0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
53 tayangan11 halaman
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat melakukan uji organoleptis dan mengetahui manfaat serbuk simplisia. Teorinya membahas etnobotani, obat tradisional dari tumbuhan seperti kunyit, jahe, dan kayu manis yang memiliki aktivitas antidiabetes.
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat melakukan uji organoleptis dan mengetahui manfaat serbuk simplisia. Teorinya membahas etnobotani, obat tradisional dari tumbuhan seperti kunyit, jahe, dan kayu manis yang memiliki aktivitas antidiabetes.
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat melakukan uji organoleptis dan mengetahui manfaat serbuk simplisia. Teorinya membahas etnobotani, obat tradisional dari tumbuhan seperti kunyit, jahe, dan kayu manis yang memiliki aktivitas antidiabetes.
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut :
Mahasiswa mampu melakukan uji organoleptis (bau,warna, dan rasa) pada simplisia serbuk. Mahasiswa mampu mengetahui manfaat dari serbuk simplisia yang digunakan.
1.2 DASAR TEORI
Penemuan obat herbal cenderung dipengaruhi oleh sumber daya alam
yang ada dilingkungan setempat, sehingga perlu adanya pengenalan lebih lanjut antara manusia di dunia dengan lingkungan tempat tinggal mereka atau disebut dengan Etnobotani. Etnobotani sering diartikan sebagai hubungan masyarakat setempat dengan lingkungan hidupnya, seperti penggunaan tumbuhan untuk makanan, perlindungan,pakaian,obat-obatan dan keperluan lainnya (Nisyaputri et al., 2018). Obat tradisional merupakan ramuan campuran dari bahan-bahan yang bersumber dari tumbuhan, hewan, mineral, ataupun sediaan galenik, atau campuran ramuan tersebut digunakan sebagai pengobatan secara turun-temurun didasarkan atas pengalaman. Pengobatan secara tradisional saat ini mulai mendapatkan perhatian masyarakat, dimana dipercaya bahwa obat yang berasal dari tanaman atau sering disebut sebagai obat herbal aman digunakan tanpa adanya takaran dosis yang pasti (Supriyatna dkk, 2014). Masyarakat Indonesia sudah sejak zaman dahulu kala menggunakan ramuan obat tradisional Indonesia sebagai upaya pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, dan perawatan kesehatan. Ramuan obat tradisional Indonesia tersebut dapat berasal dari tumbuhan, hewan, dan mineral, namun umumnya yang digunakan berasal dari tumbuhan. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (Kepmenkes, 2017). Ramuan Obat Tradisional merupakan satu jenis tanaman atau lebih dengan zat tambahan lainnya yang bersifat inert/netral. Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Kepmenkes, 2017). Rimpang kunyit memiliki kandungan kimia yaitu zat warna kuning yang disebut kurkuminoid. Kurkuminoid dapat bersifat sebagai antioksidan, dimana dapat mencegah kerusakan sel-sel yang diakibatkan radikal bebas. Selain itu kurkuminoid juga dapat menjadi anti inflamasi (Winarto dan Tim Lentera, 2004). Curcuma domestica Val. merupakan salah satu tanaman yang dikenal masyarakat Indonesia sebagai penyedap makanan, bahan pangan, pengawet, pewarna, kosmetik, dan jamu (obat tradisional). Tanaman yang berasal dari suku yang sama dengan kunyit antara lain temulawak (Curcuma xanthorrhiza), kencur (Kaempfira galaga), dan jahe (Zingiber officinale) (Kristianti, Wulan. 2018). Rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) memiliki klasifikasi sebagai berikut : Regnum :plantae Divisi :Spermatophyta Kelas :Monocotyledoneae Ordo :Zingiberales Familia :Zungiberaceae Genus :Curcuma Spesies :Curcumadomestica Val. Morfologi tumbuhan kunyit yaitu : Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan (Hartati & Balittro., 2013). Rimpang kunyit bercabang-cabang sehingga membentuk rimpun. Rimpang berbentuk bulat panjang dan membentuk cabang rimpang berupa batang yang berada didalam tanah. Rimpang kunyit terdiri dari rimpang induk atau umbi kunyit dan tunas atau cabang rimpang. Rimpang utama ini biasanya ditumbuhi tunas yang tumbuh kearah samping, mendatar, atau melengkung. Tunas berbuku- buku pendek, lurus atau melengkung. Jumlah tunas umumnya banyak. Tinggi anakan mencapai 10,85 cm (Winarto, 2004). Senyawa kimia yang terdapat di rimpang Curcuma domestica Val. diantaranya minyak atsiri (3-5%), pati (40-50%), zat pahit, resin, selulosa, dan kurkumin (2,5-6%).14,15 Minyak atsiri terdiri dari senyawa d- alfapeladren 1%, d-sabinen 0,6%, cineol 1%, borneol 0,5%, zingiberen 25%, tirmeron 58%, seskuiterpene alkohol 5,8%, alfa-atlanton, dan gamma- atlanthon.14 Berdasarkan uji fitokimia, ekstrak Curcuma domestica Val. positif mengandung senyawa flavonoid, terpenoid, saponin, dan alkaloid. Hasil dari uji GC-MS menunjukkan bahwa senyawa dengan persentase area terbesar pada ekstrak kunyit adalah tetracosamethyl-cyclododecasiloxane (9.16%) dan pada minyak atsiri adalah ar- tumerone (39.91%) yang merupakan golongan sesquiterpene. Pada ekstrak Curcuma domestica Val. juga terdapat senyawa nHexadecanoid acid (5.17%) dan cis-Vaccenic acid (2.22%). (Kristianti, Wulan. 2018). Rimpang jahe termasuk kelas Monocotyledonae, bangsa Zingiberales, suku Zingiberaceae, marga Zingiber.Tanaman ini sudah lama dikenal baik sebagai bumbu masak maupun untuk pengobatan.Rimpang dan batang tanaman jahe sejak tahun 1500 telah digunakan di dalam dunia pengobatan di beberapa negara di Asia (Gholib, 2008). Rimpang jahe (Curcuma.) memiliki klasifikasi sebagai berikut : Regnum :plantae Divisi :Spermatophyta Kelas :Monocotyledoneae Ordo :Zingiberales Familia :Zingiberaceae Genus :Zingiber Species :Zingiber officinale Morfologi tumbuhan jahe yaitu : Jahe merupakan tanaman berbatang semu,tinggi 30 cm sampai dengan 1 m, tegak, tidak bercabang, tersusun ataslembaran pelepah daun, berbentuk bulat, berwarna hijau pucat dan warnapangkal batang kemerahan. Akar jahe berbentuk bulat, ramping, berserat,berwarna putih sampai coklat terang.Tanaman ini berbunga majemuk berupamalai muncul di permukaan tanah, berbentuk tongkat atau bulat telur yangsempit, dan sangat tajam (Wardana,2002). Berdasarkan bentuk, ukuran dan warna rimpang, jahe dibedakan atas tiga kultivar, yaitu jahe badak atau jahe gajah, jahe merah dan jahe emprit.Jahe merah memiliki rimpang kecil, ramping, kurang mengandung air, berwarna merah atau jingga, dan rasanya pedas.Jahe ini juga dikenal dengan sebutan jahe sunti.Kadar minyak atsiri pada jahe pedas di atas 3 ml tiap 100 gram rimpang.Jahe ini merupakan bahan penting dalam industri jamu tradisional. Umumnya dipasarkan dalam bentuk rimpang segar dan jahe kering (Lukito, 2007). Batang semu jahe merah berbentuk bulat kecil, berwarna hijau kemerahan, dan agak keras karena diselubungi oleh pelepah daun. Tinggi tanaman mencapai 34,18 – 62,28 cm (Lantera, 2002). Daun tersusun berselang- seling secara teratur dan memiliki warna yang lebih hijau (gelap) dibandingkan dengan kedua tipe lainnya.Permukaan daun bagian atas berwarna hijau muda dibandingkan dengan bagian bawahnya. Rimpang jahe ini berwarna merah hingga jingga muda.Aromanya tajam dan rasanya sangat pedas. Kandungan minyak atsirinya lebih tinggi dibandingkan klon jahe lainnya, yakni 2,58% - 3,72% dihitung atas dasar berat kering (Lantera, 2002). Penelitian-penelitian untuk mengeksplorasi zat aktif pada tumbuhan telah banyak dilakukan. Diantaranya telah ditemukan beberapa spesies tumbuhan yang memiliki aktifitas antidiabetes yang dapat menurunkan kadar gula darah atau memperbaiki sel β pankreas. Govindappa M (2015) berhasil mengumpulkan sejumlah literatur dan me-list 419 spesies dari 133 famili tumbuhan yang memiliki aktifitas antidiabetes salah satunya kayu manis Cinnamomum zeylanicum. Kayu manis (Cinnamomum burmannii) memiliki klasifikas sebagai berikut : Regnum :Plantae Divisio :Spermathophyta Classis :Dicotyledonae Ordo :Ranales Familia :Lauraceae Genus :Cinnamomum Spesies :Cinnamomum burmannii (Ness.) Morfologi tumbuhan kayu manis yaitu : Tanaman kayumanis pohonnya mencapai tinggi antara 8 - 27 m, dengan panjang daun antara 5 - 17 cm dan lebar daun 3 - 10 cm. Warna daun hijau muda, dan pucuk berwarna merah muda seperti terdapat pada Gambar 1. Tanaman kayumanis yang diharapkan dari hasil kulit yang memiliki aroma yang kuat, dimana kandungan utama- nya yaitu sinamaldehid (Astri Ramadani, 2017). Panen kulit dilakukan dalam musim hujan, supaya mudah mengulitinya. Sebelum dikuliti batang hendaknya dikerok dengan pisau untuk membersihkannya dari lumut dan kerak serta gabus. Kulit dipanen mulai dari sebelah bawah batang dalam bentuk pita yang panjangnya sekitar 1 meter dan lebarnya 4 - 10 cm. Kemudian pohon tersebut ditebang pada ketinggian 20 - 30 cm dari permukaan tanah. Setelah itu dikuliti dimulai dari bagian atas dari batang dan pada cabang- cabang yang besar. Tunggul batang dibiarkan bertunas yang kelak ditinggalkan satu atau dua batang saja, hingga menjadi batang baru. Kulit yang telah dipanen dikeringkan di atas tikar atau diatas kawat kasa. Mengering- kannya dapat dibawah sinar matahari atau dibawah naungan sementara. Bila kulit sudah kering akan menggulung yang menyerupai pipa, disebut quill yang siap untuk diperdagangkan. Quill dari cassiavera ini berwarna coklat kemerahan. hasil kulit batang untuk pohon berukuran sedang sekitar 2,9 kg perpohon dan kulit cabang kira-kira separohnya. (Astri Ramadani, 2017). Bubuk ketumbar dan minyak esensial ketumbar sebagai makanan preservatif alami termasuk sebagai antibakteri, antifungi dan antioksidan (Politeo et al., 2007). Beberapa penelitian menyatakan bahwa ketumbar memiliki efek farmakologi, diantaranya sebagai diuretik, antioksidan, antikonvulsan, sedatif, antimikroba, antidiabetik, antimutagen serta antihelmintes (Pathak, et al., 2011). Ketumbar (Coriandrum sativum) memiliki klasifikasi sebagai berikut : Regnum :Plantae Divisi :Spermatophyta Sub divisi :Angiospermae Kelas :Dicotyledonae Ordo :Apiles Familia :Apiaceae Genus :Coriandrum Morfologi ketumbar yaitu : Tanaman Ketumbar memiliki daun herbal kecil yang memiliki banyak cabang dan sub unit. Daun barunya berbentuk oval dan daun yang lainnya memanjang. Bunga berwarna putih, memiliki buah yang bergerombol dan berbentuk bulat. Buah berbentuk mericarps biasanya disatukan oleh margin yang membentuk sebuah cremocarp dengan diameter sekitar 2 - 4 mm, warna kecoklatan, kuning atau coklat, gundul, terkadang dimahkotai oleh sisa-sisa sepals, memiliki bau aromatik Ketumbar memiliki rasa yang berkarakteristik dan pedas. (British pharmacopoeia, 2004). Ketumbar mengandung komponen aktif yaitu vitamin, rasa, peptida, mineral, asam lemak, polyunsaturated fatty acids, antioksidan, enzim dan sel hidup (Cristian D et al., 2013). Kandungan kimia terbesar dari Ketumbar yaitu 1,8% minyak atsiri. Penyulingan minyak mengandung 65-70% dari linalool (coriandrol), yang tergantung pada sumbernya. Kandungan lainnya yaitu Monoterpene hidrokarbon α-pinene, β-pinene, limonene, γ-terpinene, ρ-lymene, borneol, citron wllol, Xmphoe, Geraniol dan Geranylacetate; Hetero-cyclic compounds –pyrazine, pyridine, thiazole, furan, tetrahydrofuran derivatives; Isocoumacin (coriandrin), dihyrocoriandrin, coriandrones A-E, glazonoids; Phthalides-neochidilide, Z-digustilide; Phenolic acids, sterols, dan flavonoid (Wallis, 2005). Biji pala, digunakan untuk rempah-rempah dan tujuan pengobatan seperti karminatif, hipolipidemik, antitrombotik, agregasi antiplatelet, antijamur, afrodisiak, ansiogenik, anti-ulcerogenic, nematosidal, antitumor, anti-inflamasi (Cho et al, 2007). Anti serangga (insektisidal), antibakteri, dan antioksidan (Suhirman dan Balittro, 2013). Minyak atsiri pala digunakan sebagai bahan baku dalam aromaterapi, penyedap masakan (saus), pengawet makanan, dan bahan campuran pada minuman ringan (Suhirman dan Balittro, 2013). Nama lain pala : Assam (Jaiphal), Bengali (Jaiphala), Kanada (Jaji), Gujarati (Jaiphala), Hindi (Jaiphala), Malyalam (Jati), Marathi (Jayapatri), Oriya (Jaiphal), Punjabi (Jauntari), Sanskrit (Ghatastha), Tamil (Adiphalam), Arabic (Jiansiban), Kamboja (Bochkak), China (JouTouK’ou), Inggris (Nutmeg), German (Muskatnuss), Greek (Kaaryonaromatikon), Itali (Moscatero), Russia (Muskatnoetrava) (Phulsagar et al, 2014).
Pala (Myristica fragrans Houtt) memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae Filum : Tracheophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Magnoliales Famili : Myristicaceae Genus : Myristica Spesies : Myristica fragrans (Phulsagar et al, 2014). Morfologi pala yaitu : Tanaman berbentuk pohon yang tingginya mencapai 20 m dengan diameter batang 30-45 cm berbentuk bulat tegak dan bergetah merah muda. Daun tunggal, lonjong, panjang 8-10 cm, permukaan daun berwarna hijau mengilap. Bunga majemuk berbentuk malai diketiak daun, berwarna kuning. Buah bulat bundar menggantung, terbagi memanjang menjadi dua alur, dengan daging buah yang tebal, keras, banyak getah encer dan sepat. Biji hitam kecoklatan dan fuli yang berbentuk lonjong dengan warna kuning hingga merah (Hidayat dan Napitupulu, 2015). Buah pala terdiri atas daging buah (77,8%), fuli (4%), tempurung (5,1%), dan biji (13,1%) (Rismunandar, 1990). Indonesia merupakan negara yang kaya akan flora dan fauna. Diantara kekayaan flora (tumbuh-tumbuhan) yang dimiliki, salah satunya adalah tanaman yang termasuk dalam kategori tanaman obat. Kesadaran masyarakat yang mulai tinggi akan faktor kesehatan, menyebabkan tanaman yang berkhasiat sebagai obat atau sebagai antimikroba mulai banyak dipergunakan, baik itu sebagai bumbu dapur, sebagai penambah cita rasa, pengawet alami makanan, dan lain sebagainya. Salah satu tanaman yang mempunyai khasiat obat dan sebagai antimikroba adalah bawang putih (Allium sativum L.). (Majewski, 2014). Secara klinis, setelah dievaluasi bawang putih memiliki manfaat dalam berbagai hal, termasuk sebagai pengobatan untuk hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes, rheumatoid arthritis, demam atau sebagai obat pencegahan atherosclerosis, dan juga sebagai penghambat tumbuhnya tumor. Publikasi banyak yang menunjukan bawang putih memiliki potensi farmakologis sebagai agen antibakteri, antihipertensi dan antitrombotik (Majewski, 2014). Bawang putih (Allium sativum L.) memiliki klasifikasi sebagai berikut : Kingdom : Plantae Subbkingdom : Tracheobionta Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Monocotyledonae Bangsa : Liliales Suku : Liliaceae Marga : Allium Jenis : Allium sativum (Syamsiah dan Tajudin, 2003). Morfologi bawang putih yaitu : Bawang putih adalah herba semusim berumpun yang mempunyai ketinggian sekitar 60 cm. Tanaman ini banyak ditanam di ladang-ladang di daerah pegunungan yang cukup mendapat sinar matahari (Syamsiah dan Tajudin, 2003). Struktur morfologi dari tanaman bawang putih (Allium sativum) terdiri atas : akar, batang utama, batang semu, tangkai bunga yang pendek atau sekali keluar, dan daun. Akar bawang putih terbentuk di pangkal bawah batang sebenimya (discus). Di atas discus terbentuk batang semu yang dapat berubah bentuk dan fungsinya sebagai tempat penyimpanan makanan cadangan atau di sebut “umbi”. Umbi bawang putih terdiri atas beberapa bagian bawang putih yang di sebut “siung”. Siung – siung ini terbungkus oleh selaput tipis yang kuat, sehingga tampak dari luar seolah – olah umbi yang berukuran besar. Daun bawang putih berupa helai- helai seperti pita yang memanjang ke atas. Jumlah daun yang dimiliki oleh tiap tanamannya dapat mencapai 10 buah. Bentuk daun pipih rata, tidak berlubang, runcing di ujung atasnya dan agak melipat ke dalam (arah panjang/membulur) (Meyers dan Michelle, 2006). Bawang putih memiliki 33 komponen sulfur, beberapa enzim, 17 asam amino dan banyak mineral. Komponen utama bawang putih tidak berbau, disebut komplek sativumin, yang diabsorbsi oleh glukosa dalam bentuk aslinya untuk mencegah proses dekomposisi. Dekomposisi kompleks sativumin ini menghasilkan aroma khas yang tidak sedap dari allyl sulfide, allyl disulfate, allyl mercaptane, alun allicin dan alliin. Kandungan kimia Allium sativum yang berfungsi sebagai anti jamur adalah allicin (dialyl thiosulfinate). Allicin (diallyl thiosulfinate) merupakan salah satu komponen biologis yang paling aktif yang terkandung dalam bawang putih. Komponen ini, bersamaan dengan komponen sulfur lain yang terkandung dalam bawang putih berperan pula memberikan bau yang khas pada bawang putih (Londhe 2011). Pengujian organoleptik disebut penilaian indera atau penilaian sensorik merupakan suatu cara penilaian deengan memanfaatkan panca indera manusia untuk mengamati tekstur, warna, bentuk, aroma, rasa suatu produk makanan, minuman ataupun obat. Pengujian organoleptik berperan penting dalam pengembangan produk. Evaluasi sensorik dapat digunakan untuk menilai adanya perubahan yang dikenhendaki atau tidak dalam produk atau bahan-bahan formulasi, mengidentifikasi area untuk pengembangan, mengevaluasi produk pesaing, mengamati perubahan yang terjadi selama proses atau penyimpanan, dan memberikan data yang diperlukan untuk promosi produk. (Ayustaningwarno, 2014). Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya rangsangan yang diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut. Pengindraan dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat indra mendapat rangsangan (stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena adanya rangsangan dapat berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai akan benda penyebab rangsangan (Agusman, 2013).