Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL


MENGENAL METODE STERILISASI

Disusun oleh :

Nama :
NIM :
Kelas :
Kelompok :

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIII FARMASI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sterilisasi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dan
pengendalian infeksi di rumah sakit (Darmadi, 2008). Central Sterile Supply
Department (CSSD) merupakan salah satu unit pelayanan penunjang medik di
rumah sakit yang menghasilkan produk steril (dapat berupa linen, instrumen
medik pakai ulang, sarung tangan, dan bahan habis pakai). Upaya
menghasilkan produk yang steril bertujuan untuk membantu meningkatkan
kualitas pelayanan pasien dan mencegah dampak merugikan bagi pasien
(Anonim, 2006)
Sebelum proses sterilisasi, instrumen pakai ulang akan melewati berbagai
tahap di antaranya berupa pengumpulan, pencucian, pengeringan, pemilihan,
pengemasan, sterilisasi, dan distribusi. Semua kegiatan untuk pelayanan
CSSD itu membutuhkan biaya. Biaya-biaya itu antara lain biaya untuk
pembelian bahan habis pakai, investasi peralatan seperti autoklaf, alat
disinfeksi, pencuci, biaya listrik, biaya pengemas, biaya sumber daya
manusia, serta biaya indikator. Setelah proses sterilisasi selesai, instrumen
pakai ulang sebelum didistribusikan disimpan terlebih dahulu pada ruang
penyimpanan dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Penyimpanan
dilakukan pada ruang dengan kelembaban antara 35-75%, suhu antara 18-
22ºC serta bertekanan positif sehingga udara mengalir keluar dari almari
penyimpanan (Anonim, 2001). Selama ini proses sterilisasi dapat dikatakan
berhasil jika dilihat dari monitoring indikator yang digunakan dan uji
mikrobiologinya (Anonim, 2001). Setelah proses sterilisasi selesai, sebelum
didistribusikan instrumen pakai ulang disimpan terlebih dahulu pada tempat
penyimpanan sesuai dengan ketentuan. Pada proses penyimpanan inilah
dimungkinkan terjadi kontaminasi. Kontaminasi bisa disebabkan karena
penyimpanan yang tidak benar, atau terjadi cemaran dari udara luar (Anonim,
2009).

1.2 Tujuan
Mahasiswa dapat memahami metode sterilisasi

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Metode Sterilisasi


Metode sterilisasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu metode sterilisasi
dengan cara panas dan sterilisasi dengan cara dingin. Metode sterilisasi
dengan cara panas dibagi menjadi sterilisasi panas kering (menggunakan oven
pada suhu 160-180⁰C selama 30-240 menit), dan sterilisasi panas basah
(menggunakan autoklaf dengan suhu 121⁰C dengan tekanan 15 psi, selama 15
menit). Metode sterilisasi dengan cara dingin dapat dibagi menjadi dua, yaitu
teknik removal/penghilangan bakteri, dan teknik membunuh bakteri. Teknik
removal dapat menggunakan metode filtrasi dengan membran filter berpori
0,22µm. Teknik membunuh bakteri dapat menggunakan radiasi (radiasi sinar
gama menggunakan isotop radioaktif Cobalt 60) dan gas etilen oksida (dengan
dosis 25 KGy). Metode lain untuk membunuh bakteri dengan menggunakan
cairan kimia seperti formaldehida, tidak dapat digunakan karena memiliki efek
toksik terhadap bahan yang disterilkan.

2.2 Sterilisasi
Sterilisasi merupakan suatu proses menghancurkan atau memusnahkan
semua mikroorganisme termasuk spora, dari sebuah benda atau lingkungan.
Peranan sterilisasi pada pembuatan makanan yaitu berfungsi untuk menjamin
keamanan terhadap pencemaran oleh mikroorganisme dan memperpanjang
waktu simpan.Prinsip dasar sterilisasi yaitu memperpanjang umur simpan
bahan pangan dengan cara membunuh mikroorganisme yang ada di dalamnya.
Mikroorganisme yang tumbuh pada produk pangan biasanya dapat mencemari
produk pangan dan membuat makanan lebih cepat basi. Mikroorganisme
pembusuk tersebut bisa berupa bakteri, khamir (yeast) dan kapang (jamur).
a. Sterilisasi Secara Fisik
Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan &
pemijaran :
 Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api
secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset,
batang L dan lain-lain.
 Sterilisasi panas kering : sterilisasi dengan oven umumnya
pada suhu 160-1700C selama 1-2 jam. Sterilisasi panas
kering cocok untuk sterilisasi serbuk yang tidak stabil
terhadap uap air, alat yang terbuat dari kaca misalnya
erlenmeyer, tabung reaksi dan lain-lain. Sterilisasi uap
panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Sterilisasi
dengan menggunakan uap panas dibawah tekanan dengan
menggunakan autoklaf. Pada sterilisasi ini umumnya
dilakukan dalam uap jenuh dalam waktu 15 menit dengan
suhu 1210C.
b. Sterilisasi Kimia
Biasanya sterilisasi secara kimiawi menggunakan senyawa
desinfektan antara lain alkohol. Antiseptik kimia biasanya
dipergunakan dan dibiarkan menguap seperti halnya alkohol.
Proses sterilisasi antiseptik kimia ini biasanya dilakukan dengan
cara langsung memberikan pada alat atau media yang akan
disterilisasi. Pemilihan antiseptik terutama tergantung pada
kebutuhan dari tujuan tertentu serta efek yang dikehendaki.
c. Sterilisasi Mekanik (Filtrasi)
Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan
yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga
mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk
sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan serum, enzim,
toksin kuman, ekstrak sel dan lain-lain. (Fauzi, 2013)
2.3 Autoklaf
Autoklaf merupakan salah satu alat dalam teknik sterilisasi panas.
Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang fungsinya untuk mensterilkan
suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi biasanya suhu
yang digunakan 121°C dan bertekanan 15 kg/cm2 yang dilakukan selama
kurang lebih 15 menit. Penurunan tekanan pada autoklaf tidak dimaksudkan
untuk membunuh mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu dalam
autoklaf. Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh mikroorganisme.
Prinsip kerja autoklaf yaitu mensterilkan bahan dengan menggunakan tekanan
uap optimum untuk sterilisasi pada suhu 121°C dan tekanan 15 kg/cm2. Pada
saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan
mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf.
Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara
ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai
tekanan dan suhu yang sesuai, maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai
menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas
dimatikan dan tunggu tekanan dalam kompartemen turun hingga sama dengan
tekanan udara di lingkungan (jarum pada preisure gauge menunjuk ke angka
nol). (Fitri Rahmayanti, 2013)
Autoklaf yang dapat digunakan untuk sterilisasi ada bermacam-macam,
mulai dari yang sederhana sampai digital (terprogram). Autoklaf yang
sederhana menggunakan sumber uap dari pemanasan air yang ditambahkan ke
dalam autoklaf. Pemanasan air dapat menggunakan kompor atau api Bunsen.
Pada autoklaf sederhana ini, tekanan dan temperatur diatur dengan jumlah
panas dari api. Kelemahan autoklaf ini adalah bahwa perlu penjagaan dan
pengaturan panas secara manual, selama masa sterilisasi dilakukan.
Keuntungan autoklaf ini adalah sederhana, harga relatif murah, tidak
tergantung dari aliran listrik yang sering merupakan problema pada negara-
negara yang sedang berkembang, serta lebih cepat dari autoklaf listrik yang
seukuran dan setaraf. Autoklaf yang bertipe yang lebih canggih menggunakan
sumber energi dari listrik. Alatnya dilengkapi dengan timer dan thermostat.
Bila pengatur automatis ini berjalan dengan baik, maka autoklaf dapat
dijalankan sambal mengerjakan pekerjaan lain. Kelemahan dari autoklaf ini
adalah bila salah satu pengatur tidak bekerja, maka pekerjaan persiapan media
menjadi sia-sia dan kemungkinan menyebabkan kerusakkan total pada
autoklaf. (Mulyaningsih dan Alluh, 2009).
Keunggulan autoklaf adalah dapat mensterilkan alat dan bahan hingga
tidak ada organisme yang hidup lagi. Autoklaf memerlukan waktu yang
singkat untuk sterilisasi. Autoklaf menggunakan suhu dan tekanan tinggi
sehingga memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel
dibandingkan dengan udara panas biasa. Autoklaf memiliki kelebihan yaitu
alat perebus yang bertekanan tinggi. (Permatasari dkk., 2013). Kekurangan
autoklaf adalah harus menggunakan air mendidih karena uapnya memenuhi
kompartemen autoklaf dan terdesak keluar dari klep pengaman. Autoklaf
membutuhkan sumber panas yang terus menerus. Autoklaf membutuhkan
peralatan yang butuh perawatan terus menerus.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Pembagian metode sterilisasi
Jenis dan metode
sterilisasi Kondisi / spesifikasi Prinsip / mekanisme kerja

Autoklaf Suhu 121℃ selama 15 menit, 134℃ Autoklaf adalah alat yang
(cara panas basah) 3 menit. digunakan untuk mensterilkan
berbagai macam alat dan
bahan dengan menggunakan
tekanan 15 psi (2 atm) dan
suhu 121⁰C.
Suhu dan tekanan tinggi yang
diberikan kepada alat dan
media yang disterilisasi
memberikan kekuatan yang
lebih besar untuk membunuh
sel dibanding dengan
udara panas. Untuk
mensterilkan media digunakan
suhu 121⁰C dan tekanan 15
psi selama 15 menit. Suhu
yang digunakan sebesar
121⁰C karena air mendidih
pada suhu tersebut jika
digunakan tekanan 15 psi.
Semua bentuk kehidupan akan
mati jika dididihkan pada
suhu 121⁰C dan tekanan 15
psi selama 15 menit.
Oven Suhu 160℃ selama 120 menit, atau Oven merupakan alat
(cara panas suhu 170℃ selama 60 menit, atau sterilisasi dengan
kering) suhu 180℃ selama 30 menit. menggunakan uap panas
kering. Protein mikroba akan
mengalami dehidrasi sehingga
terjadi kekeringan, selanjutnya
teroksidasi oleh oksigen di
udara sehingga menyebabkan
matinya mikroba.
Radiasi sinar Cobalt 60 dengan dosis 25 kGy Sinar ultraviolet umumnya
UV,Elektron digunakan untuk membantu
dipercepat mengurangikontaminasi di
(cara dingin) udara. Sinar yang bersifat
membunuh mikroorganisme
(germisida) dipancarkan
secara eksklusif pada
gelombang 253,7 nm . Sinar
UV menembus udara bersih
dan air murni dengan baik,
Untuk kebanyakan pemakaian
lama penetrasi dihindarkan
dan setiap tindakan
membunuh mikroorganisme
dibatasi pada permukaan yang
dipaparkan.
Gas Etilen Oksida 800 – 1200 mg/L 45 - 63℃, RH 30 – Gas etilen oksida dipompakan
(cara dingin) 70% 1-4 jam ke dalam kamar (chamber)
selama 20-30 menit pada
kelembaban 50%-75%
,Setelah waktu pemaparan
dengan gas ethilen oksida
diikuti oleh tahap aerasi /
pertukaran udara, yaitu proses
pembuangan gas ethilen
oksida pada sterilisator
maupun peralatan medis. Cara
sterilisasi ini dapat digunakan
untuk alat-alat medis, alat-alat
optik, pacemaker,dan lain-lain
yang tidak tahan panas dan
sulit disterilkan dengan
metodelain. Afinitasnya yang
tinggi akan berakibat
timbulnya residu pada
peralatan medisyang telah
disterilkan. Gas etilen oksida
cukup toksik sehingga dapat
menimbulkaniritasi pada kulit
dan mukosa. Oleh karenanya
diperlukan kewaspadaan
dalam bekerja
Filtrasi Membran filter steril dengan pori ≤ Sterilisasi dengan penyaringan
(removal Bakteri) 0,22 μm (filtrasi) yaitu teknik sterilisasi
denganmenggunakan suatu
saringan yang berpori sangat
kecil yang berukuran 0,22
mikron atau 0,45 mikron.
Cairan yang akan disterilisasi
dilewatkan ke suatu saringan
sehingga mikroba tertahan
pada saringan tersebut.
Sterilisasi dengan penyaringan
dilakukan untuk mensterilisasi
bahan yang mudah rusak jika
terkena
panas dan bahan yang tidak
tahan panas, misalnya larutan
enzim antibiotik.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ayuastusti, A. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi Praktikum Teknologi
Sediaan Steril . Jakarta: BPPSDM Kesehatan.
Fauzi, Hikmah . 2013. “Sterilisasi dan Macam - macamnya”. Lembaga Sumber
Daya Informasi, IPB, Bogor.
Fitri Rahmayanti. 2013. Prinsip Kerja Autoklaf . http://www.scribd.com.
Mulyaningsih, T. dan N. Aluh., 2009. Sterilisasi Alat Media. Jakarta.
Permatasi, dkk., 2013. Uji Pembuatan Marning Jagung dengan Menggunakan
Autoclave. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. Vol. I.
No.1

Anda mungkin juga menyukai