DISUSUN OLEH:
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Permanganometri
Titrasi permanganometri adalah suatu proses titrasi untuk penentuan konsentrasi suatu
reduktor dengan dengan menggunakan oksidator (KMnO4) sebagai larutan standar.
Kalium permanganate merupakan oksidator kuat yyang dapat bereaksi dengan cara
yang berbeda-beda, tergantung dari pH larutannya. Kekuatannya sebagai oksidator
juga berbeda-beda sesuai dengan yang terjadi pada pH. yang berbeda itu. Reaksi yang
bermacam raga mini disebabkan oleh keragaman valensi mangan.
Prinsip titrasi permanganomet adalah reaksi oksidasi reduksi pada suasana asam yang
melibatkan electron dengan jumlah tertentu, dibutuhkan suasana asam (H2SO4) untuk
mencapai tingkat oksidasi dari KMnO4 yang paling tinggi dan bilangan oksidasi +7
menjadi +2. Pada proses titrasi tidak dibutuhkan indicator lain. Karena KMnO4sudah
mampu memberikan perubahan warna saat titik akhir titrasi yang ditandai dengan
terbentuknya warna merah muda. Sifat dari KMnO4 ini dikenal sebagai autoindikator.
(Tim Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. 1995)
Meskipun KMnO4 dapat diperoleh dalam keadaan murni, tetapi larutan titernya tidak
dapat dibuat langsung dengan menimbang seksama. Ini disebabkan waktu dilarutkan dalam
air, ia akan bereaksi dengan pengotoran yang mungkin ada dalam air atau pada dinding
waddah. Karena itu mula-mula dibuat larutan kira-kira sama dengan yang kemudian
dibakukan, misalnya dengan menggunakan natrium oksalat. Larutan permanganate yang akan
disimpan dibuat dengan pemanasan kemudian disaring dengan glasswall, krus atau penyaring
asbes. Bila larutan ini akan dipakai hanya untuk hari itu saja, maka pemanasan ini tidak
perlu..
Titrasi Permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi dan reduksi. Reaksi kimia
yang melibatkan oksidasi-reduksi digunakan secara meluas dalam analisi titrimetri.Misalnya,
besi dalam keadaan oksidasi +2 dapat dititrasi dengan suatu larutan standar serium(IV)sulfat:
Suatu zat pengoksidasi lain yang digunakan secara meluas sebagai suatu titran adalah
kalium permanganat, KmnO4.Reaksinya dengan besi(II) dalam larutan asam adalah:
(Underwood, 1999).
Titrasi adalah suatu prosedur analisis asam-basa suatu larutan yang belum diketahui
konsentrasinya. Dalam titrasi suatu larutan asam yang belum diketahui konsentrasinya,
sejumlah volume tertentu asam dimasukkan ke dalam suatu labu erlenmeyer. Kemudian,
suatu titra, berupa basa, yang telah diketahui konsentrasinya ditambahkan hingga dicapai titik
ekuivalen. Pencapaian titik ekuivalen (saat mol ion H + = mol ion OH-) pada saat reaksi
berlangsung dapat diketahui dengan indikator (Sentot,2008).
Kalium permanganat digunakan secara luas sebagai pereaksi yang mudah diperoleh,
tidak mahal, dan tidak memerlukan suatu indikator kecuali kalau digunakan larutan larutan
yang sangat encer. Satu tetes 0,1 N KMnO4 memberikan suatu warna merah muda yang jelas
kepada volume larutan yang biasanya digunakan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan
untuk menunjukkan kelebihan preaksi ( Rosidi,2010).
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan reaksi
ini, namun beberapa substansi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis
untuk mempercepat reaksi. Permanganat adalah agen unsur pengoksidasi yang cukup kuat
untuk mengoksidasi Mn (II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan:
Sedikit kelebihn permanganat yang ada pada titik akhir suatu titrasi telah cukup untuk
menimbulkan pengendapan MnO2. Untung bahwa reaksi ini lambat, sehingga biasanya
MnO2 tidak diendapkan pada titik akhir titrasi permanganat.
Dalam mempersiapkan larutan permanganat harus dilakukan tindakan pencegahan
khusus. Mangan dioksida mengatalis penguraian larutan permanganate. Runutan MnO2yang
ada pada awalnya dalam permanganat, atau terbentuk oleh reaksi permanganat dengan
runutan zat pereduksi dalam air, menimbulkan penguraian. Biasanya dianjurkan untuk
melarutkan Kristal, kemudian pemanasan untuk memusnahkan zat pereduksi, dan
penyaringan lewat asbes atau kaca masir (filter yang tak mereduksi) untuk menyingkirkan
MnO2. Larutan itu kemudian distandarkan, dan jika disimpan dalam gelap dan tak-
diasamkan, konsentrasinya tidak akan berubah dengan nyata dalam kurun waktu beberapa
bulan.
Larutan asam dari permanganat tidak stabil karena asam permanganat terurai menurut
persamaan:
4MnO4- + 4H- 4MnO2(s) + 3O2(g) + 2H2O
Reaksi ini lambat dalam larutan encer pada temperatur kamar. Namun, orang tak
pernah boleh menambahkan permanganat berlebih kepada suatu zat pereduksi dan kemudian
menaikkan temperatur untuk mempercepat oksidasi, karena reaksi tersebut di atas akan
berlangsung pada laju yang cukup nyata (Underwood, 1999).
B. Standarisasi
Standar-standar primer untuk permanganat, yaitu :
1. Natrium Oksalat
Senyawa ini, Na2C2O4 merupakan standar primer yang baik untukpermanganat dalam
larutan asam. Senyawa ini dapat diperoleh dengan tingkat kemurnian tinggi, stabil pada saat
pengeringan, dan non higroskopis. Reaksinya dengan permanganate agak sedikit rumit dan
berjalan lambat pada suhu ruangan, sehingga larutan biasanya dipanaskan sampai sekitar 60
°C. Bahkan pada suhu yang lebih tinggi reaksinya mulai dengan lambat, namun kecepatannya
eningkat ketika ion mangan (II) terbentuk. Mangan (II) bertindak sebagai katalis, dan
reaksinya disebut autokatalitik, karena katalisnya diproduksi di dalam reaksi itu sendiri. Ion
tersebut dapat memberikan efek katalitiknya dengan cara bereaksi dengan cepat dengan
permanganat untuk membentuk mangan berkondisi oksidasi menengah (+3 atau +4), di mana
pada gilirannya secara cepat mengoksidasi ion oksalat, kembali ke kondisi
divalent.Persamaan untuk reaksi antara oksalat dan permanganat adalah
5C2O42- + 2MnO4- + 16H+ => 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
Hal ini digunakan untuk analisis Fe (II), H2C2O4, Ca dan banyak senyawa lain.
2. Besi
Kawat besi dengan tingkat kemurnian yang tinggi dapat dijadikan sebagai standar
primer. Unsur ini larut dalam asam klorida encer, dan semua besi (III) yang diproduksi
selama proses pelarutan direduksi menjadi besi (II). Oksidasi dari ion klorida oleh
permanganat berjalan lambat pada suhu ruangan. Namun demikian, dengan kehadiran besi,
oksidasi akan berjalan lebih cepat. Meskipun besi (II) adalah agen pereduksi yang lebih kuat
daripada ion klorida, ion yang belakangan disebut ini teroksidasi secara bersamaan dengan
besi. Kesulitan semacam ini tidak ditemukan dalam oksidasi dari As 2O3 ataupun
Na2C2O4 dalam larutan asam klorida. Sebuah larutan dari mangan (II) sulfat, asam sulfat dan
asam fosfat, disebut larutan “pencegah”, atau larutan Zimmermann-Reinhardt, dapat
ditambahkan ke dalam larutan asam klorida dari besi sebelum dititrasi dengan permanganat.
Asam fosfat menurunkan konsentrasi dari ion besi (III) dengan membentuk sebuah kompleks,
membantu memaksa reaksi berjalan sampai selesai, dan juga menghilangkan warna kuning
yang ditunjukkan oleh besi (III) dalam media klorida. Kompleks fosfat ini tidak berwarna,
dan titik akhirnya lebih jelas.
C. Aplikasi Permanganometri
Volume rata-rata natrium nitrit yang digunakan untuk titrasi adalah 1,85 ml. Dari hasil
perhitungan didapatkan kadar nitrit yaitu 5,17 %. Pada percobaan ini, tidak menggunakan
indikator karena larutan KMnO4 dapat dipakai untuk indikator penentuan titik akhir titrasi.
KMnO4 tidak memiliki range pH, tetapi hanya bekerja sebagai indikator pada umumnya.
Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi
ini, namaun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis
untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak pereaksi permanganat
berjalan, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen
ini, sebagai contoh, permanganat adalah agen unsur pengoksida yang cukup kuat.
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan untuk titrasi
yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan
A. KESIMPULAN