FARMASI ANALISIS II
19 Februari 2016
Oleh:
Kiki Khandea 31113128
Rani Yulifah Elkanawati 31113144
Salsabila Adlina 31113149
FARMASI 3C
D. Prinsip Percobaan
Spektrofotometri UV-Visible adalah penyerapan cahaya oleh molekul
-molekul. Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-Visible
(tampak) karena molekul tersebut mengandung elektron, baik berpasangan
maupun sendiri yang dapat dieksitasi ketingkat energi yang lebih tinggi, panjang
gelombang bila mana absorpsi itu terjadi, bergantung pada kekuatan elektron itu
terikat dalam molekul. Elektron dalam suatu ikatan kovalen tunggal terikat dengan
kuat dan diperlukan radiasi berenergi tinggi atau panjang gelombang rendah
untuk eksitasinya.
E. Dasar Teori
Analisa barbiturat
Terdapat beberapa metode untuk mengetahui kadar barbiturat pada suatu
sediaan farmasi. Diantaranya adalah metode titrasi dan metode instrument.
Sifat-sifat umum barbital diantaranya adalah:
1. Barbital : mempunyai inti hasil kondensasi ester etil dari asam dietil
malonat dengan ureum
2. Sukar larut dalam air, kecuali dalam bentuk garamnya (Na) bereaksi asam
lemah
3. Ada dalam dua bentuk , yaitu bentuk keto yang tidak larut dalam air, dan
bentuk enol yang larut dalam air.
4. Bentuk keto larut dalam pelarut kloroform, eter, etilasetat.
5. Garam Na-nya dalam bentuk larutan mudah terhidrolisa menjadi barbital
yang mengendap.
6. Dapat menyublim (membentuk sublimasi) yang tergantung sekali pada
tekanan, suhu, jarak sublimasinya, dll. Untuk teknik sublimasi yang
digunakan dalam kualitatif, maka digunakan tekanan yang dikurangi
Alat-Alat :
1. Kuvet 7. Labu ukur 14. Rak tabung reaksi
2. Spektrofotometer 8. Mikro pipet 15. Timbangan
3. Tabung 9. Pipet volume 16. Spatula
sentrifugasi 10. Pump pipet 17. Pipet tetes
4. Vortex 11. Botol semprot 18. Corong
5. Tabung reaksi 12. Gelas ukur
6. Gelas kimia 13. Sentrifugase
Bahan-Bahan:
1. Luminal (sampel)
2. Luminal p.a
3. NaOH 0,1 N
4. Aquadest
5. pH Universal
G. Prosedur Kerja
H. Data Hasil Pengamatan
1. Pembakuan Standar
Konsentrasi (ppm) Absorbansi
2 0,292
4 0,312
6 0,422
8 0,455
10 0,551
12 0,574
Kurva Kalibrasi
0.7
0.6
0.5 f(x) = 0.03 x + 0.22
R² = 0.97
Absorbansi
0.4
0.3 Linear ()
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12 14
Konsentrasi (ppm)
I. Perhitungan
1. Pembuatan Baku Standar
500 mg x mg
=
1000 ml 100ml
1000 x=100000
100000
x=
1000
x=100 mg
x=0,1 mg
berat baku luminal=0,1 mg
2. Perhitungan Kadar
y=0,030 x +0,222
0,426=0,030 x+ 0,222
0,030 x=0,426−0,222
0,030 x=0,204
0,204
x=
0,030
x=6,8 ppm
3400mg
Konsentrasi ( C )=
1000 ml
50 ml
¿ x 3400 mg=170 mg
100ml
170 mg
% kadar= x 100=17 %
1000 mg
I. Pembahasan
Pada praktikum kali ini telah dilakukan analisis kuantitatif yaitu penentuan
menentukan kadar fenobarbital dalam suatu sediaan farmasi dan mempelajari cara
HN
O N O
H
Struktur Fenobarbital
Percobaan dilakukan untuk mengetahui kadar fenobarbital dalam suatu
sediaan fenobarbital secara spektrofotometri UV – Vis pada panjang gelombang
525 nm. Spektrofotometri digunakan karena merupakan instrument yang akurat
dimana alat ini digunakan untuk mengukur transmitas reflekbansi dan absorbs dari
cuplikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Selain itu apabila dilihat dari
strukturnya, fenobarbital memiliki gugus kromofor. Gugus kromofor adalah gugus
yang dapat menyerap atau mengabsorbsi sinar ultraviolet dan sinar tampak (Ibnu
Ghalib Gandjar dan Abdul Rohman, 2013). Sehingga metode spektrofotometri ini
dapat digunakan untuk menentukan kadar fenobarbital.
Spektrofotometri didefinisikan sebagai interaksi antara radiasi
elektromagnetik (REM) dengan sampel. Jika panjang gelombang REM yang
digunakan bersesuaian dengan panjang gelombang ultraviolet visibel maka
disebut spektrofotometri ultraviolet-visibel yang biasa disingkat dengan UV-Vis
(Ibnu Ghalib Gandjar dan Abdul Rohman, 2013).
Mekanisme kerja spektrofotometer yaitu sinar dari sumber sinar adalah
sinar polikromatis maka dilewatkan terlebih dahulu melalui monokromator,
kemudian sinar monokromatis dilewatkan melalui kuvet yang berisi larutan maka
akan menghasilkan sinar yang ditransmisikan dan diterima oleh detektor untuk
diubah menjadi energi listrik yang kekuatannya dapat diamati oleh alat pembaca
(satuan yang dihasilkan adalah absorban atau transmitan). Alat ini menggunakan
hukum Lambert Beer sebagai acuan (Ewing, 1975). Panjang gelombang untuk
sinar ultraviolet antara 200-400 nm sedangkan panjang gelombang untuk sinar
tampak atau visible antara 400-750 nm (Rohman, 2007).
Penetapan kadar fenobarbital secara spektrofotometri UV – Vis dengan
cara membuat larutan standar menggunakan fenobarbital baku yang berfungsi
sebagai pembanding dan larutan uji atau sampel yang akan ditetapkan kadarnya.
Larutan standar dibuat dalam beberapa konsentrasi yakni 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8
ppm, 10 ppm dan 12 ppm. Pembuatan larutan standard dan larutan uji
menggunakan larutan baku NaOH 0,1 N sebagai pelarut karena salah satu sifat
fenobarbital yaitu larut dalam larutan alkali hidroksida.
Sebelumnya sampel diisolasi dengan cara dilarutkan terlebih dahulu dalam
NaOH 0,1 N. Penambahan NaOH digunakan untuk melarutkan luminal karena
luminal larut dalam alkali hidroksi kemudian di vortex. Prinsip kerja vortex
adalah untuk melarutkan partikel-partikel luminal agar larut dalam NaOH
sehingga komposisinya menjadi rata. Campuran luminal dengan NaOH yang telah
homogen kemudian disentrifugasi dengan alat sentrifuge. Sentrifuge berfungsi
untuk memisahkan partikel-partikel dalam suatu larutan yang mempunyai berat
molekul yang berbeda. Sentrifuge bekerja dengan menggunakan prinsip
sedimentasi, dimana percepatan sentripetal menyebabkan zat yang lebih padat
akan mengendap di dasar tabung. Dengan cara yang sama, benda ringan akan
cenderung bergerak ke atas tabung (melayang di dalam tabung). Gaya sentrifugal
yang dihasilkan berasal dari putaran motor listrik yang mendapat supply. Semakin
tinggi putaran motor maka semakin besar gaya sentrifugal yang dihasilkan, begitu
juga sebaliknya. Residu yang dihasilkan dari proses sentrifuge diambil kemudian
di refluks.
Fenobarbital dapat dilarutkan dalam basa kuat dan pengukuran dilakukan
pada panjang gelombang maksimal 255 nm. Larutan dalam dapar pH 10 dapat
diukur pada 240 nm. Untuk menghilangkan gangguan pada penetapan kadar
fenobarbital secara spektrofotometri, dapat dilakukan dengan metode :
a. Larutan dengan pH 10 dan pH 2 diukur absorbansinya pada 240 nm,
selisih kedua absorban tersebut sesuai dengan kadar fenobarbital.
b. Larutan dengan pH 10 dan larutan dalam NaOH 0,5 N diukur absorbannya
pada 260 nm, selisih kedua absorban tersebut sesuai dengan kadar
fenobarbital.
Metode ini spesifik jika spectra senyawa pengganggu tidak peka terhadap
perubahan pH. Pengukuran pada 260 nm lebih baik daripada pengukuran pada
panjang gelombang 240 nm karena dapat menghilangkan gangguan yang
disebabkan oleh hasil peruraiannya (Sudjaji dan Abdul Rahman, 2007).
Sebelum dilakukan penetapan kadar dengan menggunakan metode
spektrofotometri uv-vis terlebih dahulu dilakukan penentuan panjang gelombang
maksimum, meskipun panjang gelombang tersebut sudah diketahui dalam
literatur. Hal ini dikarenakan panjang gelombang suatu senyawa dapat berbeda
bila ditentukan pada kondisi dan alat yang berbeda. Penentuan panjang gelombang
ini dilakukan pada konsentrasi yang memberikan serapan dengan kesalahan
fotometrik terkecil. Untuk mendapatkan konsentrasi tersebut dapat dihitung
menggunakan nilai absorptivitas.
Setiap pengukuran harus dilakukan pada panjang gelombang maksimum.
Pada panjang gelombang maksimum, kepekaannya juga maksimum karena pada
panjang gelombang maksimum tersebut, perubahan serapan untuk setiap satuan
konsentrasi adalah yang paling besar (Gandjar dan Rohman, 2009:255). Dari
scanning didapatkan panjang gelombang maksimum untuk larutan fenobarbital
pada 252 nm.
Pada metode ini, larutan sampel (fenobarbital) diletakkan pada sebuah
kuvet yang disinari oleh cahaya UV dengan panjang gelombang yang sama
dengan molekul pada fenobarbital yaitu 252 nm.
Adapun alasan memilih panjang gelombang 252 nm untuk pengukuran
karena panjang gelombang tersebut fenobarbital memiliki nilai absorptivitas
molar (ε) yang besar daripada. Holme dan Peck (1983) menyatakan bahwa dengan
nilai absorptivitas yang besar maka pengukuran dapat dilakukan pada konsentrasi
yang rendah, sehingga sensitivitas maksimum dari metode ini dapat tercapai.
Penentuan linieritas kurva kalibrasi fenobarbital dalam pelarut NaOH
dengan konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm, dan 12 ppm pada
panjang gelombang maksimum 252 nm dengan menggunakan NaOH 0,1 N
sebagai blanko dapat dilihat pada tabel pengamatan.
Dari hasil pembuatan kurva kalibrasi fenobarbital diperoleh hubungan
yang linier antara konsentrasi dan serapan dengan koefisien korelasi (r) = 0,973
dan persamaan garis regresi Y = 0,030x + 0,222.
Linieritas dapat diartikan sebagai kemampuan metode analisis yang
memberikan respon secara langsung terhadap konsentrasi analit dalam sampel.
Hubungan linier yang bagus dan ideal dicapai jika r = +1 atau -1. Dari hasil uji
linieritas ini dapat dilihat bahwa metode yang digunakan menunjukkan hubungan
yang sepadan antara perubahan konsentrasi dengan perubahan serapan yang
ditimbulkan. Dengan memplotkan serapan dengan konsentrasi obat, korelasi
kedua variabel menunjukkan korelasi yang baik (r = 0,973) yang dapat
menunjukkan sensitivitas metode. Nilai yang dihasilkan tersebut menunjukan
adanya hubungan yang linier antara kadar dengan serapan yang sesuai dengan
hukum Lambert-Beer yang mendasari metode Spektrofotometri UV-Vis. Dari
hasil uji linieritas ini dapat dilihat bahwa metode yang digunakan menunjukan
sensitivitas metode yang baik.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka diperoleh kadar
fenobarbital menggunakan spektrofotometri UV – Vis yakni sebesar 17%.
J. Simpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
fenobarbital atau luminal sampel no 1C menghasilkan kadar sebesar 17%.
K. Daftar Pustaka
Day, R. A dan A. L. Underwood. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif Edisi
keenam. Jakarta: Erlangga.
Ghalib, Ibnu. (2007). Kimia Farmaasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudjadi. (2012). Analisis Farmasi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Application : ChemBioDrawUltra.