Oleh:
DESEMBER 2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 untuk mengetahui metode titrasi aside-alkalimetri
1.2.2 untuk menentukan kadar asetosal 500 mg pada tablet asetosal 500 mg dengan metode
dengan metode alkalimetri serta kadar Na2CO3 dan Na2B4O7 dengan metode acidimetric
1.3 Manfaat
1.3.1 dapat memahami metode titrasi asidi-alkalimetri
1.3.2 dapat melakukan dan menegtahui penetapan kadar tablet asetosal 500 mg pada tablet
asetosal 500 mg, dalam suatu larutan serta cara pembakuan suatu zat dengan metode volumetri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TITRASI
TITRASI adalah pengukuran volume titran yang di butuhkan untuk mencapai titik
ekuivalen. ( analisa kimia kuantitatif). Titrasi adalah suatu metode penentuan kadar (konsentrasi)
suatu larutan dengan larutan lain yang telah diketahui konsentrasinya (larutan baku primer).
Larutan yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai ANALIT dan biasanya diletakan di
dalam erlenmeyer sedangkan larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai
larutan standart atau titran dan diletakkan di dalam buret. Larutan standar dibuat dengan cara
melarutkan sejumlah senyawa baku tertentu yang sebelumnya senyawa tersebut ditimbang secara
tepat dalam volume larutan. Larutan standar terdiri dari baku primer dan sekunder Larutan baku
primer mempunyai kemurnian tinggi. Sedangkan larutan baku sekunder harus dibakukan dengan
larutan baku primer. Larutan baku primer adalah larutan yang engandung reagen dengan bobot
diketahui dalam suatu volume larutan tertentu.
Zat tersebut harus stabil baik pada suhu kamar ataupun pada waktu dilakukan pemanasan,
standart primer biasanya dikeringkan terlebih dahulu sebelum ditimbang.
Mudah diperoleh
Mudah larut
Larutan baku sekunder adalah larutan yang konsentrasinnya diketahui dengan tepat yang di
perlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan zat yang akan di tetapkan. ( larutan
baku sekunder di peroleh dari hasil standarisasi / pembakuan).
Syarat-syarat titrasi:
Harus ada sesuatu yang bisa menandakan atau mengindikasikan bahwa reaksi antara
analit dengan titrant sudah equivalent secara stoikiometri, baik itu dengan perubahan
warna dengan penambahan indicator atau apapun yang bisa digunakan untuk mengamati
perubahan tersebut.
Tidak ada hal lain yang mengganggu reaksi antara analit dengan titrant
Reaksi antara analit dengan titrant harus memiliki kesetimbangan jauh kearah kanan
(artinya kesetimbangannya mengarah kearah pembentukan produk) hal ini untuk
memastikan secara kuantitatif reaksi bisa dihitung, dan memastikan titik akhir titrasi bisa
diamati.
Titrasi langsung dilakukan dengan mereaksikan langsung zat uji dengan larutan baku
Titrasi kembali dilakukan dengan cara penambahan sejumlah larutan titran
berlebihan ke dalam larutan zat uji kemudian kelebihan di titrasi dengan titran yang
cocok. Di lakukan untuk reaksi titrasi yang berlangsung lambat / tidak ada indicator
yang cocok.
Zat-zat yang biasanya di gunakan sebagai standar primer adalah reaksi asam-basa natrium
karbonat Na2CO3, Natrium tetraborat Na2B4O7, kalsium hydrogen ftalat KH (IO3)2, asam benzoat
H (C7H5O2). Reaksi reaksi pembentukan kompleks perak, perak nitrat, natrium klorida,
berbagai logam ( misalnya zink, magnesium tembaga, dan mangan yang murni secara
spektroskopis) dan garam-garam bergantung pada reaksi yang di gunakan reaksi-reaksi
pengendapan perak-perak nitrat, natrium klorida, kalium klorida dan kalium bromide (di buat
dari kalium bromat). Reaksi reaksi oksidasi reduksi , kalium dikromat, K2Cr2O7, Kalium
Bromat KBrO3, Kalium Iodar KIO3, Kalium Hidrogen iodat KH (IO3)2, Iod I2, Natrium Oksalat
Na2C2O4, Arsen (III) Oksida As2O3 dan besi murni.
MONOGRAFI BAHAN
Pemerian : pemerian tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau
hampir tidak berasa
Kelarutan : agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol (95%) p larut dalam
kloroform p dan dalam eter P
Penetapan kadar : timbang seksama 500 mg, larutkan dalam 10 ml etanol (95%) 18,02 mg
C9H8O4 (1 ml natrium hidroksida 0,1 N setara dengan 18,02 mg C9H8O4). Pada larutan netral
titrasi pertama tambahkan 50,0 ml natrium hidroksida 0,1 N didihkan selama 15 menit memakai
pendingin air balik hubungkan tabung kering berisi natrium hidroksida pekat dengan pendingin
biarkan dingin. Titrasi dengan asam klorida 0,1 N yang di perlukan pada titrasi pertama dan
kedua. Tidak lebih dari 0,40 ml di hitung terhadap 50 mg zat.
Penetapan kadar : timbang seksama kurang lebih 1,5 mg, masukkan dalam labu ukur,
tambahkan 50,0 ml natrium hidroksida 0,5 N LV. didihkan campuran secara perlahan-lahan
selama 10 menit. Tambahkan indicator fenolftalein LP. Titrasi kelebihan natrium hidroksida
dengan asam sulfat 0,5 N LV. Lakukan penetapan blangko. 1 ml natrium hidroksida 0,5 N setara
dengan 45,04 mg C9H804.
BAB III
PROSEDUR KERJA
0,2 = valensi
0,2 = 0,05 l x 2
2
0,2 =
0,05
2 mol = 0,2 x 0,05
0,01
mol = = 0,005
2
=
Massa = mol x mr
= 0,005 x 381,37
= 1,90685 gr
= 2 gr
Perhitungan baku sekunder HCl 0,2 N ad 250 ml
37 1,19 gr
=
100 1
1,19
=
1 37
1,19 37
=
1
= 44.03 gram
44,03
= = = 1,2063 mol
36,5
1,2063
= = = 12, 063 M
0,1
N= M x Valensi
= 12,063 x 1
= 12,063 N
N1 x V1 = N2 x V2
0,2 x 250 ml
V1 = 12,063
= 4, 1449 = 5 ml
Langkah Kerja
4.1 HASIL
Reaksi
1. Rx alkalimetri
(CH3CO) OH
Hasil perhitungan
Hasil perhitungan
1. H2C2O4 . 2H2O
Bobot zat = 0,64 gr = 640 mg
massa 0,64 gr
Mol = = 127,07 = 0,005076 mol
Mol 0,005076
M= = = 0,10152 M
0,05
N = M x ekuvalensi
= 0,10152 x 2 = 0,20304 N
N1.V1 = N2.V2
0,20304 X 5 ml
N.NaOH = 4,7
= 0,216 N
2. Na2B4O7
Zat = 2,034 g
massa 2,034
Mol = = = 0,0053 mol
381,37
Mol 0,0053 mol
M= = = 0,106 M
0,05
N = M x Valensi
= 0,106 x 2
= 0,212 N
N1 . V1 = N2. V2
0,212.5
N HCl = = 0, 2465 N
4,3
= 10,8 5,7064
= 5,0936
= 2,5468 x 180
= 458,83 mg = 0,45883 g
praktikteori
%kesalahan = x 100 %
0,458830,5
= = 100%
0,5
= 8,324 %
praktik
% recovery = x 100%
0,45883
= x 100%
0,5
= 91,766%.
4.2 Pembahasan
Pada hasil praktikum di peroleh % kesalahan 8,324 % ini dapat terjadi karena mungkin
terjadi kesalahan pada saat penimbangan, sehingga konsentrasi dapat berubah pada saat meng
add kan di labu. Mungkin juga terjadi kesalahan pada penetesan indicator karena tidak boleh
berlebih atau berkurang karena sangat mempengaruhi titik akhir titrasi.
Pada saat penetapan kadar tablet asetosal, tablet asetosal yang di larutkan dengan NaOH
harus sampai mendidih karena itu berdampak pada volume akhir titran yang akan semakin
banyak di gunakan.
Jika pada proses titrasi, pada penetesan baku sekunder berlebih maka TATnya akan
berwarna lebih pekat.
BAB V
5.1 KESIMPULAN
Titrasi acidi alkalimetri adalah titrasi yang berdasarkan reaksi antara asam dan basa,
dengan menggunakan indikator sebagai penentu dari TATnya. Pada percobaan ini kadar
asetosal yang terkandung dalam asetosal tablet sebanyak 0,45883%.
5.2 SARAN
Untuk lebih teliti pada saat praktikum karena dengan metode aside alkalimetri ini
sangat membutuhkan ketelitian yang tinggi dan dapat menggunakan metode lain untuk
menentukan kadar asetosal dalam asetosal tablet.