FORMULA
Parasetamol = 125 mg
Amilum = 10%
Laktosa = 111 mg
Amilum = 5%
Mg stearat = 1%
Talk = 2%
Perhitungan untuk 1 tablet : Berat tablet @ 300 mg
Fase Dalam
1. Parasetamol = 125 mg
1 1
× berat tablet = ×300 mg=100 mg
2. Mucilago amili = 3 3
10
× 300 mg= 30mg
3. Amilum kering = 100
Fasa Luar
5
×300 mg=15 mg
1. Amilum = 100
1
×100 mg= 3 mg
2. Mg stearat = 100
2
×300 mg= 6 mg
3. Talk = 100
= 300 mg – ( 125 mg + 10 mg + 30 mg + 24 mg )
= 111 mg
Fasa Dalam
Fasa Luar
= 27,6 gram
25,944 gram
× 125 mg= 117,5 mg
= 27,6 gram
117,5 gram
× 100 = 94 buah
= 125 gram
Fasa Luar
5
×25, 944 gram=1 , 41 gram
Berat amilum yang ditambahkan = 92
1
×25 ,944 gram=0 , 282 gram
Berat Mg stearat yang ditambahkan = 92
2
×25, 944 gram=0 , 564 gram
Berat talk yang ditambahkan = 92
Jumlah fasa luar yang ditambahkan = 1,41 g + 0,282 g + 0,564 g = 2,256 gram
Fasa Dalam
95
×19 , 4778 gram= 18 ,50391 gram
= 100
19,4778 gram
×100 tablet = 70,57 tablet = 70 tablet
= 27,6 gram
Jumlah fasa luar yang ditambahkan = 1,05 g + 0,21 g + 0,423 g = 1,683 gram
Cara :
1. Timbang gelas piala (1) + batang pengaduk, missal bobot = 100gram
2. Masukkan dan timbang air kedalam gelas piala (1) sejumlah 110gram,
panaskan air tersebut sampai mendidih
3. Dalam gelas piala lain (2), buat suspense amilum. Timbang amilum sejumlah
20gram. Larutkan dalam 4ml air aduk
4. Setelah air gelas (1) mendidih, tambahkan suspensi amilum dari gelas piala
(2) sambil diaduk terus sampai bening
5. Bilas gelas piala (2) dengan air sisa (4ml)
6. Timbang gelas piala, ad dengan air hingga 120gram
Granulasi hingga tabletasi
1. Penimbangan bahan.
2. Pencampuran bahan-bahan yang digunakan. Parasetamol + amilum + laktosa
digerus sampai homogen.
3. Kemudian tambahkan mucilage amili sedikit demi sedikit sambil diaduk
sampai terbentuk massa yang basah yang sesuai untuk dibuat granul. (massa
harus dapat dikempa namun dapat dipatahkan)
4. Massa basah kemudian di ayak dengan ayakan mesh 10 atau 12 (ukuran mesh
tergantung bobot tablet)
5. Granul basah dikeringkan dalam oven dengan suhu 60°C sampai kandungan
lembab antara 2-5 %
6. Granul yang kering (kandungan lembab 2-5 %) diayak kembali dengan
ayakan mesh 14 atau 16
7. Granul kering kemudian ditimbang dan evaluasi
8. Granul yang telah memenuhi syarat dapat dicampur dengan fasa luar (talcum
dan amilum kering) aduk sekitar 10menit hingga homogeny kemudian
tambahkan Mg stearat aduk selama 2 menit
9. Massa siap cetak dievaluasi kemudian ditabletasi menggunakan punch
diameter 13mm dengan bobot yang telah ditentukan (dari hasil perolehan
granul)
10. Tablet dievaluasi menurut persyaratan yang berlaku
D. Pengawasan Dalam Proses (IPC)
1) Kandungan Lembab
Kadar atau kandungan air serbuk ataupun granul ditentukan dengan
menggunakan alat “Infrared Moisture Determination Balance”. Caranya yaitu 5
gram serbuk diletakan pada piring timbangan sebelah kanan dan anak timbangan
5 gram diletakan pada timbangan sebelah kiri, disini dapat diperhatikan skala
dalam posisi nol (Ben, 2008) . Lampu IR dihidupkan pemanasan dilakukan
sampai jarum penunjuk tidak pergerak lagi (konstan), angka tersebut menyatakan
jumlah air (%) yang dikandung oleh granul tersebut (Firmansyah, 1989).Jika berat
kering ditimbang kembali maka dapt juga dihitung kadar air dengan persamaan:
(Ben, 2008)
W 1−W 2
Kadar air= x 100 %
W1
d−a( gram)
Bobot jenis pelarut=
v (ml)
( b−a ) x p
Bobot jenis benar granul=
b+d −a−c
100(gram)
Berat jenis mampat=
V 500(ml)
Bobot jenis benar adalah massa granul dibagi dengan volume granul tanpa
volume rongga antar granul dan volume pori-pori pada granul.
Bobot jenis nyata adalah massa granul dibagi volume granul tanpa volume rongga
antar granul.
Bobot jenis mampat adalah granul yang telah diketahui bobotnya dimampatkan
500kali.
(Firmansyah, 1989)
( Dt −Do)
Kompresibilitas= x 100 %
Dt
6) Sifat Aliran
Akan berpengaruh pada variasi bobot tablet. Kecepatan aliran akan
dipengaruhi oleh faktor ukuran partikel, distribusi ukuran, bentuk, bobot jenis,
karakteristik permukaan dan geometri serta ukuran relatif hopper (Firmansyah,
1989).
Cara yang paling sering untuk mengevaluasi sifat aliran ini adalah dengan
menentukan sudut istirahat dan waktu yang diperlukan sejumlah serbuk umtuk
melalui suatu lubang. Sudut istirahat dibentuk bila serbuk atau granul jatuh bebas
melalui suatu lubang pada permukaan horizontal dan membentuk tumpukan
kerucut, sudut antara permukaan kerucut dan bidang horizontal disebut sudut
istirahat atau angle of repose. Cara penentuan:
Cara silinder, ke dalam tabung silinder kaca yang berdiametrer 9,4cm dan tinggi
20cm dan terletak diatas permukaan horizontal, masukkan granul yang akan
ditentukan, ratakan permukaan atas granul. Tabung silinder secara perlahan-lahan
dan tegak lurus diangkat keatas sampai semua granul meninggalkan tabung. Ukur
tinggi puncak timbunan granul serta diameternya (Firmansyah, 1989).
Cara corong, ke dalam corong dengan diameter panjang dan diameter tangkai
corong tertentu dimasukkan sejumlah granul dan ratakan permukaannya.
Sebelumnya mulut corong bagian bawah ditutup, kemudian lubang dibuka dan
biarkan granul mengalir dengan bebas. Jarak ujung tangkai corong sedemikian
rupa sehingga ujungnya menyentuh puncak dari tumpukan granul.
Cara drum, ke dalam drum dimasukkan granul, kemudian drum digulirkan pada
permukaan bidang datar.
(Firmansyah, 1989)
Metode sudut istirahat
Masukkan 100 gram granul (tutup bagian bawah corong) kemudian
tamping granul diatas kertas grafik. Hitung α jika α :
α Sifat alir
30 – 40 Mudah mengalir
40 – 45 Mengalir
7) Kadar Mampat
100 gram granul dimasukkan ke dalam gelas ukur 250ml catat volume
(Vo), lakukan pengetukan dengan alat dan hitung volume pada ketukan 10, 50 dan
500 (V1)
( Vo−V 1)
%T= x 100 %
Vo
Evaluasi Fisika
1) Keragaman Bobot
Prinsip : sejumlah 10 tablet yang telah dibersihkan dari debu ditimbang satu per satu,
hitung bobot rata-ratanya.
Tujuan : untuk melihat keragaman bobot dari sediaan tablet yang mengandung satu atau
lebih zat aktif.
Penafsiran hasil : tidak lebih dari 2 tablet mempunyai penyimpangan yang lebih besar
dari kolom A dan tidak boleh ada 1 tablet pun mempunyai penyimpangan lebih besar dari
kolom B yang tertera pada daftar berikut :
26mg-150mg 10 20
151mg-300mg 7,5 15
>300mg 5 10
2) Kekerasan Tablet
Prinsip : Masing-masing 10 tablet dari tiap batch diukur kekerasannya dengan alat
pengukur kekerasan tablet (Nugrahani, 2005). Alat yang dapat digunakan untuk
mengukur kekerasan tablet diantaranya Monsanto Tester, Pfizer Tester dan Strong Cobb
Hardness Tester (Ben, 2008).
Uji kekerasan tablet didefenisikan sebagai uji kekuatan tablet yang mencerminkan
kekuatan tablet secara keseluruhan yang diukur dengan member tekanan terhadap
diameter tablet
Cara melakukan penentuan kekerasan tablet dengan alat Pfizer adalah sebagai berikut :
(Firmansyah, 1989)
- Letakkan sebuah tablet diantara anvil dengan punch, tablet dijepit dengan cara
menjepit alat tersebut sampai tablet pecah atau retak
- Pada saat tersebut angka yang ditujukan oleh jarum pada skala dicatat, maka
kekerasan tablet adalah bilangan yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk pada skala
tersebut. Kekerasan tablet ada kaitannya dengan waktu hancur maupun dengan
kerapuhan
Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan, semakin besar tekanan
yang diberikan saat pencetakan akan meningkatkan kekerasan tablet.
Kriteria : tablet kecil 4kg/cm2 , tablet besar 7 – 10 kg/cm2, sedangkan untuk tablet lepas
terkendali non swellable 10 – 20 kg/cm2 (Ben, 2008).
3) Keseragaman Ukuran
Tujuan : melihat perkiraan bobot tablet sesuai dengan jumlah bahan obat yang
dikandungnya. Selain itu agar penampilan yang menarik dari tablet (Firmansyah, 1989).
Kriteria : Farmakope Indonesia menyatakan bahwa kecuali dinyatakan lain, garis tengah
tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1⅓ kali tebal tablet.
Tujuan : untuk menentukan kemampuan dan daya tahan tablet terhadap guncangan dan
gesekan selama processing, packing,transportasi sampai kepada konsumen. Ketahanan
terhadap abrasi adalah suatu ukuran dari kohesi interpartikel dan juga merupakan
kekuatan dari bahan pengikat. Menjamin keutuhan tablet saat dikonsumsi oleh konsumen
sesuai kadarnya.
Prinsip : pengukuran dilakukan terhadap 20 tablet yang sebelumnya telah dibersihkan
dari debu, pengukuran ini menggunakan alat Riche Friabilator yang mampu berputar
25kali permenit.
- 20 tablet bebas debu ditimbang bersama (W1) kemudian dimasukkan ke dalam Roche
Friabilator
- Jalankan alat, biarkan berputar selama 4 menit (100 kali putaran)
- Bersihkan kembali ke 20 tablet tersebut dari debu dan timbang (W2)
- Hitung besarnya kerapuhan tablet yaitu
W 1−W 2
Friabilitas= x 100 %
W1
Tes ini tidak dapat dilakukan terhadap tablet yang tidak utuh pada waktu perputaran
terjadi dalam keadaan demikian tes harus diulang kembali. Kerapuhan tablet ada
kaitannya dengankeutuhan tablet sampai ketangan konsumen. Apabila tes kerapuhan ini
tidak terpenuhi maka dikhawatirkan keutuhan tablet sebelum digunakan oleh konsumen
tidak dapat dijamin kadarnya (Firmansyah, 1989).
Tujuan : menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam masing-masing
monografi, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet/kapsul digunakan sebagai
hisap/dikunyah/dirancang untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam waktu
tertentu (Farmakope Indonesia IV, 1411). Waktu hancur tablet berkaitan erat dengan
ketersediaan biologis obat (Firmansyah, 1989).
Prinsip : waktu hancur ini dipengaruhi oleh faktor formulasi, sifat fisik bahan obat, bahan
pembantu serta tekanan yang diberikan pada saat pencetakkan. Tekanan yang
berkelebihan atau tablet dengan kekerasan yang besar akan memperpanjang waktu
hancurnya
- Isikan bejana dengan cairan yang cocok seperti cairan lambung buatan ataupun cairan
usus buatan sesuai dengan tablet yang akan diukur waktu hancurnya
- Larutan yang digunakan diatur suhunya sampai 37° ± 2°C
- Jumlah cairan ini sedemikian rupa sehingga pada saat keranjang turun permukaannya
tidak tenggelam dalam cairan dan pada saat keranjang ini naik, permukaan
sebelahnya tidak melebihi permukaan cairan
- Masukkan tablet yang akan ditentukan waktu hancurnya satu per satu pada 6 tabung
yang ada, setelah itu dalam masing-masing tabung dimasukkan pula cakram yang
terbuat dari plastic
- Jalankan alat dan catat waktu mulai saat alat dijalankan sampai semua tablet telah
melewati saringan yang terdapat pada setiap tabung
Kecepatan turun naiknya alat diatur sebanyak 30kali setiap menit (Firmansyah, 1989).
Kriteria : tablet tak bersalut waktu hancurnya tak boleh lebih dari 15 menit dan untuk
tablet salut enteric tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam dan
harus segera hancur dalam medium basa. Semua tablet harus hancur sempurna. Bila 1
atau 2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak
kurang 16 dan 18 tablet yang diuji harus hancur sempurna (Farmakope Indonesia IV,
1141).
6) Uji Disolusi
Prinsip : dengan menentukan jumlah bahan aktif terlarut pada setiap selang waktu
tertentu
Pengukuran disolusi dilakukan terhadap 6 tablet, diukur satu persatu memakai alat
Dissolution Tester.
Cara pengukuran :
- Tablet diletakkan didalam keranjang kawat yang dapat berputar dengan kecepatan
50, 100, 150 kali permenit
- Keranjang dimasukkan ke dalam wadah yang berisi medium pada suhu 37°C
- Putar keranjang dengan kecepatan 50kali permenit
- Dalam selang waktu tertentu cairan medium diambil dengan pipet melalui “sampling
port” kemudian kedalam wadah ditambahkan larutan medium baru sebagai pengganti
yang telah diambil
- Cairan medium yang diambil dalam selang waktu tertentu ditentukan secara
kuantitatif jumlah bahan obat yang larut pada waktu tertentu (Firmansyah, 1989).
Prosedur : mengukur serapan filtrat larutan uji, jika perlu diencerkan dengan media
disolusi dan serapan larutan baku parasetamol BPFI dalam media yang sama pada
panjang gelombang maksimum ±243nm.
Kriteria : dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80% C 8H9NO2 dari jumlah
yang tertera pada etiket (FI IV, 650).
Evaluasi Biologi
Prinsip : dengan menggunakan media biakan mikroba, sediaan uji diuji efektivitas
pengawet dengan menghitung jumlah mikroba yang mengkontaminasi sediaan.
Penafsiran hasil : (a) jumlah bakteri pada hari ke-14 berkurang hingga ±0,1% dari jumlah
obat, (b) jumlah kapang dan khamir selama 14 hari pertama adalah tetap atau kurang dari
jumlah awal, jumlah tiap mikroba uji dari 28 hari pengujian adalah tetap atau kurang dari
bilangan yang disebut a & b (FI IV, 854-855).
Evaluasi Kimia
1) Penetapan Kadar
Prinsip : kadar bahan obat ditetapkan sesuai dengan monografi yang terdapat dalam
farmakope. Untuk parasetamol cara penetapan kadar :
Lakukan dengan cara kromatografi cair kinerja tinggi seperti yang tertera pada
kromatografi. Fase gerak buat campuran air : metanol p (1 : 1) saring jika perlu lakukan
penyesuaian menurut kesesuaian sistem.
Larutan baku : timbang seksama sejumlah parasetamol BPFI, Larutkan dalam fase gerak
hingga kadar ±0,01 mg per mL (FI IV, 650).
Larutan uji : timbang seksama sejumlah serbuk tgablet setara ±100 mg parasetamol,
masukkan ke dalam labu ukur 200mL, tambahkan ±100mL fase gerak kocok selama 10
menit, encerkan dengan fase gerak sampai tanda, pipet 5 mL larutan ke dalam labu
terukur 250mL encerkan dengan fase gerak sampai tanda, saring larutan melalui
penyaring dengan porositas 0,5µm atau lebih halus, buang 10mL filtrate pertama.
Gunakan filtrat sebagai larutan uji (FI IV,650).
Prosedur : suntikkan secara terpisah sejumlah volume yang sama larutan baku dan larutan
uji ke dalam kromatografi. Rekam kromatogram, ukur respon puncak utama. Hitung
jumlah dalam mg C8H9NO2 dalam serbuk tablet yang digunakan dengan rumus :
10000 C ( rvrs )
Keterangan : C = kadar parasetamol BPFI dalam mg per mL larutan baku
Tujuan : menentukan jumlah parasetamol dalam serbuk tablet apakah sudah sesuai
dengan etiket dan criteria tablet (Farmakope Indonesia IV, 651).
Kriteria : tablet parasetamol mengandung parasetamol C8H9NO2 tidak kurang dari 90%
dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada etiket (Farmakope Indonesia IV,
650).