104 koloni/g
ALT Cemaran Mikroba BPOM RI, 2019;
ISO 4833-1
Kapang dan khamir Cemaran Mikroba BPOM RI, 2019; 102 koloni/g
SNI ISO 21527-2
Diperiksa oleh:
….………………………..
Kelompok D1
Susunlah prosedur pengujian yaitu: penentuan kadar asam benzoat dalam sampel secara
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT), rhodamin menggunakan kromatografi kertas serta uji
ALT dan AKK
JAWABAN:
Alat:
1. Cawan petri
2. Tabung reaksi
3. Pipet volumetrik
4. Botol media
5. Penghitung koloni
6. Jarum inokulasi (ose)
7. Stomacher
8. Pembakar bunsen
9. Timbangan
10. Magnetic stirrer
11. Vortex
12. Inkubator
13. Penangas air
14. Autoklaf
15. Lemari steril
16. Lemari pendingin
Proses uji :
Hitung jumlah koloni pada setiap seri pengenceran kecuali cawan petri yang berisi
koloni menyebar (spreader colonies). Pilih cawan yang mempunyai jumlah koloni 25
sampai dengan 250.
Interpretasi hasil:
Spreaders
Koloni yang menyebar (spreaders) biasanya dibagi dalam 3 bentuk:
a) Rantai koloni tidak terpisah secara jelas disebabkan oleh disintegrasi rumpun
bakteri
b) Terbentuknya lapisan air antara agar dan dasar cawan.
c) Terbentuknya lapisan air pada sisi atau permukaan agar.
Bila cawan yang disiapkan untuk contoh lebih banyak ditumbuhi oleh spreader
seperti (a), dan total area yang melebihi 25 % dan 50 % pertumbuhannya dilaporkan
sebagai cawan spreader.
Rerata jumlah koloni dari setiap pengenceran, kemudian laporkan jumlahnya
sebagai TPC (Tabel 1 nomor 5). Selain 3 (tiga) bentuk spreader, dapat dihitung
sebagai satu pertumbuhan koloni.
Untuk tipe a) bila hanya terdapat satu rantai, hitunglah sebagai koloni tunggal. Bila
ada satu atau lebih rantai yang terlihat dari sumber lain, hitung tiap sumber itu
sebagai satu koloni, termasuk untuk tipe b) dan c) juga dihitung sebagai
koloni.Gabungkan perhitungan koloni dan perhitungan spreader untuk menghitung
TPC.
5. Cawan duplo, satu cawan dari setiap pengenceran dengan 25 koloni sampai
dengan 250 koloni
Bila 1 cawan dari setiap pengenceran menghasilkan 25 koloni sampai dengan 250
koloni, dan cawan lain kurang dari 25 koloni atau menghasilkan lebih dari 250
koloni, hitung keempat dalam penghitungan TPC (Tabel 1 nomor 8).
6. Cawan duplo, dua cawan dari satu pengenceran dengan 25 koloni sampai
dengan 250 koloni, hanya 1 cawan yang lebih dari 25 koloni sampai dengan
250 koloni dan dari cawan yang lain dengan 25 koloni sampai dengan 250
koloni
Bila kedua cawan dari satu pengenceran menghasilkan 25 koloni sampai dengan
250 koloni, hitung keempat cawan termasuk cawan yang kurang dari 25 atau yang
lebih dari 250 koloni dalam penghitungan TPC (Tabel 1 nomor 9).
Pelaporan hasil
a) Bulatkan angka menjadi 2 angka yang sesuai, bila angka ketiga 6 atau di
atasnya, maka angka ketiga menjadi 0 (nol) dan angka kedua naik 1 angka,
misalnya 456 menjadi 460 (4,6 x 102).
b) Bila angka ketiga 4 atau dibawahnya, maka angka ketiga menjadi 0 (nol) dan
angka kedua tetap, misalnya 454 menjadi 450 (4,5 x 102).
c) Bila angka ketiga 5, maka angka tersebut dapat dibulatkan menjadi 0 (nol)
dan angka kedua adalah angka genap, misalnya 445 menjadi 440 (4,4 x 102).
d) Bila angka ketiganya 5, maka angka tersebut dapat dibulatkan menjadi 0
(nol) dan angka kedua naik 1 angka, misalnya 455 menjadi 460 (4,6 x 10 2).
Kriteria keberterimaan:
Standar SNI 7388- 2009 yang sudah ditetapkan pada roti dan produk bakeri tawar dan
premiks (termasuk tepung panir) yaitu ALT dengan batas maksimum 1×104 koloni/g.
ACC
Apt. Annisa Fitria, S.Farm, M.Sc
Tujuan:
Menentukan cemaran kapang khamir pada produk roti
Alat:
1. Cawan petri
2. Tabung reaksi
3. Pipet volumetrik
4. Botol media
5. Penghitung koloni
6. Jarum inokulasi (ose)
7. Stomacher
8. Pembakar bunsen
9. Timbangan
10. Magnetic stirrer
11. Vortex
12. Inkubator
13. Penangas air
14. Autoklaf
15. Lemari steril
16. Lemari pendingin
Bahan:
1. Media SDA (Sabouraud Dextrose Agar)
2. Pepton
Prosedur kerja:
Penanaman sampel untuk analisa AKK menggunakan metode dilusi/ pengenceran.
1. Roti yang telah diberikan perlakukan penyimpanan selama 3 hari ditimbang sebanyak 10
gram,
2. Dimasukkan kedalam media Pepton 90mL, kemudian dihomogenkan dengan vortex
selama 30 detik.
3. Faktor pengenceran kemudian dipipet menggunakan mikropipet sebanyak 1 mL dan
diinokulasikan ke media pepton 9 mL, selanjutnya dihomogenkan.
4. Prosedur yang sama diulangi hingga faktor pengenceran 1×106 . Kemudian di tanam pada
media SDA secara pour plate.
5. Cawan petri diinkubasi pada suhu 20-25°C selama 3-5 hari dengan posisi terbalik, setelah
media memadat.
6. Jumlah koloni jamur yang tumbuh diamati dan dihitung setelah 3 hari masa inkubasi.
Hitung jumlah koloni pada setiap seri pengenceran kecuali cawan petri yang berisi koloni
menyebar (spreader colonies). Pilih cawan yang mempunyai jumlah koloni 25 sampai dengan
250.
Kriteria keberterimaan:
Standar SNI 7388- 2009 yang sudah ditetapkan pada roti yaitu kapang dan khamir dengan
batas maksimum 1×104 koloni/g.
Referensi:
1. Standar Nasional Indonesia. 2009. Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan.
Badan Standardisasi Nasional.
2. Ayu Dewi S, Ni Wayan, Made Sugiarti, 2018. Cemaran Angka Lempeng Total dan Angka
Kapang Kamir pada bolu kukus dengan lama penyimpanan tiga hari, BMJ. Vol 5 No 2,
Indonesia, 257-264
ACC
Alat:
1. HPLC Perkin-Elmer seri 200
2. degasser vakum
3. oven kolom
4. kolom Brownlee Analytical 5 um C18 250 mm x 4,6 mm
5. mikropipet
6. blue tip
7. timbangan analitik
8. labu ukur 50 mL, 1000 mL, 10 mL
9. syringe
10. magnetic stirer
11. kertas whatman no.1
12. filter membran 0.45 um
Bahan:
Prosedur kerja:
Rumus perhitungan:
perhitungan seri kadar
konsentrasi 15 mg/L
M1 x V1 = M2 x V2
1000 mg/L x V1 = 15 mg/L x 10 mL
V1 = 15 mg/ L x 10 mL / 1000 mg/L
V1 = 0,15 mL = 150 uL
konsentrasi 30 mg/L
M1 x V1 = M2 x V2
1000 mg/L x V1 = 30mg/L x 10 mL
V1 = 30 mg/ L x 10 mL / 1000 mg/L
V1 = 0,3 mL = 300 uL
konsentrasi 60 mg/L
M1 x V1 = M2 x V2
1000 mg/L x V1 = 60mg/L x 10 mL
V1 =60 mg/ L x 10 mL / 1000 mg/L
V1 = 0,6 mL = 600 uL
Referensi:
1. Sirhan, Yahya Ala. 2018. Optimization and Validation of an HPLC-UV
Method for Determination of Benzoic Acid and Sorbic Acid in Yogurt and
Dried Yogurt Products Using a Design of Experiment. Indones. J.
Chem.,2018,18(3), 522-530.
2. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2013. Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2013
Tentang Batas Maksimum Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pengawet.
Jakarta.
ACC,
JAWABAN:
Pengujian:
Tujuan:
Menganalisis zat warna rhodamin pada sampel serbuk permen menggunakan
kromatografi kertas
ALAT:
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah
1. Spatula
2. Neraca Analitik
3. Corong gelas
4. Pemanas Listrik
5. Gelas Kimia 100 ml
6. Labu Takar 50 mL
7. Gelas Ukur
8. Cawan Penguapan
9. Plat Tetes
11. Pipa Kapiler
12. Camber Kromatografi Kertas,
13. Pipet Volume 25 mL,
14. Pipet Tetes
15. Batang Pengaduk
16. Water Bath
17. Botol penyemprot noda.
BAHAN
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah
1. Sampel makanan/minuman,
2. Benang Wol
3. Asam asetat 10%,
4. NH4OH 12%,
5. NaCl 2%,
6. Etanol,
7. Kertas Whatman no. 42 (Kromatografi Kertas),
8. Standar Rhodamin B,
9. Aquades,
10. Dimetilglioksim 1% (Larutan penyemprot noda)
Prosedur Kerja:
1. Didihkan benang wol yang akan digunakan dalam air selama 30 menit,
selanjutnya tiriskan dan keringkan.
2. Masukkan10 ml sampel cair ke dalam gelas kimia 100 ml
3. Asamkan dengan menambahkan 5 mL asam asetat 10%.
4. Masukkan benang wol ke dalam sampel dan didihkan dalam larutan sampel
selama 30 menit. Selanjutya tirikan dan cuci dengan aquades.
5. Tambahkan 25 mL NH4OH 12% ke benang wol yang telah dicuci dengan
aquades
6. Panaskan benang wol hingga zat warna tersebut tertarik atau luntur.
7. Ambil benang wol dari larutan dan uapkan larutan di atas water bath sampai
kering.
8. Tambahkan beberapa tetes metanol pada residu untuk menotolkan pada kertas
kromatografi yang telah siap digunakan.
9. Buat kertas kromatografi dari kertas Whatman no.42 sepanjang 20 cm
10. Totolkan larutan sampel dan standar warna yang telah siap pada kertas
kromatografi dengan bantuan pipa kapiler.
11. Totolkan sampel dan standar dengan menyentuhkan pipa kapiler pada kertas
kromatografi sebanyak tiga kali, dan setiap selesai menotolkan, tunggu hingga
kering dan kemudian totolkan lagi. Hal ini dilakukan sebanyak 3 kali masing-
masing untuk sampel dan standar.
12. Isi eluen berupa NaCl 2% dan etanol 50% dengan perbandingan 50:50 pada
chamber kromatografi kertas dan kemudian menutupkan kembali agar
lingkungan chamber telah jenuh.
13. Masukkan kertas kromatografi yang telah siap pada chamber dan tunggu selama
± 15 menit.
14. Buka tutup dan mengeringkan kertas kromatografi dengan diangin-anginkan.
15. Tandai plot yang terbentuk dengan pensil, namun bila tidak terlihat plot yang
dihasilkan maka perlu menyemprotkan dimetilglioksim 1% pada kertas
kromatografi kemudian mengukur jarak warna yang dihasilkan.
16. Hitung Rf (Retention factor) dari warna yang teramati.
Rumus perhitungan:
Kriteria keberterimaan:
Referensi:
ACC