melewati lubang ayakan.
Umumnya dengan bantuan bilah kayu atau bilah bahan sintetis atau dengan sikat.
Beberapa farmakope memuat spesifikasi ayakan dengan lebar lubang ayakan tertentu.
Sekelompok partikel dikatakan memiliki tingkat kehalusan tertentu jika seluruh partikel
dapat melintasi lebar lubang yang sesuai (artinya tanpa sisa ayakan). Dengan demikian
ada batasan maksimal dari ukuran partikel (Voight, 1971).
Pengayakan, metode ini menggunakan suatu seri ayakan standar yang dikalibrasi
oleh The National Bureau of Standards. Ayakan umumnya digunakan untuk memilih
partikel-partikel yang lebih besar, tetapi jika digunakan dengan sangat hati-hati. Ayakan-
ayakan tersebut bisa digunakan untuk mengayak bahan sampai sehalu 44 mikro meter
(ayakan nomor 325). Ayakan yang dihasilkan oleh cara-cara eksa dan cara pembentukan
listrik sekarang ada dalam lubang mulai dari 90 m sampai sekecil 5 m. Menurut
metode u.s.p untuk menguji kehalusan serbuk suatu massa sampel tertentu ditaruh suatu
ayakan yang cocok dan di goyangkan secara mekanik. Serbuk tersebut di goyang-goyang
selama waktu tertentu dan bahan yang melalui suatu ayakan ditahan oleh ayakan
berikutnya yang lebih halus serta dikumpulkan, kemudian di timbang. Menurut Herdan,
Page | 5
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi
kesalahan pengayakan akan timbul dari sejumlah variabel termasuk beban ayakan dan
lama serta intensitas penggoyangan. Fornner, Banker dan Swarbrick telah
memperlihatkan bahwa pengayakan dapat menyebabkan penjebolan bahan-bahan granul
farmasetis.
Ilmu dan teknologi partikel kecil diberi nama mikromiretik oleh Dalla Valle.
Dispersi koloid dicirikan oleh partikel yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mikroskop
biasa, sedang partikel emulsi dan suspensi farmasi serta serbuk halus berada dalam
jangkauan mikroskop optik. Partikel yang mempunyai ukuran serbuk lebih kasar, granul
tablet, dan garam granular berada dalam kisaran ayakan. Setiap kumpulan partikel
biasanya disebut polidispersi. Karenanya perlu untuk mengetahui tidak hanya ukuran
dari suatu partikel tertentu, tapi juga berapa banyak partikel-partikel dengan ukuran yang
sama ada dalam sampel. Jadi kita perlu sutau perkiraan kisaran ukuran tertentu yang ada
dan banyaknya atau berat fraksi dari tiap-tiap ukuran partikel, dari sini kita bisa
menghitung ukuran partikel rata-rata untuk sampel tersebut (Sinko, 2011).
Sifat alir serbuk berpengaruh pada peningkatan reprodusibilitas pengisian ruang
kompresi pada pembuatan tablet dan kapsul , sehingga menyebabkan keseragaman bobot
sediaan lebih baik, demikian pula efek farmakologinya. Bila aliran granul kurang baik,
beberapa dies tidak akan terisi sempurna. Karena aliran yang kurang baik akan berakibat
terbetuknya jembatan atau lubang tikus (poor flow rat holing) dari granul di hopper
(Voigt, 1984).
Fluiditas atau sifat alir serbuk merupakan faktor kritik dalam produksi obat
sediaan padat. Hal ini karena sifat alir serbuk berpengaruh pada peningkatan
reprodusibilitas pengisian ruang kompresi pada pembuatan tablet dan kapsul , sehingga
menyebabkan keseragaman bobot sediaan lebih baik, demikian pula efek
farmakologinya (L. Lachman,A. L. Herbert, & L. K. Joseph , 1994).
Waktu alir adalah waktu yang diperlukan untuk mengalir dari sejumlah granul
melalui lubang corong yang diukur adalah sejumlah zat yang mengalir dalam suatu
waktu tertentu (Ansel, 1989).
Pada umumnya tablet kempa dibuat dengan mengempa massa kempa yang
mengalir dari corong ke sisi pengisi lalu ke lubang kempa menjadi massa kompak dan
padat. Tablet dibuat sesuai bentuk dan ukuran pons dan lubang kempa lalu dikempa
menghasilkan massa rengat dan kompak dengan bentuk tertentu. Unit tablet dalam satu
batch harus mempunyai keseragaman bobot, keseragaman kandungan, serta kadar zat
aktif yang harus memenuhi syarat. Ketentuan lain yang juga penting dari massa tablet
Page | 6
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi
yaitu massa tablet harus homogen dan massa kempa harus mengalir lancar ke lubang
kempa (Sulaiman, 2007).
Sifat alir dapat dievaluasi secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung
dengan menguji waktu alirnya, artinya waktu yang diperlukan untuk mengalirkan
sejumlah granul atau serbuk pada alat yang digunakan. Seratus gram granul atau serbuk
dengan waktu alir lebih dari 10 detik akan mengalami kesulitan pada saat pentabletan
(Fudholi, 1983).
Sudut diam yaitu sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel berbentuk
kerucut dengan bidang horizontal. Besar kecilnya sudut diam dipengaruhi bentuk,
ukuran, dan kelembaban granul atau serbuk granul atau serbuk yang mempunyai sudut
diam lebih dari atau sama dengan 30o biasanya sifat alirnya kurang baik (Sinko, 2011).
Uji stabilitas tablet meliputi :
a. Keseragaman Bobot
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode,
yaitu keseragaman bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan ini
digunakan untuk sediaan mengandung satu zat aktif dan sediaan mengandung dua
atau lebih zat aktif (Depkes, Farmakope Indonesia Edisi Keempat, 1995).
b. Uji Kekerasan
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang
mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan memberi
tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan dan
kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik pada
saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa digunakan adalah
hardness tester (Ansel, 1989).
Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam
melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan talet
selama pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai
sebagai ukuran dari tekanan pengempaan (Parrot, 1971).
c. Uji Kerapuhan (Friabilitas) Tablet
Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur
ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu
pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur dengan friabilator. Prinsipnya
adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar dalam
friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran kerapuhan, alat diputar
dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4

Page | 7
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi
menit. Jadi ada 100 putaran Kerapuhan dapat dievaluasi dengan menggunakan
friabilator (contoh nya Rosche friabilator) (Sulaiman, 2007).
d. Uji Disolusi Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan
disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan
kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah (L.
Lachman,A. L. Herbert, & L. K. Joseph , 1994).
e. Waktu Hancur Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet
untuk hancur menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu melewati ayakan
no.10 yang terdapat dibagian bawah alat uji. Alat yang digunakan adalah
disintegration tester, yang berbentuk keranjang, mempunyai 6 tube plastik yang
terbuka dibagian atas, sementara dibagian bawah dilapisi dengan ayakan/screen
no.10 mesh (Sulaiman, 2007).

Page | 8
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi
BAB II

METODE PERCOBAAN

2.1 Alat
1. Gelas beaker 500 ml
2. Gelas beaker 250 ml
3. Gelas ukur 100 ml
4. Batang pengaduk
5. Mangkuk plastik
6. Nampan alumunium
7. Ayakan kawat nomor 6-12 mesh
8. Ayakan kawat nomor 14-20 mesh
9. Kaos tangan
10. Neraca teknik
11. Neraca digital
12. Hot plate
13. Alat disolusi
14. Jangka Sorong
15. Penggaris
16. Corong
17. Hardness tester
18. Oven
19. Desikator

2.2 Bahan
1. 5 gram Paracetamol
2. 3 gram Amylum oryzae
3. 2 gram Laktosa
4. 2 gram Gelatin
5. 20 ml Aquades

2.3 Uraian Bahan


1. Parasetamol (Acetaminophen) (Farmakope Indonesia edisi V halaman 998)
Rumus struktur : C8H9NO2

Page | 9
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi
Kandungan : Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0%
dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2, dihitung terhadap
zat anhidrat
Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit.
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium
hidroksida 1 N; mudah larut dalam etanol.
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
Simpan dalam suhu ruang, hindarkan dari kelembaban
dan panas.
2. Amylum Oryzae (Pati Beras) (Farmakope Indonesia edisi V halaman 1002)
Pemerian : Serbuk sangat halus; putih.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol.
Wadah dan penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat.
3. Laktosa (Farmakope Indonesia edisi V halaman 753)
Pemerian : Serbuk putih, mengalir bebas.
Kelarutan : Mudah larut dalam air secara perlahan-lahan; praktis
tidak larut dalam etanol.
Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
4. Gelatin (Farmakope Indonesia edisi V halam 487)
Pemerian : Lembaran, kepingan atau potongan, atau serbuk kasar
sampai halus; kuning lemah atau coklat terang; warna
bervariasi tergantung ukuran partikel. Larutannya berbau
lemah seperti kaldu. Jika kering stabil di udara, tetapi
mudah terurai oleh mikroba jika lembab atau dalam
bentuk larutan. Gelatin Tipe A menunjukkan titik
isoelektrik antara pH 7 dan pH 9. Gelatin Tipe B
menunjukkan tipe isoelektrik antara pH 4,7 dan pH 5,2.
Kelarutan : Tidak larut dalam air dingin; mengembang dan lunak
bila dicelup dalam air; menyerap air secara bertahap
sebanyak 5-10 kali beratnya; larut dalam air panas,
dalam asam asetat 6 N dan dalam campuran panas
gliserin dan dalam air; tidak larut dalam etanol, dalam
kloroform, dalam eter, dalam minyak lemakk dan dalam
minyak menguap.
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, di tempat kering.
5. Aqua Destillata (Air Suling) (Farmakope Indonesia edisi III halaman 96)
Rumus struktur :H2O
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
memiliki rasa.
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Page | 10
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi
2.4 Prosedur Kerja
1. Pembuatan solution gelatin
a) Timbang gelatin sebanyak 2 gram.
b) Larutkan dalam aquades sampai 20 ml.
c) Panaskan di atas hot plate hingga warna jernih.

Skema

2 gram
gelatin

+ Aq ad 20
ml

Di hot
plate ad
jernih

2. Pembuatan granul
a) Campur amylum oryzae dan laktosa hingga homogen.
b) Ayak dengan ayakan.
c) Timbang paracetamol 5 gram kemudian campur dengan hasil ayakan amylum
oryzae dan laktosa.
d) Tambahkan solution gelatin sedikit demi sedikit sampai terbentuk massa
granul yang baik. Catat volume solution gelatin yang digunakan.
e) Ayak massa granul dengan ayakan No. 6-12 mesh.
f) Oven pada suhu 60oC selama 30 menit.
g) Timbang hasil granul kering dan lakukan evaluasi mutu granul.
h) Lakukan pencetakan tablet dari hasil penggranulan yang sebelumnya.
i) Jadikan granul menjadi 2 tablet.
j) Lakukan evaluasi tablet.

Skema

Page | 11
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi
Amylum + Timbang,
Oven suhu
Laktosa Evaluasi
60oC, 30
ad mutu
menit
homogen granul

Cetak 2
Ayak Ayak
tablet

Evaluasi
+ Sol.
+ 5 g PCT mutu
gelatin
tablet

Page | 12
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi
2.5 Evaluasi Mutu Granul
1. Hitung Loose Weight
2. Uji laju alir granul
3. Uji sudut diam granul
4. Uji kompresibilitas granul
2.6 Evaluasi Mutu Tablet
1. Uji keseragaman bobot
2. Uji ukuran tablet
3. Uji kerapuhan tablet
4. Uji kekerasan tablet

Page | 13
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi
BAB III

HASIL PENGAMATAN

3.1 Evaluasi Mutu Granul


a. Data Penimbangan Granul Kasar
No Perlakuan Bobot Kertas Bobot Granul + Kertas Bobot Granul
1. Sebelum di oven 2,1828 g 3,1449 g 0,9621 g
2. Oven I 2,1828 g 3,0218 g 0,8390 g
3. Oven II 2,1828 g 3,0217 g 0,8389 g

b. Data Penimbangan Granul Halus


No Perlakuan Bobot Kertas Bobot Granul + Kertas Bobot Granul
1. Sebelum di oven 2,1446 g 12,7419 g 10,5973 g
2. Oven I 2,1446 g 11,7461 g 9,6015 g
3. Oven II 2,1446 g 11,7460 g 9,6014 g

c. Loose Weight
Diketahui :
Bobot granul basah = 10,5973 g
Bobot granul setelah di oven = 9,6014 g

Ditanya :
Loose Weight ?

Penyelesaian :
Loose Weight = Bobot granul basah Bobot granul setelah di oven
= 10,5973 g 9,6014 g
Loose Weight = 0,9959 g

d. Uji Laju Alir Granul


Diketahui :
m = massa granul = 9,6014 g
t = waktu alir granul = 1,8 s

Ditanya :
Laju Alir ?

Penyelesaian :
m
Laju Alir =
t

Page | 14
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi
9,6014 g
=
1,8 s

Laju Ali r = 5,3341 g/s

e. Uji Sudut Diam


1) Perhitungan jari-jari
Diketahui :
r1 = 6,4 cm
r2 = 6,5 cm
r3 = 6,8 cm
r4 = 7 cm

Ditanya :
r ?

Penyelesaian :
r +r +r +r
r = 1 2 3 4
4
6,4 cm+ 6,5 cm+ 6,8 cm +7 cm
=
4

26,7 cm
=
4

r = 6,6750 cm

2) Perhitungan sudut diam


Diketahui :
h = tinggi granul = 1,2 cm
r = jari-jari granul = 6,6750 cm

Ditanya :
?

Penyelesaian :
h
tan =
r
1,2 cm
=
6,6750 cm
tan = 0,1798
-1
= tan 0,1798

Page | 15
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi
o
= 10,1929

f. Uji Kompresibilitas
Diketahui :
v1 = 20 ml
v2 = 18 ml

Ditanya :
% Kompresibilitas ?

Penyelesaian :
( v1 v 2 )
Kompresibilitas= x 100
v2

( 20 ml18 ml )
x 100
18 ml

Kompresibilitas=11,1

3.2 Evaluasi Mutu Tablet


a. Uji Keseragaman Bobot
Diketahui :
Bobot tablet 1 = 1,0020 g
Bobot tablet 2 = 1,0020 g

Ditanya :
Keseragaman Bobot ?

Penyelesaian :
Bobot tablet 1+Bobot tablet 2
Keseragaman Bobot =
2

1,0020 g +1,0020 g
=
2

Keseragaman Bobot =1,0020 g

b. Uji Ukuran Tablet


1) Data penimbangan

Penimbangan Bobot

Page | 16
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi
Granul 1 1,0050 g
Granul 2 1,0051 g
Tablet 1 1,0020 g
Tablet 2 1,0020 g

2) Data pengukuran

Penimbangan Bobot
Diameter Tablet 1 1,33 cm
Diameter Tablet 2 1,33 cm
Tebal Tablet 1 0,79 cm
Tebal Tablet 2 0,79 cm

c. Uji Kerapuhan Tablet


Diketahui :
Bobot awal = 13,8079 g
Bobot akhir = 13,8040 g

Ditanya :
% Kerapuhan ?

Penyelesaian :
% Kerapuhan = (Bobot awal Bobot akhir) x 100%
= (13,8079 g 13,8040 g) x 100%
% Kerapuhan = 0,39%

d. Uji Kekerasan Tablet


Diketahui :
F1 = 20,1 N
F2 = 19,6 N

Ditanya :
?
F

Penyelesaian :
F +F
F = 1 2
2
20,1 N +19,6 N

2

F=19,85 N

Page | 17
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi
BAB IV

PEMBAHASAN

Tablet adalah bentuk sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, tablet digolongkan sebagai tablet cetak dan
tablet kempa. Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan
rendah ke dalam lubang cetakan. Sedangan tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan
tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam
berbagai ukuran, bentuk, dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan.
Komposisi utama dari tablet adalah zat berkhasiat yang terkandung di dalamnya,
sedangkan bahan pengisi yang sering digunakan dalam pembuatan tablet yaitu bahan
penghancur, bahan penyalut, bahan pengikat, bahan pemberi rasa, dan bahan tambahan
lainnya (Ansel, 1989).
Bahan obat dan zat-zat tambahan umumnya berupa serbuk yang tidak dapat langsung
bercampur dan dicetak menjadi tablet karena akan langsung hancur dan tablet menjadi mudah
pecah.campuran serbuk itu harus diubah menjadi granul-granul, yaitu kumpulan serbuk
dengan volume yang lebih besar yang saling melekat satu sama lain. Cara mengubah serbuk
menjadi granul ini disebut dengan granulasi. Tujuan granulasi adalah sebagai berikut :
a. Supaya sifat alirnya baik (free flowing). Granul dengan volume tertentu dapat mengalir
teratur dalam jumlah yang sama ke dalam mesin pencetak tablet.
b. Ruang udara dalam bentuk granul jumlahnya lebih kecil jika dibandingkan dengan
bentuk serbuk jika diukur dalam volume yang sama. Makin banyak udaranya, tablet
makin mudah pecah.
c. Agar pada saat dicetak tidak mudah melekat pada stempel (punch) dan mudah dilepas
dari matriks (die) (Syamsuni, 2006).
Pada pembuatan tablet Ini digunakan metode granulasi basah yang diawali dengan
pembuatan gelatin. Pembuatan solution gelatin ini dilakukan dengan melarutkan 3 gram
serbuk gelatin dengan aquades hingga volumenya 20 ml di atas hot plate hingga warnanya
menjadi jernih.
Selanjutnya dilakukan pembuatan granul dengan mencampurkan 3 gram amylum
oryzae dengan 2 gram laktosa kemudian di ayak, lalu dicampurkan dengan 5 gram
Paracetamol dan menambahkan 5 ml solution gelatin sedikit demi sedikit sampai terbentuk
massa yang baik dan diayak kembali menggunakan mesh bertingkat sehingga diperoleh 2
jenis granul yaitu granul kasar sebanyak 0,9621 gram dan granul halus sebanyak 10,5973

Page | 18
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi
gram lalu di oven. Pengovenan dilakukan sebanyak 2 kali, setelah pengovenan pertama
granul kasar memiliki bobot 0,8390 gram dan granul halus memiliki bobot sebesar 9,6015
gram. Sedangkan setelah pengovenan kedua, granul disimpan pada desikator terlebih dahulu
kemudian ditimbang kembali sehingga diperoleh bobot granul kasar sebesar 0,8389 gram dan
granul halus 9,6014 gram. Namun, untuk langkah selanjutnya dalam pembuatan tablet yang
digunakan hanyalah ganul halus.
Setelah pengovenan, dilakukan perhitungan bobot yang hilang atau Loose Weight
dengan cara mengurangi bobot granul setelah dioven dengan bobot granul dalam keadaan
basah, sehingga bobot yang hilang dari granul halus tersebut adalah 0,9959 gram. Lalu
dilakukan uji kompresibilitas, yang bertujuan untuk mengetahui kekompakan maksimal dari
granul tersebut dalam gelas ukur yang dihentakkan sebanyak 500 kali dengan volume awal
20 ml dan volume akhir 18 ml sehingga diperoleh persentase kompresibilitasnya adalah
11,1%.
Fluiditas atau sifat alir serbuk merupakan faktor kritik dalam produksi obat sediaan
padat. Hal ini karena sifat alir serbuk berpengaruh pada peningkatan reprodusibilitas
pengisian ruang kompresi pada pembuatan tablet dan kapsul, sehingga menyebabkan
keseragaman bobot sediaan lebih baik, demikian pula efek farmakologinya.

Sedangkan sudut diam adalah sudut yang dibentuk oleh tumpukan serbuk terhadap
bidang datar setelah serbuk tersebut mengalir secara bebas melalui suatu celah sempit. Alat
yang biasa digunakan adalah corong semakin kecil sudut diam maka semakin mudah serbuk
tersebut mengalir. Sudut diam dapat diukur dengan mengamati tinggi kerucut yang terbentuk
di atas alas dengan diameter tententu. Umumnya granul dikatakan mengalir dengan baik (free
flowing) apabila sudut diamnya lebih kecil dari 30 o dan apabila lebih daripada sudut tersebut
maka akan mengalami kesukaran saat pembuatan sediaan tablet.
Pada praktikum ini digunakan granul halus yang dituangkan pada corong dengan
menyumbat lubang corong menggunakan jari. Atur ketinggian corong setinggi 10 cm di atas
alas granul yang akan menampung granul, lepaskan sumbat dan biarkan granul mengalir
menuju alas granul dengan perhitungan waktu yang disebut sebagai waktu alir yang
merupakan waktu yang diperlukan untuk mengalir dari sejumlah granul melalui lubang
corong yang diukur adalah sejumlah zat yang mengalir dalam suatu waktu tertentu. Granul
halus sebanyak 9,6014 gram memerlukan waktu alir selama 1,8 detik sehingga diperoleh laju
alir granul sebesar 5,3341 g/s, laju alir granul tersebut masih dikatakan sebagai laju alir yang
baik karena membutuhkan waktu yang kurang dari 10 detik untuk tepat habis meninggalkan
corong.

Page | 19
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi
Dari tumpukan tersebut maka tinggi granul diukur dengan menggunakan 2 buah
penggaris yang saling tegak lurus sehingga diperoleh tingginya yaitu 1,2 cm dan pada
sekeliling tumpukan dibuatlah garis tepi yang terlihat seperti cetakan dari tumpukan tersebut.
Setelah itu granul dipindahkan ke wadah lainnya dan dari cetakan yang telah dibuat dapat
diukur jari-jari dari tumpukan granul dengan cara membagi lingkaran menjadi 4 bagian
secara saling melintang dan membujur hingga diperoleh jari-jari pertama 6,4 cm, jari-jari
kedua 6,5 cm, jari-jari ketiga 6,8 cm, dan jari-jari keempat 7 cm. Dari data tersebut maka
diperoleh rata-rata jari-jari tumpukan granul yaitu 6,6750 cm dan memiliki sudut diam
sebesar 10,1929o sehingga granul ini dapat dilanjutkan dalam pembuatan sediaan tablet
karena sudut diamnya tidak lebih dari 30o.
Selanjutnya, granul dicetak dengan alat pencetak tablet manual yang dikempa
menggunakan punch dan die. Pada percobaan ini dilakukan pencetakan tablet sebanyak 2
tablet dengan bobot granul pertama 1,0050 gram dan granul kedua sebanyak 1,0051 gram
sehingga diperoleh bobot tablet pertama dan kedua yang seragam yaitu 1,0020 gram. Dengan
diameter dan tebal yang seragam pula yaitu 1,33 cm dan 0,79 cm. Seharusnya tablet memiliki
keseragaman massa yang dimaksudkan dalam pembuatan tablet dengan dosis yang seragam,
agar terapi yang diinginkan tercapai dengan efektif tanpa adanya faktor-faktor yang
menghambat keberhasilan terapi tersebut.
Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur ketahanan
permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman.
Kerapuhan diukur dengan friabilator. Prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari
sejumlah tablet selama diputar dalam alat disolusi selama waktu tertentu.
Pada praktikum ini digunakan alat uji kerapuhan tablet untuk menguji stabilitas dari 20
sediaan tablet yang telah tersedia. Mula-mula tablet ditimbang menggunakan neraca digital
sehingga diperoleh massa tablet yaitu 13,8079 gram. Kemudian 20 tablet dimasukkan ke
dalam alat uji kerapuhan tablet yang dijalankan selama 10 menit, lalu tablet dikeluarkan dari
alat tersebut sehingga diperoleh bobotnya 13,8040 gram dan persentase kerapuhannya adalah
0,39%.
Dari pengujian ini maka dapat diketahui bahwa dari 20 sediaan tablet tersebut memiliki
stabilitas yang baik karena memiliki persentase kerapuhan yang paling kecil sehingga pada
saat proses pendistribusian, tablet tidak mudah hancur dan dosisnya tetap terjaga.
Selain kerapuhan, faktor kekerasan tablet juga perlu diperhitungkan menggunakan alat
Hardness tester sehingga diperoleh tablet pertama memiliki kekerasan sebesar 20,1 Newton
dan tablet kedua 19,6 Newton dengan rata-rata 19,85 Newton.

Page | 20
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi
Page | 21
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi
BAB V

KESIMPULAN

Tablet adalah bentuk sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, tablet digolongkan sebagai tablet cetak dan
tablet kempa. Tablet cetak dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan
rendah ke dalam lubang cetakan. Sedangan tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan
tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam
berbagai ukuran, bentuk, dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan.
Komposisi utama dari tablet adalah zat berkhasiat yang terkandung di dalamnya,
sedangkan bahan pengisi yang sering digunakan dalam pembuatan tablet yaitu bahan
penghancur, bahan penyalut, bahan pengikat, bahan pemberi rasa, dan bahan tambahan
lainnya.
Pada pembuatan tablet Ini digunakan metode granulasi basah yang diawali dengan
pembuatan gelatin. Selanjutnya dilakukan pembuatan granul lalu di oven. Pengovenan
dilakukan sebanyak 2 kali. Setelah pengovenan, dilakukan perhitungan bobot yang hilang
atau Loose Weight sehingga bobot yang hilang dari granul halus tersebut adalah 0,9959 gram.
Lalu dilakukan uji kompresibilitas sehingga diperoleh persentase kompresibilitasnya adalah
11,1%.
Granul halus sebanyak 9,6014 gram memerlukan waktu alir selama 1,8 detik sehingga
diperoleh laju alir granul sebesar 5,3341 g/s, laju alir granul tersebut masih dikatakan sebagai
laju alir yang baik karena membutuhkan waktu yang kurang dari 10 detik untuk tepat habis
meninggalkan corong dan memiliki sudut diam sebesar 10,1929o sehingga granul ini dapat
dilanjutkan dalam pembuatan sediaan tablet karena sudut diamnya tidak lebih dari 30o.
Selanjutnya, granul dicetak dengan alat pencetak tablet manual yang dikempa
menggunakan punch dan die. Pada percobaan ini dilakukan pencetakan tablet sebanyak 2
tablet dengan bobot granul pertama 1,0050 gram dan granul kedua sebanyak 1,0051 gram
sehingga diperoleh bobot tablet pertama dan kedua yang seragam yaitu 1,0020 gram. Dengan
diameter dan tebal yang seragam pula yaitu 1,33 cm dan 0,79 cm.
Pada praktikum ini digunakan alat uji kerapuhan tablet untuk menguji stabilitas dari 20
sediaan tablet yang telah tersedia dengan persentase kerapuhannya adalah 0,39%.
Dari pengujian ini maka dapat diketahui bahwa dari 20 sediaan tablet tersebut memiliki
stabilitas yang baik karena memiliki persentase kerapuhan yang paling kecil sehingga pada
saat proses pendistribusian, tablet tidak mudah hancur dan dosisnya tetap terjaga.

Page | 22
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi
Selain kerapuhan, faktor kekerasan tablet juga perlu diperhitungkan menggunakan alat
Hardness tester sehingga diperoleh tablet pertama memiliki kekerasan sebesar 20,1 Newton
dan tablet kedua 19,6 Newton dengan rata-rata 19,85 Newton.

Page | 23
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (1997). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ansel. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Universitas Indonesia
Press.
Depkes. (2014). Farmakope Indonesia Edisi Kelima. Jakarta: Departemen Kesehatan
Repubik Indonesia.
L. Lachman,A. L. Herbert, & L. K. Joseph . (1994). Teori Dan Praktek Farmasi
Industri. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Parrot. (1971). Pharmaceutical Technology Fundamental pharmaceutics Third
Edition. USA: Burges Publishing Company .
Sinko, P. J. (2006). Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika Edisi 5. Jakarta:
EGC.
Sulaiman, T. N. (2007). Teknologi Dan Formulasi Sediaan Tablet. Yogyakarta:
Pustaka Laboratorium Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi.
Syamsuni, H. A. (2006). Ilmu Resep. Jakarta: EGC.
Voigt, R. (1984). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Page | 24
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi

Anda mungkin juga menyukai