DISUSUN OLEH:
ADE WULAN RAMADHANI
19728251020
PENDIDIKAN KIMIA C
Gambar: kurkumin
Kurkumin merupakan bahan alam berupa zat warna kuning yang merupakan
senyawa hasil isolasi dari tanaman curcuma sp dan telah berhasil dikembangkan
sintesisnya oleh Pabon (1964) yang memiliki berat molekul 368,126. Kurkumin telah
diketahui memiliki aktivitas biologis dengan spektrum yang luas. Aktivitas antioksidan
ditentukan oleh gugur hidroksi aromatik terminal, gugus B diketon dan ikatan rangkap
telah dibuktikan berperan pada aktivitas antikanker dan antimutagenik kurkumin.
Kurkumin memiliki aktivitas penghambat sikloogsigenase sebesar 79% (Van der Goot,
1997).
C. ALAT DAN BAHAN
Alat
1. Chamber 5. Plat KLT
2. Lampu UV 6. Propipet
3. Pipet ukur 1 mL dan 5 mL 7. Mortal dan alu
4. Spatula 8. Lampu Spritus dan korek api
Bahan
1. Kunyit
2. Diklorometana
3. Metanol
D. PROSEDUR
1. Preparasi Pipa Kapiler
3. Perparasi Sampel
Rimpang kunyit
Disaring
Filtrat Residu
Ditambahkan metanol 1 mL
kedalam gelas beker
Dimasukkan larutan 4 mL
diklorometana kedalam chamber
Ditambahkan 1 ml metanol
Dicatat hasil
E. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
1. Data Pengamatan
Percobaan (Sampel Jarak tempuh Jarak tempuh
Rf
Kunyit + metanol) eluen (cm) komponen (cm)
Noda I 5,5 4,9 0,891
Noda II 5,5 3,8 0,691
2. Perhitungan
a. Noda I
= 0,891
b. Noda II
Jarak Tempuh Komponen
Rf = Jarak Tempuh Eluen
3,8 cm
Rf =
5,5 cm
= 0,691
F. PEMBAHASAN
Praktikum ini dilakukan bertujuan untuk menentukan tingkat kemurnian dan nilai
Rf senyawa organik hasil sintesis atau isolasi yaitu kurkumin dengan menggunakan
metode kromatografi lapis tipis (KLT). Metode kromatografi pada prinsipnya adalah
memisahkan sampel berdasarlan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut
yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari plat silika dan fase
geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan. Prinsip dari silika
gel yaitu karena bersifat polar maka silika gel akan menyerap eluen.
Percobaan pada kromatografi lapis tipis menggunakan plat silika gel sebagai
fase diam, karena plat yang dibentuk dengan silika gel memiliki tekstur dan struktur
yang lebih teratur. silika gel memadat dalam bentuk tetrahedral raksasa, sehingga
ikatannya kuat dan rapat. Dengan demikian, adsorben silika gel mampu menghasilkan
proses pemisahan yang lebih optimal. sedangkan fase geraknya berupa eluen yaitu
campuran diklorometana dan metanol. Sampel yang digunakan adalah kurkumin dari
kunyit.
Perlakuan menggunakan metode kromatografi lapis tipis pertama-tama
dilakukan preparasi sampel yaitu kunyit ditumbuk sampai halus, fungsinya adalah
untuk memperluas permukaan kunyit agar dihasilkan senyawa kurkumin yang optimal.
Sampel disaring dengan kertas saring untuk memisalkan filtrat dengan endapan,
kemudian filtrat yang digunakan dibagi menjadi dua larutan dan diberi kode 1 dan 2.
Masing-masing sampel dilarutkan dengan metanol. Penambahan metanol karena
pelarut metanol bersifat nonpolar sehingga dapat melarutkan kunyit yang bersifat
nonpolar juga, hal ini berdasarkan prinsip “like dissolved like”, yaitu
suatu pelarut yang bersifat relatif polar, dapat mengusir pelarut yang non polar dari
ikatannya dengan alumina (gel silika). Semakin dekat kepolaran antara senyawa
dengan eluen maka senyawa akan semakin terbawa oleh fase gerak tersebut.
Selanjutnya chamber dijenuhkan dengan memasukkan eluen dari campuran 4,5
ml diklorometana dan 0,5 ml metanol sebagai fase gerak I kedalam chamber dan
campuran 4 ml diklorometana, 1 ml metanol untuk fase gerak II. Chamber ditutup rapat
selama kurang lebih 1 menit. Sementara menunggu, plat silika gel kedua fase gerak
ditotolkan sampel larutan kurkumin+metanol yang sudah diberi garis batas 1 cm dari
bawah dan 0,5 cm dari bagian atas sesuai dengan kode. Plat dimasukkan dengan cepat
kedalam chamber yang telah dijenuhkan. Fungsi penjenuhan adalah agar proses elusi
dapat berjalan dengan cepat serta untuk mencegah penguapan eluen. Kemudian
ditunggu hingga larutan menyerap ke plat sampai di batas garis yang telah dibuat.
Setelah terlihat adanya noda dan telah sampai dibatas, lempeng tersebut dikeluarkan
dari chamber, dikeringkan dan diletakkan dibawah lampu UV pada panjang gelombang
366 nm yaitu panjang gelombang sinar UV yang dapat diserapnya.
Lampu UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna
gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya daya interaksi
antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang ada pada
noda tersebut. Fluoresensi cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi
dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada lampu UV 366 terlihat terang
karena silika gel yang digunakan tidak berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.
Setelah daerah noda telah dideteksi, maka diidentifikasi menggunakan
harga Rf atau disebut juga waktu retensi. Harga Rf merupakan parameter karakteristik
kromatografi lapis tipis. Hasil dari pengukuran jarak percobaan yang ditempuh
noda adalah 0,891 pada fase gerak I dan 0,691 pada fase gerak II. Perbedaan harga Rf
tersebut dikarenakan perbedaan kelarutan senyawa dengan pelarut, dan dapat
dipengaruhi oleh interaksi senyawa dengan fasa diam maupun interaksi dengan eluen.
Kurkumin merupakan senyawa yang terkandung dalam ekstrak kunyit yang dapat
membentuk ikatan kimia karakteristik dengan silikon dioksida. Senyawa ini dapat
membentuk ikatan hidrogen maupun ikatan van der walls yang lemah. Senyawa yang
dapat membentuk ikatan hydrogen ini akan melekat pada plat lebih kuat dibanding
senyawa lainnya atau dapat dikatakan bahwa senyawa kurkumin ini terjerap lebih kuat
dari senyawa yang lainnya.
Penjerapan merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu substansi pada
permukaan. Ketika kurkumin dijerap pada plat untuk sementara waktu proses
penjerapan berhenti dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Ini berarti bahwa semakin
kuat senyawa dijerap, maka semakin kurang jarak yang ditempuh ke atas lempengan
sehingga dapat diketahui secara kualitatif adalah pendeknya jarak noda pada plat KLT
dan secara kuantitatif diketahui melalui hasil perhitungan data pengamatan percobaan,
begitupun sebaliknya. Nilai Rf dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasikan
senyawa. Bila identifikasi nilai Rf memiliki nilai yang sama maka senyawa tersebut
dapat dikatakan memiliki karakteristik yang sama atau mirip. Sedangkan, bila nilai
Rfnya berbeda, senyawa tersebut dapat dikatakan merupakan senyawa yang berbeda.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka diperoleh hasil yaitu harga Rf
pada fase gerak I adalah 0,89 dan harga Rf pada fase gerak II adalah 0,69.
Day and Underwood. 1997. Analisa Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
Jain S. et. al. 2007. PHCOG MAG.: Plant Review Recent trends in Curcuma Longa Linn.
Pharmacognosy Reviews. Vol 1(1).
Pabon, H.J., 1964, A Synthesis of Curcumin and Related Compounds, Recl. Trav. Chem.,
pp.23, 379-386.
Syahmani, Leny, Iriani, R., & Elfa, N. (2017). Penggunaan Kitin Sebagai Alternatif Fase
Diam Kromatografi Lapis Tipis Dalam Praktikum Kimia Organik. Jurnal Vidya
Karya, Vol 32(1):2.
Van der Goot, H., 1997, The Chemistry and Quantitative Structure Activity Relationships
of Curcumin, in Recent Development in Curcumin Pharmacochemistry,
Procedings of the International Symposium on Curcumin Pharmacochemistry
(15cp), Yogyakarta.
Watson, D. 2005. Analisis Farmasi. Edisi kedua. Jakarta: Kedokteran EGC.
Yazid, E., 2015, Kimia Fisika Untuk Mahasiswa Kesehatan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2