PERCOBAAN 8
ULTRAVIOLET AND VISIBLE ABSORPTION
SPECTROPHOTOMETRY
Disusun oleh
Ivana Yulianti 11615027
Asisten
Khaulah Naadiya 11614038
B. Prinsip percobaan
Spektroskopi adalah studi mengenai cahaya sebagai fungsi dari panjang
gelombang yang diemisikan, dipantulkan, atau dibayangkan dari padatan,
cairan, atau gas. Spektroskopi juga mempelajari interaksi radiasi
elektromagnetik dengan suatu materi atom atau molekul.
D. Cara kerja
a. Preparasi sampel
Preparasi ampel dilakukan dengan membuat larutan standar amoksisilin
dengan konsentrasi 10, 12, 14, 16, 18 ppm dari larutan stok 100 ppm. Dibuat
larutan NaOh 0,1 N dengan melarutkan 0,8 gram NaOH padat dalam 200 ml
air. Setelah itu, dilarutkan amoksisilin 10 mg dalam 100 ml NaOH sehingga
didapat larutan stok 100 ppm. Selanjutnya dari larutan stok 100 ppm diencerkan
dengan NaOH menjadi larutan standar amoksisilin 10, 12, 14, 16, 18 ppm.
Pengenceran dilakukan dengan penambahan 1 ml larutan stok 100 ppm, 1,2 ml
larutan stok 100 ppm, 1,3 ml larutan stok 100 ppm, 1,4 ml larutan stok 100 ppm,
dan 1,6 ml larutan stok 100 ppm lalu masing-masing di add dengan NaOH
sampai 10 ml. Digunakan pipet ukur, pipet volum, dan labu volum dalam
mengukur volume. Semua larutan standar di kocok lalu disiapkan untuk
pengukuran.
Standar amoksisislin
Konsentrasi(ppm) Absorbansi rata-rata
10 0,314767
12 0,379500
14 0,454367
16 0,529100
18 0,529867
Sampel 0,450467
c. Perhitungan kadar sampel dengan kurva kalibrasi
0,400000
0,300000
0,200000
0,100000
0,000000
0 5 10 15 20
Konsentrasi (ppm)
|13 − 14,30|
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 ∶ ×100% = 𝟏𝟎 %
13
F. Pembahasan
Spektroskopi adalah studi mengenai cahaya sebagai fungsi dari
panjang gelombang yang diemisikan, dipantulkan, atau dibayangkan dari
padatan, cairan, atau gas. Spektroskopi juga mempelajari interaksi radiasi
elektromagnetik dengan suatu materi atom atau molekul. Menurut www.
solarsystem.nasa.gov, Spektroskopi adalah teknik pengukuran ilmiah. Ini
mengukur cahaya yang dipancarkan, diserap, atau disebarkan oleh bahan dan
dapat digunakan untuk belajar, mengidentifikasi dan mengukur materi tersebut.
Prinsipnya adalah Interaksi radiasi dan materi. Menurut http://mtweb.mtsu.edu/
Jika materi terkena radiasi elektromagnetik radiasi bisa diserap, ditransmisikan,
dipantulkan, disebarkan atau menjalani photoluminescence. Fotoluminesen
adalah istilah yang digunakan untuk menentukan sejumlah efek, termasuk
fluoresensi, pendarisi, dan hamburan Raman.
Terdapat beberapa tipe sistem optik yaitu single beam dan double beam.
Single beam mengacu pada cahaya yang hanya melewati sampel dan langsung
ke detektor. Referensi awal diperlukan untuk membakukan instrumen sebelum
analisis dapat dimulai. Instrumen single beam pada umumnya sangat sederhana
dan ekonomis untuk dibeli. Double beam mengacu pada cahaya yang dibagi
menjadi dua jalur. Satu pada sel untuk sampel dan yang kedua adalah untuk
referensi. Referensi tersebut harus mengandung jenis dan pelarut cuvette yang
sama seperti sampelnya. (Spectrophotometry Handbook GE Life Science)
Gambar 5 Kuvet
Setelah cahaya melewati sampel dalam kuvet, maka akibat dari radiasi
pada molekul sampel akan diukur oleh sebuah detektor. Tabung
photomultiplier adalah detektor yang umum digunakan dalam spektroskopi
UV-Vis. Ini terdiri dari katoda photoemissive (sebuah katoda yang
memancarkan elektron saat berinteraksi oleh foton radiasi), beberapa dynodes
(yang memancarkan beberapa elektron untuk setiap elektron yang
menyerangnya) dan anoda. Sebuah foton radiasi yang memasuki tabung
pemogokan katoda, menyebabkan emisi beberapa elektron. Elektron ini
dipercepat menuju dynode pertama (yang 90V lebih positif daripada katoda).
Elektron menyerang dynode pertama, menyebabkan emisi beberapa elektron
untuk setiap elektron. Elektron ini kemudian dipercepat menuju dynode kedua,
menghasilkan lebih banyak elektron
yang dipercepat ke arah dynode tiga
dan seterusnya. Akhirnya, elektron
dikumpulkan di anoda. Pada saat ini,
setiap foton asli telah menghasilkan
106 - 107 elektron. Arus yang
dihasilkan diperkuat oleh amplifier
dan diukur. Selanjutnya di baca Gambar 6 Detektor Spektrofotometer UV-Vis
Trasisi elektron untuk elektron yang tereksitasi akan berasal dari orbital
molekuler terhuni tertinggi (HOMO) ke orbital molekul kosong yang paling
rendah (LUMO), dan spesies yang dihasilkan disebut keadaan tereksitasi.
Ketika molekul sampel terkena cahaya yang memiliki energi yang sesuai
dengan transisi elektronik yang mungkin terjadi di dalam molekul, sebagian
energi cahaya akan diserap saat elektron dipromosikan ke orbital energi yang
lebih tinggi. Sebuah spektrometer optik mencatat panjang gelombang di mana
penyerapan terjadi, bersamaan dengan tingkat penyerapan pada setiap panjang
gelombang. Spektrum yang dihasilkan disajikan sebagai grafik absorbansi (A)
versus panjang gelombang. Karena absorbansi sampel akan sebanding dengan
jumlah molekul penyerap dalam berkas cahaya spektrometer (misalnya
konsentrasi molar sampel), perlu untuk mengoreksi nilai absorbansi untuk
faktor operasional ini dan lainnya jika spektrumnya berbeda. Nilai absobansi
yang dikoreksi disebut "absorptivitas molar(ε) ", dan sangat berguna bila
membandingkan spektrum senyawa yang berbeda dan menentukan kekuatan
relatif fungsi penyerap cahaya (kromofor). (https://www2.chemistry.msu.ed)
Maka semakin banyak ikatan konjugasi pada suatu senyawa, energi yang
dibutuhkan untuk melakukan transisi elektronik akan lebih kecil.
A = ε.b.c
dimana :
A = absorbansi
e = absorptivitas molar
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi
Setelah itu sampel dimasukan pada kuvet sehingga terisi 2/3 bagian dan
diukur dengan spektrofotometer UV-Vis. Setiap penggantian sampel diukur
blanko NaOH terlebih dahulu. Dilakukan pengukuran dengan 2 metode yaitu
Wavelength Scan dan Fixed Wavelength. Pengukuran dilakukan pada range
panjang gelombang 220 -270 nm karena panjang gelombang untuk absorbansi
amoksisilin adalah 245 nm. Maka dipilih batasan diantara pajang gelombang
tersebut.
H. Daftar Pustaka
Chemistry Department. 2001. Spectrophotometric determination of
ampicillin, dicluxacillin, flucloxacillin and amoxicillin antibiotic
drugs: ion-pair formation with molybdenum and thiocyanate. Giza:
Faculty of Science, Cairo University
Underwood, A.L., Day, R.A., (1994), Analisa Kimia Kuantitatif, edisi ke-
4, Erlangga, Jakarta. Hal 245