Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Upaya kesehatan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan secara


terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial
dan ekonomis (UU RI No. 36 TAHUN, 2009).

Kebiasaan masyarakat Indonesia dalam mencuci tangan pakai sabun


masih rendah, indikasinya dapat terlihat dengan tingginya prevalensi penyakit
diare. Sekita lima juta anak diseluruh dunia meninggal karena diare akut.
Indonesia pada tahun 70-80 an, prevalensi penyakit diare sekitar 70-80%
menyerang anak dibawah usia lima tahun. Penyakit diare menjadi penyebab
kematian nomor 2 pada balita, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 untuk semua
umur (Firdaus, 2012).

Menurut (Permenkes RI No. 3 Tahun 2014) Sanitasi Total Berbasis


Masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk mengubah perilaku hygiene dan
sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan. STBM sendiri
mempunyai lima pilar yaitu Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS), Cuci
Tangan Pakai Sabun (CTPS), Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah
Tangga (PAMM-RT), Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PS-RT), dan
Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT).
Diare biasanya kuman ditransmisikan dari tangan yang tidak bersih ke
makanan. Kuman-kuman kemudian memapar ke person yang makanan tersebut.
Hal ini bisa diegah dengan selalu mencuci tangan setelah menggunakan toilet dan
sebelum menyiapkan makanan ( Darmiatun, 2013).

Mencuci tangan juga dapat menghilangkan sejumlah besar virus yang


menjadi penyebab berbagai penyakit, terutama penyakit yang menyerang saluran
cerna, seperti diare dan saluran nafas seperti influenza. Hampir semua orang
mengerti pentingnya mencuci tangan pakai sabun, namun masih banyak yang
tidak membiasakan diri untuk melakukan dengan benar pada saat yang penting (
Umar, 2009 dalam Mirzal ). Sebagian masyarakat mengetahui akan pentingya
mencuci tangan, namun dalam kenyataanya masih sangat sedikit ( hanya 5% yang
tahubagaimana cara melakukanya dengan benar. Hal ini sangat penting untuk di
ajarkan pada masyarakat agar bias mencegah terjadinya penyakit ( Siswanto, 2009
dalam Zuraidah ).

Mencuci tangan pakai air saja tidaklah cukup, penggunaan sabun selain
membantu singkatnya waktu cuci tangan, dengan menggosok jemari
menggunakan sabun menghilangkan kuman yang tidak tampak, minyak, lemak
maupun kotoran di permukaan kulit, serta meninggalkan bau wangi. Perpaduan
antara kebersihan bau wangi dan perasaan segar merupakan hal positif yang
diperoleh setelah menggunakan sabun (Kemenkes RI, 2010).
BAB II
LANDASAN TEORI

Mencuci tangan sendiri dapat berfungsi untuk menghilangkan kuman


penyakit yang ada di tangan setelah beraktifitas sebelumnya. Praktik mencuci
tangan dengan sabun perlu di terapkan sejak usia dini sebagai upaya
mencegah penularan penyakit berbasis lingkungan. WHO (World Health
Organization) menyatakan perilaku cuci tangan pakai sabun dapat
menurunkan angka kejadian penyakit diare sebanyak 45%. Salah satu
kelompok termasuk kelompok sekunder yang tidak kalah pentingnya dalam
keberhasilan penyampaian pesan CTPS (Kemenkes RI, 2010).

Cuci tangan pakai sabun terbukti efektif mencegah penularan virus


corona karena tangan yang bersih setelah dicuci pakai sabun dapat
mengurangi risiko masuknya virus ke dalam tubuh mengingat : Tanpa
disadari, orang sering menyentuh mata, hidung, dan mulut sehingga dapat
menyebabkan virus masuk ke dalam tubuh. Virus corona dari tangan yang
tidak dicuci dapat berpindah ke benda lain atau permukaan yang sering
disentuh - seperti pegangan tangga atau eskalator, gagang pintu, permukaan
meja, atau mainan- sehingga menimbulkan risiko penyebaran virus kepada
orang lain. Cara yang tepat mencuci tangan yaitu : (1) Mencuci tangan dengan
benar mesti dilakukan dengan menggunakan sabun dan air bersih mengalir.
Bila tidak ada keran, kita bisa menggunakan timba atau wadah lain untuk
mengalirkan air, (2) Mencuci tangan pakai sabun selama minimal 40-60
detik dan dengan mengikuti semua langkah yang dianjurkan terbukti efektif
mematikan kuman penyakit.

Mencuci tangan menggunakan cairan pembersih tangan dapat


dilakukan dalam situasi tertentu dimana sabun dan air bersih tidak tersedia.
Agar hasilnya efektif, cairan pembersih tangan yang digunakan hendaknya
mengandung alkohol dengan kadar minimal 60%. Selain menggunakan
produk cairan pembersih tangan berbasis alkohol yang ada di pasaran, kita
juga bisa membuat cairan pembersih dengan mengikuti standard dan panduan

dari WHO1) .

Mencuci tangan pakai sabun dan air bersih akan memberi manfaat
yang berbeda dari cairan pembersih tangan berbasis alkohol. Sabun dan air
bersih dapat menghilangkan semua jenis kuman dari tangan, sedangkan cairan
pembersih tangan berbasis alkohol hanya bisa mengurangi jumlah kuman
tertentu di kulit. Selain itu, cairan pembersih tangan hanya dapat digunakan
bila tangan kita tidak kotor dan berminyak. Cairan pembersih tangan berbasis
alkohol juga tidak bisa menghilangkan jenis kuman norovirus,
Cryptosporidium, dan Clostridioides difficile, serta bahan kimia berbahaya
seperti pestisida dan logam berat. 11 langkah cara mencuci tangan dengan
sabun :

1. Basahi tangan dengan air bersih.


2. Gunakan sabun pada tangan secukupnya
3. Gosok telapak tangan yang satu ke telapak tangan lainnya.
4. Gosok punggung tangan dan sela jari.
5. Gosok telapak tangan dan sela jari dengan posisi saling bertautan.
6. Gosok punggung jari ke telapak tangan dengan posisi jari saling bertautan.
7. Genggam dan basuh ibu jari dengan posisi memutar.
8. Gosok bagian ujung jari ke telapak tangan agar bagian kuku terkena sabun.
9. Gosok tangan yang bersabun dengan air bersih mengalir.
10. Keringkan tangan dengan lap sekali pakai atau tissue
11. Bersihkan pemutar keran air dengan lap sekali pakai atau tissue
Terdapat dua komponen yang harus diupayakan agar dapat
mempertahankan kebiasaan CTPS yaitu komponen teknis (hardware) dan
non- teknis (software). Komponen hardware mencakup ketersediaan sabun,
air bersih, dan sarana cuci tangan yang sesuai. Sedangkan komponen software
adalah pengetahuan tentang mencuci tangan, motivasi untuk melakukannya;
dan konteks sosial untuk memakai bahan yang dibutuhkan. (dr. Imran agus
Nurali Sp,KO, 2020).

Perilaku mencuci tangan dengan sabun untuk memutuskan mata rantai


penularan penyakit juga menjadi salah satu strategi Nasional oleh
Kementerian Kesehatan dengan tujuan membangun masyarakat yang mandiri
untuk hidup sehat (Kemenkes RI, 2010).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 ALAT DAN BAHAN


3.1.1 ALAT

No. Alat Ukuran


1. Kran air ¾ inchi
2. Tissue/handuk Sedang
3. Sikat kuku tangan Kecil
4. Lap Sedang

3.1.2 BAHAN

Bahan Keperluan
Sabun cair Qs

3.2 PROSEDUR KERJA


Di siapkan alat dan bahan

Di gunakan sarana mencuci tangan

Di cuci tangan secara menyeluruh dengan


menggunakan sabun cair

Di sikat kuku dengan pembersih kuku dan bersihkan


sela-sela jari punggung dan telapak tangan

Di perhatikan instruksi prosedur mencuci tangan


dbawah ini dalam bentuk gambar

Di buatlah hasil pengamatann dan pembahasan dari


prosedut mencuci tangan di atas

Prosedur mencuci tangan


KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa prosedur
mencuci tangan ada 9 langkah berdasarkan prosedur mencuci tangan menurut WHO.
Setelah selesai mencuci tangan diperhatikan agar tidak menyentuh apapun lagi jadi
pada saat menutup kran air gunakan siku tangan.

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto., S. D. (2013). Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Gava Media.

Departemen Kesehatan RI. (2009). Undan g-Undang Republik Indonesia Nomor 36


Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

dr. Imran Agus Nurali, S. (2020). Panduan Cuci Tangan Pakai Sabun. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.

Firdaus., K. (2012). Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada
Tatanan Rumah Tangga dan Sekolah di Kecamatan Parigi. Parigi.

Kemenkes RI. (2010). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Nugraha, A. (2020). Pelatihan Pembuatan Handsanitizer Berstandar WHO Bagi


Kelompok Ibu Penerima PKH di Desa Jarisari Kecamatan Jenggawah. Pelita
Ilmiah, Volume3 No.2.

Anda mungkin juga menyukai