B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dapat penulis berikan ialah:
1. Apakah pengertian reaksi redoks?
2. Bagaimanakah prinsip dasar reduksi oksidasi?
3. Bagaimana metode analisis permanganometri?
4. Bagaimana metode analisis iodometri?
5. Bagaimana cara menghitung data hasil analisis permanganometri?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian reaksi redoks
2. Untuk mengetahui prinsip dasar reduksi oksidasi
3. Untuk mengetahui metode analisis permanganometri
4. Untuk mengetahui metode analisis iodometri
5. Untuk mengetahui cara menghitung data hasil analisis permanganometri
BAB II
ISI
2.1. Pengertian
Titrasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk menentukan kadar dari
suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi
diketahui sebagai analisis volumetri, ialah zat yang hendak dianalisis dibiarkan buat
bereaksi dengan zat lain yang mempunyai konsentrasi dikenal serta dialirkan dari
buret dalam wujud larutan. Zat yang akan ditentukan kadarnya akan diletakkan
didalam tabung erlemeyer, sedangkan untuk zat yang tidak diketahui konsentrasinya
biasanya diletakkan didalam buret ataupun sebaliknya. Titrasi dibedakan menjadi 4
macam, diantaranya yaitu:
a) Titrasi asam basa
b) Titrasi redoks
c) Titrasi kompleksometri
d) Titrasi pengendapan
Dalam penyusunan makalah ini dikhususkan untuk membahas tentang titrasi
redoks. Titrasi redoks merupakan metode kuantitatif yang reaksi utamanya adalah
reaksi redoks, reaksi ini hanya dapat berlangsung jika terjadinya interaksi antara
senyawa sebagai oksidator dengan unsur atau senyawa sebagai reduktor. Jadi, jika
larutan bakunya oksidator, maka analit harus bersifat sebagai reduktor ataupun
sebaliknya (Hamdani, 2011). Reaksi redoks merupakan konsep reaksi reduksi oksidasi
berdasarkan pada perubahan bilangan oksidasinya. reaksi redoks secara luas
digunakan dalam analisis titrimetri untuk zat anorganik maupun organic. Reaksi
redoks bisa disertai dengan pergantian potensial, sehingga respon redoks bisa
memakai pergantian potensial buat mengamati titik akhir satu titrasija. Selain itu cara
sederhana dapat dilakukan dengan cara menggunakan indicator (Hamdani, 2011).
I 2+ I −¿ ⇌I 3 ¿
−¿¿
Arseni (III) HAsO2 + I 2+ 2 H 2 O ⇌ H 3 As O 4 +2 H
+¿+2 I ¿
3−¿+2 I−¿ ¿ ¿
Ferosianida 2 Fe(CN)64−¿+I 2 ⇌ 2 Fe (CN )6 ¿
−¿¿
Hidrogen sianida HCN + I 2 ⇌ ICN + H
+¿+I ¿
−¿¿
Hidrazin N 2 H 4 + I 2 ⇌ N 2+ 4 H
+¿+4 I ¿
−¿+ S ¿
Belerang (sulfida) H 2 S+ I 2 ⇌ 2 H +¿+2 I ¿
−¿¿
Belerang (sulfida) H 2 S O 3 + I 2+ H 2 O ⇌ H 2 S O 4+ 2 H
+¿+2 I ¿
2−¿+ 2I −¿ ¿ ¿
Tiosulfat 2 S 2 O2−¿+I
3
2 ⇌ S 4 O6 ¿
4+ ¿+2 I−¿ ¿ ¿
Timah (II) Sn
2+¿+I 2⇌ Sn ¿
Berat ekivalen dari kalium dikromat adalah seperenam dari berat molekularnya,
atau 49,03 g/eq. Pada konsentrasi asam yang lebih besar dari 0,4 M, oksidasi udara
dari kalium iodida cukup besar. Untuk memperoleh hasil terbaik, seporsi kecil narium
bikarbonat atau es kering ditambahkan kedalam labu titrasi. Karbon dioksida yang
dihasilkan akan menggeser tempat udaram dimana setelah proses ini campurannya
dibiarkan tingal sampai reaksinya selesai.
c) Kalium Iodat dan Kalium Bromat
Kedua garam ini mengoksidasi iodida secara kuantitatif menjadi iodin dalam
larutan asam
+¿ → 3I +3H O ¿
2 2
−¿+5 I−¿+ 6H ¿
¿
IO3
−¿ +3I + 3H O ¿
2 2
−¿ → Br ¿
−¿+6 H + ¿+6 I ¿
¿
BrO 3
Reaksi iodatnya berjalan cukup cepat; reaksi ini juga hanya membutuhkan sedikit
kelebihan ion hidrogen untuk menyelesaikan reaksi. Reaksi bromat berjalan lebih
lambat, namun kecepatannya dapat ditingkatkan dengan menaikan konsentrasi ion
hidrogen. Biasanya, sejumlah kecil amonium molibdat ditambahkan sebagai katalis.
Kerugian utama dari kedua garam ini sebagai standar primer adalah bahawa berat
ekivalen mereka kecil. Dalam setiap kasus berat ekivalen adalah seperenam dari berat
molekular, dimana berat ekivalen KIO3 adalah 35,67 dan KBrO3 adalah 27,84. untuk
menghindari kesalahan yang besar dalam menimbang, petunjuk-petunjuk biasa
mensyaratkan penimbangan sebuah sampel yang besar, pengenceran di dalam sebuah
labu volumetrik, dan menarik mundur alikurot. Garam kalium asam iodat, KIO3.HIO3,
dapat juga dipergunakan sebagau standar primer namun berat ekivalennya juga kecil,
seperduabelas dari berat molekularnya atau 32,49.
d) Tembaga
Tembaga munri dapat dipergunakan sebagai standar primer utuk natrium tiosulfat
dam disarankan untuk dipakai ketika tiosulfatnya akan dipergunakan untuk
menentukan tembaga. Potensial standar pasangan Cu (II)-Cu (I),
+ ¿¿
Cu 2+¿+e ⇌Cu ¿
−¿+ I2 ¿
Bromin Br2 +2 I
−¿⇌2 Br ¿
−¿ +3 I +3H O ¿
Bromat
2 2
−¿ ⇌Br ¿
−¿+6 H + ¿+6 I ¿
¿
BrO 3
−¿+I2 ¿
Klorin Cl 2+2 I −¿⇌ 2 Cl ¿
−¿+3 I +3 H O ¿
Klorat
2 2
−¿⇌ Cl ¿
+ ¿+ 6 I ¿
ClO−¿+6
3
H ¿
−¿⇌ 2CuI (s )+I 2 ¿
Tembaga (II) 2 Cu
2+¿+4 I ¿
3+¿ +3I
Dikromat
+¿ ⇌2Cr +7H O ¿ ¿
−¿+14 H 2 2
¿
2−¿+6 I ¿
Cr 2 O7
−¿⇌ I2 +2H 2 O ¿
Hidrogen Peroksida H 2 O 2+2 H
+¿+2 I ¿
Iodat
+¿ ⇌3 I +3 H O ¿
2 2
−¿+5 I−¿+ 6H ¿
¿
IO3
−¿⇌ 2NO + I 2+ 2H 2 O ¿
Nitrit 2 HNO2+ 2 H
+¿+2 I ¿
+¿ ⇌ 4I + 4H O ¿
Periodat
2 2
−¿+7 I−¿+ 8 H ¿
¿
IO4
Permanganat
2+¿+ 5I +8 H O¿
2 2
+¿ ⇌2Mn ¿
−¿+10 I −¿+16 H ¿
¿
2 Mn 0 4
1. Besi (II)
Larutan-larutan dari ion besi (II) dalam 0,5 sampai 1 N asam sulfat hanya
dioksidasi secara lambat oleh udara dan dapat dipergunakan sebagai larutan
standar. Normalitasnya harus diperiksa setiap hari. Larutan-larutan permanganat,
serium (IV), atau dikromat cocok untuk digunakan dalam titrasi larutan besi (II)
2. Kromiun (II)
Ion kromium (II) adalah agen pereduksi yang kuat, potensial standarnya dari
reaksi
2+¿ ¿
Cr 3+¿+e ⇌ Cr ¿
Adalah -0,41 V. larutan-larutan dioksidasi dengan cepat oleh udara, dan
perhatian khusus harus diberikan dalam penggunaan mereka. Banyak substansi
telah ditentukan oleh titasi baik dengan kromium (II) klorida maupun dengan
kromiun (II) sulfat, termasuk besi, tembaga, perak, emas, bismuth, uranium dan
tungsten.
3. Titanium (III)
Garam-garam dari titanium (III) juga merupakan agen pereduks yang kuat,
potensial standar dari reaksinya
3+¿ +H O ¿
2
2 +¿+2 H +¿+ e→ Ti ¿
¿
TiO
Adalah +0,04 V. larutan dari garam-garam ini langsung dioksidasi oleh udara
namun lebih mudah ditangani dibandingkan lerutan-larutan dari garam-garam
kromium (II). Penggunaan utama dari larutan-larutan titanium (II) adalah menitrasi
larutan-larutan dari besi (III). Substansi-substansi lain yang dapat ditentukan
mencakup tembaga, timah, kromium dan vanadium
4. Oksalat dan Arsenik (III)
Reaksi-reaksi dari natrium oksalat dan asam arsenik (III) telah dibahas
sebelumnya. Larutan-larutan standar dari asam oksalat cukup stabil, sedagkan
larutan-larutan standar dari sodium oksalat lebih tidak stabil. Larutan atau larutan
asam lemah dari HAsO2 cukup stabil, namun larutan;larutan alkalin dioksidasi
secara lambat oleh udara.
Massa Fe ( NH ¿¿ 4)2 ¿ ¿ ¿
Massa Fe ( NH ¿¿ 4)2 ¿ ¿ ¿
% × ρ ×10
M H 2 SO 4 pekat=
Mr
98 ×1,84 × 10
M H 2 SO 4 pekat=
98
M H 2 SO 4 pek at =18,4
N H 2 SO 4= M × ekuivalen
N H 2 SO 4=18,4 ×2
N H 2 SO 4=36,8 N
N 1× V 1=N 2 ×V 2
V 1=16,30 mL
ppm Mn O−¿=0,0001738
4
mol/ L x118,94 gram/mol x 10 ¿
−¿=20,6717mg / L¿
ppm Mn O4 BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Salah satu jenis reaksi dalam titrasi, adalah reaksi reaksi redoks yaitu titrasi
suatu larutan standar oksidator dengan suatu reduktor atau sebaliknya Reaksi redoks
dapat diikuti dengan perubahan potensial, sehingga reaksi redoks dapat menggunakan
perubahan potensial untuk mengamati titik akhir titrasi. Selain itu cara sederhana juga
dapat dilakukan dengan menggunakan indikator.
3.2 Saran
Titrasi redoks yang telah disajikan dalam makalah ini, dapat dijadikan
referensi ataupun tambahan wawasan bagi pembaca sehingga dapat membedakannya
dan dapat menerapkanya secara tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Day, R. A. & Underwood, A. I. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Hamdani, S. 2011. Titrasi Redoks. http://catatankimia.com/catatan/titrasi-redoks.html
diakses tanggal 14 April 2021
Haryadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia
Kenkel, J. 2003. Analytical Chemistry dor Technicians.Washington: Lewis Publishers
Padmaningrum, R. T. 2008. Titrasi Iodometri. Jurdik Kimia. Universitas Negeri Yogyakarta