Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOGNOSI KE 9 – 10
UJI ORGANOLEPTIS (BAU, RASA, DAN WARNA) PADA SERBUK
SIMPLISIA

Disusun oleh :
JOAN DESTALINO
20.71.023485

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
2021
BAB I
1.1 TUJUAN
1. Mahasiswa mampu mengetahui ciri – ciri simplisia yang baik dalam
kondisi kering
2. Mahasiswa mampu mengetahui persyaratan dari pembuatan simplisia
serbuk
1.2 DASAR TEORI

Uji organoleptik merupakan hasil reaksi fisikologik berupa tanggapan atau


kesan mutu oleh sekelompok orang yang disebut dengan panelis. Panelis adalah
sekelompok orang yang bertugas menilai sifat atau kualitas bahan berdasarkan
kesan subyektif. Soekarto mengelompokan panelis ke dalam enam kelompok,
yaitu : panelis pencicipan perorangan, panelis pencicipan terbatas, panelis
terlatih, panelis agak terlatih dan, panelis konsumen (Suradi, 2007).

Pengujian organoleptik disebut penilaian indera atau penilaian sensorik


merupakan suatu cara penilaian deengan memanfaatkan panca indera manusia
untuk mengamati tekstur, warna, bentuk, aroma, rasa suatu produk makanan,
minuman ataupun obat. Pengujian organoleptik berperan penting dalam
pengembangan produk. Evaluasi sensorik dapat digunakan untuk menilai
adanya perubahan yang dikenhendaki atau tidak dalam produk atau bahan-
bahan formulasi, mengidentifikasi area untuk pengembangan, mengevaluasi
produk pesaing, mengamati perubahan yang terjadi selama proses atau
penyimpanan, dan memberikan data yang diperlukan untuk promosi produk.
(Ayustaningwarno, 2014).

Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses


pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio- psikologis, yaitu
kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya
rangsangan yang diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut.
Pengindraan dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat indra
mendapat rangsangan (stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena
adanya rangsangan dapat berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi,
menyukai atau tidak menyukai akan benda penyebab rangsangan (Anonim,
2013).
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan
yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995). Sedangkan haksel merupakan
bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, biji dan lain-lain yang
dikeringkan tetapi belum dalam bentuk serbuk (Anonim, 2009).

Obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa yang perlu untuk


dilestarikan dan dikembangkan guna menunjang kesehatan. Obat tradisional
sangat besar peranannya dalam pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia,
maka dari itu obat tradisional berpotensi untuk dikembangkan. Indonesia
memiliki banyak tanaman obatobatan karena Indonesia memiliki
keanekaragaman hayati terbesar kedua setelah Negara Brazil. Meskipun
banyak tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan obat tetapi belum
dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat Indonesia (Notoatmodjo,
2007).

Tumbuhan obat adalah pemanfaatan keanekaragaman hayati yang ada di


sekitar kita, baik tumbuhan yang dibudidayakan atapun tumbuhan liar. Sejak
nenek moyang, tumbuhan sudah digunakan sebagai obat tradisional. Perlu
diingat bahwa biaya pengobatan yang tidak dapat dijangkau oleh semua orang,
maka tumbuhan obat merupakan salah satu alternatif yang terjangkau bagi
masyarakat (Bangun, 2012).

Serbuk adalah sediaan obat tradisional berupa butiran homogen dengan


derajjat halus yang cocok, bahan bakunya berupa simplisia sediaan galenic
atau campurannya (Depkes RI, 1994). Serbuk simplisia adalah sediaan obat
tradisional berupa butiran homogen dengan derajat halus yang sesuai, terbuat
dari simplisia atau campuran dengan ekstrak yang cara penggunaannya
diseduh dengan air panas (BPOM, 2014).

Serbuk simplisia dibuat dari simplisia utuh atau potongan – potongan


halus simplisia yang sudah dikeringkan melalui proses pembuatan serbuk
dengan suatu alat tanpa menyebabkan kerusakan atau kehilangan kandungan
kimia yang dibutuhkan dan di ayak hingga diperoleh serbuk. Derajat
kehalusan serbuk

simplisia untuk pembuatan ekstrak merupakan simplisia halus dengan


nomor pengayak 60 dengan lebar nominal 0,105 mm, garis tengahnya
0,064 (Depkes RI,2008)

Adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan tingginya


biaya obat dari bahan kimia. Tingginya biaya obat kimia dikarenakan bahan
baku obat kimia perlu didatangkan dari luar negeri. Kondisi yang demikian
mendorong masyarakat Indonesia terutama Pengetahuan tentang tumbuhan
obat dan pengembangannya yang bersumber dari hutan dan pekarangan
seharusnya mendapat perhatian besar. Untuk menunjang kelestarian
lingkungan hidup dan menjaga agar tumbuhan obat tetap ada maka perlu
dikembangkan kegiatan budidaya tumbuhan obat. Tidak semua tanaman yang
digunakan ke 7 wilayah tersebut sama, beberapa penggunaan tanaman juga
hanya ditemukan di daerah tertentu. Contoh tanaman yang hanya digunakan
di daerah tertentu antara lain: di Desa Belikurip, Wonogiri ditemukan
penggunaan daun kelor sebagai obat gatal dan daun jati cina untuk
melancarkan BAB. Di Dusun Pandanan, Soropatren, Klaten ditemukan
penggunaan air degan untuk penawar racun. Di Nepan, Boyolali masih banyak
penduduk yang membudidayakan dan menggunakan kayu manis sebagai obat
kolesterol. Di Dalangan, Sukoharjo penggunaan daun katuk untuk
melancarkan ASI. Di Tawangmangu, Karanganyar sangat terkenal dengan
pemanfaatan cengkeh sebagai penghangat tubuh. Di daerah Jebres, Kota
Surakarta ditemukan penggunaan daun beluntas untuk mengatasi bau bau
badan, rimpang dari temu-temuan (temuireng dan temumangga) seringkali
digunakan sebagai racikan jamu untuk mencegah liver, hipertensi, dan
hepatitis, selain itu juga ditemukan penggunaan alang-alang dan kayu secang
sebagai obat masuk ngina. (Abdi, Murdiono, & Sitompul, 2015).
BAB II
2.1 ALAT DAN BAHAN

Alat :
NO NAMA ALAT JUMLAH
1. Piring / wadah 5 buah

Bahan :
NO NAMA BAHAN JUMLAH
1. Jahe Secukupnya

2. Lengkuas Secukupnya

3. Bawang putih Secukupnya

4. Kayu manis Secukupnya


5. Kunyit Secukupnya

2.2 CARA KERJA

Siapkan alat dan bahan yang diperlukan

Siapkan serbuk jahe, lengkuas, bawang putih, kunyit, dan kayu manis,
masukan kedalam wadah yang tersedia kemudian

Setelah itu lakukan uji organoleptis ( Bau, rasa, dan warna ) pada tiap – tiap
serbuk simplisia

Catat hasil dari uji organoleptis tersebut sebagai hasil pengamatan


BAB III
3.1 HASIL PENGAMATAN
Nama umum dan Bagian tumbuhan yang Uji Organoleptik
No
latin tumbuhan berkhasiat obat Warna Aroma Rasa
1 Jahe (Zingiber Rimpang (Rhizoma) Kuning Sangat Pedas sedikit
Officiale) kecoklatan Menyengat khas pahit
jahe
2 Lengkuas (Alpina Rimpang (Rhizoma) Coklat muda Menyengat khas Pahit sedikit
Galaga) lengkuas pedas
3 Bawang putih Umbi (Tuber) Putih Menyengat khas Pedas sedikit
( Allium sativum) bawang putih manis
4 Kunyit (Curcoma Rimpang (Rhizoma) Orange Menyengat khas Sedikit pedas dan
longa) kunyit Pahit
5 Kayu manis Kulit (Kortex) Coklat tua Menyengat Manis sedikit
( Cinnamomum harum khas kayu hambar dan ada
Burmanii) manis juga sedikit pedas

3.2 PEMBAHASAN

Pada pembuatan serbuk simplisia tanaman jahe, lengkuas, bawang putih,


kunyit, dan kayu manis dilakukan dengan berbagai tahap. Setelah dilakukannya
pembuatan simplisia pada tanaman serbuk simplisia tersebut diletakan dalam
wadah pada masing – masing serbuk simplisia tersebut, dan di uji organoleptis
seperti bau, rasa, dan warna pada masing – masing simplisia. Dari kelima
tanaman simplisia tersebut didapatkan hasil uji organoleptis pada tanaman jahe
bagian tumbuhan yang berkhasiat obat yaitu pada bagian rimpang nya dan
terlihat rimpang berwarna kuning kecoklatan, memiliki aroma yang khas sangat
menyengat dan mempunyai rasa pedas sedikit pahit. Pada tanaman kedua yaitu
lengkuas terlihat berwarna coklat muda, memiliki aroma yang menyengat khas
lengkuas dan juga rasa yang pahit sedikit pedas. Pada tanaman ketiga yaitu
tanaman bawang putih memiliki warna putih dan aroma yang khas bawang
putih menyegarkan dan juga rasa yang sedikit manis . Pada tanaman simplisia
ke empat yaitu kunyit terlihat berwarna orange kekuningan dan rasa khas kunyit
seta memiliki rasa yang pahit dan pedas. Pada tanaman ke lima yaitu kayu
manis terlihat berwarna coklat tua dan aroma yang khas serta tidak memiliki
rasa yang manis sedikit pahit dan pedas. Adapun manfaat ke 5 simplisia
tersebubut sebagai berikut : Jahe : Diabetes mellitus, tifus, disentri, usu buntu,
keputihan, melancarkan haid. Lengkuas : Antifungi, antibakteri, membersihkan darah,
menambah nafsu makan, mempermudah pengeluaran angin dari dalam tubuh. Kayu
manis : Rematik sendi kronis, sakit pinggang, nyeri lambung,sakit perut,masuk angina
dan batuk. Jahe : Menghangatkan badan, perut kembung, kolesterol, demam, batuk,
rematik. Bawang putih : melancarkan peredaran darah.
Haksel merupakan bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun,
bunga, biji dan lain-lain yang dikeringkan tetapi belum dalam bentuk serbuk.
Sedangkan, Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan yang dikeringkan. Simplisia dianggap bermutu rendah jika tidak
memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditetapkan, khususnya
persyaratan kadarnya. Dianggap rusak jika oleh sebab tertentu, keadaannya
tidak lagi memenuhi syarat, misalnya basah oleh air laut, tercampur minyak
pelumas dan lain-lain. Dinyatakan bulukan jika kualitasnya turun karena
dirusak oleh bakteri, cendawan atau serangga. Dinyatakan tercampur jika
secara tidak sengaja terdapat bersama bahan- bahan atau bagian tanaman lain.
Dianggap dipalsukan jika secara sengaja diganti, diolah atau ditambahi bahan
lain yang tidak semestinya.
Cara-cara pemeriksaan untuk menilai simplisia ada 5 cara.
Pemeriksaan haksel dilakukan dengan cara pemeriksaan simplisia secara
organoleptis, mikroskopik, dan makroskopik. Secara Oranoleptik : Dengan
pancaindera meliputi pemeriksaan bentuk, bau, rasa pada lidah dan tangan,
kadangkala dengan pendengaran. Dalam hal ini harus diperhatikan bentuk,
ukuran, warna bagian luar dan dalam, retakan-retakan atau gambaran-
gambaran dan susunan bahannya berserat-serat, penggumpalan dan sebagainya.
Mikroskopik : Umumnya pemeriksaan terhadap serbuk dalam irisan melintang,
secara fisika : Meliputi pemeriksaan daya larut, bobot jenis, rotasi optic, titik
lebur, titik beku, kadar air, sifat-sifat simplisia dibawah sinar ultraviolet,
penetapan mikroskopis dengan sinar polarisasi. Sedangkan untuk pemeriksaan
secara makroskopik dilakukan dengan melihat simplisia dan serbuk simplisia
secara langsung dengan mata telanjang, memperhatikan bentuk dari simplisia.
Kimia : Secara kualitatif/identifikasi umumnya berupa reaksi warna atau
pengendapan. Hayati/Biologi : Umumnya ditujukan pada pemeriksaan potensi
zat berkhasiat.
Pemeriksaan organoleptis merupakan pengecekan tanaman atau
pemeriksaan tanaman dengan menggunakan bantuan indera manusia.
Pemeriksaan organoleptis meliput aroma, rasa, dan warna. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mendeskripsikan tanaman melalui kepekaan rasa dari analis.
Pemeriksaan ini memiliki tingkat pengamatn yang tinggi. Warna, rasa dan bau
perlu diamati sebaik mungkin agar menghasilkan data yang efisien. Pemeriksaan
secara oranoleptis harus didukung oleh indera manusia yang normal. Orang-
orang yang mengalami buta warna, sakit dan flu tidak diharapkan melakukan
pemeriksaan organoleptis ini. Pemeriksaan haksel secara organoleptis ini mulai
dari aroma, rasa dan warna perlu dilakukan berulang-ulang dan bersama-sama.
Penggunaan istilah kata yang baik untuk aroma, rasa dan warna juga mendukung
hasil pengamatan.
Pemeriksaan uji organoleptis pada indra manusia sangat dibutuhkan
antara lain dalam hal penglihatan yang berhubungan dengan warna kilap,
viskositas, ukuran dan bentuk, volume kerapatan dan berat jenis, panjang lebar
dan diameter serta bentuk bahan, indra peraba yang berkaitan dengan struktur,
tekstur dan konsistensi. Struktur merupakan sifat dari komponen penyusun,
tekstur merupakan sensasi tekanan yang dapat diamati dengan mulut atau
perabaan dengan jari, dan konsistensi merupakan tebal, tipis dan halus, indra
pembau, pembauan juga dapat digunakan sebagai suatu indikator terjadinya
kerusakan pada produk, misalnya ada bau busuk yang menandakan produk
tersebut telah mengalami kerusakan, serta indra pengecap, dalam hal kepekaan
rasa , maka rasa manis dapat dengan mudah dirasakan pada ujung lidah, rasa asin
pada ujung dan pinggir lidah, rasa asam pada pinggir lidah dan rasa pahit pada
bagian belakang lidah.
BAB IV
4.1 KESIMPULAN
Ciri – ciri simplisa yang baik adalah dalam kondisi kering, kadar air kurang dari
10%, simplisia daun bila diremas bergemerisik dan berubah menjadi serpihan,
simplisia bunga bila diremas bergemerisik dan berubah menjadi serpihan atau mudah
dipatahkan, simplisia dan (irisan) bila diremas mudah dipatahkan, tidak berjamur,
dan berbau khas menyerupai bahan segarnya.

Persyaratan dari serbuk simplisia yaitu mencakup kadar air tidak lebih dari 10%,
angka lempeng total, tidak lebih dari 103, angka kapang dan khamir tidak lebih dari
104, mikroba pathogen, negative, aflatoksin tidak lebih dari 30 bpj, serbuk dengan
bahan baku simplisia dilarang ditambah bahan pengawet
DAFTAR PUSTAKA
Ayustaningwarno, F., 2014, Teknologi Pangan: Teori Praktis dan
Aplikasi, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Anonim, 1989, Materia Medika Indonesia Jilid I-V, Depaertemen
Kesehatan Republik Indonesia, Kendari.
Anonim, 2009, Farmakope Herbal Indonesia Edisi I, Departemen
Kesahatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2013, Pengujian Organoleptik, Program Studi Teknologi Pangan,
Universitas Muhammadiyah Semarang.
Abdi, M. A., Murdiono, W. E., & Sitompul, S. M. (2015). Kajian
Etnobotani Tumbuhan Obat Pembuat Jamu di Kecamatan
Wringin Kabupaten Bondowoso. Jurnal Produksi Tanaman,
Vol.10 (10), 1-7.
Bangun, A. (2012). Ensiklopedia Tanaman Obat Indonesia. Bandung:
IPH. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu
Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Farmakope Herbal
Indonesia, Edisi I, 95-101, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
Ditjen POM, Depkes RI, 1994, Cara Pembuatan Simplisia,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 1-27
Suradi, K., 2007, Tingkat Kesukaan Bakso Dari Berbagai Jenis Daging
Melalu Beberapa Pendekatan Statistik (The Hedonic Scaling
of Meatball from Various kind of Meat on Several Statistic
Approached), Jurnal Ilmu Ternak Vol. 7(1).

Anda mungkin juga menyukai