Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum Analisis Sediaan Farmasi

Nama Percobaan : Penetapan Kadar Dextrometorpan HBr dan Difenhidramin


HCl dalam Campuran Sirup Secara Spektrofotometri Derivatif

Dosen : Pak Hendry

Kelompok / Gol. :C/P

Nama Anggota / NRP :

1. Febby Aristiawan 2443011042


2. Stefani Edith 2443011123
3. Dickna Putri Rossieny 2443011170
4. Dina Ulaan 2443011208

I. Dasar Teori
Spektrofotometri derivatif merupakan metode manipulatif terhadap spektra pada
spektrofotometri UV-Vis. (Fatimah I, 2003).

Metode spektrofotometri derivatif dapat digunakan untuk analisis kuantitatif zat


dalam campuran dimana spektrumnya mungkin tersembunyi dalam suatu bentuk
spektrum besar yang saling tumpang tindih dengan mengabaikan proses pemisahan zat
terlebih dahulu. Spektrum yang dialih bentuk ini menghasilkan profil yang lebih rinci
yang tidak terlihat pada spektrum normal . (Fatimah I, 2003).

Kegunaan spektrofotometri derivatif adalah (Sommer, L. 1989) :

 Apabila menghadapi campuran dua komponen yang spektrumnya saling tumpang tindih,
maka analisis kuantitatif cara derivatif menjadi metoda yang terpilih.
 Analisis kuantitatif campuran dua komponen yang keruh.

 Analisis kuantitatif campuran dua komponen yang merupakan isomeri (kecuali isomer
optis aktif atau rasemik).

 Spektra derivatif dapat dipakai untuk maksud kualitatif atau sebagai data pendukung.
Dalam suatu campuran, pengukuran konsentrasi dalam suatu sampel (analyte)
dapat dilihat dalam campuran sehingga dapat membuat pengerjaan ini menjadi lebih
mudah atau lebih akurat. Tetapi yang sering menjadi kendala yaitu spektra derivatif tidak
dapat mengurangi atau menghindarkan adanya gangguan dari rasio serapan pengganggu
yang lain (signal-to-noise ratio ) .( D. A. Skoog, F. J. Holler and T. A. Nieman. 1988).

Konsep derivatif telah diperkenalkan pertama kali pada tahun 1950, dimana terlihat
memberikan banyak keuntungan. Aplikasi utama spektroskopi derivatif ultraviolet-cahaya
tapak adalah untuk identifikasi kualitatif dan analisis sampel. Metode spektroskopi
derivatif sangat cocok untuk analisis pita absorbsi yang overlapping atau terlalu landai.
(Owen, 1995).

Spektra derivatif biasanya digambarkan oleh diferensiasi digital atau dengan


modulasi panjang gelombang dari radiasi yang mengenai sel sampel. Interval modulasi
panjang gelombang menjadi sangat berkurang dibanding dengan lebar pita dari pita
absorbsi apapun dalam spektrum. Penggunaan spektroskopi derivatif adalah untuk
menurunkan rasio pengganggu (noise). Metode yang mungkin untuk evaluasi kuantitatif
dari spektrum derivatif adalah metode zero crossing, metode tangent, dan metode peak to
peak . (D. A. Skoog, F. J. Holler and T. A. Nieman. 1988).

Spektrofotometri UV-Vis derivatif kedua dapat menampilkan dan memberikan


keuntungan dalam pengukuran untuk sediaan formulasi tablet yang terdiri dari zat aktif dan
zat tambahan. Pada sediaan farmasi yang terdiri dari zat campuran yaitu zat aktif dan zat
tambahan menghasilkan larutan yang keruh sehingga spektrofotometri derivatif metode
tangen dapat digunakan untuk larutan yang keruh seperti sediaan tablet anti influenza.
( Agawal, B.K. 1991).

Metode tangen dapat digunakan dengan mudah dalam aplikasi karena lebih mudah, lebih
sederhana, dan lebih cepat menganalisis suatu penelitian yang bersifat ilmiah . (Agawal,
B.K. 1991).

Spektra derivatif dapat dilakukan dengan menggunakan metode matematika.


Keuntungan dari metoda matematika adalah spektra derivatif dapat lebih mudah dihitung
dan dihitung kembali dengan parameter yang berbeda yaitu dengan teknik smoothing yang
dapat digunakan untuk menghilangkan rasio serapan pengganggu (signal-to-noise ratio ).
(Agawal, B.K. 1991).

Sifat bahan

1. Dekstrometrophan HBr
Pemerian : hablur hampir putih atau serbuk hablur, bau lemah. Melebur pada suhu 126o

disertai peruraian
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol dan dalam kloroform;
tidak larut dalam eter
Difenidramin HCl
Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau. Jika kena cahaya perlahan-lahan warnanya
menjadi gelap.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol dan kloroform; agak sukar larut dalam
aseton; sangat sukar larut dalam benzene dan eter

Dekstrometrohan HBr Difenilefedrin HCl

Panjang gel. Pelarut Panjang gel Pelarut


A A

278 53 H2SO4 0,1 N 257, 252 18,- H2SO4 0,5 N

278 54 H2O 258, 252 19,- NaOH 0,5 N

279 57 NaOH 0,1 N 258,264,252 15,-,- EtOH 95%

II. Pembuatan Kurva Baku


1.Dekstrometropan HBr
A= 0,2-1,5

Batas bawah 37,73 ppm


Batas atas 283,02 ppm

 Timbang 250 mg dekstrometrophan HBr


 Larutkan dengan etanol
 Masukkan pada labu takar 10 ml
 Tambahkan etanol ad 10 ml

1. C 1 (pipet 0,1 ml lar.baku + Etanol ad 10ml).

2. C2 (pipet 0,2 ml lar.baku + Etanol ad 10ml).

3. C3 (pipet 0,3 ml lar.baku + Etanol ad 10ml).

4. C4 (pipet 0,4 ml lar.baku + Etanol ad 10ml)

5. C5 (pipet 0,5 ml lar.baku + Etanol ad 10ml).

2. Difenilefedrin HCl
A 0,2 -1,5

Batas bawah = 133,33 ppm

Batas atas x 1000 = 1000 ppm

 Timbang 150 mg dekstrometrophan HBr


 Larutkan dengan etanol
 Masukkan pada labu takar 10 ml
 Tambahkan etanol ad 10 ml

1. C 1 (pipet 0,1ml lar.baku + Etanol ad 10ml).


2. C2 (pipet 0,2ml lar.baku + Etanol ad 10ml).

3. C3 (pipet 0,3ml lar.baku + Etanol ad 10ml).

4. C4 (pipet 0,4 ml lar.baku + Etanol ad 10ml)

5. C5 (pipet 0,5ml lar.baku + Etanol ad 10ml).

Penetepan kadar sampel


Cara kerja
 Pipet 2,5 ml sampel
 ekstraksi dengan kloroform
 ambil fase kloroform, diuapkan
 campurkan dengan etanol
 masukkan pada labu takar 10 ml
 tambahkan etanol ad 10 ml
 lakukan replikasi 3x

III. HASIL PENGAMATAN


 Penimbangan

baku Dextrometrophan Hbr = 0,0501 g ditambah 25 ml etanol = 2004 ppm

baku Difenhidramin HCl = 0,0505 g ditambah 25 ml etanol = 2020 ppm


 Berat pikno kosong + zat = 24,9593 g

Berat pikno kosong = 12,5269 g -

12,4324 g

Densitas= = 1,2432 g/ml

M sampel = 1,2432 x 2ml = 2,48 mg

 Penimbangan sampel 1= 0,0240 g

Sampel 2 = 0,0203 g

Sampel 3= 0,0212g

Baku Difenhidramin HCl λ =210 nm

C Difenhidramin (ppm) A pada λ 210


nm

C1 0,001
x 2020 = 30,3 x 10000 = 0,33

C2 0,007
x 2020= 40,4 x 10000= 1,733

C3 0,008
x 2020= 50,5 x 10000= 1,584

C4 0,008
x 2020= 60,6 x 10000= 1,320

C5 0,008
x 2020= 70,7 x 10000= 1,132

a= 0,6243

b= 0,0117 r= 0,3430

Sampel (ppm) A pada λ 210 Cpengamatan C teoritis Kadar


nm

0,016 0,666 3,536 18,83


1. x 1000= 240

0,008 0,394 -19,53 -2,017


x 1000= 203

0,008 0,377 -20,37 -1,797


x 1000= 212

Xrata-rata 7,548

Baku Dextrometrophan Hbr λ=363 nm

C Dextrometrophan (ppm) A pada λ 363


nm

C1 0,001
x 2004= 20,04 x 10000= 0,499

C2 0,000
x 2004= 25,05 x 10000= 0

C3 0,009
x 2004= 30,06 x 10000= 2,994

C4 0,001
x 2004= 35,07 x 10000= 0,285

C5 0,000
x 2004= 40,08 x 10000= 0

a= 1,1834 r= -0,0888

b= -0,0142
Sampel (ppm) A pada λ 363 Cpengamatan C teoritis Kadar
nm

0,000 0,000 0,000 0,000


2. x 1000= 240

0,000 0,000 0,000 0,000


x 1000= 203

0,000 0,000 0,000 0,000


x 1000= 212

Xrata-rata 0,000

Kadar Difenhidramin HCl= x 100% = 62,9%

Kadar Dextrometrophan Hbr = x 100% = 0 %


IV. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, dilakukan penetapan kadar dextromethorphan Hbr dan
Diphenhydramine HCl dengan metode spektrofotometri derivative. Metode ini digunakan
untuk menetapkan campuran zat dimana zat tersebut memiliki profil spektrum yang
menumpuk satu sama lain. Spektofotometer derivative ini dapat dilakukan untuk
menentukan campuran zat dengan lamda yang dekat sekalipun(<20nm). Prinsip dari
metode ini adalah menentukan kadar berdasarkan turunan senyawanya.
Sample yang digunakan adalah sirup woods dengan kandungan dextromethorphan
HBr sebanyak 7,5 mg dan diphenhydramine HCl sebanyak 12,5 sehingga bila
disederhanakan perbandingan antar keduanya menjadi 3:5. Sample dipreparasi terlebih
dahulu dengan cara melakukan proses ekstraksi cair-cair. Proses ini dimaksudkan untuk
mengekstrak zat aktif yang hendak ditetapkan kadarnya sedangkan matriks pengganggu
lain tidak ikut terekstrak. Pelarut yang digunakan untuk proses ekstraksi adalah
kloroform. Pelarut ini dipilih karena dextromethorphan HBr dan Diphenhydramine HCl
mudah larut dalam air maupun kloroform, tidak dpilih air karena akan melarutkan zat-zat
tambahan lain seperti pemanis, pengawet atau bahan lainnya sehingga dipilih pelarut
kloroform. Selain itu prinsip pemisahan ekstraksi cair-cair adalah menggunakan pelarut
yang tidak campur dengan sample sehingga mudah untuk dipisahkan dalam hal ini biasa
digunakan pelarut organic (salah satu contohnya adalah kloroform).
Sample sirup dipipet secara kuantitatif sebanyak 2,5 ml dan ditambahkan dengan
kloroform. Jumlah kloroform yang ditambahkan adalah 2,5ml. Setelah ditambahkan,
dilakukan proses pencampuran dengan bantuan vortex agar lebih homogen(selama
kurang lebih 30 detik). Proses vortex tidak boleh dilakukan terlalu lama karena akan
menyebabkan terbentuknya emulsi antara kloroform dengan sample sehingga tidak dapat
dipisahkan lagi.
Bila sudah terbentuk emulsi yang dapat dilakukan adalah menambahkan solvent
kembali sambil dilakukan sedikit pengadukan atau bisa juga dilakukan proses
pemanasan. Kloroform merupakan zat yang mudah meledak dan menguap sehingga
untuk pemanasannya dilakukan dalam lemari asam dengan api tidak
langsung(menggunakan waterbath). Namun setelah proses pemanasan volume campuran
kami justru berkurang. Hal ini kemungkinan dikarenakan kloroform yang telah menguap
atau bisa saja sample yang terjadi penguapan sehingga dikhawatirkan zat yang hendak
diekstrak ikut teruapkan dan kadar yang tersisa di tabung reaksi tersebut tidaklah valid
lagi. Sehingga untuk mengatasi hal ini dilakukan pemipetan ulang dan dilakukan proses
pencampuran dengan volume kloroform yang lebih besar dan proses pemvortex-an yang
lebih sebentar.
Setelah selesai dihomogenkan, diambil fase kloroform yang berada di bawah ( BJ
kloroform lebih besar daripada air sehingga berada di bawah). Fase kloroform
dimasukkan ke dalam cawan porselin kemudian diuapkan di atas waterbath. Bila sudah
kering, ditambahkan methanol untuk melarutkan zat yang tertinggal dalam cawan
kemudian dimasukkan labu takar dan di ad kan hingga 10 ml.
Proses pengamatan dengan spektrofotometri derivative membutuhkan blanko dan
larutan baku. Sebagai blanko dipilih methanol yang digunakan sebagai pelarut. Fungsi
blanko adalah untuk mengetahui besarnya serapan oleh zat yang bukan analit,
menetralkan atau menghilangkan absorbansi dari pelarut dalam sampel, sehingga yang
terbaca pada alat absorban hanya absorbansi dari sampel tanpa ada gangguan dari pelarut.
Larutan baku induk dibuat masing-masing (dextromethorphan sendiri dan
diphenhydramine sendiri) kemudian dibuat larutan baku dengan 5 konsentrasi dimana 4
konsentrasi merupakan campuran diphenhydramine HCl dan Dextromethorphan HBr
dengan pembandingan konsentrasi 5:3 sesuai dengan perbandingan yang terdapat pada
sample. Larutan baku dapat dicampur karena pada proses derivative yang diutamakan
adalah turunannya sehingga meskipun dicampur, turunannya tetaplah sendiri-sendiri
sehingga tidak berpengaruh. Selain 4 konsentrasi tersebut, dibuat pula masing-masing
satu konsentrasi untuk satu zat yang digunakan untuk menentukan panjang gelombang
terpilih. Panjang gelombang terpilih adalah panjang gelombang dimana 1 zat
memberikan serapan 0 sedangkan zat satunya memberikan serapan terbesar (1 panjang
gelombang dextromethorphan HBr dan 1 panjang gelombang diphenhydramine HCl)
yang akan digunakan untuk mengamati keempat laurtan baku lain dan sample.
Dari hasil percobaan, konsentrasi baku tidak menunjukkan linearitas untuk
diphenhydramine HCl. Hal ini dapat disebabkan karena bila linearitas tidak terpenuhi,
kemungkinan besar kadar yang diperoleh juga akan salah dan tidak sesuai kenyataannya
sehingga tidak dilanjutkan untuk pengamatan sample pada panjang gelombang
diphenhydramine HCl.
Berdasarkan hasil perhitungan untuk dextromethorphan didapatkan kadar sebesar
0 %. Berdasarkan percobaan ini dinyatakan metode ini kurang sesuai untuk
menetukan kadar dextromethorphan HBr dan diphenhydramine HCl yang terdapat
dalam suatu campuran.

V. Kesimpulan

Kadar Dextrometorpan HBr dan Difenhidramin HCl yang diperoleh adalah


62,9% dan 0%

VI. Daftar Pustaka:


D. A. Skoog, F. J. Holler and T. A. Nieman. 1988. Principles of Instrumental Analysis,
5th Edition, Harcourt Brace & Company. Florida.

Sommer, L. 1989. Analytical Absorption Spektrophotometry in Visible and Ultraviolet.


Penerbit. Amsterdam.

Anda mungkin juga menyukai