Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TENTANG PERMANGANOMETRI

Dosen: Ibu Munawarothus Sholika, S.Si, MSi

DISUSUN OLEH:

 Citraning Pramesti 15330094

 Resti Octaviani 15330095

 Wakhidah Umi Sholikhah 15330097

 Siti Darma Yanti 15330104

 Melani Indah Sari 15330106

 Selvia Nitasari 15330108

 Hikmatur Ramadlani 15330110

 Farhan biladi 15330125

 Nur annisa hasibuhan 15330151

Institut Sains dan Teknologi Nasional


Fakultas Farmasi

2015

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian Permanganometri

Titrasi permanganometri adalah suatu proses titrasi untuk penentuan konsentrasi suatu
reduktor dengan dengan menggunakan oksidator (KMnO4) sebagai larutan standar.
Kalium permanganate merupakan oksidator kuat yyang dapat bereaksi dengan cara
yang berbeda-beda, tergantung dari pH larutannya. Kekuatannya sebagai oksidator
juga berbeda-beda sesuai dengan yang terjadi pada pH. yang berbeda itu. Reaksi yang
bermacam raga mini disebabkan oleh keragaman valensi mangan.

Prinsip titrasi permanganomet adalah reaksi oksidasi reduksi pada suasana asam yang
melibatkan electron dengan jumlah tertentu, dibutuhkan suasana asam (H2SO4) untuk
mencapai tingkat oksidasi dari KMnO4 yang paling tinggi dan bilangan oksidasi +7
menjadi +2. Pada proses titrasi tidak dibutuhkan indicator lain. Karena KMnO4sudah
mampu memberikan perubahan warna saat titik akhir titrasi yang ditandai dengan
terbentuknya warna merah muda. Sifat dari KMnO4 ini dikenal sebagai autoindikator.
(Tim Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. 1995)

Titrasi permanganometri dilakukan dengan bantuan pemanasan ( 70ºC) untuk


mempercepat reaksi. Pada awal reaksi titrasi, warna merah mantap untuk beberapa saat
yang menandakan reaksi berlangsung lambat. Pada pembuatan titran selanjutnya,
warna merah hilang makin cepat karena ion mangan (II) yang terjadi berfungsi sebagai
katalis untuk mempercepat reaksi Selanjutnya titran ddapat ditambahkan lebih cepat
sampai titik akhir titrasi tercapai yaitu sampai pada tetesan dimana warna merah
menjadi warna merah jambu. (Harjadi,W.1990)
B. Dasar Teori

Titrasi permanganometri dilakukan dengan bantuan pemanasan ( 70ºC) untuk


memperceepat reaksi. Pada awal reaksi titrasi, warna merah mantap untuk beberapa saat yang
menandakan reaksi berlangsung lambat. Pada pembuatan titran selanjutnya, warna merah
hilang makin cepat karena ion mangan (II) yang terjadi berfungsi sebagai katalis untuk
mempercepat reaksi Selanjutnya titran ddapat ditambahkan lebih cepat sampai titik akhir
titrasi tercapai yaitu sampai pada tetesan dimana warna merah menjadi warna merah
jambu. (Harjadi,W.1990)

Meskipun KMnO4 dapat diperoleh dalam keadaan murni, tetapi larutan titernya tidak
dapat dibuat langsung dengan menimbang seksama. Ini disebabkan waktu dilarutkan dalam
air, ia akan bereaksi dengan pengotoran yang mungkin ada dalam air atau pada dinding
waddah. Karena itu mula-mula dibuat larutan kira-kira sama dengan yang kemudian
dibakukan, misalnya dengan menggunakan natrium oksalat. Larutan permanganate yang akan
disimpan dibuat dengan pemanasan kemudian disaring dengan glasswall, krus atau penyaring
asbes. Bila larutan ini akan dipakai hanya untuk hari itu saja, maka pemanasan ini tidak
perlu..

Penyaringan dimaksudkan untuk memisahkan endapan MnO2 yang dapat mempercepat


penguraian larutan. Sejumlah baku primer tersedia untuk pembakuan larutan kalium
permanganate antara lain asam oksalat dihidrat dan natrium oksalat. Larutan permanganate
apabila larutan encer tidak stabil karena adanya reaksi berikut :

     4 KMn   + 2H2O                4 MnO2 + 4 OH- + 3O2


BAB II
PENJELASAN

A. Prinsip Titrasi Permanganometri

Titrasi Permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi dan reduksi. Reaksi kimia
yang melibatkan oksidasi-reduksi digunakan secara meluas dalam analisi titrimetri.Misalnya,
besi dalam keadaan oksidasi +2 dapat dititrasi dengan suatu larutan standar serium(IV)sulfat:

Fe2+ + Ce4+   =>       Fe3+ + Ce3+

Suatu zat pengoksidasi lain yang digunakan secara meluas sebagai suatu titran adalah
kalium permanganat, KmnO4.Reaksinya dengan besi(II) dalam larutan asam adalah:

5Fe2+ + MnO4- + 8H+  =>   5Fe3+ + Mn2+ 4H2O

          (Underwood, 1999).

Titrasi adalah suatu prosedur analisis asam-basa suatu larutan yang belum diketahui
konsentrasinya. Dalam titrasi suatu larutan asam yang belum diketahui konsentrasinya,
sejumlah volume tertentu asam dimasukkan ke dalam suatu labu erlenmeyer. Kemudian,
suatu titra, berupa basa, yang telah diketahui konsentrasinya ditambahkan hingga dicapai titik
ekuivalen. Pencapaian titik ekuivalen (saat mol ion H + = mol ion OH-) pada saat reaksi
berlangsung dapat diketahui dengan indikator (Sentot,2008).

Kalium permanganat digunakan secara luas sebagai pereaksi yang mudah diperoleh,
tidak mahal, dan tidak memerlukan suatu indikator kecuali kalau digunakan larutan larutan
yang sangat encer. Satu tetes 0,1 N KMnO4 memberikan suatu warna merah muda yang jelas
kepada volume larutan yang biasanya digunakan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan
untuk menunjukkan kelebihan preaksi ( Rosidi,2010).

1.      Kalium Permanganat(KMnO4)


Kalium Permanganat (KMnO4) telah banyak digunakan sebagai agen     pengoksidasi
selama lebih dari 100 tahun.  Reagen ini dapat diperoleh dengan mudah, tidak mahal, dan
tidak membutuhkan indikator terkecuali untuk larutan yang amat encer.  Satu tetes
permanganat 0,1 N memberikan warna merah muda yang jelas pada volume dari larutan yang
biasa dipergunakan dalam sebuah titrasi.  Warna ini dipergunakan untuk mengindikasikan
kelebihan reagen tersebut.  Permanganat mengalami beragam reaksi kimia, karena
Mangan(Mn) dapat dalam kondisi +2, +3, +4, +6, +7.
Reaksi yang paling umum ditemukan dalam laboratorium adalah reaksi yang terjadi
dalam larutan-larutan yang bersifat asam 0,1 N atau lebih besar :

MnO4- + 8H+ + 5e- ↔ Mn2+ + 4H2O      Eo = +1,51 V

Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan reaksi
ini, namun beberapa substansi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis
untuk mempercepat reaksi.  Permanganat adalah agen unsur pengoksidasi yang cukup kuat
untuk mengoksidasi Mn (II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan:

3Mn2+ + 2MnO4- + 2H2O → 5 MnO2(s) + 4H+

Sedikit kelebihn permanganat yang ada pada titik akhir suatu titrasi telah cukup untuk
menimbulkan pengendapan MnO2. Untung bahwa reaksi ini lambat, sehingga biasanya
MnO2 tidak diendapkan pada titik akhir titrasi permanganat.
Dalam mempersiapkan larutan permanganat harus dilakukan tindakan pencegahan
khusus. Mangan dioksida mengatalis penguraian larutan permanganate. Runutan MnO2yang
ada pada awalnya dalam permanganat, atau terbentuk oleh reaksi permanganat dengan
runutan zat pereduksi dalam air, menimbulkan penguraian. Biasanya dianjurkan untuk
melarutkan Kristal, kemudian pemanasan untuk memusnahkan zat pereduksi, dan
penyaringan lewat asbes atau kaca masir (filter yang tak mereduksi) untuk menyingkirkan
MnO2. Larutan itu kemudian distandarkan, dan jika disimpan dalam gelap dan tak-
diasamkan, konsentrasinya tidak akan berubah dengan nyata dalam kurun waktu beberapa
bulan.

Larutan asam dari permanganat tidak stabil karena asam permanganat terurai menurut
persamaan:
4MnO4- + 4H-                  4MnO2(s) + 3O2(g) + 2H2O
Reaksi ini lambat dalam larutan encer pada temperatur kamar. Namun, orang tak
pernah boleh menambahkan permanganat berlebih kepada suatu zat pereduksi dan kemudian
menaikkan temperatur untuk mempercepat oksidasi, karena reaksi tersebut di atas akan
berlangsung pada laju yang cukup nyata (Underwood, 1999).

B.      Standarisasi
Standar-standar primer untuk permanganat, yaitu :

1.   Natrium Oksalat
Senyawa ini, Na2C2O4 merupakan standar primer yang baik untukpermanganat dalam
larutan asam. Senyawa ini dapat diperoleh dengan tingkat kemurnian tinggi, stabil pada saat
pengeringan, dan non higroskopis. Reaksinya dengan permanganate agak sedikit rumit dan
berjalan lambat pada suhu ruangan, sehingga larutan biasanya dipanaskan sampai sekitar 60
°C. Bahkan pada suhu yang lebih tinggi reaksinya mulai dengan lambat, namun kecepatannya
eningkat ketika ion mangan (II) terbentuk. Mangan (II) bertindak sebagai katalis, dan
reaksinya disebut autokatalitik, karena katalisnya diproduksi di dalam reaksi itu sendiri. Ion
tersebut dapat memberikan efek katalitiknya dengan cara bereaksi dengan cepat dengan
permanganat untuk membentuk mangan berkondisi oksidasi menengah (+3 atau +4), di mana
pada gilirannya secara cepat mengoksidasi ion oksalat, kembali ke kondisi
divalent.Persamaan untuk reaksi antara oksalat dan permanganat adalah
5C2O42- + 2MnO4- + 16H+     =>        2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
Hal ini digunakan untuk analisis Fe (II), H2C2O4, Ca dan banyak senyawa lain. 

2.    Besi
Kawat besi dengan tingkat kemurnian yang tinggi dapat dijadikan sebagai standar
primer. Unsur ini larut dalam asam klorida encer, dan semua besi (III) yang diproduksi
selama proses pelarutan direduksi menjadi besi (II). Oksidasi dari ion klorida oleh
permanganat berjalan lambat pada suhu ruangan. Namun demikian, dengan kehadiran besi,
oksidasi akan berjalan lebih cepat. Meskipun besi (II) adalah agen pereduksi yang lebih kuat
daripada ion klorida, ion yang belakangan disebut ini teroksidasi secara bersamaan dengan
besi. Kesulitan semacam ini tidak ditemukan dalam oksidasi dari As 2O3 ataupun
Na2C2O4 dalam larutan asam klorida. Sebuah larutan dari mangan (II) sulfat, asam sulfat dan
asam fosfat, disebut larutan “pencegah”, atau larutan Zimmermann-Reinhardt, dapat
ditambahkan ke dalam larutan asam klorida dari besi sebelum dititrasi dengan permanganat.
Asam fosfat menurunkan konsentrasi dari ion besi (III) dengan membentuk sebuah kompleks,
membantu memaksa reaksi berjalan sampai selesai, dan juga menghilangkan warna kuning
yang ditunjukkan oleh besi (III) dalam media klorida. Kompleks fosfat ini tidak berwarna,
dan titik akhirnya lebih jelas.

3. Arsen (III) Oksida


Senyawa As2O3 adalah standar primer yang sangat baik untuk larutan-larutan
permanganat. Senyawa ini stabil, nonhigroskopik, dan tersedia dengan tingkat kemurnian
yang tinggi. Oksida ini dilarutkan dalam Natrium hidroksida, dan larutan kemudian
diasamkan dengan asam klorida dan dititrasi dengan permanganat (Underwood, 1999).

C. Aplikasi Permanganometri

1. Penentuan Kadar Nitrit


Penentuan kadar nitrit dalam suatu sample dapat ditentukan melalui titrasi redoks
menggunakan larutan baku kalium permanganat. Penitrasian ini dilakukan dengan cara yang
sedikit berbeda dengan standarisasi larutan kalium permanganat. Perbedaannya pada
standarisasi larutan kalium permanganat, KMnO4 yang digunakan sebagai titran. Sedangkan
pada penentuan kadar nitrit, NaNO3 yang digunakan sebagai titran.Penambahan
H2SO4 dilakukan karena H2SO4 ini berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat laju
reaksi dalam keadaan asam. Serta bertujuan untuk mmperkecil besarnya energi aktifasi yang
timbul dan juga agar tidak menghasilkan reaksi samping. Reaksi yang terjadi :
MnO4- + 8H+ + 5e  =>     Mn2+ + 4H2O
Titik akhir titrasi ditandai dengan tepat hilangnya warna ungu pada larutan. Dengan
kata lain, titik akhir titrasi (titik ekivalen) ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada
larutan dari ungu menjadi bening. Perubahan warna ini terjadi karena titik ekivalen dicapai.
Titik ekivalen terjadi karena mol titran sama dengan mol titrat. Selama titrasi berlangsung
KMnO4 lenyap bereaksi. Tetapi, setelah titrat habis KMnO 4 ini warnanya memudar hingga
lenyap akibat reaksi MnO4- dengan Mn2+ hasil titrasi. Reaksi yang terjadi selama proses titrasi
adalah sebagai berikut :
5NO2- + 2MnO4- + 6H+ => 2Mn2+ + 3H2O + 5NO3-

Volume rata-rata natrium nitrit yang digunakan untuk titrasi adalah 1,85 ml. Dari hasil
perhitungan didapatkan kadar nitrit yaitu 5,17 %. Pada percobaan ini, tidak menggunakan
indikator karena larutan KMnO4 dapat dipakai untuk indikator penentuan titik akhir titrasi.
KMnO4 tidak memiliki range pH, tetapi hanya bekerja sebagai indikator pada umumnya.

Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganomet, antara lain:

a.         Larutan pentiter KMnO4 pada buret.


Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang
terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh
pembentukan presipilat coklat yang seharusnya adalah larutan yang berwarna merah rosa.

b.        Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4. Pemberian


KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah
dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+.

   MnO4-+3Mn++2H2O                         5MnO2+4H+

c.         Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4 yang telah


ditambahkan asam sulfat dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat
karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
         H2C2O4+O2             H2O2+2CO2

           Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi
ini, namaun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis
untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak pereaksi permanganat
berjalan, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen
ini, sebagai contoh, permanganat adalah agen unsur pengoksida yang cukup kuat.

D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TITRASI PERMANGANOMETRI


a. Kelebihan titrasi permanganometri
Titrasi permanganometri ini lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini
tidak memerlukan indicator, hal ini dikarenakan larutan KMnO 4 sudah berfungsi
sebagai indicator, yaitu ion MnO4- berwarna ungu, setelah diredukdsi menjadi ion
Mn-tidak berwarna, dan disebut juga sebagai autoindikator.

b. Kelemahan titrasi permanganometri


Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada:
Larutan pentiter KMnO4¬ pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang
lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi
MnO2sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat
yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa. Penambahan KMnO4 yang
terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4 Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada
larutan H2C2O4yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung
menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan Mn2+. MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 +
4H+ Penambahan KMnO4yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4 Pemberian
KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan
telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk
peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
H2C2O4 + O2 ↔ H2O2 + 2CO2↑  H2O2     ↔  H2O  +  O2↑

Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi
yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan

E. MANFAAT TITRASI PERMANGANOMETRI


Untuk mengetahui kadar dari zat-zat yang bilangan oksidasinya masih dapat
dioksidasi. Dalam bidang industri, metode ini dapat dimanfaatkan dalam pengolahan air,
dimana secara permanganometri dapat diketahui kadar suatu zat sesuai dengan sifat oksidasi
reduksi yang dimilikinya, sehingga dapat dipisahkan apabila tidak diperlukan atau berbahaya.
BAB III
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

1. Titrasi permanganometri adalah suatu proses titrasi untuk penentuan konsentrasi


suatu reduktor dengan dengan menggunakan oksidator (KMnO4) sebagai larutan
standar.
2. Prinsip titrasi permanganomet adalah reaksi oksidasi reduksi pada suasana asam
yang melibatkan electron dengan jumlah tertentu, dibutuhkan suasana asam
(H2SO4) untuk mencapai tingkat oksidasi dari KMnO4 yang paling tinggi dan
bilangan oksidasi +7 menjadi +2.
3. Titrasi permanganometri dilakukan dengan bantuan pemanasan ( 70ºC) untuk
mempercepat reaksi.
4. Standar-standar primer untuk permanganat, yaitu : Natrium Oksalat, Besi, Arsen
( III ) oksida
5. Manfaat titrasi Permanganometri adalah dalam pengolahan air, dimana secara
permanganometri dapat diketahui kadar suatu zat sesuai dengan sifat oksidasi
reduksi yang dimilikinya, sehingga dapat dipisahkan apabila tidak diperlukan atau
berbahaya.
Daftar Pustaka

Underwood. 1999.  Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:Erlangga


Harjadi W, 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta:PT Gramedia
Day, R.A, Edisi VI. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:Erlangga
Khopkar, S.M.1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta
Budi Rahardjo, Sentot. 2008. Kimia Berbasis Eksperimen 2. Solo:Platinum

Anda mungkin juga menyukai