Anda di halaman 1dari 6

A.

HASIL
1. Penentuan panjang gelombang maksimum ketoprofen

Panjang Absorbansi
gelombang 3 ppm 5 ppm 8 ppm
(nm)
254 0.1675 0.2757 0.4461
255 0.1873 0.2950 0.4724
256 0.2069 0.3260 0.5451
257 0.2168 0.3439 0.5638
258* 0.2190 0.3655 0.5654
259 0.2182 0.3615 0.5607
260 0.2154 0.3585 0.5391
261 0.2006 0.3260 0.5100
262 0.1831 0.2976 0.4660
263 0.1662 0.2848 0.4353
Keterangan : panjang gelombang maksimum (λ) adalaah 258 nm
2. Pengukuran serapan baku pada panjang gelombang maksimum persamaan regresi
yang didapat adalah : y = 0.0692x + 0.0197 R² = 0.9961

Panjang Absorbansi
gelombang 3 ppm 4 ppm 5 ppm 6 ppm 8 ppm
(nm)
258 0.2190 0.3010 0.3665 0.4461 0.5654
258 0.2190 0.3010 0.3665 0.4461 0.5654
258 0.2190 0.3010 0.3665 0.4461 0.5654

Kurva standar ketoprofen


0.6
f(x) = 0.07 x + 0.02
0.4
absorbansi

R² = 1

0.2

0
2 3 4 5 6 7 8 9
konsentrsi (ppm)

3. Pengukuran serapan sampel ketoprofen


Panjang Absorbansi
gelombang Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3
(nm)
254 0.3885 0.3665 0.3605
255 0.3756 0.3685 0.3595
256 0.3706 0.3655 0.3645
Rata-Rata 0.3782 0.3668 0.3615

Perhitungan kadar ketoprofen dalam tablet :


Sampel 1 :
y = 0.0692x + 0.0197
0.3782 = 0.0692x + 0.0197
0.3782-0.0197 = 0.0692 x
0.3585 = 0.0692 x
0.3585
X =
0.0692
X = 5.180 x 10
= 51.80 mg/L
Sampel 2
y = 0.0692x + 0.0197
0.3668 = 0.0692x + 0.0197
0.3668 - 0.0197 = 0.0692 x
0.3471 = 0.0692 x
0.3471
X =
0.0692
X = 5.0158 x 10
= 50.15 mg/L

Sampel 3
y = 0.0692x + 0.0197
0.3615 = 0.0692x + 0.0197
0.3615 - 0.0197 = 0.0692 x
0.3418 = 0.0692 x
0.3418
X =
0.0692
X = 4.9393 x 10
= 49.39 mg/L

4. Penetapan kadar sampel ketoprofen

Sampel Absorbansi Kadar (mg/L)


1 0.3782 51.80 mg/L
2 0.3668 50.15 mg/L
3 0.3615 49.39 mg/L
Rata-Rata 50.44 mg/L

Jadi rata-rata kadar ketoprofen dalam sampel adalah 50.44 mg/L

B. Pembahasan
Penentuan kadar ketoprofen dalam tablet kali ini dilakakukan menggunakan
spektrofotometri Uv-vis Spektrofotometer ialah suatu instrumen yang dapat digunakan
untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang
gelombang, nantinya tiap media akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu,
tergantung pada senyawa atau warna yang terbentuk (Cairns, 2009).
Dalam mengukur absorbansi alat ini akan melewati cahaya dengan panjang
gelombang tertentu pada suatu objek kaca atau kuarsa yang biasa disebut dengan kuvet.
Nantinya sebagian dari cahaya tersebut akan diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai
absorbansi dari cahaya yang diserap akan sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam
kuvet (Sastrohamidjojo, 2007).
Metode analisis ini memiliki prinsip kerjanya sendiri, yaitu dengan penyerapan
cahaya pada panjang gelombang tertentu oleh sampel yang akan dianalisa. Diketahui juga
bahwa setiap zat memiliki nilai absrobansi dan panjang gelombang yang berbeda.
Panjang gelombang dan absorbansi tertinggi akan digunakan untuk mengukur kadar atau
konsentrasi dari zat yang terdapat dapat sampel yang akan di analisa. Dan banyaknya
cahaya diabsorbsi oleh zat akan berbanding lurus dengan kadar atau konsentrasi zat
tersebut. Untuk memastikan ketepatan pengukuran, kadar yang hendak diukur
dibandinkan terhadap kadar yang diketahui (standar), setelah dimasukan blanko.
Ketoprofen merupakan adalah suatu asam dengan nama Asam 2-(3 benzoil fenil)
propionate (C16H14O3) yang mudah larut dalam etanol, kloroform maupun eter serta
praktis tak larut dalam air. Ketoprofen merupakan obat antiinflamasi non steroid
(OAINS) dari kelas kimia asam propionat. Mekanisme kerjanya adalah dengan cara
menghambat sintesis prostaglandin, yang merupakan suatu zat yang dapat menyebabkan
inflamasi. Dalam perdagangan, ketoprofen sering dijumpai dalam bentuk sediaan tablet,
suppositoria, gel, dan injeksi.
Berdasarkan gugus kromofor dan auksokrom yang dimiliki ketoprofen, maka
penetapan kadar ketoprofen dalam tablet dapat dilakukan dengan metode
spektrofotometri UV-Vis. Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis
spektroskopi memakai sumber radiasi elektromagnetik ultra violet dekat (190-380 nm)
dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer (Mulja dan
Suharman, 1995). Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan membuat larutan
baku induk ketoprofen 100 ppm yang dilarutkan dalam pelarut methanol 75% kemudian
dibuat larutan standar dengan konsentrasi 3 ppm, 4 ppm, 5 ppm, 6 ppm dan 8 ppm
kemudian dilakukan penentuan panjang gelombang maksimum terlebih dahulu
menggunakan kadar 3 ppm, 5 ppm dan 8 ppm menghasilkan panjang gelombang
maksimum 258 nm. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa panjang gelombang ketoprofen
yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi IV yaitu 258 nm. Larutan standar dengan
masing-masing konsentrasi kemudian diukur pada panjang gelombang maksimum 258
nm dan dibuat kurva baku antara konsentrasi sebagai sumbu X (absis) vs serapan sebagai
sumbu Y (ordinat). Persamaan kurva kalibrasi merupakan hubungan antara sumbu x dan
y. Konsentrasi yang diperoleh dari hasil pengukuran dinyatakan sebagai sumbu x
sedangkan serapan yang diperoleh dari hasil pengukuran dinyatakan sebagai sumbu y dan
persamaan regresi linear dari kurva kalibrasi yang diperoleh hubungan yang liniear antara
konsentrasi dan serapan dengan koefisien korelasi. Harga koefisien korelasi (r) yang
mendekati 1 menyatakan hubungan yang linear antara konsentrasi dengan serapan yang
dihasilkan.(Shargel, 1985).
Hasil dari kurva baku tersebut menghasilkan persamaan regresi y = 0.0692x + 0.0197 R²
= 0.9961

Kurva baku
0.6
f(x) = 0.07 x + 0.02
0.4
absorbansi

R² = 1

0.2

0
2 3 4 5 6 7 8 9
konsentrsi (ppm)

Kemudian dilakukan penetapan kadar sampel dengan cara mengukur absorbansi


masing-masing sampel pada panjang gelombang 258 nm dimana absorbansi sampel 1
yaitu 0.3782 dengan kadar sampel 51.80 mg/L sampel 2 menghasilkan absorbansi 0.3668
dengan kadar 50.15 mg/L dan sampel 3 menghasilkan absorbansi 0.3615 dengan kadar
49.39 mg/L. sehingga rata-rata kadar ketoprofen yang terdapat dalam tablet adalah 50.44
mg/L.

DAFTAR PUSTAKA

Cairns D. (2009). Essentials of Pharmaceutical Chemistry Second Edition (Intisari Kimia


Farmasi Edisi Kedua). Penerjemah : Puspita Rini. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Hardjono Sastrohamidjojo. (2007). Spektroskopi. Yogyakarta: Liberty.

Mulja, M. dan Suharman, 1995. Analisis instrumental. Surabaya: Airlangga University


Press.
Shargel, L. (1985). Biofarmasetika Dan Farmakokinetika Terapan. Penerjemah Fasich.
Edisi Kedua. Surabaya: Penerbit Universitas Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai