ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik. Objek dari penelitian
ini adalah jamu pegal linu yang beredar di kota Pontianak. Jamu pegal linu
diperoleh dari toko obat yang terdapat di kota Pontianak. Teknik sampling yang
digunakan adalah non probabilitas yaitu purposive sampling. Sampel yang
didapat sebanyak 14 sampel jamu pegal linu untuk diidentifikasi kandungan
parasetamol pada jamu tersebut. Metode yang digunakan adalah metode
Spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 249nm yang sebelumnya
dilakukan pemisahan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis(KLT) dengan fase
diam Silika Gel GF254 dengan perbandingan fase gerak kloroform : methanol
adalah masing-masing 90:10. Dari seluruh sampel yang diidentifikasi didapat
hasil 3 jamu yang positif mengandung parasetamol yaitu sampel C, E, dan G,
dengan kadar masing-masing berturut-turut 45,4mg, 70,385mg, dan 150,15mg.
Berdasarkan Badan POM RI No.KH.00.01.43.2773/2008 tentang obat
tradisional yang mengandung bahan kimia obat, parasetamol tidak
diperbolehkan ada pada jamu tradisional.
Kata kunci: Parasetamol, jamu, Kromatografi Lapis Tipis(KLT),
Spektrofotometri UV-Vis.
ABSTRACT
This research is an analytic research. The object of this research are traditional
medicine which had been sell in Pontianak. Those samples are from some
medicine stores in Pontianak. Sampling technique used was non-probability
purposive sampling type. There were 14 sample of traditional medicine which
had been used to be identified the paracatamol contain on. This research was
conducted by using Uv-Vis Spectrophotometric method at a wavelength of
249nm that were previously carried out the separation by thin-layer
chromatography with silica gal GF254 as stationary phase and kloroform :
methanol (90:10) as eluens. The writer found 3 of 14 sample of traditional
medicines which contained paracetamol. The positive traditional medicine
sample are sample C, E, and G with each level 45,5mg, 70,385mg, and
150,15mg per 1 dosage of traditional medicine. Based on Badan POM RI
BPOM. Jamu yang diambil memiliki pengotor yang tidak terlarut pada air.
bentuk sediaan berupa serbuk dan Hasil filtrat diambil lalu diasamkan
kapsul. Jamu yang telah didapatkan dengan menggunakan H2SO4 3N
akan diproses lebih lanjut agar jamu hingga pH 1. Fungsi dari
dapat diukur khususnya kandungan penambahan asam pada hal ini
zat aktif parasetamol. Tahapan- bertujuan untuk mempercepat proses
tahapan yang dilakukan pada hidrolisis dari parasetamol menjadi p-
penelitian ini adalah preparasi Aminofenol sehingga dapat
sampel, pemisahan sampel dengan terhidrolisis maksimal. Tahap
metode KLT, dan dilanjutkan dengan selanjutnya adalah mengekstrak filtrat
pengukuran pada sampel yang positif air tersebut menggunakan eter. Zat p-
mengandung parasetamol dengan Aminofenol ini lebih larut kedalam eter
menggunakan alat Spektrofotometer. karena tingkat kepolarannya lebih
Preparasi sampel mendekati eter sehingga pada proses
Preparasi sampel ini ektraksi dengan eter maka zat
dilakukan untuk menyiapkan sampel tersebut akan melarut kedalam eter.
agar dapat dilakukan pengukuran Proses ini dilakukan berulang dengan
pada tahap selanjutnya. Preparasi 4 kali ekstraksi dengan 20mL tiap kali
sampel ini juga bertujuan untuk ekstraksi. Hal ini bertujuan agar
memisahkan zat-zat pengotor yang proses ektraksi p-Aminofenol dari
terdapat didalam jamu dari zat filtrat dapat terekstrak secara
parasetamol itu sendiri. Hal yang keseluruhan. Proses ekstraksi dengan
pertama dilakukan adalah melarutkan eter juga untuk memisahkan zat lain
satu dosis jamu tersebut dengan yang tidak ikut larut pada eter.
menggunakan air pada Erlenmeyer Ekstrak eter yang telah didapat
dan ditambahkan zat NaHCO3 8% dikumpulkan lalu di uapkan untuk
hingga pH 7. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan pelarut eter tersebut
menstabilkan dan meminimalisir sehingga didapatkan zat p-
reaksi hidrolisis yang terjadi pada Aminofenol dalam bentuk kering yang
parasetamol oleh karena adanya air. selanjutnya dilarutkan pada etanol
Karena pada pH 5-7 merupakan sebanyak 5 ml untuk ditotolkan pada
reaksi hidrolisis minimum. Proses plat KLT di proses selanjutnya.
selanjutnya yang dilakukan adalah Pemisahan dengan menggunakan
pengocokan salama 30 menit. Hal ini metode Kromatografi Lapis Tipis
dilakukan untuk mempercepat (KLT)
melarutnya zat yang larut pada air Pemisahan ini bertujuan
dan untuk mempercepat reaksi untuk memisahkan zat aktif
hidrolisis dari parasetamol sehingga parasetamol dangan zat-zat lain yang
dapat terikat oleh air. Selanjutnya masih terkandung dalam pelarut
yang dilakukan dalam penelitian ini etanol. Pada penelitian ini digunakan
adalah menyaring larutan jamu fase gerak Kloroform : Metanol
dengan kertas saring. Hal ini dengan perbandingan 90:10.
bertujuan untuk memisahkan Sedangkan fase diam yang
lampu UV 254. Pada hasil plat KLT di absorbans maksimum dari suatu
wilayah totolan baku parasetamol unsur atau senyawa. Analisis
tidak terdapat noda yang tampak jika Spektroskopi didasarkan pada
dilihat dengan menggunakan interaksi radiasi dengan spesies
penglihatan secara langsung. Maka kimia. Berprinsip pada penggunaan
dari itu digunakan bantuan lampu UV cahaya/tenaga magnet atau listrik
dengan λ 254 agar plat dapat untuk mempengaruhi senyawa kimia
berpendar dan bercak dapat dilihat. sehingga menimbulkan tanggapan.
Setelah kering maka plat dapat dilihat Tanggapan tersebut dapat diukur
penampakan bercak dibawah sinar untuk menetukan jumlah atau jenis
UV. Plat akan berpendar pada sinar senyawa. Cara interaksi dengan
lampu UV 254 sedangkan wilayah suatu sampel dapat dengan absorpsi,
bercak akan menutupi cahaya yang pemendaran (luminenscence) emisi,
dikeluarkan oleh plat sehingga bercak dan penghamburan (scattering)
dapat ditemukan. Pada penelitian ini tergantung pada sifat materi. Pada
digunakan plat KLT yang preparatife penelitian ini zat yang diukur adalah
sehingga bercak yang ditimbulkan zat parasetamol yang sebelumnya
dapat diambil dan diukur pada alat telah melalui proses hidrolisis dengan
spektrofotometer. asam (H2SO4) sehingga berubah
Pada hasil didapatkan 3 menjadi p-Aminofenol. Zat p-
sampel yang menimbulkan bercak Aminofenol dapat dibaca secara
dengan nilai Rf yang indentik dengan langsung pada alat spektrofotometer
nilai Rf baku parasetamol sehingga karena pada p-Aminofenol terdapat
diduga bercak tersebut adalah zat gugus kromofor. Pada pengukuran
yang diduga parasetamol. Bercak digunakan λ maksimal yang bertujuan
yang ditimbulkan tidak menimbulkan untuk menghasilkan hasil dengan
warna atau pun pendaran pada akurasi yang tinggi dengan tingkat
pengamatan dengan menggunakan kesalahan yang kecil pula. λ
lampu UV 254. Bercak dapat dilihat maksimal ini didapatkan dari
dengan adanya pendaran dari silika pengukuran dari baku parasetamol
gel yang tertutupi oleh adanya bercak yang telah dibuat.
atau noda yang dihasilkan, sehingga Dari hasil pengukuran
dapat diketahui letak dari keberadaan didapatkan hasil serapan yang
bercak yang ditimbulkan oleh sampel dihasilkan dari sampel C, E, dan G
dan baku parasetamol. berturut-turut adalah 0,30323;
0,46473; dan 0,98023 dengan
Pengukuran sampel pada alat konsentrasi parasetamol dalam satu
spektrofotometer UV-Vis dosis jamu adalah 45,4 mg; 70,385
Spektroskopi UV-Vis mg; dan 150,15 mg. .
merupakan teknik spektroskopi pada Validasi Metode
daerah ultra violet dan sinar tampak. Sebelum dilakukan
Dari spektrum absorpsi dapat pengukuran dengan menggunakan
diketahui panjang gelombang dengan spektrofotometer, harus dilakukan