Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN

Bercampurnya dua zat bewarna, mengakibatkan terjadinya


percampuran pula spektra UV-Vis yang diperoleh dari masing masing
spektra tunggalnya. Bila kedua zat berwarna yang bercampur tersebut
memiliki spektra yang tidak saling tumpang tindih maka, analisis yang
dilakukan dapat dilakukan sebagaimana analisis dalam zat tunggal.
Namun bila spektra yang dihasilkan oleh kedua zat tersebut saling
tumpang tindih maka, analis masing masing komponen menjadi tidak
sesedarhana pada zat tunggal. Terdapat dua kemungkinan jika dua
komponen yang berlainan dicampurkan dalam suatu larutan. Adanya
interaksi antar komponen akan mengubah spektrum absorpsi, jadi warna
atau lebih tepatnya lagi sifat-sifat penyerapan akan berubah. Sebaliknya
jika tak terjadi interaksi, sifat-sifat tersebut tidak mengalami perubahan.
Dalam hal ini, absorpsi campuran larutan merupakan jumlah aljabar dari
absorpsi masing- masing larutan komponen yang terpisah jika
konsentrasinya sama dengan konsentrasi komponen-komponen tersebut
dalam campurannya. Sifat seperti ini yang disebut sebagai sifat aditif.
Jika sifat aditif dipenuhi, maka analisis dua komponen secara simultan
tanpa pemisahan dapat dilakukan secara spektrofotometri.
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang
didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu
jalur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan
menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor
fototube. Analisis dua komponen tanpa pemisahan ini dapat dilakukan
melalui dua pendekatan yang berbeda. Dalam pendekatan yang pertama,
dapat dipilih panjang gelombang komponen yang satu menyerap jauh
lebih kuat serta panjang gelombang lainnya terdapat keadaan sebaliknya.
Dalam hal ini berlaku anggapan bahwa absorpsi komponen yang lain
dapat diabaikan terhadap absorpsi yang jauh lebih besar dari komponen
yang diukur. Namun pengabaian ini jarang dapat dilakukan dalam
persoalan-persoalan analisis yang nyata.
Pendekatan kedua dapat dilakukan melalui perhitungan dengan
menggunakan Hukum Lambert Beer. Dalam satu larutan yang
mengandung n komponen, maka:
n

A i=∑ k ij C j j=1

Jika terdapat dua komponen, maka:


A1 = k11C1 + k12C2
A2 = k21C1 + k22C2
Harga k dapat diperoleh dari kemiringan kurva standar, sedangkan A
dari hasil pengukuran pada panjang gelombang yang bersesuaian.
Tujuan

PROSEDUR KERJA

Alat
Labu ukur 1000 ml 1 buah Gelas ukur 100 ml 2 buah
Labu ukur 100 ml 1 buah Spektrofotometer UV-Vis
Labu ukur 10 ml 1 buah Kuvet 4 buah
Neraca analitik 1 buah Tissue 1 gulung
Kertas Perkamen 5 lembar Beaker glass 100 ml 2 buah
Spatel 1 buah Ball pipet
Gelas ukur 100 ml 1 buah Labu Erlenmeyer 2 buah
Pipet tetes 1 buah Kaca arloji

Bahan
natrium hidroksida (NaOH) Aquadest
Paracetamol baku ( pro analis ) Caffein
Prosedur kerja

1. Pembuatan larutan baku kafein

Lakukan pengenceran bertingkat untuk membuat larutan baku kafein 1 5 ug/mL

Timbang kafein 25 mg
Larutkan dengan metanol 37,5 ml p.a. dalam beaker glass

Pindahkan ke labu takar 350 mL, add dengan Naoh

Pipet 1 mL larutan 1000 ug/mL, ke dalam labu takar 10 mL

add dengan naoh p.a. sampai tanda (c=10 ug/mL)

Pipet 5 mL larutan 10 ug/mL, ke dalam labu takar 10 mL

add dengan naoh p.a. sampai tanda (c=5 ug/mL)


2. Pembuatan larutan baku paracetamol

Lakukan pengenceran bertingkat untuk membuat larutan baku paracetamol 5 ug/mL

Timbang paracetamol 25 mg
Larutkan dengan metanol 37,5 ml p.a. dalam beaker glass

Pindahkan ke labu takar 350 mL, add dengan Naoh

Pipet 1 mL larutan 1000 ug/mL, ke dalam labu takar 10 mL

add dengan naoh p.a. sampai tanda (c=10 ug/mL)

Pipet 5 mL larutan 10 ug/mL, ke dalam labu takar 10 mL

add dengan naoh p.a. sampai tanda (c=5 ug/mL)


3. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum (λmaks) paracetamol

Nyalakan spectrophotometer uv, dan aktifkan mode PC

Buka aplikasi UVProbe pada PC

Atur rentang panjang gelombang 400-200 nm


Atur menjadi mode Spectrum

Masukkan larutan blanko (metanol p.a.) ke dalam sel,

Masukkan larutan baku paracetamol 5 ug/mL ke dalam sel,

Klik icon “Peak pick” untuk mendapatkan data absorban semua

Panjang gelombang yang menghasilkan absorban paling tinggi (Panjang


gelombang serapan maksimum) digunakan sebagai panjang gelombang
pengukuran dalam penetapan kadar paracetamol (modul berikutnya)
Bagan kerja

Menyalakan dan mengatur spectrometer kemudian tunggu 15-30 menit

Siapkan larutan yang akan di ujikan

Klik icon “Peak pick” untuk mendapatkan data absorban semua

Melakukan baseline, di lap dengan tisu lensa kemudian masukan kedalam


spektro

Melakukan pengukuran PCT, Kafein, secara bergantian

Muncul spektrumnya, dan dilihat serapan Panjang gelombang

HASIL PENGAMATAN

Gambar 1.1
Paracetamol

Gambar 2.1 Caffein


Konsentrasi Paracetamol (ppm) Absorbansi (nm)
0 0
4 0,3230
6 0,4580
8 0,5710
10 0,7240
12 0,8640

Kurva Standar Paracetamol


1
0.9
0.8 f(x) = 0.0708857142857143 x + 0.0174285714285714
R² = 0.997392389110912
0.7
0.6
Absorbansi

0.5 Absorbansi
0.4 (nm)
0.3 Linear
0.2 (Ab-
sorbansi)
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Konsentrasi

Perhtungan Paracetamol
Mencari konsentrasi sampel paracetamol dilihat dari kurva diatas
Ditetahui: Au = 0,125
Y = 0,0709x + 0,0174
0,125 = 0,0709x + 0,0174
0,1424 = 0,0709x
X = 2,008 ppm

2,008 x 10 x 150
Berat Sampel=
1000
3.012
¿
10000
= 3,012 ppm

3,012
% paracetamol= x 100 %
500
= 0,6024%

Konsentrasi Kaffein (ppm) Absorbansi (nm)


0 0
6 0,3327
8 0,4260
10 0,5350
12 0,6257
14 0,7080

Kurva Standar Kafein


0.8
0.7 f(x) = 0.0506183783783784 x + 0.0144135135135135
0.6 R² = 0.997045242377229

0.5
Absorbansi

0.4 Absorbansi
(nm)
0.3 Linear (Ab-
0.2 sorbansi (nm))
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Konsentrasi

Perhitungan Kafein
Mencari konsentrasi sampel kafeinl dilihat dari kurva diatas
Ditetahui: Au = 0,35
Y = 0,0506x + 0,0144
0,35 = 0,0506x + 0,0144
0,3356 = 0,0506x
X = 6,632 ppm

6,632 x 20 x 250
Berat Sampel=
1000
33,160
¿
10000
= 33,160 ppm

33,160
% Kafein= x 100 %
350
= 9,474%
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini kita melakukan “Penetapan Kadar Parasetamol dan
Kafein dengan Metode Spektrofotometri UV-Vis secara Multi Point Method”
terlebih dahulu Panjang gelombang optimum kedua campuran zat Hasil absorpsi
larutan campuran kedua zat tersebut pada panjang gelombang masing- masing
merupakan jumlah absorpsi dari masing-masing zat tunggalnya. Kadar masing-
masing zat ditentukan menggunakan metode one methode. Penentuan parasetamol
dan menggunakan spektrofotometri UV-Vis, Standar parasetamol dan kafein
dilarutkan dalam pelarut.

Penentuan linearitas standar kafein menggunakan larutan standar kafein


dengan konsentrasi 6, 8, 10, 12, 14 ppm diukur nilai absorbansinya sebanyak tiga kali
pembacaan pada panjang gelombang 273 nm. Sedangkan penentuan linearitas standar
parasetamol menggunakan larutan standar parasetamol dengan konsentrasi 4, 6, 8,
10, 12 ppm diukur nilai absorbansinya sebanyak tiga kali pembacaan pada panjang
gelombang 244 nm

standar kafein diperoleh yaitu, y = 0,0506x+0,0144 dimana y merupakan


absorbansi dan x sebagai konsentrasi dengan nilai koefisien korelasi (R) adalah
0,9984 yang menandakan bahwa terdapat hubungan antara absorbansi dan
konsentrasi yang diperoleh. Sedangkan larutan standar parasetamol diperoleh
persamaan regreasi linearnya yaitu, y = 0,0709x+0,0174 koefisien korelasi (R) adalah
0,9986. Nilai koefisien korelasi menandakan adanya hubungan antara absorbansi dan
konsentrasi yang diperoleh.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar kafein maupun parasetamol


tidak sesuai dengan kadar yang tertera pada kemasan yakni 0,6024% untuk
parasetamol dan 9,474% untuk kafein. Kadar zat aktif parasetamol hasil pengujian
tidak sesuai dengan kadar zat aktif dalam sediaan obat menurut Farmakope Indonesia
Edisi IV Tahun 1995 yaitu tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110%. Hal
ini dapat terjadi dikarenakan pelarut yang digunakan tidak mampu melarutkan
sediaan zat aktif dalam sampel. Selain itu, pengenceran larutan sampel juga
berpengaruh terhadap kadar yang diperoleh, semakin besar pengenceran maka
semakin kecil pula kadar yang dihasilkan.
KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kadar
parasetamol dalam sampel 0,6024% . Sedangkan kadar kafein dalam sampel sebesar
9,474%. Kadar yang diperoleh pada pengujian tidak sesuai dengan kadar yang tertera
pada kemasan yang seharusnya 83,33 mg/100 mg untuk parasetamol dan 10,83 mg/100
mg untuk kafein. Kadar parasetamol dan kafein yang diperoleh menggunakan metode
konvesinal sangat kecil.
Referensi

Zaid Mahdi Jaber Al-Obaidi. The Qualification and Quantification of Caffein


in Two Different Caffeinated Pharmaceutical Formulas Employing RP-
HPLC Technique. Research gate: 2015

Tadelech Atomssa dan A.V. Gholap. Characterization of caffeine and


determination of caffeine in tea leaves using uv-visible spectrometer.
African Journal of Pure and Applied Chemistry Vol. 5(1). 2010
Suhartati, Tati. Dasar-Dasar Spektrofotometri UV-Vis dan Spektrometri Massa
untuk Penentuan Struktur Senyawa Organik. CV. Aura Utama Rahardja:
2017.
Irwan A. (kalibrasi spektofotometri sebagai mutu hasil praktikum dalam
kegiatan penelitian. Jurnal of laboratory 2019

Dachriyanus. Analisis Struktur Senyawa Organik secara Spektroskopi.


Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(LPTIK): 2014

Anda mungkin juga menyukai