Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

DISUSUN OLEH:
ADE WULAN RAMADHANI
19728251020
PENDIDIKAN KIMIA C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
A. TUJUAN
Menentukan tingkat kemurnian dan nilai Rf senyawa organik hasil sintesis atau
isolasi.
B. TEORI
Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan
distribusi dari komponen camouran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam
(stationary) dan fase gerak (mobile). Fase diam dapat berupa zat padat atau zat cair,
sedangkan fase gerak dapat berupa zat cair atau gas (Yazid, 2015). Prinsip dari metode
kromatografi adalah distribusi komponen sampel antara dua fase tersebut. Setiap
campuran akan mempunyai cara mendistribusi diri didalam fase diam dan fase gerak
dalam sistem yang sudah ditentukan. Campuran lain akan memiliki mekanisme
distribusi sendiri-sendiri dalam paduan fase diam dan fase gerak tersendiri
(Wonorahardjo, 2016). Beberapa teknik kromatografi yang banyak digunakan antara
lain Kromatografi Lapis Tipis dan kromatografi kolom.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa
menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan (Day,
Underwood, 1997). Prinsip dari kromatografi lapis tipis (KLT) dimana suatu analit
bergerak melintasi lapisan fase diam dibawah pengaruh fase gerak, yang bergerak
melalui fase diam. Semakin polar suatu senyawa fase gerak, maka semakin besar partisi
kedalam fase diam gel silika, semakin sedikit waktu yang dibutuhkam fase gerak untuk
bergerak menyusuri plat sehingga semakin pendek jarak tempuh senyawa tersebut
memiliki plat dalam waktu tertentu (Watson, 2005). Aplikasi KLT sangat luas,
termasuk dalam bidang organik dan anorganik. Kebanyakan senyawa yang dapat
dipisahkan bersifat hodrofob seperti lipida-lipida dan hodrokarbon dimana sukar bila
dikerjakan dengan kromatografi kertas. KLT jug penting untuk pemeriksaan identitas
dan kemurnian senyawa obat, kosmetika, tinta, formulasi pewarna dan bahan makanan
(Yazid, 2015).
Identifikasi senyawa-senyawa yang terpisah pada kromatografi lapis tipis dapat
menggunakan harga Rf (retardation factor) yang menggabarkan jarak yang ditempuh
suatu komponen terhadap jarak keseluruhan Rf merupakan jarak pengembang senyawa
pada kromatogram. Perhitungan nilai Rf didasarkan atas rumus:
Jarak Tempuh Komponen
Rf =
Jarak Tempuh Eluen
Nilai Rf bersifat karakteristik dan menujukkan identitas masing-maisng
komponen. Komponen yang paling mudah larut dalam pelarut harganya akan
mendekati satu. Sedangkan komponen yang kelarutannya rendah akan mempunyai Rf
hampir nol. Harga Rf dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, waktu
pengembangan, perlarut, kertas, sifat campuran, pejenuhan dan ukuran
chamber/bejana. Harga Rf dapat digunakan untuk identifikasi kualitatif. Untuk tujuan
penentuan kadar, bercak komponen dapat dikerok lalu dilarutkan dalam oelarut yang
sesuai untuk dianalisis dengan metode lain yang tepat (Yazid, 2015)
Kunyit (Curcuma sp) merupakan tanaman rempah yang sangat populer di
Indonesia. Tanaman ini telah dimanfaatkan secara luas. Selain digunakan sebagai
bumbu penyedap makanan, manfaat lain dari kunyit adalah sebagai obat herbal yang
berguna untuk menjaga kesehatan dan merawat kecantikan. Kunyit juga telah banyak
dimanfaatkan dalam berbagai bidang, diantaranya sebagai anti inflamatori,
antioksidan, antialergi, anti kanker, antimikroba, dan antifungi (Jain et al., 2007).
Beberapa kandungan kimia dari rimpang kunyit salah satunya adalah zat warna kuning
yang disebut kurkuminoid sebanyak 5% (meliputi kurkumin 50-60%,
monodesimetoksikurkumin dan bisdesmetoktsikurkumin), protein, forfor, kalium, besi
dan vitamin C (Pabon, 1964).

Gambar: kurkumin

Kurkumin merupakan bahan alam berupa zat warna kuning yang merupakan
senyawa hasil isolasi dari tanaman curcuma sp dan telah berhasil dikembangkan
sintesisnya oleh Pabon (1964) yang memiliki berat molekul 368,126. Kurkumin telah
diketahui memiliki aktivitas biologis dengan spektrum yang luas. Aktivitas antioksidan
ditentukan oleh gugur hidroksi aromatik terminal, gugus B diketon dan ikatan rangkap
telah dibuktikan berperan pada aktivitas antikanker dan antimutagenik kurkumin.
Kurkumin memiliki aktivitas penghambat sikloogsigenase sebesar 79% (Van der Goot,
1997).
C. ALAT DAN BAHAN
Alat
1. Chamber 5. Plat KLT
2. Lampu UV 6. Propipet
3. Pipet ukur 1 mL dan 5 mL 7. Mortal dan alu
4. Spatula 8. Lampu Spritus dan korek api
Bahan
1. Kunyit
2. Diklorometana
3. Metanol

D. PROSEDUR
1. Preparasi Pipa Kapiler

Menyiapkan pipa kapiler

Dipegang kedua ujung pipa kapiler

Dibakar diatas lampu spritus sambil ditarik

Setalah putus, lalu dipotong kedua runcing pipa untuk


membuat lubang

Pipa kapiler dengan lubang runcing


2. Preparasi Plat Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Disiapkan plat KLT sebesar 1 x 7 cm

Digaris dengan pensil sejauh 1 cm dari bawah dan


0,5 cm dari bagian atas

Plat KLT digunakan

3. Perparasi Sampel

Rimpang kunyit

Ditumbuk sampai halus

Disaring

Filtrat Residu

Ditambahkan metanol 1 mL
kedalam gelas beker

Sampel kunyit terlarut


4. Preparasi Fase Gerak I

Dimasukkan larutan 4,5 mL


diklorometana kedalam chamber

Ditambahkan 0,5 ml metanol

Ditutup chamber, lalu ditunggu ±3 menit

5. Preparasi Fase Gerak II

Dimasukkan larutan 4 mL
diklorometana kedalam chamber

Ditambahkan 1 ml metanol

Ditutup chamber, lalu ditunggu ±3 menit

6. Preparasi Fase Penjenuhan

Dimasukkan sampel kunyit pada KLT


kedalam chamber

Ditutup dan dibiarkan hingga fasa gerak


mencapai garis batas bagian atas plat KLT

Dikeluarkan plat KLT dan dibiarkan hingga kering

Diamati noda menggunakan lampu UV

Dicatat hasil
E. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
1. Data Pengamatan
Percobaan (Sampel Jarak tempuh Jarak tempuh
Rf
Kunyit + metanol) eluen (cm) komponen (cm)
Noda I 5,5 4,9 0,891
Noda II 5,5 3,8 0,691

2. Perhitungan
a. Noda I

Jarak Tempuh Komponen


Rf =
Jarak Tempuh Eluen
4,9 cm
Rf =
5,5 cm

= 0,891

b. Noda II
Jarak Tempuh Komponen
Rf = Jarak Tempuh Eluen

3,8 cm
Rf =
5,5 cm

= 0,691

F. PEMBAHASAN
Praktikum ini dilakukan bertujuan untuk menentukan tingkat kemurnian dan nilai
Rf senyawa organik hasil sintesis atau isolasi yaitu kurkumin dengan menggunakan
metode kromatografi lapis tipis (KLT). Metode kromatografi pada prinsipnya adalah
memisahkan sampel berdasarlan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut
yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari plat silika dan fase
geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Prinsip dari silika
gel yaitu karena bersifat polar maka silika gel akan menyerap eluen.
Percobaan pada kromatografi lapis tipis menggunakan plat silika gel sebagai
fase diam, karena plat yang dibentuk dengan silika gel memiliki tekstur dan struktur
yang lebih teratur. silika gel memadat dalam bentuk tetrahedral raksasa, sehingga
ikatannya kuat dan rapat. Dengan demikian, adsorben silika gel mampu menghasilkan
proses pemisahan yang lebih optimal. sedangkan fase geraknya berupa eluen yaitu
campuran diklorometana dan metanol. Sampel yang digunakan adalah kurkumin dari
kunyit.
Perlakuan menggunakan metode kromatografi lapis tipis pertama-tama
dilakukan preparasi sampel yaitu kunyit ditumbuk sampai halus, fungsinya adalah
untuk memperluas permukaan kunyit agar dihasilkan senyawa kurkumin yang optimal.
Sampel disaring dengan kertas saring untuk memisalkan filtrat dengan endapan,
kemudian filtrat yang digunakan dibagi menjadi dua larutan dan diberi kode 1 dan 2.
Masing-masing sampel dilarutkan dengan metanol. Penambahan metanol karena
pelarut metanol bersifat nonpolar sehingga dapat melarutkan kunyit yang bersifat
nonpolar juga, hal ini berdasarkan prinsip “like dissolved like”, yaitu
suatu pelarut yang bersifat relatif polar, dapat mengusir pelarut yang non polar dari
ikatannya dengan alumina (gel silika). Semakin dekat kepolaran antara senyawa
dengan eluen maka senyawa akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.
Selanjutnya chamber dijenuhkan dengan memasukkan eluen dari campuran 4,5
ml diklorometana dan 0,5 ml metanol sebagai fase gerak I kedalam chamber dan
campuran 4 ml diklorometana, 1 ml metanol untuk fase gerak II. Chamber ditutup rapat
selama kurang lebih 1 menit. Sementara menunggu, plat silika gel kedua fase gerak
ditotolkan sampel larutan kurkumin+metanol yang sudah diberi garis batas 1 cm dari
bawah dan 0,5 cm dari bagian atas sesuai dengan kode. Plat dimasukkan dengan cepat
kedalam chamber yang telah dijenuhkan. Fungsi penjenuhan adalah agar proses elusi
dapat berjalan dengan cepat serta untuk mencegah penguapan eluen. Kemudian
ditunggu hingga larutan menyerap ke plat sampai di batas garis yang telah dibuat.
Setelah terlihat adanya noda dan telah sampai dibatas, lempeng tersebut dikeluarkan
dari chamber, dikeringkan dan diletakkan dibawah lampu UV pada panjang gelombang
366 nm yaitu panjang gelombang sinar UV yang dapat diserapnya.
Lampu UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna
gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi
antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada
noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi
dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat terang
karena silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.
Setelah daerah noda telah dideteksi, maka diidentifikasi menggunakan
harga Rf atau disebut juga waktu retensi. Harga Rf merupakan parameter karakteristik
kromatografi lapis tipis. Hasil dari pengukuran jarak percobaan yang ditempuh
noda adalah 0,891 pada fase gerak I dan 0,691 pada fase gerak II. Perbedaan harga Rf
tersebut dikarenakan perbedaan kelarutan senyawa dengan pelarut, dan dapat
dipengaruhi oleh interaksi senyawa dengan fasa diam maupun interaksi dengan eluen.
Kurkumin merupakan senyawa yang terkandung dalam ekstrak kunyit yang dapat
membentuk ikatan kimia karakteristik dengan silikon dioksida. Senyawa ini dapat
membentuk ikatan hidrogen maupun ikatan van der walls yang lemah. Senyawa yang
dapat membentuk ikatan hydrogen ini akan melekat pada plat lebih kuat dibanding
senyawa lainnya atau dapat dikatakan bahwa senyawa kurkumin ini terjerap lebih kuat
dari senyawa yang lainnya.
Penjerapan merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu substansi pada
permukaan. Ketika kurkumin dijerap pada plat untuk sementara waktu proses
penjerapan berhenti dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Ini berarti bahwa semakin
kuat senyawa dijerap, maka semakin kurang jarak yang ditempuh ke atas lempengan
sehingga dapat diketahui secara kualitatif adalah pendeknya jarak noda pada plat KLT
dan secara kuantitatif diketahui melalui hasil perhitungan data pengamatan percobaan,
begitupun sebaliknya. Nilai Rf dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasikan
senyawa. Bila identifikasi nilai Rf memiliki nilai yang sama maka senyawa tersebut
dapat dikatakan memiliki karakteristik yang sama atau mirip. Sedangkan, bila nilai
Rfnya berbeda, senyawa tersebut dapat dikatakan merupakan senyawa yang berbeda.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka diperoleh hasil yaitu harga Rf
pada fase gerak I adalah 0,89 dan harga Rf pada fase gerak II adalah 0,69.

H. JAWABAN DAN PERTANNYAAN


1. Apakah kelebihan metode KLT ini dibandingkan dengan metode lainnya?
Jawaban :
 Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis.
 Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna,
fluorosensiatau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.
 Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descending),
atau dengancara elusi 2 dimensi.
 Dapat untuk memisahkan senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon) yang
denganmetode kertas tidak bisa
 Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan
ditentukanmerupakan bercak yang tidak bergerak.
 Hanya membutuhkan sedikit pelarut.
 Waktu analisis yang singkat
 Investasi yang kecil untuk perlengkapan (Biaya yang dibutuhkan ringan).
 Preparasi sample yang mudah
 Kemungkinan hasil palsu yang disebabkan oleh komponen sekunder tidak
mungkin
 Kebutuhan ruangan minimum
2. Apakah makna dari nilai Rf?
Jawaban:
Nilai Rf adalah nilai yang diperoleh dari analisis dengan KLT. Nilai Rf
berguna untuk identifikasi suatu senyawa. Nilai Rf suatu senyawa dalam sampel
dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa murn. Nilai Rf didefinisikan sebagai
perbandingan jarak yang ditempu oleh senyawa pada permukaan fase diam dibagi
dengan jarak yang ditempuh pelh pelarut sebagai fase gerak (Adam Wiryawan,
2008).
Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak
bergeraknya senyawa tersebut pada plat kromatografi lapis tipis. Saat
membandingkan dua sampel yang berbeda di bawah kondisi kromatografi yang
sama, nilai Rf akan besar bila senyawa tersebut kurang polar dan berinteraksi
dengan adsorbent polar dari plat kromatografi lapis tipis. Nilai Rf dapat
dijadikan bukti dalam mengidentifikasikan senyawa. Bila identifikasi nilai Rf
memiliki nilai yang sama maka senyawa tersebut dapat dikatakan
memiliki karakteristik yang sama atau mirip. Sedangkan, bila nilai Rfnya berbeda,
senyawa tersebut dapat dikatakan merupakan senyawa yang berbeda.
3. Apa fungsi penjenuhan dalam praktikum yang anda lakukan?
Jawaban:
Tujuan penjenuhan ini adalah agar proses elusi dapat berjalan dengan cepat
serta untuk mencegah penguapan eluen.
DAFTAR PUSTAKA

Day and Underwood. 1997. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Jain S. et. al. 2007. PHCOG MAG.: Plant Review Recent trends in Curcuma Longa Linn.
Pharmacognosy Reviews. Vol 1(1).

Pabon, H.J., 1964, A Synthesis of Curcumin and Related Compounds, Recl. Trav. Chem.,
pp.23, 379-386.

Syahmani, Leny, Iriani, R., & Elfa, N. (2017). Penggunaan Kitin Sebagai Alternatif Fase
Diam Kromatografi Lapis Tipis Dalam Praktikum Kimia Organik. Jurnal Vidya
Karya, Vol 32(1):2.
Van der Goot, H., 1997, The Chemistry and Quantitative Structure Activity Relationships
of Curcumin, in Recent Development in Curcumin Pharmacochemistry,
Procedings of the International Symposium on Curcumin Pharmacochemistry
(15cp), Yogyakarta.
Watson, D. 2005. Analisis Farmasi. Edisi kedua. Jakarta: Kedokteran EGC.

Wonorohardjo, S., 2016, Metode-Metode Pemisahan Kimia, Jakarta: Indeks.

Yazid, E., 2015, Kimia Fisika Untuk Mahasiswa Kesehatan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2

Bahan kunyit Peralatan chamber

Proses pelarutan sampel dengan metanol Hasil pengamatan di bawah lampu UV

Anda mungkin juga menyukai