Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II

PENETAPAN KADAR PARASETAMOL MENGGUNAKAN


SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

Disusun oleh :

NAMA : IRSA SURIYATI

NIM : 20.71.022362

KELAS : FARMASI A

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
2022
PENETAPAN KADAR PARASETAMOL MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

I. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan prinsip analisis
paracetamol menggunakan spektrofotometri UV- Vis
2. Mahasiswa mampu menetapkan kadar obat dengan spektrofotometri UV-
Vis.

II. DASAR TEORI


Spektrofotometri UV-Visible merupakan suatu metode yang tidak
baku. Oleh karena itu, sebelum metode yang digunakan untuk penetapan
suatu kadar diterapkan dalam suatu pengujian laboratorium, terlebih dahulu
dilakukan validasi. Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian
terhadap parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium, untuk
membuktikan bahwa metode tersebut memenuhi persyaratan untuk
penggunaannya (Tetrasari, 2003).
Parasetamol (asetaminofen) adalah obat analgesik (penahan rasa
sakit atau nyeri) dan anti-piretik (penurun panas atau demam) yang aman,
efektif, dapat ditoleransi dengan baik, dan murah dengan efek samping yang
relatif sedikit bila digunakan pada dosis terapeutik yang dianjurkan.
Parasetamol pertama kali diperkenalkan pada tahun 1955 untuk aplikasi
klinisnya dalam menyembuhkan demam, sakit kepala dan rasa nyeri,
kemudian sejak saat itu mulai banyak digunakan secara luas hampir di
seluruh dunia (Ibrahim, dkk, 2013).
Salah satu kegunaan dari spektrofotometer UV-Vis yaitu untuk
analisis penetapan kadar atau kandungan bahan aktif. Jika suatu molekul
bergerak dari suatu tingkat energi ke tingkat energi yang lebih rendah maka
beberapa energi dilepaskan. Energi ini dapat hilang sebagai radiasi dan dapat
dikatakan telah terjadi emisi radiasi. Apabila suatu molekul dikenai suatu
radiasi elektromagnetik pada frekuensi yang sesuai sehingga energi molekul
ditingkatkan ke level yang lebih tinggi, maka terjadilah penyerapan (absorpsi)
energi oleh suatu molekul. Agar terjadi absorpsi, maka perbedaan energi
antara dua tingkat energi harus setara dengan energi foton yang diserap
(Moffat, 2011).
Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah bahwa metode
ini memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat
kecil. Selain itu, hasil yang diperoleh cukup akurat, dimana angka yang
terbaca langsung dicatat oleh detector dan tercetak dalam bentuk angka
digital ataupun grafik yang sudah diregresikan (Yahya S,2013).
Prinsip kerjanya berdasarkan penyerapan cahaya atau energi radiasi
oleh suatu larutan. Jumlah cahaya atau energi radiasi yang diserap
memungkinkan pengukuran jumlah zat penyerap dalam larutan secara
kuantitatif (Pescok dkk., 1976). Metode Spektrofotometri Ultra-violet dan
Sinar Tampak telah banyak diterapkan untuk penetapan senyawa-senyawa
organik yang umumnya dipergunakan untuk penentuan senyawa dalam
jumlah yang sangat kecil (Skoog dan West, 1971).
Spektrofotometer UV-VIS merupakan pengukuran didaerah
panjang gelombang 200-750 nm. Sinar ultraviolet memiliki panjang
gelombang antara 200-400 nm sedangkan sinar tampak memiliki panjang
gelombang 400-750 nm. Warna sinar tampak dihubungkan dengan panjang
gelombangnya. Dalam hal ini, sinar putih mengandung radiasi pada semua
panjang gelombang di daerah sinar tampak. Warna komplementer, yaitu jika
salah satu komponen warna putih dihilangkan dengan absorpsi, maka sinar
yang tampak sebagai komplemen warna yang diserap (Rohman, 2007).

III. ALAT DAN BAHAN

No Alat No Bahan

1. Spektrofotometer 1. Bahan baku standar Paracetamol


2. Neraca analitik 2. Sampel Paracetamol generic 500 mg
3. Kertas saring 3. NaOH 0,1 N
4. Labu ukur 4. Aquadest
5. Kuvet kaca
6. Gelas beaker
7. Pipet volume
8. Mortir dan Stamper
IV. CARA KERJA

A. Pembuatan Larutan Baku Parasetamol :

Timbang setara 100 mg parasetamol, masukkan ke dalam labu ukur 100 mL,
ditambahkan 25 mL NaOH 0,1 N, dikocok hingga larut dan homogen, tambahkan
aquadest hingga batas tanda dan dikocok hingga homogen (Larutan Baku Induk
I → 1000 ppm)

Larutan baku induk I dipipet 1 mL ke dalam labu ukur 50 mL, ditambahkan 1 mL


NaOH 0,1 N dan aquadest hingga batas tanda, dikocok hingga homogen (Larutan
Baku Induk II → 20 ppm)


Dipipet 1, 2, 3, 4 dan 5 mL larutan baku induk II, dimasukkan kedalam labu 10
mL, ditambahkan 1 mL NaOH 0,1 N dan ditambahkan aquadest hingga batas
tanda (larutan baku 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm)

Catat semua hasil yang didapatkan

B. Pembuatan Larutan Sampel Tablet Parasetamol :

Timbang bobot tablet parasetamol dan diserbuk, ditimbang setara 100 mg bahan
aktif parasetamol, masukkan ke dalam beaker glass 100 mL, ditambahkan 25 mL
NaOH 0,1 N dan 25 Ml aquadest, diaduk hingga larut dan disaring

Kemudian larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, ditambahkan aquadest
hingga batas tanda dan dikocok hingga homogen (setara 1000 ppm)

Lalu dipipet 1 mL larutan 1000 ppm, dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL,
ditambahkan 1 mL NaOH 0,1 N dan aquadest hingga batas tanda, dikocok hingga
homogen (setara 20 ppm)

Setelah itu dipipet 5 mL larutan 20 ppm, dimasukkan kedalam labu 10 mL,


ditambahkan 1 mL NaOH 0,1 N dan ditambahkan aquadest hingga batas tanda
(setara 10 ppm)

Catat semua hasil yang didapatkan

C. Pembuatan Larutan Blanko Parasetamol :

Dipipet NaOH 0,1 N sebanyak 2,5 mL

Kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL

Setelah itu tambahkan aquadest sampai garis tanda batas, lalu dikocok hingga

homogen

Catat semua hasil yang didapatkan

D. Penetapan Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) :

Ukurlah panjang gelombang maksimum dari larutan baku (10 ppm) menggunakan
kuvet 1 cm pada panjang gelombang antara 200-400 nm

Kemudian amati nilai panjang gelombang maksimal yang terbaca dan print hasil
nilai panjang gelombang dari spektrofotometer uv-vis

Catat semua hasil yang didapatkan

E. Penetapan Kadar Parasetamol Dalam Sediaan Tablet :

Ukur absorbansi larutan sampel tablet parasetamol konsentrasi 10 ppm pada


spektrofotometer pada panjang gelombang 257 nm yang telah di peroleh

Kemudian lakukan perhitungan berdasarkan nilai persamaan linier absorbansi


Y = BX + A sehingga dapat di ketahui nilai sebenarnya dari konsentrasi
tablet parasetamol

Hitung presentase nilai konsentrasi sampel di bandingkan nilai konsentrasi
larutan baku

Catat semua hasil yang didapatkan

V. HASIL PENGAMATAN

1. Tabel pembuatan kurva baku

Konsentrasi (ppm) (X) Absorbansi (Y) Absorbansi Sampel


2 0.025
4 0.700
6 0.684 4,97829
8 0.455
10 0.719

2. Persamaan regrensi

0.8 0.718994
0.700562 0.68457
0.7

0.6
ABSORBANSI (Y)

0.5 0.455444

0.4

0.3

0.2

0.1 0.025757

0
0 1 2 3 4 5 6
KONSENTRASI (X)
 3. Perhitungan Konsentrasi
1. Tentukan nilai X (Konsentrasi) dari hasil sampel tablet parasetamol
Jawaban :
y = 0.0571x + 0.1741
0,683 = 0,0571x 0,1741

X = 0,-683,173

0,571

= 0,89

2. Hitung persentase kadar parasetamol

% Kadar = nilai konsentrasi sampel (ppm) x100%

10 ppm

= 0,89 x100%

10 ppm

= 8,9%
3. Perhitungan pembuatan NaOH 0,1 N 250 mL

N = gr x valensi

Mr v

0,1 = gr x 1

40 0,25

gr = 0,1 x 40 x 0,25

gr = 1 gram
VI. PEMBAHASAN

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi


larutan standar parasetamol yang diukur maka semakin besar pula absorbansi
yang diperoleh. Hal ini dikarenakan pada konsentrasi yang semakin tinggi, tingkat
kepekatan senyawa parasetamol juga semakin tinggi. Selain itu, hukum Lambert-
Beer menunjukkan bahwa perubahan konsentrasi suatu sampel tertentu akan
mengubah absorbansi pada tiap panjang gelombang dengan suatu faktor yang
konstan (Skoog dan West, 1971). Pembuatan kurva kalibrasi standar dilakukan
dengan memplot larutan standar parasetamol (sumbu x) dan absorbansi (sumbu
y), kemudian titik tersebut dihubungkan dengan garis lurus. Sedangkan,

Pada kurva baku, Kurva baku adalah kurva yang diperoleh dengan
memplotkan nilai absorban dengan kosentrasi larutan standar yang bervariasi
menggunakan panjang gelombang maksimum. Kurva ini merupakan hubungan
antara absorbansi dengan kosentrasi. Bila hukum Lambert-Beer terpenuhi maka
kurva kalibrasi berupa garis lurus. Pada pembuatan kurva baku ini digunakan
persamaan garis yang diperoleh dari metode kuadrat terkecil yaitu y = bx +a,
Persamaan ini akan menghasilkan koefisien korelasi (r). Nilai koefisien korelasi
yang memenuhi persyaratan adalah lebih dari 0,9770.

Panjang gelombang maksimum (λ maks) merupakan panjang


gelombang dimana terjadi eksitasi elektronik yang memberikan absorbansi
maksimum. Alasan dilakukan pengukuran pada panjang gelombang maksimum
adalah perubahan absorban untuk setiap satuan kosentrasi adalah paling besar
pada panjang gelombang maksimum, sehingga akan diperoleh kepekaan analisis
yang maksimum. Penentuan panjang gelombang pada penelitian ini dilakukan
dengan mengukur absorbansi dari parasetamol pada panjang gelombang
ultraviolet yaitu antara panjang gelombang 200 nm – 400 nm. Dari hasil
penelitian yang diperoleh panjang gelombang maksimum adalah 248 nm.

VII. KESIMPULAN

Prinsip kerjanya berdasarkan penyerapan cahaya atau energi radiasi oleh


suatu larutan. Jumlah cahaya atau energi radiasi yang diserap memungkinkan
pengukuran jumlah zat penyerap dalam larutan secara kuantitatif. Kemudian
setelah dilakukan perhitungan maka didapat presentase kandungan kadar
paracetamol yaitu 8,9%.
DAFTAR PUSTAKA

Gandjar, Ibnu Gholib. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar
Ibrahim, T., Agnihotri, S., Agnihotri, A.K., 2013, Paracetamol Toxicity-An
Overview. Emergency Med, Vol. 3: 158.
Moffat, A. C., Osselton, M. D., dan Widdop, B. (2011). Clarke’s Analysis of
Drugs and Poisons. Fourth Edition. London: Pharmaceutical Press.
Halaman 2038-2138.
Tetrasari dan Hermini., 2003, Validasi Metode Analisis. Pusat Pengkajian Obat
dan Makanan BPPOM.
Yahya, Sripatundita, 2013. JURNAL SPEKTROFOTOMETER-UV-VIS.
Pecsok, Robert. L, dkk, (1976), "Modem Methods of Chemical Analysis", edisi
kedua, John Wiley and Sons Inc, New York
SKOOG, D.A. and D.M. WEST 1971. Principles of instrumental analysis. Holt,
Rinehart and Winston, Inc., New Yor
Rohman, 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai