Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOGNOSI KE X

UJI ORGANOLPETIS (BAU,WARNA,DAN RASA) PADA SIMPLISIA


SERBUK

Disusun oleh :
Sa’diyah Triyanti (20.71.022483)
Farmasi B

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI D-III FARMASI
2021
BAB I

1.1 TUJUAN PRAKTIKUM

Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut :


 Mahasiswa mampu melakukan uji organoleptis (bau,warna, dan rasa) pada
simplisia serbuk.
 Mahasiswa mampu mengetahui manfaat dari serbuk simplisia yang
digunakan.

1.2 DASAR TEORI

Penemuan obat herbal cenderung dipengaruhi oleh sumber daya alam


yang ada dilingkungan setempat, sehingga perlu adanya pengenalan lebih lanjut
antara manusia di dunia dengan lingkungan tempat tinggal mereka atau disebut
dengan Etnobotani. Etnobotani sering diartikan sebagai hubungan masyarakat
setempat dengan lingkungan hidupnya, seperti penggunaan tumbuhan untuk
makanan, perlindungan,pakaian,obat-obatan dan keperluan lainnya (Nisyaputri et
al., 2018).
Obat tradisional merupakan ramuan campuran dari bahan-bahan yang
bersumber dari tumbuhan, hewan, mineral, ataupun sediaan galenik, atau
campuran ramuan tersebut digunakan sebagai pengobatan secara turun-temurun
didasarkan atas pengalaman. Pengobatan secara tradisional saat ini mulai
mendapatkan perhatian masyarakat, dimana dipercaya bahwa obat yang berasal
dari tanaman atau sering disebut sebagai obat herbal aman digunakan tanpa
adanya takaran dosis yang pasti (Supriyatna dkk, 2014).
Masyarakat Indonesia sudah sejak zaman dahulu kala
menggunakan ramuan obat tradisional Indonesia sebagai upaya
pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, dan perawatan
kesehatan. Ramuan obat tradisional Indonesia tersebut dapat berasal
dari tumbuhan, hewan, dan mineral, namun umumnya yang digunakan
berasal dari tumbuhan. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan
bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral,
sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat
(Kepmenkes, 2017).
Ramuan Obat Tradisional merupakan satu jenis tanaman atau
lebih dengan zat tambahan lainnya yang bersifat inert/netral. Simplisia
adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain,
berupa bahan yang telah dikeringkan (Kepmenkes, 2017).
Rimpang kunyit memiliki kandungan kimia yaitu zat warna kuning yang
disebut kurkuminoid. Kurkuminoid dapat bersifat sebagai antioksidan, dimana
dapat mencegah kerusakan sel-sel yang diakibatkan radikal bebas. Selain itu
kurkuminoid juga dapat menjadi anti inflamasi (Winarto dan Tim Lentera, 2004).
Curcuma domestica Val. merupakan salah satu tanaman yang dikenal masyarakat
Indonesia sebagai penyedap makanan, bahan pangan, pengawet, pewarna,
kosmetik, dan jamu (obat tradisional). Tanaman yang berasal dari suku yang
sama dengan kunyit antara lain temulawak (Curcuma xanthorrhiza), kencur
(Kaempfira galaga), dan jahe (Zingiber officinale)
(Kristianti, Wulan. 2018).
Rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.)
memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Regnum :plantae
Divisi :Spermatophyta
Kelas :Monocotyledoneae
Ordo :Zingiberales
Familia :Zungiberaceae
Genus :Curcuma
Spesies :Curcumadomestica Val.
Morfologi tumbuhan kunyit yaitu :
Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang
merupakan batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dengan warna hijau
kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk
bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan
menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang berambut dan
bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm
dan lebar 1,5 cm, berwarna putih/kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing,
tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah
merah jingga kekuning-kuningan (Hartati & Balittro., 2013).
Rimpang kunyit bercabang-cabang sehingga membentuk rimpun.
Rimpang berbentuk bulat panjang dan membentuk cabang rimpang berupa batang
yang berada didalam tanah. Rimpang kunyit terdiri dari rimpang induk atau umbi
kunyit dan tunas atau cabang rimpang. Rimpang utama ini biasanya ditumbuhi
tunas yang tumbuh kearah samping, mendatar, atau melengkung. Tunas berbuku-
buku pendek, lurus atau melengkung. Jumlah tunas umumnya banyak. Tinggi
anakan mencapai 10,85 cm (Winarto, 2004).
Senyawa kimia yang terdapat di rimpang Curcuma domestica Val.
diantaranya minyak atsiri (3-5%), pati (40-50%), zat pahit, resin, selulosa, dan
kurkumin (2,5-6%).14,15 Minyak atsiri terdiri dari senyawa d-
alfapeladren 1%, d-sabinen 0,6%, cineol 1%, borneol 0,5%, zingiberen 25%,
tirmeron 58%, seskuiterpene alkohol 5,8%, alfa-atlanton, dan gamma-
atlanthon.14 Berdasarkan uji fitokimia, ekstrak Curcuma domestica Val. positif
mengandung senyawa flavonoid, terpenoid, saponin, dan alkaloid. Hasil dari uji
GC-MS menunjukkan bahwa senyawa dengan persentase area terbesar pada
ekstrak kunyit adalah tetracosamethyl-cyclododecasiloxane (9.16%) dan pada
minyak atsiri adalah ar- tumerone (39.91%) yang merupakan golongan
sesquiterpene. Pada ekstrak Curcuma domestica Val. juga terdapat senyawa
nHexadecanoid acid (5.17%) dan cis-Vaccenic acid (2.22%). (Kristianti, Wulan.
2018).
Rimpang jahe termasuk kelas Monocotyledonae, bangsa Zingiberales,
suku Zingiberaceae, marga Zingiber.Tanaman ini sudah lama dikenal baik
sebagai bumbu masak maupun untuk pengobatan.Rimpang dan batang tanaman
jahe sejak tahun 1500 telah digunakan di dalam dunia pengobatan di beberapa
negara di Asia (Gholib, 2008).
Rimpang jahe (Curcuma.) memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Regnum :plantae
Divisi :Spermatophyta
Kelas :Monocotyledoneae
Ordo :Zingiberales
Familia :Zingiberaceae
Genus :Zingiber
Species :Zingiber officinale
Morfologi tumbuhan jahe yaitu :
Jahe merupakan tanaman berbatang semu,tinggi 30 cm sampai dengan 1
m, tegak, tidak bercabang, tersusun ataslembaran pelepah daun, berbentuk bulat,
berwarna hijau pucat dan warnapangkal batang kemerahan. Akar jahe berbentuk
bulat, ramping, berserat,berwarna putih sampai coklat terang.Tanaman ini
berbunga majemuk berupamalai muncul di permukaan tanah, berbentuk tongkat
atau bulat telur yangsempit, dan sangat tajam (Wardana,2002). Berdasarkan
bentuk, ukuran dan warna rimpang, jahe dibedakan atas tiga kultivar, yaitu jahe
badak atau jahe gajah, jahe merah dan jahe emprit.Jahe merah memiliki rimpang
kecil, ramping, kurang mengandung air, berwarna merah atau jingga, dan rasanya
pedas.Jahe ini juga dikenal dengan sebutan jahe sunti.Kadar minyak atsiri pada
jahe pedas di atas 3 ml tiap 100 gram rimpang.Jahe ini merupakan bahan penting
dalam industri jamu tradisional. Umumnya dipasarkan dalam bentuk rimpang
segar dan jahe kering (Lukito, 2007).
Batang semu jahe merah berbentuk bulat kecil, berwarna hijau
kemerahan, dan agak keras karena diselubungi oleh pelepah daun. Tinggi tanaman
mencapai 34,18 – 62,28 cm (Lantera, 2002). Daun tersusun berselang-seling
secara teratur dan memiliki warna yang lebih hijau (gelap) dibandingkan dengan
kedua tipe lainnya.Permukaan daun bagian atas berwarna hijau muda
dibandingkan dengan bagian bawahnya. Rimpang jahe ini berwarna merah
hingga jingga muda.Aromanya tajam dan rasanya sangat pedas. Kandungan
minyak atsirinya lebih tinggi dibandingkan klon jahe lainnya, yakni 2,58% -
3,72% dihitung atas dasar berat kering (Lantera, 2002).
Penelitian-penelitian untuk mengeksplorasi zat aktif pada tumbuhan telah
banyak dilakukan. Diantaranya telah ditemukan beberapa spesies tumbuhan yang
memiliki aktifitas antidiabetes yang dapat menurunkan kadar gula darah atau
memperbaiki sel β pankreas. Govindappa M (2015) berhasil mengumpulkan
sejumlah literatur dan me-list 419 spesies dari 133 famili tumbuhan yang
memiliki aktifitas antidiabetes salah satunya kayu manis Cinnamomum
zeylanicum.
Kayu manis (Cinnamomum burmannii) memiliki klasifikas sebagai
berikut :
Regnum :Plantae
Divisio :Spermathophyta
Classis :Dicotyledonae
Ordo :Ranales
Familia :Lauraceae
Genus :Cinnamomum
Spesies :Cinnamomum burmannii (Ness.)
Morfologi tumbuhan kayu manis yaitu :
Tanaman kayumanis pohonnya mencapai tinggi antara 8 - 27 m, dengan
panjang daun antara 5 - 17 cm dan lebar daun 3 - 10 cm. Warna daun hijau muda,
dan pucuk berwarna merah muda seperti terdapat pada Gambar 1. Tanaman
kayumanis yang diharapkan dari hasil kulit yang memiliki aroma yang kuat,
dimana kandungan utama-nya yaitu sinamaldehid (Astri Ramadani, 2017).
Panen kulit dilakukan dalam musim hujan, supaya mudah mengulitinya.
Sebelum dikuliti batang hendaknya dikerok dengan pisau untuk
membersihkannya dari lumut dan kerak serta gabus. Kulit dipanen mulai dari
sebelah bawah batang dalam bentuk pita yang panjangnya sekitar 1 meter dan
lebarnya 4 - 10 cm. Kemudian pohon tersebut ditebang pada ketinggian 20 - 30
cm dari permukaan tanah. Setelah itu dikuliti dimulai dari bagian atas dari batang
dan pada cabang- cabang yang besar. Tunggul batang dibiarkan bertunas yang
kelak ditinggalkan satu atau dua batang saja, hingga menjadi batang baru. Kulit
yang telah dipanen dikeringkan di atas tikar atau diatas kawat kasa. Mengering-
kannya dapat dibawah sinar matahari atau dibawah naungan sementara. Bila kulit
sudah kering akan menggulung yang menyerupai pipa, disebut quill yang siap
untuk diperdagangkan. Quill dari cassiavera ini berwarna coklat kemerahan. hasil
kulit batang untuk pohon berukuran sedang sekitar 2,9 kg perpohon dan kulit
cabang kira-kira separohnya. (Astri Ramadani, 2017).
Bubuk ketumbar dan minyak esensial ketumbar sebagai makanan
preservatif alami termasuk sebagai antibakteri, antifungi dan antioksidan (Politeo
et al., 2007). Beberapa penelitian menyatakan bahwa ketumbar memiliki efek
farmakologi, diantaranya sebagai diuretik, antioksidan, antikonvulsan, sedatif,
antimikroba, antidiabetik, antimutagen serta antihelmintes (Pathak, et al., 2011).
Ketumbar (Coriandrum sativum) memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Regnum :Plantae
Divisi :Spermatophyta
Sub divisi :Angiospermae
Kelas :Dicotyledonae
Ordo :Apiles
Familia :Apiaceae
Genus :Coriandrum
Morfologi ketumbar yaitu :
Tanaman Ketumbar memiliki daun herbal kecil yang memiliki banyak
cabang dan sub unit. Daun barunya berbentuk oval dan daun yang lainnya
memanjang. Bunga berwarna putih, memiliki buah yang bergerombol dan
berbentuk bulat. Buah berbentuk mericarps biasanya disatukan oleh margin yang
membentuk sebuah cremocarp dengan diameter sekitar 2 - 4 mm, warna
kecoklatan, kuning atau coklat, gundul, terkadang dimahkotai oleh sisa-sisa
sepals, memiliki bau aromatik Ketumbar memiliki rasa yang berkarakteristik dan
pedas. (British pharmacopoeia, 2004).
Ketumbar mengandung komponen aktif yaitu vitamin, rasa, peptida,
mineral, asam lemak, polyunsaturated fatty acids, antioksidan, enzim dan sel
hidup (Cristian D et al., 2013). Kandungan kimia terbesar dari Ketumbar yaitu
1,8% minyak atsiri. Penyulingan minyak mengandung 65-70% dari linalool
(coriandrol), yang tergantung pada sumbernya. Kandungan lainnya yaitu
Monoterpene hidrokarbon α-pinene, β-pinene, limonene, γ-terpinene, ρ-lymene,
borneol, citron wllol, Xmphoe, Geraniol dan Geranylacetate; Hetero-cyclic
compounds –pyrazine, pyridine, thiazole, furan, tetrahydrofuran derivatives;
Isocoumacin (coriandrin), dihyrocoriandrin, coriandrones A-E, glazonoids;
Phthalides-neochidilide, Z-digustilide; Phenolic acids, sterols, dan flavonoid
(Wallis, 2005).
Biji pala, digunakan untuk rempah-rempah dan tujuan pengobatan seperti
karminatif, hipolipidemik, antitrombotik, agregasi antiplatelet, antijamur,
afrodisiak, ansiogenik, anti-ulcerogenic, nematosidal, antitumor, anti-inflamasi
(Cho et al, 2007). Anti serangga (insektisidal), antibakteri, dan antioksidan
(Suhirman dan Balittro, 2013). Minyak atsiri pala digunakan sebagai bahan baku
dalam aromaterapi, penyedap masakan (saus), pengawet makanan, dan bahan
campuran pada minuman ringan (Suhirman dan Balittro, 2013).
Nama lain pala : Assam (Jaiphal), Bengali (Jaiphala), Kanada (Jaji),
Gujarati (Jaiphala), Hindi (Jaiphala), Malyalam (Jati), Marathi (Jayapatri), Oriya
(Jaiphal), Punjabi (Jauntari), Sanskrit (Ghatastha), Tamil (Adiphalam), Arabic
(Jiansiban), Kamboja (Bochkak), China (JouTouK’ou), Inggris (Nutmeg),
German (Muskatnuss), Greek (Kaaryonaromatikon), Itali (Moscatero), Russia
(Muskatnoetrava) (Phulsagar et al, 2014).

Pala (Myristica fragrans Houtt) memiliki klasifikasi sebagai berikut :


Kingdom : Plantae
Filum : Tracheophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Magnoliales
Famili : Myristicaceae
Genus : Myristica
Spesies : Myristica fragrans (Phulsagar et al, 2014).
Morfologi pala yaitu :
Tanaman berbentuk pohon yang tingginya mencapai 20 m dengan
diameter batang 30-45 cm berbentuk bulat tegak dan bergetah merah muda. Daun
tunggal, lonjong, panjang 8-10 cm, permukaan daun berwarna hijau mengilap.
Bunga majemuk berbentuk malai diketiak daun, berwarna kuning. Buah bulat
bundar menggantung, terbagi memanjang menjadi dua alur, dengan daging buah
yang tebal, keras, banyak getah encer dan sepat. Biji hitam kecoklatan dan fuli
yang berbentuk lonjong dengan warna kuning hingga merah (Hidayat dan
Napitupulu, 2015). Buah pala terdiri atas daging buah (77,8%), fuli (4%),
tempurung (5,1%), dan biji (13,1%) (Rismunandar, 1990).
Indonesia merupakan negara yang kaya akan flora dan fauna. Diantara
kekayaan flora (tumbuh-tumbuhan) yang dimiliki, salah satunya adalah tanaman
yang termasuk dalam kategori tanaman obat. Kesadaran masyarakat yang mulai
tinggi akan faktor kesehatan, menyebabkan tanaman yang berkhasiat sebagai obat
atau sebagai antimikroba mulai banyak dipergunakan, baik itu sebagai bumbu
dapur, sebagai penambah cita rasa, pengawet alami makanan, dan lain
sebagainya. Salah satu tanaman yang mempunyai khasiat obat dan sebagai
antimikroba adalah bawang putih (Allium sativum L.). (Majewski, 2014).
Secara klinis, setelah dievaluasi bawang putih memiliki manfaat dalam
berbagai hal, termasuk sebagai pengobatan untuk hipertensi, hiperkolesterolemia,
diabetes, rheumatoid arthritis, demam atau sebagai obat pencegahan
atherosclerosis, dan juga sebagai penghambat tumbuhnya tumor. Publikasi
banyak yang menunjukan bawang putih memiliki potensi farmakologis sebagai
agen antibakteri, antihipertensi dan antitrombotik (Majewski, 2014).
Bawang putih (Allium sativum L.) memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subbkingdom : Tracheobionta
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Liliales
Suku : Liliaceae
Marga : Allium
Jenis : Allium sativum (Syamsiah dan Tajudin, 2003).
Morfologi bawang putih yaitu :
Bawang putih adalah herba semusim berumpun yang mempunyai
ketinggian sekitar 60 cm. Tanaman ini banyak ditanam di ladang-ladang di daerah
pegunungan yang cukup mendapat sinar matahari (Syamsiah dan Tajudin, 2003).
Struktur morfologi dari tanaman bawang putih (Allium sativum) terdiri atas :
akar, batang utama, batang semu, tangkai bunga yang pendek atau sekali keluar,
dan daun. Akar bawang putih terbentuk di pangkal bawah batang sebenimya
(discus). Di atas discus terbentuk batang semu yang dapat berubah bentuk dan
fungsinya sebagai tempat penyimpanan makanan cadangan atau di sebut “umbi”.
Umbi bawang putih terdiri atas beberapa bagian bawang putih yang di sebut
“siung”. Siung – siung ini terbungkus oleh selaput tipis yang kuat, sehingga
tampak dari luar seolah – olah umbi yang berukuran besar. Daun bawang putih
berupa helai- helai seperti pita yang memanjang ke atas. Jumlah daun yang
dimiliki oleh tiap tanamannya dapat mencapai 10 buah. Bentuk daun pipih rata,
tidak berlubang, runcing di ujung atasnya dan agak melipat ke dalam (arah
panjang/membulur) (Meyers dan Michelle, 2006).
Bawang putih memiliki 33 komponen sulfur, beberapa enzim, 17 asam
amino dan banyak mineral. Komponen utama bawang putih tidak berbau, disebut
komplek sativumin, yang diabsorbsi oleh glukosa dalam bentuk aslinya untuk
mencegah proses dekomposisi. Dekomposisi kompleks sativumin ini
menghasilkan aroma khas yang tidak sedap dari allyl sulfide, allyl disulfate, allyl
mercaptane, alun allicin dan alliin. Kandungan kimia Allium sativum yang
berfungsi sebagai anti jamur adalah allicin (dialyl thiosulfinate). Allicin (diallyl
thiosulfinate) merupakan salah satu komponen biologis yang paling aktif yang
terkandung dalam bawang putih. Komponen ini, bersamaan dengan komponen
sulfur lain yang terkandung dalam bawang putih berperan pula memberikan bau
yang khas pada bawang putih (Londhe 2011).
Pengujian organoleptik disebut penilaian indera atau penilaian sensorik
merupakan suatu cara penilaian deengan memanfaatkan panca indera manusia
untuk mengamati tekstur, warna, bentuk, aroma, rasa suatu produk makanan,
minuman ataupun obat. Pengujian organoleptik berperan penting dalam
pengembangan produk. Evaluasi sensorik dapat digunakan untuk menilai adanya
perubahan yang dikenhendaki atau tidak dalam produk atau bahan-bahan
formulasi, mengidentifikasi area untuk pengembangan, mengevaluasi produk
pesaing, mengamati perubahan yang terjadi selama proses atau penyimpanan, dan
memberikan data yang diperlukan untuk promosi produk. (Ayustaningwarno,
2014).
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses
pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu
kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya
rangsangan yang diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut. Pengindraan
dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat indra mendapat rangsangan
(stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena adanya rangsangan dapat
berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai akan
benda penyebab rangsangan (Agusman, 2013).
BAB II

2.1 ALAT DAN BAHAN

2.1.1 ALAT

No. Nama Alat Jumlah Ukuran

1. Piring kecil 6 Kecil

2. Botol 6 60 ml

3. Label 6 -

2.1.2 BAHAN

No. Nama Bahan Keperluan

1. Serbuk Simplisia Kunyit Qs

2. Serbuk Simplisia Jahe Qs

3. Serbuk Simplisia Kayu Qs


Manis

4. Serbuk Simplisia Ketumbar Qs

5. Serbuk Simplisia Pala Qs

6. Serbuk Simplisia Bawang Qs


Putih
2.2 CARA KERJA PRAKTIKUM

Di siapkan alat dan bahan.

Di uji organoleptis masing-masing simplisia serbuk


menentukan warna dengan indera penglihatan.

Di uji organoleptis masing-masing simplisia serbuk


menentukan aroma dengan indera penciuman.

Di uji organoleptis masing-masing simplisia serbuk


menentukan rasa dengan indera perasa/pengecap.

Di catat hasil pengamatan.


BAB III
HASIL PENGAMATAN

Dari percobaan yang telah dilakukan di peroleh data pada tabel dibawah ini.
No. Nama umum dan Bagian Uji Organoleptis
latin Tumbuhan tumbuhan
Warna Bau Rasa
yang
berkhasiat
obat
1. Kunyit Rimpang Kuning Khas Pahit
(Curcumadomestica (Rhizoma) aromatik
Val.)
2. Jahe Rimpang Putih Khas Pedas
(Zingiber officinale) (Rhizoma) kecoklatan jahe

3. Kayu manis Kayu Coklat Khas Manis


(Cinnamomum (Lignum) aromatik
burmannii)
4. Ketumbar Buah Kecoklatan Khas Pahit,ped
(Coriandrum sativum) (Fructus) aromatik as
5. Pala Biji Putih Khas Pahit
(Myristica fragrans) (Semen) kecoklatan aromatik
6. Bawang putih Umbi lapis Putih Khas Pedas
(Allium sativum L) (Bulbis) bawang
putih
BAB IV

4.1 PEMBAHASAN
Pemeriksaan organoleptis merupakan pengecekan tanaman atau
pemeriksaan tanaman dengan menggunakan bantuan indera manusia.
Pemeriksaan organoleptis meliput aroma, rasa, dan warna. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mendeskripsikan tanaman melalui kepekaan rasa dari analis.
Pemeriksaan ini memiliki tingkat pengamatn yang tinggi. Warna, rasa dan bau
perlu diamati sebaik mungkin agar menghasilkan data yang efisien. Pemeriksaan
secara oranoleptis harus didukung oleh indera manusia yang normal. Orang-orang
yang mengalami buta warna, sakit dan flu tidak diharapkan melakukan
pemeriksaan organoleptis ini. Pemeriksaan haksel secara organoleptis ini mulai
dari aroma, rasa dan warna perlu dilakukan berulang-ulang dan bersama-sama.
Praktikum kali ini menguji organoleptis pada simplisia serbuk. Ada 6 jenis
simplisia serbuk yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu serbuk simplisia
rimpang kunyit (Curcumadomestica Val.), serbuk simplisia rimpang jahe
(Zingiber officinale), serbuk simplisia kayu manis (Cinnamomum burmannii),
serbuk simplisia ketumbar (Coriandrum sativum), serbuk simplisia pala
(Myristica fragrans), dan serbuk simplisia bawang putih (Allium sativum L).
Prinsip pengujian organoleptis warna,bau dan rasa menggunakan panca indera
seperti pengujian warna dengan indera penglihatan, pengujian bau dengan indera
penciuman, dan pengujian rasa dengan indera pengecap. Berdasarkan hasil
pengamatan diporelah data seperti berikut.
Serbuk simplisia pertama yaitu rimpang kunyit dimana bagian tumbuhan
yang berkhasiat adalah rimpang. Rimpang kunyit memiliki berbagai manfaat,
diantaranya sebagai antioksidan, dimana dapat mencegah kerusakan sel-sel yang
diakibatkan radikal bebas. Dari uji organoleptis warna pada simplisia serbuk
rimpang kunyit dengan indera penglihatan diporelah hasil bahwa serbuk berwarna
kuning warna dari rimpang kunyit karena mengandung senyawa flavonoid, pada
uji organoleptis aroma dengan indera penciuman diporelah hasil khas aromatik,
yang terakhir uji organoleptis rasa dengan indera perasa/pengecap pada simplisia
serbuk diporelah hasil rasa agak pahit rasa pahit ini dihasilkan oleh senyawa
saponin.
Serbuk simplisia kedua yaitu rimpang jahe dimana bagian tumbuhan yang
berkhasiat adalah rimpang. Rimpang jahe memiliki berbagai manfaat, diantaranya
sebagai berikut :
a. Mengatasi masalah pencernaan.
b. Mengurangi mual.
c. Anti peradangan.
d. Menangani masuk angin.
Dari uji organoleptis warna pada simplisia serbuk rimpang jahe dengan
indera penglihatan diporelah hasil bahwa serbuk berwarna putih kecoklatan warna
dari rimpang jahe menandakan adanya kandungan senyawa flavonoid, pada uji
organoleptis aroma dengan indera penciuman diporelah hasil khas jahe dimana
aromanya sangat kuat, yang terakhir uji organoleptis rasa dengan indera
perasa/pengecap pada simplisia serbuk diporelah hasil rasa pedas.
Serbuk simplisia ketiga yaitu kayu manis dimana bagian tumbuhan yang
berkhasiat adalah kayu. Kayu manis sering digunakan sebagai bumbu dapur
tambahan pada masakan dalam memperbaiki rasa siapa sangka bahwa kayu manis
ini juga bermanfaat dalam bidang kesehatan salah satunya mengatasi diabetes
yaitu meningkat kinerja insulin. Dari uji organoleptis warna pada simplisia serbuk
kayu manis dengan indera penglihatan diporelah hasil bahwa serbuk berwarna
coklat warna dari kayu manis, pada uji organoleptis aroma dengan indera
penciuman diporelah hasil khas aromatik, yang terakhir uji organoleptis rasa
dengan indera perasa/pengecap pada simplisia serbuk diporelah hasil rasa manis.
Serbuk simplisia keempat yaitu ketumbar dimana bagian tumbuhan yang
berkhasiat adalah buah. Ketumbar memiliki berbagai manfaat, diantaranya
sebagai berikut :
a. Mengatasi masalah pencernaan. Salah satu manfaat air ketumbar yang cukup
terkenal adalah untuk mengatasi masalah pencernaan, seperti mual, diare, dan
perut kembung.
b. Menurunkan kadar gula darah.
c. Menjaga kesehatan jantung.
d. Melawan efek radikal bebas.
e. Melawan infeksi.
Dari uji organoleptis warna pada simplisia serbuk ketumbar dengan
indera penglihatan diporelah hasil bahwa serbuk berwarna kecoklatan warna dari
ketumbar menandakan adanya kandungan senyawa flavonoid, pada uji
organoleptis aroma dengan indera penciuman diporelah hasil khas aromatik, yang
terakhir uji organoleptis rasa dengan indera perasa/pengecap pada simplisia
serbuk diporelah hasil rasa pahit dan agak sedikit pedas rasa pahit pada ketumbar
menandakan adanya kandungan senyawa saponin.
Serbuk simplisia kelima yaitu pala dimana bagian tumbuhan yang
berkhasiat adalah biji. Biji pala biasanya digunakan untuk bahan tambahan
makanan dalam bumbu dapur namu juga memiliki banyak manfaat dalam bidang
kesehetan salah satunya memelihara kesehatan mulut. Dari uji organoleptis warna
pada simplisia serbuk pala dengan indera penglihatan diporelah hasil bahwa
serbuk berwarna putih kecoklatan warna dari pala menandakan adanya kandungan
senyawa flavonoid, pada uji organoleptis aroma dengan indera penciuman
diporelah hasil khas pala, yang terakhir uji organoleptis rasa dengan indera
perasa/pengecap pada simplisia serbuk diporelah hasil rasa pahit rasa pahit pada
pala menandakan bahwa pala mengandung senyawa saponin.
Serbuk simplisia keenam atau yang terkahir yaitu bawang putih dimana
bagian tumbuhan yang berkhasiat adalah umbi lapis. Umbi lapis bawang putih
memiliki berbagai manfaat, selain untuk bumbu masak namun juga bermanfaat
dalam bidang kesehetan diantaranya sebagai berikut :
a. Menurunkan kolesterol. Bawang putih telah lama dianggap sebagai salah satu
makanan terbaik untuk mencegah kolesterol tinggi.
b. Mengendalikan tekanan darah.
c. Menyehatkan jantung.
d. Menurunkan risiko kanker.
Dari uji organoleptis warna pada simplisia serbuk simplisia bawang putih
dengan indera penglihatan diporelah hasil bahwa serbuk berwarna putih, pada uji
organoleptis aroma dengan indera penciuman diporelah hasil khas bawang putih
dimana aromanya sangat kuat dan agak menyengat, yang terakhir uji organoleptis
rasa dengan indera perasa/pengecap pada simplisia serbuk diporelah hasil rasa
pahit rasa pahit pada bawang putih menandakan adanya kandungan senyawa
saponin.
Dari uji organoleptic yang telah dilakukan dapat kita ketahui bahwa
prinsip uji organoleptic mengenai warna simplisia dilakukan dengan indera
penglihatan yakni melalui mata, uji organoleptic mengenai bau/aroma simplisia
dengan menggunakan indera pembau yakni melalui hidung, dan yang terkahir uji
organoleptic mengenai rasa simplisia dilakukan dengan indera perasa atau
pengecap yakni mulut dan juga lidah.
Uji organoleptic sangat mudah dilakukan dan juga relaven dalam
menentukan dan menyesuaikan selera konsumen dan juga prosesnya mudah tidak
perlu prosedur yang sangat sulit serta yang pasti hemat biaya karena semuanya
menggunakan indera yang dimiliki oleh manusia (kita sendiri). Namun uji ini
tetap memiliki keterbatasan karena karena masing-masing orang bisa keliru dalam
menyampaikan atau mendiskripsikan warna,tekstur,bau, dan rasa sebab tidak
terlalu kompeten.
4.2 KESIMPULAN
Dari data diatas maka dapat disimpulkan bahwa uji organoleptis
merupakan cara pengujian menggunakan panca indera manusia sebagai alat utama
untuk identifikasi bahan secara organoleptic. Uji organoleptis meliputi pengujian
warna dengan indera penglihatan, pengujian bau dengan indera penciuman, dan
pengujian rasa dengan indera pengecap.
Rimpang kunyit bermanfaat sebagai antioksidan, rimpang jahe memiliki
manfaat dalam mengatasi masalah pencernaan sama halnya dengan ketumbar,
kayu manis dapat mencerpat kinerja insulin, pala bermanfaat dalam pemeliharaan
kesehatan mulut, dan bawang putih dapat menurunkan kolestrol.

4.3 SARAN
Adapun saran untuk praktikum kali ini yaitu diharapkan agar praktikan
serius dalam melakukan praktikum ini agar memporelah hasil yang baik dan
sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Agusman. (2013). Pengujian Organoleptik. Semarang: Teknologi Pangan Universitas


Muhammadiyah Semarang.

Anang Dwi Bagus J.P., A. C. (2017). Laporan Resmi Praktikum Farmakognosi


Pemeriksaan haksel. Jawa Tengah: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Kudus Program Studi S-1 Farmasi.

Ayustaningworno, F. (2014). Teknologi Pangan : Teori Praktis dan Aplikasi.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Christian D, e. a. (2013). Encapsulation Of Coriender Essential Oil In Alginate and


Chitosan Microspheres By Emulsification Of External Gelation Menthod. Inside
Food Symposium.

Gholib. (2008). Uji Daya Hambat Ekstrak Etanol Jahe Merah (Zingiber officinale var.
Rubrum) dan Jahe Putih (Zingiber offcinale var. amarum) Terhadap Trichophyton
mentagrophytes dan Cryptococcus neoformans. Prosiding Seminar Nasional
Teknologi Petrnekan dan Veteriner. Bogor.

Hartati, S.Y., B. (2013). Khasiat Kunyit Sebagai Obat Tradisional dan Manfaat
Lainnya. Jurnal Puslitbang Perkebunan, 19 : 5-9.

Kristianti., W. (2018). Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Ekstrak Kunyit ( Curcuma
domestica Val. ) Terhadap Artemia salina Leach. Jakarta: Universitas Trisakti.

Lantera, T. (2002). Khasiat dan Manfaat Jahe Merah : Si Rimpang Ajaib. Jakarta:
AgroMedia Pustaka.

Londhe VP., G. B. (2011). Role of Garlic (Alium sativum) in various disiases : An


overview. Journal of Pharmaceutical Research on Opinion, 4.
Lukito, A. (2007). Petunjuk Praktis Bertanam Jahe. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

M., G. (2015). A Review on Role of Plant(s) Extracs and its Phytochemicals for the
Management of Diabetes. Journal Diabetes Metab, 6 : 7.

Menteri Kesehetan RI. (2017). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia


Nomor HK. 01. 07/MENKES/187/2017 Tentang Formularium Ramuan Obat
Tradisional Indonesia. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Mona Nur Moulia. dkk. (2018). Antimikroba Ekstrak Bawang Putih. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.

Nisyaputri, F. F., I. et al. (2018). Studi Etbotani Tumbuhan Obat di Desa Wonoharjo.
Prosiding Masy Biodiv Indo, 4, 122-123.

Pathak S, et al. (2011). Antifungal Activity of Novel Syntetic Peptides By


accumulation of Reactive Oxygen Species (ROS) and Discruption Of Cell Wall
Againts Candida Albicans. Peptides.

Phulsagar, S., D. B. (2014). An Inside Review Of Myristica Fragrants Hout - A


Potencial Medicanal Plant Of India. Valley International Journals, 500 - 513.

Ramadani, A. (2017). Analisis Kompenen Kimia Minyak Atsiri Kulit Kayu Manis
(Cinnamomun Burmmannii) Serta Uji Aktivitas Antioksidan dan Antibakteri. Medan:
Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Sumatera Utara .

Supriyatna., M. I. (2014). Prinsip Obat Herbal : Sebuah Pengantar Untuk Fitoterapi


Edisi I. Yogyakarta: Deepublish.

Wardana. (2002). Budi Daya secara Organik Tanaman Obat Rimpang. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Winarto, I. (2004). Khasiat dan Manfaat Kunyit. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai