TITRASI IODOMETRI
OLEH:
2019
KATA PENGANTAR
Makalah ini berisi tentang salah satu metode titrasi reduksi-oksidasi, yaitu
titrasi iodometri. Titrasi iodometri digunakan untuk menentukan kadar dari zat-zat
uji yang bersifat reduktor dengan menggunakan oksidator sebagai titrannya. Di
dalam makalah ini dijelaskan pula prinsip-prinsip dasar titrasi iodometri, bahan-
bahan yang digunakan, serta pengaplikasian titrasi iodometri.
Ucapan terimakasih kami haturkan kepada segenap pihak yang tidak bisa
kami sebutkan satu – persatu yang membantu terselesaikannya makalah ini tepat
pada waktunya. Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam
penyusunan makalah ini, baik dari segi EYD, kosa kata, tata bahasa, etika maupun
isi. Oleh karenanya kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sekalian untuk kami jadikan sebagai bahan evaluasi. Besar harapan
kami agar makalah ini dapat menjadi referensi bagi pembaca sekalian.
Demikian apa yang bisa kami sampaikan, semoga pembaca dapat
mengambil manfaat dari karya ini.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian Iodometri.
2. Mendeskripsikan tujuan Iodometri.
3. Mendeskripsikan bahan Iodometri.
4. Mendeskripsikan prinsip dasar Iodometri.
5. Mendeskripsikan pengaplikasian Iodometri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Iodometri adalah analisa titrimetri untuk zat-zat reduktor seperti natrium
tiosulfat, arsenat dengan menggunakan larutan iodin baku secara langsung.
Iodometri adalah analisa titrimetri untuk zat-zat reduktor dengan penambahan
larutan iodin baku berlebihan dan kelebihannya dititrasi dengan larutan natrium
tiosulfat baku. Pada titrasi iodimetri titrasi oksidasi-reduksinya menggunakan
larutan iodum. Artinya titrasi iodometri suatu larutan oksidator ditambahkan
dengan kalium iodida berlebih dan iodium yang dilepaskan (setara dengan jumlah
oksidator) ditirasi dengan larutan baku natrium tiosulfat (Rivai, 1995).
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi kenaikan
bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan
oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai hilangnya elektron sedangkan reduksi
memperoleh elektron. Oksidator adalah senyawa di mana atom yang terkandung
mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom yang
terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi harus selalu
berlangsung bersama dan saling menkompensasi satu sama lain. Istilah oksidator
reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atomnya saja (Khopkar,
2003).
Bagan reaksi :
Ox + 2 I- I2 + red
I2 + 2 S2O32- 2 I- + S4O62-
Iodometri Iodimetri
Termasuk kedalam reduktometri Termasuk dalam oksidimetri
Berikut beberapa analit yang dapat ditentukan dengan metode titrasi iodometri:
ANALIT REAKSINYA
Arsenik (V) H3AsO4 + 2H+ + 2I- HasO2 + I2 +2H2O
Bromin Br2 + 2I- 2Br- + 3I2 + 3H2O
Bromat BrO3- + 6H+ + 6I- Br- + 3I2 +3H2O
Klorin Cl2 + 2I- 2Cl- + I2
B. TUJUAN
Tujuan dari titrasi iodometri adalah untuk menentukan kadar dari zat-zat
uji yang bersifat reduktor menggunakan zat yang bersifat oksidator.
C. BAHAN
Larutan Baku
Larutan baku adalah larutan suatu zat terlarut yang telah diketahui
konsentrasinya, terdapat dua macam larutan baku, yaitu:
1. Larutan baku primer
Larutan baku primer adalah suatu larutan yang telah diketahui secara tepat
konsentrasinya melalui metode gravimetri. Nilai konsentrasi dihitung melalui
perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti zat pereaksi
tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.
Contoh : NaCl, asam oksalat, asam benzoat, dsb.
Larutan standar primer larutan standar yang konsentrasinya diperoleh
dengan cara menimbang.
Syarat-syarat larutan baku primer:
a. Mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-
120oC) dan disimpan dalam keadaan murni.
b. Tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di
udara.
c. Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji kualitatif dan
kepekaan tertentu.
d. Sedapat mungkin mempunyai massa efektif dan massa ekivalen yang
besar, sehingga kesalahan karena penimbangan dapat diabaikan.
e. Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dapat dipilih.
f. Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi tersebut harus bersifat
stokiometrik dan langsung. Kesalahan titrasi harus dapat diabaikan atau
dapat ditentukan secara tepat dan mudah
2. Larutan Baku Sekunder
Larutan baku sekunder adalah suatu larutan dimana konsentrasinya
ditentukan dengan jalan pembakuan menggunakan larutan baku primer,
biasanya melalui metodee titrimetri.
Contoh : HCl, NaOH, Na2EDTA, AgNO3, dsb.
Larutan standar sekunder larutan yang konsentrasinya diperoleh dengan
cara mentitrasi dengan larutan standar primer.
Syarat-syarat larutan baku sekunder :
a. Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer.
b. Mempunyai BE yang tinggi untui memperkecil kesalahan penimbangan.
c. Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan
Pada titrasi iodometri menggunakan larutan standar primer KIO3 dan
larutan standar sekunder Na2S2O3 serta menggunakan indikator amylum dan
penambahan larutan H2SO4 pekat.
D. PRINSIP DASAR
Titrasi iodometri (redoksimetri) termasuk dalam titrasi dengan cara tidak
langsung, dalam hal ini ion iodida sebagai pereduksi diubah menjadi iodium yang
nantinya dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3. Cara ini digunakan untuk
penentuan oksidator H2O2. Pada oksidator ditambahkan larutan KI dan asam
sehingga akan terbentuk iodium yang akan dititrasi dengan Na2S2O3. Zat yang
akan ditentukan direaksikan dengan iod iodida biasanya digunakan larutan KI
berlebih. Zat oksidator direduksi dengan membebaskan I2 yang jumlahnya
ekivalen. I2 kemudian dititrasi dengan Na2S2O3. Sebagai indikator, digunakan
larutan kanji. Titik akhir titrasi pada iodometri apabila warna biru telah hilang.
Sehingga terjadi reaksi sebagai berikut:
KIO3 + 5KI + 3H2SO4 → 3K2SO4 + 2H20 + 3I2
I2 + S2O32- → S4O62- + 2I-
Prinsip Iodometri
Chlorine akan membebaskan ion bebas dari larutan KI pada pH 8 atau kurang.
Iodium ini akan dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat dengan indikator
starch dalam keadaan pH 3-4, sebab pada pH netral reaksi ini tidak stoikiometri
dengan reaksi oksidasi parsial tiosulfat menjadi sulfat.
F. PENGAPLIKASIAN
Penentuan kadar vitamin C pada manga kweni
Penetapan kadar klorin pada beras
Analisis bilangan peroksida minyak sawit hasil gorengan tempe pada berbagai
waktu pemanasan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Titrasi iodometri dan iodimetri adalah salah satu metode titrasi yang
didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi.
2. Iodometri adalah analisa titrimetri untuk zat-zat reduktor seperti natrium
tiosulfat, arsenat dengan menggunakan larutan iodin baku secara langsung.
3. Metode titrasi iodometri yaitu secara langsung dan tidak langsung.
4. Tujuan metode iodometri ialah untuk menentukan kadar dari zat-zat uji
yang bersifat reduktor.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah pH, konsentrasi,
larutan baku, penggunaan alat, indikator dan waktu.
6. Pengaplikasian metode iodometri adalah untuk menentukan Penentuan
kadar vitamin C pada manga kweni, penetapan kadar klorin pada beras,
analisis bilangan peroksida minyak sawit hasil gorengan tempe pada berbagai
waktu pemanasan.
B. SARAN
1. Dalam pelaksanaan titrasi iodometri harus memperhatikan hal-hal yang
harus dilakukan, seperti pH larutan, pemberian indikator, waktu titrasi, dan
hal-hal lain yang menyebabkan keberhasilan titrasi.
DAFTAR PUSTAKA