Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM ANALISIS OBAT (FK3112)

PERCOBAAN 8
ULTRAVIOLET AND VISIBLE ABSORPTION
SPECTROPHOTOMETRY

Tanggal Percobaan: Jumat, 10 November 2017


Tangga Pengumpulan : Kamis, 16 November 2017

Disusun oleh
Ivana Yulianti 11615027

Asisten
Khaulah Naadiya 11614038

LABORATORIUM KIMIA FARMASI ANALISIS


PROGRAM STUDI FARMASI KLINIK DAN KOMUNITAS
SEKOLAH FARMASI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2017
A. Tujuan Praktikum
1. Menentukan kadar Amoksisilin pada sampel dengan metode
spektrofotometri UV-Vis
2. Menentukan galat dari kadar Amoksisilin pada sampel dengan metode
spektrofotometri UV-Vis.

B. Prinsip percobaan
Spektroskopi adalah studi mengenai cahaya sebagai fungsi dari panjang
gelombang yang diemisikan, dipantulkan, atau dibayangkan dari padatan,
cairan, atau gas. Spektroskopi juga mempelajari interaksi radiasi
elektromagnetik dengan suatu materi atom atau molekul.

Spektrofotometri UV-Vis memiliki prinsip interaksi gelombang


elektromagnetik yang dipancarkan pada suatu sampel. Cahaya yang
dipancarkan tersebut memiliki panjang gelombang 100-400 nm dan 400-750
nm yang merupakan panjang gelombang sinar Ultraviolet dan cahaya tampak.
Dengan adanya pemancaran sinar tersebut akan terjadi transisi eletron karena
senyawa mengabsorbsi radiasi sinar ultravilet dan sinar tampak tersebut. Skema
alat spektrofotometer UV-Vis adalah:

Gambar 1 Skema Intrumen Spektrofotometer UV-Vis

C. Alat dan Bahan


Alat:
1. Pipet tetes 7. Quartz cuvette
2. Pipet ukur 5ml 8. Plastic wrap
3. Gelas kimia 9. Ball filler
10. Pipet volum 1ml
4. UV-Vis Spektrophotometer 11. Kertas lensa
Beckman DU605i 12. Kertas timbang
5. Spatula
6. Labu volum 10 ml
Bahan:
1. Amoksisilin
2. NaOH
3. Aquadest

D. Cara kerja
a. Preparasi sampel
Preparasi ampel dilakukan dengan membuat larutan standar amoksisilin
dengan konsentrasi 10, 12, 14, 16, 18 ppm dari larutan stok 100 ppm. Dibuat
larutan NaOh 0,1 N dengan melarutkan 0,8 gram NaOH padat dalam 200 ml
air. Setelah itu, dilarutkan amoksisilin 10 mg dalam 100 ml NaOH sehingga
didapat larutan stok 100 ppm. Selanjutnya dari larutan stok 100 ppm diencerkan
dengan NaOH menjadi larutan standar amoksisilin 10, 12, 14, 16, 18 ppm.
Pengenceran dilakukan dengan penambahan 1 ml larutan stok 100 ppm, 1,2 ml
larutan stok 100 ppm, 1,3 ml larutan stok 100 ppm, 1,4 ml larutan stok 100 ppm,
dan 1,6 ml larutan stok 100 ppm lalu masing-masing di add dengan NaOH
sampai 10 ml. Digunakan pipet ukur, pipet volum, dan labu volum dalam
mengukur volume. Semua larutan standar di kocok lalu disiapkan untuk
pengukuran.

b. Pengukuran dengan Spektrofotometer UV-Vis


Alat Spektrofotometer UV-Vis disiapkan dengan menyalakannya. Alat
yang telah siap di kalibrasi dengan penentuan blanko NaOH pada kuvet. Setelah
itu masing-masing sampel dimasukan ke dalam kuvet setinggi 2/3 bagian.
Dilakukan pengukuran dengan 2 metode yaitu Wavelength Scan dan Fixed
Wavelength. Kemudian, masing-masing larutan standar dan sampel diukur dan
dicatat absorbansi pada panjang gelombang. Setiap penggantian sampel, diukur
blanko dahulu. Setelah itu, dibuat kurva kalibrasi dengan faktor absorbansi &
konsentrasi dan ditentukan konsentrasi sampel dan galatnya apabila ada.
E. Perhitungan dan pengolahan data
a. Perhitungan pengenceran dalam preparasi sampel Amoksisilin
Pembuatan NaOH 0,1 N =0,1 M
0,8 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑁𝑎𝑂𝐻
𝑚𝑜𝑙 = = 0,02 𝑚𝑜𝑙
400 𝐺𝑟𝑎𝑚/𝑚𝑜𝑙
0,02 𝑀𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻
𝑀𝑜𝑙𝑎𝑟 = = 0,1 𝑀
0,2 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 𝑎𝑖𝑟
Tabel 1 Perhitungan pembuatan larutan standar

Larutan Stok amoksisilin 100 ppm Larutan standar amoksisilin 14 ppm


10 𝑚𝑔 𝑎𝑚𝑜𝑘𝑠𝑖𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛 1000 µ𝑔 M1 x V1=M2 x V2
× =
100 𝑚𝑙 𝑚𝑔
100 ppm x V1 = 14 ppm x10ml
100 µ𝑔
𝑎𝑚𝑜𝑘𝑠𝑖𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛
100𝑚𝑙 V larutan standar = 1,4 ml
Larutan Standar amoksisilin 10 ppm Larutan standar amoksisilin 16 ppm
M1 x V1=M2 x V2 M1 x V1=M2 x V2
100 ppm x V1 = 10ppm x 10ml 1000 ppm x V1 = 16 ppm x 10ml
V larutan stok = 1 ml V larutan stok = 1,6 ml
Larutan standar amoksisilin 12 ppm Larutan standar amoksisilin 18 ppm
M1 x V1=M2 x V2 M1 x V1=M2 x V2
100 ppm x V1 = 12 ppm x 10ml 10 ppm x V1 = 18 ppm x 10ml
V larutan standar = 1,2 ml V larutan standar = 1,8 ml

Keterangan: V1 : Larutan stok & V2 : volum larutan standar


b. Data pengamatan absorbansi larutan standar dan sampel Amoksisilin
Tabel 2 Data Pengamatan Standar dan sampel

Standar amoksisislin
Konsentrasi(ppm) Absorbansi rata-rata
10 0,314767
12 0,379500
14 0,454367
16 0,529100
18 0,529867
Sampel 0,450467
c. Perhitungan kadar sampel dengan kurva kalibrasi

Kurva Kalibrasi Standar Amoksisilin dengan


Spektrofotometer UV-Vis
0,600000
0,500000 y = 0,029x + 0,0357
R² = 0,9455
Axbsorbansi

0,400000
0,300000
0,200000
0,100000
0,000000
0 5 10 15 20
Konsentrasi (ppm)

Kurva 1 Kalibrasi Larutan standar

Perhitungan kadar sampel Amoksisilin:

Absorbansi sampel : 0,450467

Persamaan garis: y = 0,029x + 0,0357

0,450467 = 0,029x + 0,0357

Konsentrasi sampel = x = 14,30 ppm

konsentrasi Sampel sebenarnya adalah 13 ppm. Didapat galat:

|13 − 14,30|
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 ∶ ×100% = 𝟏𝟎 %
13

F. Pembahasan
Spektroskopi adalah studi mengenai cahaya sebagai fungsi dari
panjang gelombang yang diemisikan, dipantulkan, atau dibayangkan dari
padatan, cairan, atau gas. Spektroskopi juga mempelajari interaksi radiasi
elektromagnetik dengan suatu materi atom atau molekul. Menurut www.
solarsystem.nasa.gov, Spektroskopi adalah teknik pengukuran ilmiah. Ini
mengukur cahaya yang dipancarkan, diserap, atau disebarkan oleh bahan dan
dapat digunakan untuk belajar, mengidentifikasi dan mengukur materi tersebut.
Prinsipnya adalah Interaksi radiasi dan materi. Menurut http://mtweb.mtsu.edu/
Jika materi terkena radiasi elektromagnetik radiasi bisa diserap, ditransmisikan,
dipantulkan, disebarkan atau menjalani photoluminescence. Fotoluminesen
adalah istilah yang digunakan untuk menentukan sejumlah efek, termasuk
fluoresensi, pendarisi, dan hamburan Raman.

Gambar 2 Prinsip Spektroskopi

Istilah-istilah yang biasa dipakai adalah:

- Spektroskop: menggunakan pengelihatan manusia sebagai detektor


- Spektograf: emulsi fotografik sebagai detektor
- Spektometer: pengukuran fotoelektrik. Menggunakan monokromator atau
polikromator
- Spektrofotometer: instrumen elektronik yang mengukur rasio dua berkas
cahaya (% T), pada panjang gelombang yang sama atau berbeda, bisa berupa
berkas cahaya tunggal atau ganda.
- Spektrofotometri: pengukuran energi radiasi yang diserap oleh sistem sebagai
fungsi panjang gelombang dari radiasi maupun pengukuran panjang absorpsi
terisolasi pada suatu panjang gelombang tertentu (Underwood 1994).

Spektrofotometer adalah instrumen yang mengukur jumlah foton


(intensitas cahaya) yang diserap setelah melewati larutan sampel. Dengan
spektrofotometer, pengukuran secara kuantitatif (konsentrasi) juga dapat
ditentukan dengan mengukur intensitas cahaya yang terdeteksi. Hal ini
bergantung pada kisaran panjang gelombang sumber cahaya. Setiap senyawa
menyerap atau mentransmisikan cahaya pada rentang panjang gelombang
tertentu. Atom dari suatu elemen memancarkan garis spektrum spesifik. Setiap
atom memiliki pola panjang gelombang tersendiri yang dapat menyerap energi,
karena konfigurasi unik elektron valensinya. Ini memungkinkan analisis
kualitatif sampel. Pada spektrofotometri UV-Vis panjang gelombang yang
digunakan untuk pengukuran adalah pada 185-400 nm dan 400-700. Hal ini juga
menjadi batasan jenis sampel yang dapat berinteraksi dengan radiasi pada
daerah panjang gelombang tersebut (https://chem.libretexts.or). Daerah
spektrum cahaya tampak terdiri dari energi foton 36 sampai 72 kkal / mol, dan
daerah ultraviolet di dekatnya, sampai 200 nm, memperluas rentang energi ini
menjadi 143 kkal / mol. (https://www2.chemistry.msu.edu)

Spektrofotometer pada umumnya terdiri dari dua perangkat; sebuah


spektrometer dan sebuah fotometer. Spektrometer menghasilkan rentang
cahaya cahaya yang diinginkan. Pertama kolimator (lensa) mentransmisikan
seberkas sinar terang (foton) yang melewati monokromator (prisma) untuk
membelahnya menjadi beberapa panjang gelombang komponen (spektrum).
Kemudian pemilih panjang gelombang (celah) hanya mentransmisikan panjang
gelombang yang diinginkan. Fotometer bekerja setelah rentang cahaya cahaya
yang diinginkan melewati larutan sampel di cuvette, fotometer mendeteksi
jumlah foton yang diserap dan kemudian mengirimkan sinyal ke galvanometer
atau display digital. (https://chem.libretexts.org)

Gambar 3 Skema Intrumen Spektrofotometer UV-Vis

Sumber radiasi yang biasa digunakan adalah lampu Deuterium.


lampu. Lampu Deuterum arc memberikan cahaya yang kuat dan stabil di daerah
UV, 190-370 nm. Dalam spektrofotometer spesifikasi yang lebih tinggi, desain
khusus lampu deuterium memiliki teknologi "press to read" (Pulse). Ini
memungkinkan lampu masuk ke mode daya rendah sehingga meningkatkan
umur lampu hingga 3 kali lipat dari lampu deuterium konvensional. Lampu
Deuterium dgunakan bersama lampu tungsten untuk jangkauan spektrum UV
dan spektrum penuh. Lampu tungsten yang dapat memberi radiasi stabil pada
320 nm – 1100 nm. (Spectrophotometry Handbook GE Life Science)

Monokromator adalah perangkat optik yang mentransmisikan pita


panjang gelombang yang dipilih (spesifik) secara mekanis dari rentang panjang
gelombang yang lebih luas yang tersedia dari sumber cahaya.
(Spectrophotometry Handbook GE Life Science)

Terdapat beberapa tipe sistem optik yaitu single beam dan double beam.
Single beam mengacu pada cahaya yang hanya melewati sampel dan langsung
ke detektor. Referensi awal diperlukan untuk membakukan instrumen sebelum
analisis dapat dimulai. Instrumen single beam pada umumnya sangat sederhana
dan ekonomis untuk dibeli. Double beam mengacu pada cahaya yang dibagi
menjadi dua jalur. Satu pada sel untuk sampel dan yang kedua adalah untuk
referensi. Referensi tersebut harus mengandung jenis dan pelarut cuvette yang
sama seperti sampelnya. (Spectrophotometry Handbook GE Life Science)

Gambar 4 Sistem Optik

Sampel akan ditempatkan di kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet


biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat
dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan yang terbuat
dari kaca dan plastik dapat menyerap UV sehingga penggunaannya hanya pada
spektrofotometer sinar tampak (VIS). Cuvet biasanya berbentuk persegi
panjang dengan lebar 1 cm. Kuvet kuarsa dapat digunakan pada trasmisi 190 –
2500 nm. (https://www.fireflysci.com). Pada percobaan ini, digunakan kuvet
dengan 2 sisi samping yang buram. Hal ini disebabkan, sisi tersebut untuk
meletakan kedua jari tangan saat masukan sampel pada kuvet dan di taruh di
dalam alat spektrofotometer UV-Vis. Pada bagian yang bening cahaya akan di
trasmisikan pada sampel tanpa halangan (kotoran dari tangan praktikan).

Gambar 5 Kuvet

Setelah cahaya melewati sampel dalam kuvet, maka akibat dari radiasi
pada molekul sampel akan diukur oleh sebuah detektor. Tabung
photomultiplier adalah detektor yang umum digunakan dalam spektroskopi
UV-Vis. Ini terdiri dari katoda photoemissive (sebuah katoda yang
memancarkan elektron saat berinteraksi oleh foton radiasi), beberapa dynodes
(yang memancarkan beberapa elektron untuk setiap elektron yang
menyerangnya) dan anoda. Sebuah foton radiasi yang memasuki tabung
pemogokan katoda, menyebabkan emisi beberapa elektron. Elektron ini
dipercepat menuju dynode pertama (yang 90V lebih positif daripada katoda).
Elektron menyerang dynode pertama, menyebabkan emisi beberapa elektron
untuk setiap elektron. Elektron ini kemudian dipercepat menuju dynode kedua,
menghasilkan lebih banyak elektron
yang dipercepat ke arah dynode tiga
dan seterusnya. Akhirnya, elektron
dikumpulkan di anoda. Pada saat ini,
setiap foton asli telah menghasilkan
106 - 107 elektron. Arus yang
dihasilkan diperkuat oleh amplifier
dan diukur. Selanjutnya di baca Gambar 6 Detektor Spektrofotometer UV-Vis

oleh pengguna melalui Visual Display. (http://teaching.shu.ac.uk)


Pemindaian panjang gelombang dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu
Wavelength scan dan fixed wavelenth. Wavelength scan adalah
pengukuran untuk rentang panjang gelombang diambil, memungkinkan sistem
untuk merencanakan absorbansi terhadap panjang gelombang dan
menghasilkan grafik. Terutama berguna untuk menganalisis sampel yang tidak
diketahui. Panjang gelombang awal dan akhir dapat ditetapkan untuk
menargetkan pemindaian ke wilayah atau spektrum yang tersedia. Sedangkan
Fixed wavelength / Quantitative analysis Pengukuran panjang gelombang dari
sejumlah standar yang diketahui dapat diambil, dari mana instrumen
menciptakan kurva standar, yang mana pengukuran masa depan sampel yang
tidak diketahui dapat dibandingkan untuk membangun konsentrasi mereka
(Spectrophotometry Handbook GE Life Science)

Kebanyakan penerapan spektrofotometri UV-Vis pada senyawa


organik didasarkan n-π* ataupun π-π* karena spektrofotometri UV-Vis
memerlukan hadirnya gugus kromofor dalam molekul itu. Transisi ini terjadi
dalam daerah spektrum (sekitar 200 ke 700 nm) yang nyaman untuk digunakan
dalam eksperimen. Spektrofotometer UV-Vis yang komersial biasanya
beroperasi dari sekitar 175 atau 200 ke 1000 nm. Identifikasi kualitatif senyawa
organik dalam daerah ini jauh lebih terbatas daripada dalam daerah inframerah.
Ini karena pita serapan terlalu lebar dan kurang terinci. Tetapi, gugus-gugus
fungsional tertentu seperti karbonil, nitro dan sistem tergabung, benar-benar
menunjukkan puncak yang karakteristik, dan sering dapat diperoleh informasi
yang berguna mengenai ada tidaknya gugus semacam itu dalam molekul
tersebut. (Day & Underwood, 1986)

Gambar 7 Pola diagram transisi elektron


Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa suatu orbital yang
mengandung n elektron tidak membunyai orbital anti bonding karena orbital itu
tidak terbentuk dati 2 orbital. Transisi elektron mencangkup promosi suatu
elektron dari keadaan dasar(s, p, dan n) ke salah satu dari 2 keadaan eksitasi
(s* atau p*).

Gambar 8 Energi pada eksitasi

Daerah yang paling berguna dari spektrum UV adalah dengan panjang


gelombang diatas 200nm. Transisi ini pada 𝜋 → 𝜋 ∗ untuk ikatan rangkap
konjungasi. Dari enam transisi yang diuraikan, hanya dua energi terendah
(paling kiri, berwarna biru) yang dicapai oleh energi yang tersedia di spektrum
200 sampai 800 nm. Pada panjang gelombang ini adalah fungsi 𝜋 elektron dan
kulit non bonding hetero atom. Kelompok penyerap cahaya semacam itu
disebut sebagai kromofor. Elektron non-bonding oksigen dalam alkohol dan
eter tidak menimbulkan penyerapan di atas 160 nm. Akibatnya, pelarut alkohol
dan eter murni dapat digunakan untuk studi spektroskopi. Ikatan konjugasi
umumnya menggerakkan maxima absorpsi ke panjang gelombang yang lebih
panjang (batokromik). Selain itu penggeseran juga dapat ke panjang gelombang
yang lebih pendek (hipsokromik), ke absorbansi yang lebih besar
(hiperkromik), dan ke absorbansi yang lebih kecil (hipokromik).
(https://www2.chemistry.msu.ed)
Gambar 9 Terminologi Penggeseran Absorpsi

Absorptivitas molar yang sangat besar dapat sangat kuat menyerap


chromophores (> 10.000) dan sangat kecil jika penyerapannya lemah (10
sampai 100). Senyawa yang tergolong kromofor bila terdapat ikatan rangkap
konjugasi, senyawa aromatik, dan gugus karbonil.
(https://www2.chemistry.msu.ed)

Gambar 10 Contoh Senyawa Kromofor

Trasisi elektron untuk elektron yang tereksitasi akan berasal dari orbital
molekuler terhuni tertinggi (HOMO) ke orbital molekul kosong yang paling
rendah (LUMO), dan spesies yang dihasilkan disebut keadaan tereksitasi.
Ketika molekul sampel terkena cahaya yang memiliki energi yang sesuai
dengan transisi elektronik yang mungkin terjadi di dalam molekul, sebagian
energi cahaya akan diserap saat elektron dipromosikan ke orbital energi yang
lebih tinggi. Sebuah spektrometer optik mencatat panjang gelombang di mana
penyerapan terjadi, bersamaan dengan tingkat penyerapan pada setiap panjang
gelombang. Spektrum yang dihasilkan disajikan sebagai grafik absorbansi (A)
versus panjang gelombang. Karena absorbansi sampel akan sebanding dengan
jumlah molekul penyerap dalam berkas cahaya spektrometer (misalnya
konsentrasi molar sampel), perlu untuk mengoreksi nilai absorbansi untuk
faktor operasional ini dan lainnya jika spektrumnya berbeda. Nilai absobansi
yang dikoreksi disebut "absorptivitas molar(ε) ", dan sangat berguna bila
membandingkan spektrum senyawa yang berbeda dan menentukan kekuatan
relatif fungsi penyerap cahaya (kromofor). (https://www2.chemistry.msu.ed)
Maka semakin banyak ikatan konjugasi pada suatu senyawa, energi yang
dibutuhkan untuk melakukan transisi elektronik akan lebih kecil.

Proses tersebut berkaitan dengan Hukum Lambert-Beer dinyatakan


dalam rumus:

A = ε.b.c
dimana :
A = absorbansi
e = absorptivitas molar
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi

Hubungan antara absorbansi terhadap konsentrasi akan linear (A≈C)


apabila nilai absorbansi larutan antara 0,2-0,8 (0,2 ≤ A ≥ 0,8) atau sering disebut
sebagai daerah berlaku hukum Lambert-Beer. Jika absorbansi yang diperoleh
lebih besar maka hubungan absorbansi tidak linear lagi. Sehingga analisis yang
dilakukan tidak valid lagi.

Dari persamaan tersebut maka dapat di ketahui bahwa absorbansi akan


dipengaruhi oleh absorptivitas molar, tebal kuvet, dan konsentrasi. Ketiga
faktor tersebut berbanding lurus dengan absorbansi. Ketika tebal kuvet,
absorptivitas molar, dan konsentrasi meningkat maka absorbansi akan
mengingkat. Absorptivitas molar setiap jenis senyawa berbeda. Hal ini dapat
menjadi karakteristik senyawa tersebut. Selain itu, terdapat faktor lain yang
mempengaruhi absorbansi menurut http://simulab.ltt.com.au:

Efek Pelarut. Pilihan pelarut bisa menggeser puncak ke panjang


gelombang yang lebih pendek atau lebih panjang. Ini akan tergantung pada sifat
interaksi pelarut tertentu dengan lingkungan kromofor dalam keadaan
tereksitasi molekul. Perubahan polaritas pelarut dapat mempengaruhi
pergeseran ke panjang gelombang yang lebih panjang atau lebih pendek.
Misalnya, biasanya terlihat bahwa larutan etanol memberikan panjang
gelombang maksima lebih panjang daripada larutan heksana.

Pengaruh Konsentrasi Sampel. Konsentrasi sampel sebanding dengan


intensitas penyerapan. Namun, pada konsentrasi yang tinggi, interaksi
molekuler (misalnya polimerisasi) dapat terjadi sehingga menyebabkan
perubahan pada posisi dan bentuk pita absorpsi. Hasil seperti itu dapat
mempengaruhi linieritas hubungan antara konsentrasi sampel dan absorbansi.
Efek seperti itu perlu diidentifikasi dan dipertimbangkan untuk pekerjaan
kuantitatif.

Pengaruh pH. pH larutan sampel dapat memiliki dampak signifikan


pada spektrum serapan. Mekanisme untuk ini terutama adalah pergeseran
ekuilibrium antara berbagai bentuk kimia analit. Untuk menggambarkan hal ini,
indikator pH yang digunakan dalam titrasi asam / basa mengubah warna pada
pH tertentu karena bentuk kimia dari senyawa indikator mengalami perubahan
pada titik ini.

Pengaruh Suhu Sampel Suhu mempengaruhi pengukuran penyerapan


dengan berbagai cara: Ekspansi atau kontraksi pelarut - yang menyebabkan
konsentrasi / absorbansi / penyerapan rendah / lebih tinggi, masalah tertentu
dengan beberapa pelarut organik. Pergeseran dalam ekuilibrium antara bentuk
kimia analit - sifat spesies yang menyerap dapat diubah. Perubahan pada laju
reaksi - reaksi enzimatik sangat sensitif terhadap suhu. Variasi indeks bias
dalam larutan sampel karena arus konveksi - indeks bias mempengaruhi
absorbansi terutama untuk beberapa pelarut organik. Untuk hasil yang dapat
diandalkan, analis perlu memastikan bahwa sampel / standar diukur pada suhu
tertentu atau konstan.

Menurut www.pharmatutor.or Pelarut memegang peranan penting


dalam spektrum UV. Puncak majemuk bisa dikaburkan oleh puncak pelarut.
Jadi pelarut yang paling sesuai adalah zat yang tidak mudah diserap di wilayah
analit yang diteliti. Pelarut harus transparan. Selain itu, pelarut harus
melarutkan sampel, kompatibel dengan kuvet, murni, dan memenuhi kriteria
pada analisis yang akurat.

Menurut Spectro Educational Booklet terdapat beberapa kegunaan


spektrofotometer UV-vis diantaranya adalah untuk identifikasi dan pengukuran
senyawa organik maupun inorganik pada berbagai macam produk dan proses
seperti: asam nukleat, protein, makanan, farmasi, fertiliser, dan minyak mineral
di tinta. Selain itu, dapat juga digunakan secara kuantitatif untuk mengukur
kadar senyawa tertentu. Penggunaan spektrofotometer UV-Vis digunakan
dalam bidang penelitian antibiotik. Metode spektrofotometri dikembangkan
untuk penentuan beberapa obat antibiotik seperti ampisilin (amp), dikluxacillin
(dicl), flucloxacillin (fluc) dan amoxicillin (amox). Metode ini melibatkan
pembentukan ion-pasangan antara obat-obatan ini di bawah penyelidikan dan
kompleks anorganik Mo (V) tiosianat diikuti dengan ekstraksi dengan metilen
klorida. Kondisi optimum pembentukan ion-pasangan terbentuk. Metode ini
memungkinkan penentuan amp, dicl, fluc dan amox pada kisaran konsentrasi
1,5-77,5, 3-75, 1,5-79 dan 7,5-75 microg ml (-1). Sensitivitas (S) ditemukan
0,017, 0,061, 0,014 dan 0,073 mikrog cm (-2) untuk amp, dicl, fluc dan amox.
Metodenya sederhana, cepat, bisa direproduksi dan akurat dalam +/- 1%.
Metode ini berlaku untuk pengujian keempat obat yang diteliti dalam bentuk
sediaan berbeda dan hasilnya sesuai dengan yang diperoleh dengan metode
resmi.(Chemistry Department. 2001)

Prosedur yang dilakukan dalam percobaan ini adalah membuat larutan


stok dan larutan standar amoksisilin yang akan diujikan. Pelarut yang digunakan
adalah NaOH karena amoksisilin larut baik dalam NaOH. Larutan NaOH dibuat
0,1 N. Larutan stok dibuat dari amoksisilin padat lalu dilarutkan dalam larutan
NaOH. Larutan stok yang dibuat 100 ppm lalu diencerkan dengan NaOH
menjadi larutan standar 10, 12, 14, 16, 18 ppm.

Setelah itu sampel dimasukan pada kuvet sehingga terisi 2/3 bagian dan
diukur dengan spektrofotometer UV-Vis. Setiap penggantian sampel diukur
blanko NaOH terlebih dahulu. Dilakukan pengukuran dengan 2 metode yaitu
Wavelength Scan dan Fixed Wavelength. Pengukuran dilakukan pada range
panjang gelombang 220 -270 nm karena panjang gelombang untuk absorbansi
amoksisilin adalah 245 nm. Maka dipilih batasan diantara pajang gelombang
tersebut.

Gambar 11 Hasil pengukuran Spektrofotometer UV-VIS

Gambar 12 Hasil pengukuran Spektrofotometer UV-VIS

Hasil percobaan pengukuran kadar sampel amoksisilin yang didapat


adalah 14,30 ppm. Sedangkan konsentrasi sampel adalah 13 ppm. Makadari itu,
terdapat galat sebesar 10 %. Galat tersebut dapat bersumber dari kesalahan
dalam mengukur campuran larutan standar sehingga terjadi perbedaan
konsentrasi dari yang diinginkan. Selain itu, galat juga dapat didapat dari larutan
yang kurang homogen.
G. Kesimpulan

1. Dengan metode spektrofotometri UV-Vis kadar Amoksisilin pada


sampel adalah 14,30 ppm
2. Galat dari kadar pada sampel amoksisilin yang ditentukan dengan
metode spektrofotometri UV-Vis adalah 10 %.

H. Daftar Pustaka
Chemistry Department. 2001. Spectrophotometric determination of
ampicillin, dicluxacillin, flucloxacillin and amoxicillin antibiotic
drugs: ion-pair formation with molybdenum and thiocyanate. Giza:
Faculty of Science, Cairo University

Underwood,A.L and R.A Day,Jr. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta:


Erlangga hal 390

Underwood, A.L., Day, R.A., (1994), Analisa Kimia Kuantitatif, edisi ke-
4, Erlangga, Jakarta. Hal 245

Spectrophotometry Handbook GE Life Science


http://www.gelifesciences.com/file_source/GELS/Service%20and%20Sup
port/Documents%20and%20Downloads/Handbooks/pdfs/Spectrophotomet
ry.pdf diakses pada 15 November 2017 pada pk. 20.46
https://chem.libretexts.org/Core/Physical_and_Theoretical_Chemistry/Kin
etics/Reaction_Rates/Experimental_Determination_of_Kinetcs/Spectropho
tometry 15 November 2017 pada pk. 22.48
http://loke.as.arizona.edu/~ckulesa/camp/how_it_works.html 15
November 2017 pada pk. 23.15
https://www2.chemistry.msu.edu/faculty/reusch/virttxtjml/spectrpy/UV-
Vis/spectrum.htm#uv1 16 November 2017 pada pk. 11.24
http://mtweb.mtsu.edu/nchong/Spectroscopy-CHEM6230.pdf 16
November 2017 pada pk. 13.37
https://www.fireflysci.com/news/2015/7/6/how-to-select-cuvettes-for-uv-
vis-measurements-cuvette-material-guide 16 November 2017 pada pk.
16.04
http://teaching.shu.ac.uk/hwb/chemistry/tutorials/molspec/uvvisab3.htm
16 November 2017 pada pk. 19.12
http://simulab.ltt.com.au/5/Laboratory/StudyNotes/snWhatAffAbOrgCom
p.htm 16 November 2017 pada pk. 20.03
http://www.pharmatutor.org/pharma-analysis/analytical-aspects-of-uv-
visible-spectroscopy/solvent-effect.html 16 November 2017 pada pk. 20.24

Anda mungkin juga menyukai