Anda di halaman 1dari 11

1.

1 TUJUAN PRAKTIKUM

Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut :


 Mahasiswa mampu melakukan uji organoleptis (bau,warna, dan rasa) pada
simplisia serbuk.
 Mahasiswa mampu mengetahui manfaat dari serbuk simplisia yang
digunakan.

1.2 DASAR TEORI

Penemuan obat herbal cenderung dipengaruhi oleh sumber daya alam


yang ada dilingkungan setempat, sehingga perlu adanya pengenalan lebih lanjut
antara manusia di dunia dengan lingkungan tempat tinggal mereka atau disebut
dengan Etnobotani. Etnobotani sering diartikan sebagai hubungan masyarakat
setempat dengan lingkungan hidupnya, seperti penggunaan tumbuhan untuk
makanan, perlindungan,pakaian,obat-obatan dan keperluan lainnya (Nisyaputri et
al., 2018).
Obat tradisional merupakan ramuan campuran dari bahan-bahan yang
bersumber dari tumbuhan, hewan, mineral, ataupun sediaan galenik, atau
campuran ramuan tersebut digunakan sebagai pengobatan secara turun-temurun
didasarkan atas pengalaman. Pengobatan secara tradisional saat ini mulai
mendapatkan perhatian masyarakat, dimana dipercaya bahwa obat yang berasal
dari tanaman atau sering disebut sebagai obat herbal aman digunakan tanpa
adanya takaran dosis yang pasti (Supriyatna dkk, 2014).
Masyarakat Indonesia sudah sejak zaman dahulu kala
menggunakan ramuan obat tradisional Indonesia sebagai upaya
pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, dan perawatan
kesehatan. Ramuan obat tradisional Indonesia tersebut dapat berasal
dari tumbuhan, hewan, dan mineral, namun umumnya yang digunakan
berasal dari tumbuhan. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan
bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat
(Kepmenkes, 2017).
Ramuan Obat Tradisional merupakan satu jenis tanaman atau
lebih dengan zat tambahan lainnya yang bersifat inert/netral. Simplisia
adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain,
berupa bahan yang telah dikeringkan (Kepmenkes, 2017).
Rimpang kunyit memiliki kandungan kimia yaitu zat warna kuning yang
disebut kurkuminoid. Kurkuminoid dapat bersifat sebagai antioksidan, dimana
dapat mencegah kerusakan sel-sel yang diakibatkan radikal bebas. Selain itu
kurkuminoid juga dapat menjadi anti inflamasi (Winarto dan Tim Lentera, 2004).
Curcuma domestica Val. merupakan salah satu tanaman yang dikenal masyarakat
Indonesia sebagai penyedap makanan, bahan pangan, pengawet, pewarna,
kosmetik, dan jamu (obat tradisional). Tanaman yang berasal dari suku yang
sama dengan kunyit antara lain temulawak (Curcuma xanthorrhiza), kencur
(Kaempfira galaga), dan jahe (Zingiber officinale) (Kristianti, Wulan. 2018).
Rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) memiliki klasifikasi sebagai
berikut :
Regnum :plantae
Divisi :Spermatophyta
Kelas :Monocotyledoneae
Ordo :Zingiberales
Familia :Zungiberaceae
Genus :Curcuma
Spesies :Curcumadomestica Val.
Morfologi tumbuhan kunyit yaitu :
Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang
merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau
kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk
bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan
menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang berambut dan
bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm
dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing,
tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah
merah jingga kekuning-kuningan (Hartati & Balittro., 2013).
Rimpang kunyit bercabang-cabang sehingga membentuk rimpun.
Rimpang berbentuk bulat panjang dan membentuk cabang rimpang berupa batang
yang berada didalam tanah. Rimpang kunyit terdiri dari rimpang induk atau umbi
kunyit dan tunas atau cabang rimpang. Rimpang utama ini biasanya ditumbuhi
tunas yang tumbuh kearah samping, mendatar, atau melengkung. Tunas berbuku-
buku pendek, lurus atau melengkung. Jumlah tunas umumnya banyak. Tinggi
anakan mencapai 10,85 cm (Winarto, 2004).
Senyawa kimia yang terdapat di rimpang Curcuma domestica Val.
diantaranya minyak atsiri (3-5%), pati (40-50%), zat pahit, resin, selulosa, dan
kurkumin (2,5-6%).14,15 Minyak atsiri terdiri dari senyawa d-
alfapeladren 1%, d-sabinen 0,6%, cineol 1%, borneol 0,5%, zingiberen 25%,
tirmeron 58%, seskuiterpene alkohol 5,8%, alfa-atlanton, dan gamma-
atlanthon.14 Berdasarkan uji fitokimia, ekstrak Curcuma domestica Val. positif
mengandung senyawa flavonoid, terpenoid, saponin, dan alkaloid. Hasil dari uji
GC-MS menunjukkan bahwa senyawa dengan persentase area terbesar pada
ekstrak kunyit adalah tetracosamethyl-cyclododecasiloxane (9.16%) dan pada
minyak atsiri adalah ar- tumerone (39.91%) yang merupakan golongan
sesquiterpene. Pada ekstrak Curcuma domestica Val. juga terdapat senyawa
nHexadecanoid acid (5.17%) dan cis-Vaccenic acid (2.22%). (Kristianti, Wulan.
2018).
Rimpang jahe termasuk kelas Monocotyledonae, bangsa Zingiberales,
suku Zingiberaceae, marga Zingiber.Tanaman ini sudah lama dikenal baik
sebagai bumbu masak maupun untuk pengobatan.Rimpang dan batang tanaman
jahe sejak tahun 1500 telah digunakan di dalam dunia pengobatan di beberapa
negara di Asia (Gholib, 2008).
Rimpang jahe (Curcuma.) memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Regnum :plantae
Divisi :Spermatophyta
Kelas :Monocotyledoneae
Ordo :Zingiberales
Familia :Zingiberaceae
Genus :Zingiber
Species :Zingiber officinale
Morfologi tumbuhan jahe yaitu :
Jahe merupakan tanaman berbatang
semu,tinggi 30 cm sampai dengan 1 m, tegak, tidak
bercabang, tersusun ataslembaran pelepah daun,
berbentuk bulat, berwarna hijau pucat dan
warnapangkal batang kemerahan. Akar jahe
berbentuk bulat, ramping, berserat,berwarna putih sampai coklat terang.Tanaman
ini berbunga majemuk berupamalai muncul di permukaan tanah, berbentuk
tongkat atau bulat telur yangsempit, dan sangat tajam (Wardana,2002).
Berdasarkan bentuk, ukuran dan warna rimpang, jahe dibedakan atas tiga kultivar,
yaitu jahe badak atau jahe gajah, jahe merah dan jahe emprit.Jahe merah memiliki
rimpang kecil, ramping, kurang mengandung air, berwarna merah atau jingga, dan
rasanya pedas.Jahe ini juga dikenal dengan sebutan jahe sunti.Kadar minyak atsiri
pada jahe pedas di atas 3 ml tiap 100 gram rimpang.Jahe ini merupakan bahan
penting dalam industri jamu tradisional. Umumnya dipasarkan dalam bentuk
rimpang segar dan jahe kering (Lukito, 2007).
Batang semu jahe merah berbentuk bulat kecil, berwarna hijau
kemerahan, dan agak keras karena diselubungi oleh pelepah daun. Tinggi
tanaman mencapai 34,18 – 62,28 cm (Lantera, 2002). Daun tersusun berselang-
seling secara teratur dan memiliki warna yang lebih hijau (gelap) dibandingkan
dengan kedua tipe lainnya.Permukaan daun bagian atas berwarna hijau muda
dibandingkan dengan bagian bawahnya. Rimpang jahe ini berwarna merah
hingga jingga muda.Aromanya tajam dan rasanya sangat pedas. Kandungan
minyak atsirinya lebih tinggi dibandingkan klon jahe lainnya, yakni 2,58% -
3,72% dihitung atas dasar berat kering (Lantera, 2002).
Penelitian-penelitian untuk mengeksplorasi zat aktif pada tumbuhan telah
banyak dilakukan. Diantaranya telah ditemukan beberapa spesies tumbuhan yang
memiliki aktifitas antidiabetes yang dapat menurunkan kadar gula darah atau
memperbaiki sel β pankreas. Govindappa M (2015) berhasil mengumpulkan
sejumlah literatur dan me-list 419 spesies dari 133 famili tumbuhan yang
memiliki aktifitas antidiabetes salah satunya kayu manis Cinnamomum
zeylanicum.
Kayu manis (Cinnamomum burmannii) memiliki klasifikas sebagai
berikut :
Regnum       :Plantae
Divisio      :Spermathophyta
Classis      :Dicotyledonae
Ordo         :Ranales
Familia     :Lauraceae
Genus       :Cinnamomum
Spesies      :Cinnamomum burmannii (Ness.)
Morfologi tumbuhan kayu manis yaitu :
Tanaman kayumanis pohonnya mencapai tinggi antara 8 - 27 m, dengan
panjang daun antara 5 - 17 cm dan lebar daun 3 - 10 cm. Warna daun hijau muda,
dan pucuk berwarna merah muda seperti terdapat pada Gambar 1. Tanaman
kayumanis yang diharapkan dari hasil kulit yang
memiliki aroma yang kuat, dimana kandungan utama-
nya yaitu sinamaldehid (Astri Ramadani, 2017).
Panen kulit dilakukan dalam musim hujan, supaya
mudah mengulitinya. Sebelum dikuliti batang
hendaknya dikerok dengan pisau untuk
membersihkannya dari lumut dan kerak serta gabus. Kulit dipanen mulai dari
sebelah bawah batang dalam bentuk pita yang panjangnya sekitar 1 meter dan
lebarnya 4 - 10 cm. Kemudian pohon tersebut ditebang pada ketinggian 20 - 30
cm dari permukaan tanah. Setelah itu dikuliti dimulai dari bagian atas dari batang
dan pada cabang- cabang yang besar. Tunggul batang dibiarkan bertunas yang
kelak ditinggalkan satu atau dua batang saja, hingga menjadi batang baru. Kulit
yang telah dipanen dikeringkan di atas tikar atau diatas kawat kasa. Mengering-
kannya dapat dibawah sinar matahari atau dibawah naungan sementara. Bila kulit
sudah kering akan menggulung yang menyerupai pipa, disebut quill yang siap
untuk diperdagangkan. Quill dari cassiavera ini berwarna coklat kemerahan. hasil
kulit batang untuk pohon berukuran sedang sekitar 2,9 kg perpohon dan kulit
cabang kira-kira separohnya. (Astri Ramadani, 2017).
Bubuk ketumbar dan minyak esensial ketumbar sebagai makanan
preservatif alami termasuk sebagai antibakteri, antifungi dan antioksidan (Politeo
et al., 2007). Beberapa penelitian menyatakan bahwa ketumbar memiliki efek
farmakologi, diantaranya sebagai diuretik, antioksidan, antikonvulsan, sedatif,
antimikroba, antidiabetik, antimutagen serta antihelmintes (Pathak, et al., 2011).
Ketumbar (Coriandrum sativum) memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Regnum :Plantae
Divisi :Spermatophyta
Sub divisi :Angiospermae
Kelas :Dicotyledonae
Ordo :Apiles
Familia :Apiaceae
Genus :Coriandrum
Morfologi ketumbar yaitu :
Tanaman Ketumbar memiliki daun herbal kecil yang memiliki banyak
cabang dan sub unit. Daun barunya berbentuk oval dan daun yang lainnya
memanjang. Bunga berwarna putih, memiliki buah yang bergerombol dan
berbentuk bulat. Buah berbentuk mericarps biasanya disatukan oleh margin yang
membentuk sebuah cremocarp dengan diameter sekitar 2 - 4 mm, warna
kecoklatan, kuning atau coklat, gundul, terkadang dimahkotai oleh sisa-sisa
sepals, memiliki bau aromatik Ketumbar memiliki rasa yang berkarakteristik dan
pedas. (British pharmacopoeia, 2004).
Ketumbar mengandung komponen aktif yaitu vitamin, rasa, peptida,
mineral, asam lemak, polyunsaturated fatty acids, antioksidan, enzim dan sel
hidup (Cristian D et al., 2013). Kandungan kimia terbesar dari Ketumbar yaitu
1,8% minyak atsiri. Penyulingan minyak mengandung 65-70% dari linalool
(coriandrol), yang tergantung pada sumbernya. Kandungan lainnya yaitu
Monoterpene hidrokarbon α-pinene, β-pinene, limonene, γ-terpinene, ρ-lymene,
borneol, citron wllol, Xmphoe, Geraniol dan Geranylacetate; Hetero-cyclic
compounds –pyrazine, pyridine, thiazole, furan, tetrahydrofuran derivatives;
Isocoumacin (coriandrin), dihyrocoriandrin, coriandrones A-E, glazonoids;
Phthalides-neochidilide, Z-digustilide; Phenolic acids, sterols, dan flavonoid
(Wallis, 2005).
Biji pala, digunakan untuk rempah-rempah dan tujuan pengobatan seperti
karminatif, hipolipidemik, antitrombotik, agregasi antiplatelet, antijamur,
afrodisiak, ansiogenik, anti-ulcerogenic, nematosidal, antitumor, anti-inflamasi
(Cho et al, 2007). Anti serangga (insektisidal), antibakteri, dan antioksidan
(Suhirman dan Balittro, 2013). Minyak atsiri pala digunakan sebagai bahan baku
dalam aromaterapi, penyedap masakan (saus), pengawet makanan, dan bahan
campuran pada minuman ringan (Suhirman dan Balittro, 2013).
Nama lain pala : Assam (Jaiphal), Bengali (Jaiphala), Kanada (Jaji),
Gujarati (Jaiphala), Hindi (Jaiphala), Malyalam (Jati), Marathi (Jayapatri), Oriya
(Jaiphal), Punjabi (Jauntari), Sanskrit (Ghatastha), Tamil (Adiphalam), Arabic
(Jiansiban), Kamboja (Bochkak), China (JouTouK’ou), Inggris (Nutmeg),
German (Muskatnuss), Greek (Kaaryonaromatikon), Itali (Moscatero), Russia
(Muskatnoetrava) (Phulsagar et al, 2014).

Pala (Myristica fragrans Houtt) memiliki klasifikasi sebagai berikut :


Kingdom : Plantae
Filum : Tracheophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliales
Famili : Myristicaceae
Genus : Myristica
Spesies : Myristica fragrans (Phulsagar et al, 2014).
Morfologi pala yaitu :
Tanaman berbentuk pohon yang tingginya mencapai 20 m dengan
diameter batang 30-45 cm berbentuk bulat tegak dan bergetah merah muda. Daun
tunggal, lonjong, panjang 8-10 cm, permukaan daun berwarna hijau mengilap.
Bunga majemuk berbentuk malai diketiak daun, berwarna kuning. Buah bulat
bundar menggantung, terbagi memanjang menjadi dua alur, dengan daging buah
yang tebal, keras, banyak getah encer dan sepat. Biji hitam kecoklatan dan fuli
yang berbentuk lonjong dengan warna kuning hingga merah (Hidayat dan
Napitupulu, 2015). Buah pala terdiri atas daging buah (77,8%), fuli (4%),
tempurung (5,1%), dan biji (13,1%) (Rismunandar, 1990).
Indonesia merupakan negara yang kaya akan flora dan fauna. Diantara
kekayaan flora (tumbuh-tumbuhan) yang dimiliki, salah satunya adalah tanaman
yang termasuk dalam kategori tanaman obat. Kesadaran masyarakat yang mulai
tinggi akan faktor kesehatan, menyebabkan tanaman yang berkhasiat sebagai obat
atau sebagai antimikroba mulai banyak dipergunakan, baik itu sebagai bumbu
dapur, sebagai penambah cita rasa, pengawet alami makanan, dan lain
sebagainya. Salah satu tanaman yang mempunyai khasiat obat dan sebagai
antimikroba adalah bawang putih (Allium sativum L.). (Majewski, 2014).
Secara klinis, setelah dievaluasi bawang putih memiliki manfaat dalam
berbagai hal, termasuk sebagai pengobatan untuk hipertensi, hiperkolesterolemia,
diabetes, rheumatoid arthritis, demam atau sebagai obat pencegahan
atherosclerosis, dan juga sebagai penghambat tumbuhnya tumor. Publikasi
banyak yang menunjukan bawang putih memiliki potensi farmakologis sebagai
agen antibakteri, antihipertensi dan antitrombotik (Majewski, 2014).
Bawang putih (Allium sativum L.) memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subbkingdom : Tracheobionta
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Liliales
Suku : Liliaceae
Marga : Allium
Jenis : Allium sativum (Syamsiah dan Tajudin, 2003).
Morfologi bawang putih yaitu :
Bawang putih adalah herba semusim berumpun yang mempunyai
ketinggian sekitar 60 cm. Tanaman ini banyak ditanam di ladang-ladang di daerah
pegunungan yang cukup mendapat sinar matahari (Syamsiah dan Tajudin, 2003).
Struktur morfologi dari tanaman bawang putih (Allium sativum) terdiri atas :
akar, batang utama, batang semu, tangkai bunga yang pendek atau sekali keluar,
dan daun. Akar bawang putih terbentuk di pangkal bawah batang sebenimya
(discus). Di atas discus terbentuk batang semu yang dapat berubah bentuk dan
fungsinya sebagai tempat penyimpanan makanan cadangan atau di sebut “umbi”.
Umbi bawang putih terdiri atas beberapa bagian bawang putih yang di sebut
“siung”. Siung – siung ini terbungkus oleh selaput tipis yang kuat, sehingga
tampak dari luar seolah – olah umbi yang berukuran besar. Daun bawang putih
berupa helai- helai seperti pita yang memanjang ke atas. Jumlah daun yang
dimiliki oleh tiap tanamannya dapat mencapai 10 buah. Bentuk daun pipih rata,
tidak berlubang, runcing di ujung atasnya dan agak melipat ke dalam (arah
panjang/membulur) (Meyers dan Michelle, 2006).
Bawang putih memiliki 33 komponen sulfur, beberapa enzim, 17 asam
amino dan banyak mineral. Komponen utama bawang putih tidak berbau, disebut
komplek sativumin, yang diabsorbsi oleh glukosa dalam bentuk aslinya untuk
mencegah proses dekomposisi. Dekomposisi kompleks sativumin ini
menghasilkan aroma khas yang tidak sedap dari allyl sulfide, allyl disulfate, allyl
mercaptane, alun allicin dan alliin. Kandungan kimia Allium sativum yang
berfungsi sebagai anti jamur adalah allicin (dialyl thiosulfinate). Allicin (diallyl
thiosulfinate) merupakan salah satu komponen biologis yang paling aktif yang
terkandung dalam bawang putih. Komponen ini, bersamaan dengan komponen
sulfur lain yang terkandung dalam bawang putih berperan pula memberikan bau
yang khas pada bawang putih (Londhe 2011).
Pengujian organoleptik disebut penilaian indera atau penilaian sensorik
merupakan suatu cara penilaian deengan memanfaatkan panca indera manusia
untuk mengamati tekstur, warna, bentuk, aroma, rasa suatu produk makanan,
minuman ataupun obat. Pengujian organoleptik berperan penting dalam
pengembangan produk. Evaluasi sensorik dapat digunakan untuk menilai adanya
perubahan yang dikenhendaki atau tidak dalam produk atau bahan-bahan
formulasi, mengidentifikasi area untuk pengembangan, mengevaluasi produk
pesaing, mengamati perubahan yang terjadi selama proses atau penyimpanan, dan
memberikan data yang diperlukan untuk promosi produk. (Ayustaningwarno,
2014).
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses
pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu
kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya
rangsangan yang diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut. Pengindraan
dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat indra mendapat rangsangan
(stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena adanya rangsangan dapat
berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai akan
benda penyebab rangsangan (Agusman, 2013).

Anda mungkin juga menyukai