DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4B
GOLONGAN II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Peralatan
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
1998 Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan, Alat
kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets dan
untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah
kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya
berdampak buruk pada mutu produk (BPOM, 2013).
2.2 Pembersihan Peralatan
Suatu peralatan pembuatan obat steril hendaklah mempunyai perawatan dan
pembersihan yang baik agar dapat mencegah kontaminasi silang, penumpukan
debu atau kotoran dan, hal – hal yang umumnya berdampak buruk pada mutu
produk. Peralatan produksi yang digunakan hendaklah tidak berakibat buruk pada
produk. Bagian alat produksi yang bersentuhan dengan produk tidak boleh
bersifat reaktif, aditif atau absorbtif yang dapat mempengaruhi mutu dan berakibat
buruk pada produk (BPOM, 2013). Mencuci bersih adalah proses menghilangkan
semua partikel yang kelihatan dan hamper semua partikel yang tidak kelihatan,
dan menyiapkan permukaan dari semua alat – alat agar aman untuk proses
disinfeksi dan sterilisasi. Adapun metode yang digunakan dalam pencucian suatu
alat sebagai berikut
Mencuci / Cleaning
Semua alat – alat pakai ulang harus dicuci hingga benar – benar bersih
sebelum didisinfeksi atau disterilkan. Pembersihan alat – alat pakai ulang harus
dibersihkan segera untuk mencegah terjadinya kotoran. Adapun bahan – bahan
pencuci yang harus sesuai digunakan adalah :
1. Sesuai dengan bahan, alat dan metode mencuci yang dipilih
2. Mengikuti rekomendasi dari produsen alat mengenai tipe bahan
pencuci yang dapat dipakai. Pemilihan bahan pencuci juga bergantung
pada tipe kotoran yang ada, pada umumnya protein lebih mudah
dihilangkan dengan detergen yang bersifat basa. Garam mineral lebih
mudah dihilangkan dengan detergen asam. Pemilihan bahan pencuci
dan metode mencuci harus ditetapkan sebelum proses dijalankan, jika
tidak, kerusakan pada alat yang akan dicuci atau alat pencuci bisa
terjadi
3. Tentukan banyaknya detergen yanag diperlukan, tergantung pada
kandungan kadar garam mineral pada air. Jika kandungan garam
mineral sedikit, gunakan sedikit detergen, dan gunakan lebih banyak
detergen jika kandungan garam mineral pada air lebih banyak
4. Pertimbangkan untuk menggunakan enzyme pelarut protein untuk
mencuci alat – alat yang memiliki lumens atau sambungan.
5. Digunakan sesuai petunjuk produsen dan sesuai dengan bahan alat.
(Depkes RI, 2009)
Metode Merendam/Membilas
1. Dibongkar (disassemble), jika dirakit lebih dari satu komponen dan
semua sambungan harus dibuka untuk memastikan seluruh permukaan
alat tercuci bersih.
2. Alat direndam dalam air pada suhu 20 - 43 selama 20 menit
3. Atau dapat juga dimulai dengan membilas dengan air keran yang
mengalir untuk melepaskan partikel – partikel kotoran
Metode Mencuci Secara Manual
1. Dicuci dalam air untuk mencegah penguapan jika alat dapat tenggelam
/ terendam
2. Dicuci menurut aturan dari produsen jika alat tidak dapat tenggelam /
terendam
3. Dicuci dengan alat antigores untuk mencegah kerusakan pada alat. Alat
– alat degan lumens atau berlubang kecil – kecil harus dibersihkan
dengan sikat yang telah didisinfeksi dengan diameter yang tepat .
4. Dibilas dengan air keran yang mengalir dengan suhu 40
BAB III
METODE
3.1 Alat
3.1.1. Gelas Beker
3.1.1. Pipet tetes
3.1.2. Labu Erlenmeyer
3.1.3. Pipet ukur
3.1.4. Labu ukur
3.1.5. Mortir
3.1.6. Stamper
3.1.7. Aluminium
3.1.8. Oven
3.1.9. Kertas tembus air
3.1.10. Autoclave
3.2. Bahan
3.2.1. Tepol
3.2.2. Air kran
3.2.3. Aquadest bebas pyrogen
3.2.4. Aqua demineralisata
3.2.5. Asam kromat
3.2.6. Detergen
3.2.7. Larutan natrium karbonat 5%
3.2.8. Air panas
3.2.9. Larutan HCl 2%
DAFTAR PUSTAKA
Ayuhastuti, A. 2016. Praktikum Teknologi Sediaan Steril. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
BPOM RI. 2013. Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Jakarta : Peraturan
Kepala Badan Pengawasan Obat Dan Makanan Republik Indonesia
Depkes RI. 2009. Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril. Jakarta: Ditjen Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI. 2009. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (Central Sterile Supply
Department / CSSD) Di Rumah Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Elisma dan Sesilia. 2016. Praktikum Teknologi Sediaan Steril. Jakarta: Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Purjanto,M.Kes.,KuntjoroAdi.,Drg.Anwarul Amin, Mars., Ir.Noverita!Dewayani.,
Dra. Zuharina, Apt., Pinkan E. R. Lantang, St Sugiarto, St, M.Si.,
Subadri, St, M.Si., Dini Widiyanti, St., Dr. Junita Rosa Tiurma Ida
Chilwati, Sap., Faisal Qurtubi, S.Si., Asmaranto Prajoko., Ayu Nur
Latifah, St. 2015. Pedoman Pengelolaan Peralatan Kesehatan. Jakarta:
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan.
Republik Indonesia. 1998. Undang-undang No. 72 Tahun 1998 tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan. Jakarta:
Sekretariat Negara.