Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA DAN

FARMAKOKINETIK

“KURVA KALIBRASI”

Disusun oleh

PROGRAM STUDI FARMASI


2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ilmu yang sangat pesat berkembang hingga saat ini dapat
menciptakan berbagai macam metode dan alat yang dapat mempermudah
penelitian dan pembuktian dalam berbagai hal. Tentu saja memiliki dampak
pada beberapa bahkan berbagai aspek. Hal ini dapat memberikan efek yang
positif dan ada pula yang memberikan efek negative. Kemajuan teknologi juga
dirasakan pada aspek kefarmasian. Dimana sudah banyak diciptakan alat-alat
instrument yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan kefarmasian.
Dalam ilmu farmasi, seorang farmasis harus memahami dan mengerti
bagaimana cara membuat, menentukan, meracik, serta mengecek dalam segala
hal pada aspek kefarmasian termasuk dalam pengecekan kadar obat. Hal ini
menjadikan dasar seorang farmasi yang memahami segala aspek dalam hal
kegiatan kefarmasian.
Pembuktian kadar obat harus dapat dilakukan oleh seorang farmasis. Hal
ini merupakan suatu kewajiban dan ilmu yang harus dilakukan oleh seorang
farmasi. Landasan dari pengecekan suatu obat dapat menggunakan kurva
kalibrasi yang menggunakan instrument spektrofotometri uv-vis. Kurva kalibrasi
dapat menunjukkan dan memberikan data yang dapat difahami serta
memberikan gambaran kandungan kadar obat dalam suatu produk obat yang
merupakan sebagai bahan yang akan diteliti.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah data yang diperoleh sesuai dengan data dalam literature?
2. Apakah kegiatan yang dilakukan sudah benar dan akurat serta menghasilkan
data yang sesuai ?

1.3 Tujuan
Mahasiswa dapat memahami tahapan-tahapan dalam pembuatan kurva kalibrasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Analisa kadar dalam dunia farmasi dapat dengan menggunakan alat-alat


optik (instrument) dan cara basah. Biasanya untuk melakukan pengukuran
dengan kadar yang kecil dalam suatu sediaan seperti ppm (part per million) atau
ppb (part per billion) dapat menggunakan metode sederhana dari
spektrofotometer uv-vis. Metode Spektrofotometri Ultra-violet dan Sinar
Tampak telah banyak diterapkan untuk penetapan senyawa-senyawa organik
yang umumnya dipergunakan untuk penentuan senyawa dalam jumlah yang
sangat kecil (SKOOG & WEST 1971).
Cahaya adalah suatu bentuk energi radiasi yang mempunyai sifat sebagai
gelombang dan partikel. Sifatnya sebagai gelombang dapat dilihat dengan
terjadinya pembiasan dan pemantulan cahaya oleh suatu medium, sedangkan
sifatnya sebagai partikel dapat dilihat dengan terjadinya efek foto listrik. Cahaya
Tampak hanyalah merupakan bagian kecil dari seluruh radiasi elektromagnetik.
Spektrum cahaya Tampak terdiri dari komponen-komponen merah, jingga,
kuning, hijau, biru dan ungu, dimana masing-masing warna mempunyai panjang
gelombang yang berbeda. Satuan yang banyak dipergunakan untuk menyatakan

panjang gelombang adalah Angstrom, 1 A = 10-10 meter.


Spektrofotometri digunakan untuk mengukur jumlah cahaya yang
diabsorpsi atau ditransmisikan oleh molekul-molekul di dalam larutan. Ketika
panjang gelombang cahaya ditransmisikan melalui larutan, sebagian energy
cahaya tersebut akan diserap (diabsorbsi). Besarnya kemampuan molekul-
molekul zat terlarut yang mengabsorpsi cahaya pada panjang gelombang tertentu
dikenal dengan istilah absorbansi (A), yang setara dengan nilai konsentrasi
larutan tersebut dan panjang berkas cahaya yang dilalui (biasanya 1 cm dalam
spektrofotometer) ke suatu point dimana presentase jumlah cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsi diukur dengan phototube.
BAB III
METODOLOGI PEMBUATAN
3.1 Alat
 Beker glass
 Spektrofotometer
 Kertas grafik
 Labu ukur
 Mikropipet

3.2 Bahan
 Paracetamol
 NaOH
 Aquadest

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Pembuatan larutan NaOH 0.1 N
 Menghitung berat NaOH yang dibutuhkan
 Menimbang NaOH sebanyak 2 gram
 Melarutkan NaOH dengan aquadest dan dicukupkan hingga 500
ml
3.3.2 Pembuatan larutan induk paracetamol 1000 ppm
 Larutkan 100 mg paracetamol didalam beaker glass sebanyak 25
ml
 Aduk hingga larut sempurna
 Masukkan larutan tersebut kedalam labu ukur 100 ml dan
cukupkan dengan NaOH 0.1 N hingga tanda batas lalu
homogenkan
3.3.3 Pembuatan larutan pengenceran paracetamol 100 ppm
 Ambil 10 ml larutan paracetamol dari larutan induk 1000 ppm
 Masukkan ke dalam labu ukur 100 ml
 Cukupkan dengan NaOH 0.1 N hingga tanda batas dan
homogenkan
3.3.4 Pembuatan larutan seri pengenceran paracetamol 2,4,6,8,10 ppm
 Ambil (0.2 ml untuk 2 ppm, 0.4 ml untuk 4 ppm, 0.6 ml untuk 6
ppm, 0.8 ml untuk 8 ppm, dan 1 ml untuk 10 ppm) larutan
paracetamol dari larutan induk 100 ppm
 Masukkan ke dalam labu ukur 10 ml
 Cukupkan dengan NaOH 0.1 N hingga tanda batas dan
homogenkan
3.3.5 Menentukan panjang gelombang maksimum
 Buat kadar larutan paracetamol 10 ppm
 Baca intensitas serapan yang terjadi pada spektrofotometer UV
-Vis pada panjang gelombang 200-400 nm
 Plotkan seapan yang terbaca vs panjang gelombang pada kertas
grafik numerik dan tetapkan berapa panjang geombang
maksimumnya
3.3.6 Membuat kurva kalibrasi
 Buat seri larutan paracetamol 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm dan
10 ppm
 Baca intensitas serapannya yang terjadi dari masing-masing
kadar pada gelombang yang telah ditemukan
 Buat persamaan dari kurva baku dengan menggunakan
persamaan kuadrat terkecil. Hitung koefisien korelasinya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
 Pembuatan larutan NaOH dalam 500 mL
g 1000
N= ×
Mr V (mL)
g 1000
0.1= ×
40 500 mL
0.1 × 40× 500 mL
g= =2 gram
1000

2 gram NaOH dilarutkan dalam 500 mL aquadest

 Pembuatan larutan Induk Paracetamol 1000 ppm


100 mg 100.000 μg μg
= =100 100 ppm
100 ml 100 ml ml

 Pengenceran larutan100 ppm dari larutan induk 1000 ppm dalam 100 mL
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 1000 ppm = 100 mL x 100 ppm
10.000
V1 = = 10 mL
1000
Ambil 10 mL Larutan Induk 1000 ppm ad hingga 100 ml

 Pengenceran larutan 2, 4, 6, 8, 10 ppm dari larutan100 ppm ke dalam 10 mL


labu ukur
 2 ppm
M1 × V1 = M2 × V2
100 ppm × V1 = 2 ppm × 10 ml
V1 = 0.2 mL

 4 ppm
M1 × V1 = M2 × V2
100 ppm × V1 = 4 ppm × 10 ml
V1 = 0.4 mL

 6 ppm
M1 × V1 = M2 × V2
100 ppm × V1 = 6 ppm × 10 ml
V1 = 0.6 mL
 8 ppm
M1 × V1 = M2 × V2
100 ppm × V1 = 8 ppm × 10 ml
V1 = 0.8 mL

 10 ppm
M1 × V1 = M2 × V2
100 ppm × V1 = 10 ppm × 10 ml
V1 = 1 mL

 Tabel Kalibrasi

No ppm Absorbansi
1 2 0.360
2 4 0.430
3 6 0.532
4 8 0.699
5 10 0.819
λmax = 257.0 nm
R = 0.9801
KURVA KALIBRASI
0.9
0.8
0.7 f(x) = 0.06 x + 0.21
R² = 0.98
0.6

Absorbansi
0.5 KURVA KALIBRASI
0.4
Linear (KURVA KALIBRASI)
0.3
0.2
0.1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Konsentrasi (ppm)

A= 0.2119
B = 0.594
R2 = 0.9801
Persamaan Regresi : y = 0.0594x + 0.2119

4.2 Pembahasan

Pengujian yang dilakukan pada praktikum kali ini merupakan analisis


kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Dalam Farmakope,
metode spektrofotometer UV-Vis digunakan untuk menetapkan kadar senyawa
obat dalam jumlah cukup banyak. Metode ini biasanya mendasarkan pada
penggunaan Nilai E11 %cm suatu obat. (Gandjar IG, et al. 2007).

Hal-hal penting dalam pengukuran spektrofotometri UV-Visibel: Terutama


untuk senyawa yang semula tidak berwarna dan akan diukur dengan
spektrofotometer Visibel dilakukan derivatisasi; Waktu operasional (operating
time) untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil; Pemilihan panjang
gelombang maksimum (λ max); Pembuatan kurva baku sebaiknya sering diperiksa
ulang; Pembacaan absorbansi sampel/cuplikan sebaiknya dalam rentang 0,2 – 0,8.
(Gandjar IG, et al. 2007l).
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan kurva kalibrasi dari larutan uji
parasetamol. Paracetamol merupakan senyawa yang diketahui memiliki gugus
kromofor dan gugus auksokrom yang menyebabkan senyawa ini dapat menyerap
radiasi pada daerah ultraviolet. Pembuatan kurva kalibrasi kali ini diawali dengan
pembuatan larutan NaOH 0,1N. Larutan ini digunakan sebagai pelarut parasetamol
karena parasetamol sukar larut dalam air. Kemudian membuat larutan induk 1000
ppm dengan melarutkan 100 mg paracetamol dengan 100 mL NaOH 0,1 N.
Larutan induk paracetamol tadi diencerkan dan dibuat seri larutan baku dari
zat yang akan dianalisis dengan berbagai konsentrasi. Konsentrasi yang dibuat
yaitu 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, dan 10 ppm. Tujuan dari pengenceran ini
adalah untuk mengetahui absorbansi dari larutan parasetamol yang akan di uji.
Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi yang telah dibuat
akan diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi
dengan konsetrasi. Bila hukum Lambert-Beer terpenuhi dan R menedekati 1 maka
kurva baku akan membentuk garis lurus.
Larutan konsentrasi harus dibuat dengan teliti karena jika terjadi kesalahan
maka akan mempengaruhi hasilnya. Setiap konsentrasi yang akan diuji diambil
menggunakan mikropipet. Untuk konsentrasi 2 ppm diambil 0.2 mL larutan induk,
4 ppm diambil 0.4 mL larutan induk, 6 ppm diambil 0.6 mL larutan induk, 8 ppm
diambil 0.8 mL larutan induk, dan 10 ppm diambil 1 mL larutan induk. Kemudian
setiap konsentrasi ditambahkan larutan NaOH hinga mencapai batas pada labu
ukur 10 mL. Sebelum dilakukan pengukuran seri larutan induk alat
spektrofotometri dikalibrasi dengan menggunakan larutan blanko yaitu NaOH 0.1
N. NaOH 0.1 N digunakan sebagai blanko karena NaOH digunakan sebagai
pelarut parasetamol. Tujuan penggunaan larutan blanko adalah untuk membuat
konsentrasi pelarut menjadi nol sehingga tidak akan terukur oleh detektor dan
tidak menggangu pembacaan absorbansi sampel dan dengan demikian dapat
memperkecil kesalahan (Depkes RI, 2014).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri
UV-Vis dan untuk menentukan kalibrasi, salah satunya yaitu pemilihan panjang
gelombang. Panjang gelombang digunakan untuk analisis kuantitatif yaitu panjang
gelombang maksimal. Untuk memilih panjang gelombang maksimal, dilakukan
dengan membuat kurva hubungan antara absorbasi dengan panjang gelombang
dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu. (Gandjar IG, et al. 2007).
Tujuan dilakukan pengukuran pada panjang gelombang maksimum adalah
perubahan absorbansi untuk setiap satuan kosentrasi adalah paling besar pada
panjang gelombang maksimum, sehingga akan diperoleh kepekaan analisis yang
maksimum (Gandjar IG, et al. 2007).
Parasetamol mempunyai spectrum ultraviolet dalam suasana asam pada
panjang gelombang 245 nm dan dalam suasana basa pada 257 nm. Panjang
gelombang maksimal yang didapatkan yaitu 257,0 nm, karena pelarut yang
digunakan adalah pelarut yang bersifat basa, maka hasil panjang gelombang
maksimum paracetamol sudah sesuai dengan literatur.
Kurva kalibrasi yang dihasilkan oleh kelompok 1A yaitu tidak linier, karena
nilai regresi yang diperoleh yaitu 0,9801. Sedangkan nilai regresi yang baik adalah
mendekati 1 karena kesalahan inilah yang menyebabkan garis kurva kalibrasi
tidak linear (garis lurus). (Gandjar IG, et al. 2007). Meskipun hasil nilai
absorbansi setiap konsentrasi naik namun jika dilihat dari kurva ada beberapa seri
konsentrasi yang sedikit menyimpang.

KURVA KALIBRASI
1
0.8
f(x) = 0.06 x + 0.21
Absorbansi

0.6 R² = 0.98
KURVA KALIBRASI
0.4 Linear (KURVA KALIBRASI)
0.2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Konsentrasi (ppm)

Jika diperhatikan pada konsentrasi 2 ppm memiliki absorbansi yang memang


relatif tinggi yaitu 0.360 jika dilihat dari kurva. Sedangkan pada konsentrasi 6
ppm dengan absorbansi 0.532 terlihat sedikit rendah. Sehingga hasil kurva tidak
terlihat linier. Hal ini dapat terjadi karena kesalahan dan ketidak telitian dari
praktikan saat membuat seri konsentrasi larutan uji, bias saja terjadi kesalahan saat
pengambilan pelarut, maupun ketidak homogenan dalam pengocokan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Larutan induk paracetamol diencerkan dan dibuat seri larutan baku dari
zat yang akan dianalisis dengan berbagai konsentrasi. Konsentrasi yang
dibuat yaitu 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, dan 10 ppm. Tujuan dari
pengenceran ini adalah untuk mengetahui absorbansi dari larutan
parasetamol yang akan di uji.
5.1.2 Yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri UV-Vis dan
untuk menentukan kalibrasi, yaitu Panjang gelombang.
5.1.3 Kurva kalibrasi yang dihasilkan oleh kelompok 1A yaitu tidak linier,
karena nilai regresi yang diperoleh yaitu 0,9801. Sedangkan nilai regresi
yang baik adalah mendekati 1 karena kesalahan inilah yang
menyebabkan garis kurva kalibrasi tidak linear (garis lurus).

5.2 Saran
5.2.1 Dilakukan pengecekan alat sebelum hari praktikum sehingga pekerjaan
lebih efisien dalam hal waktu.
5.2.2 Sebaiknya pengerjaan pembuatan pegenceran larutan yang akan di uji
kan dengan spektrofotometer dilakukan dengan teliti karena dapat
memengaruhi hasil absorbansi dan nilai regresi.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta. Departemen Kesehatan RI

Gandjar IG, et al. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Mansur, Umar, dkk. 2019. Penuntun Praktikum Biofarmasetika dan Farmakokinetika.


Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Triyati, Etty. 1985. Spektrofotometer Ultra-Violet dan Sinar Tampak Serta Aplikasinya
dalam Oseanologi. www.oseanografi.lipi.go.id.
LAMPIRAN

LAMPIRAN

Foto Keterangan
Pembuatan paracetamol 1000 ppm

Pembuatan paracetamol 100 ppm


Pembuatan paracetamol 2, 4, 6, 8, 10
ppm dalam 10 ml

Pembuatan paracetamol 2, 4, 6, 8, 10
ppm dalam 10 ml

Anda mungkin juga menyukai