Kimia Organik 1
Disusun oleh :
Jurusan Kimia
BAB 3
Isomer Struktural
Dua senyawa atau lebih yang memiliki rumus molekul yang sama disebut
isomer satu terhadap yang lain. Jika senyawa – senyawa dengan rumus molekul
yang sama itu memiliki urutan atom yang berlainan, maka mereka mempunyai
struktur (bangun) yang berlainan dan disebut isomer struktural satu terhadap
yang lain (kelak akan dijumpai, macam isomeri lain). Dimetil eter dan etanol
merupakan contoh sepasang isomer struktural.
BAB 4 STEREOKIMIA
Biasanya struktur suatu alkena ditulis seakan – akan atom – atom karbon
2
sp dan atom – atom yang terikat pada mereka terletak semuanya pada bidang
kertas. Dalam pemaparan ini satu cuping (lobe) ikatan pi dapat dibayangkan
berapa di atas kertas dan cuping yang lain berada di bawah kertas, tertutup oleh
cuping atas.
Dalam Gambar 4.1 tertera suatu struktur dengan dua atom Cl (satu pada
tiap karbon sp2) pada satu sisi dari ikatan pi dan dua atom H pada sisi yang lain.
Karena ikatan rangkap tegar (rigid) maka molekul ini tidak mudah saling diubah
dengan senyawa dalam mana atom – atom Cl berada pada sisi ikatan pi yang
berlawanan.
Dua gugus yang terletak pada satu sisi ikatan pi disebut cis (Latin, “pada
sisi yang sama”). Gugus – gugus yang terletak pada sisi – sisi yang berlawanan
disebut trans (Latin, “berseberangan”). Perhatikan bagaimana kata cis dan trans
ini digabungkan ke dalam nama.
Persyaratan isomeri geometrik dalam alkena ialah bahwa tiap atom karbon
yang terlibat dalam ikatan pi mengikat dua gugus yang berlainan, misalya H dan
Cl, CH3 dan Cl. Jika salah satu atom karbon berikatan rangkap itu mempunyai
gugus identik, misalnya dua atom H atau gugus CH3 , maka tak mungkin terjadi
isomeri geometrik.(Sangat disarankan untuk menggunakan model molekul dan
memeriksa sendiri persyaratan isomeri geometrik ini).
Dalam contoh ini Br dan Cl dapat dikatakan trans satu sama lain, atau I
dan Cl cis satu ssama lain. Tetapi struktur itu dalam keseluruhannya tak dapat
dinamai sebagai cis ataupun trans. Karena kembar – maknanya dalam kasus
macam ini, maka telah dikembangkan sistem penetapan isomer yang lebih umum,
yang disebut sistem (E) dan (Z).
Sistem (E) dan (Z) ini didasarkan pada suatu pemberian prioritas (jangan
dikeirukan dengan prioritas tata nama) kepada atom atau gugus yang berprioritas
tinggi berada pada sisi yang berlawanan (dari) ikatan pi, maka isomer itu (Z).
(Huruf E berasal dari “entgegen”, kata Jerman untuk “berseberangan”;Z berasal
dari “zusammen”, kata Jerman untuk “bersama –sama”).
Jika kedua atom pada masing – masing karbon ikatan rangkap itu berbeda,
prioritas didasarkan pada bobot atom (dari) atom – atom yang langsung terikat
pada karbon ikatan rangkap itu. Atom dengan bobot atom lebih tinggi
memperoleh prioritas yang lebih tinggi. Dalam contoh diatas, bobot atom I lebih
tinggi daripada Br; maka I berprioritas lebih tinggi. Pada atom karbon lain, Cl
lebih diprioritaskan daripada F.
B. Aturan Deret
Penentuan prioritas oleh nomor atom saja tak dapat menangani semua
kasus. Misalnya, bagaimana menamai senyawa berikut ini dengan sistem (E) dan
(Z)?
Untuk menangani kasus ini, dan kasus – kasus lain seperti ini, telah
dikembangkan seperangkat aturan deret untuk menentukan urutan prioritas.
Aturan prioritas ini membentuk dasar sistem tatanama Chan – Ingold – Prelog,
untuk menghormati ahli kimia yang mengembangkan sistem itu.
1. Jika atom – atom yang dipermaslahkan berbeda – beda, maka urutan deret
ditentukan oleh nomor atom. Atom dengan nomor atom tinggi memeroleh
prioritas.
F Cl Br I
Naiknya prioritas
2. Jika atom – atom itu adalah isotop satu sama lain, maka isotop dengan
nomor massa tinggi memperoleh prioritas.
3. Jika kedua atom itu identik, maka nomor atom (dari) atom – atom
berikutnya digunakan untuk memberikan prioritas ditentukan pada titik
pertama kali dijumpai perbedaan dalam menyusuri rantai. Atom yang
mengikat suatu atom dengan prioritas tinggi, akan diprioritaskan (jangan
menjumlahkan nomoor – nomor atom, melainkan mencari atom tunggal
yang berprioritas tertinggi).
4. Atom – atom yang terikat oleh ikatan rangkap atau ikatan ganda tiga diberi
kesetaraan (equivalencies) ikatan tunggal, sehingga atom – atom ini dapat
diperlakukan sebagai gugus – gugus berikatan tunggal, dalam menentukan
prioritas. Tiap atom berikatan rangkap diduakalikan (atau ditigakalikan
untuk ikatan ganda tiga). Proses ini lebih jelas ditunjukkan oleh contih –
contoh.
Suatu hal yang penting ialah bahwa dalam rumus – rumus di atas,
gugus metil dan gugus hidroksil berada dalam sisi – sisi yang berlawanan
dari bidang cincin. Bila dua gugus berada dalam sisi – sisi berlawanan dari
cincin, mereka adalah trans; bila mereka berada dalam satu sisi, mereka
adalah cis. Penandaan ini analog langsung pada cis dan trans dalam
alkena. Senyawa cis dan trans adalah isomer geometrik satu sama lain,
tepat seperti cis- dan trans- alkena.
Makin besar gugus – gugus yang terikat pada kedua atom karbon,
akan makin besar selisih energi antara konformasi – konformasi molekul
itu. Diperlukan lebih banyak energi untuk mendorong dua gugus besar
agar berdekatan daripada gugus kecil. Etana membutuhkan hanya 3
kkal/mol untuk berotasi dari konformasi goyang ke eklips, sedangkan
butana memerlukan 4,5 kkal/mol untuk berotasi dari konformasi anti ke
konformasi dimana gugus – gugus metil eklips. Hubungan energi untuk
rotasi penuh mengelilingi ikatan karbon 2-karbon 3 butana.
Bab 4
Stereokimia
Konformer Sikloheksana
Dari gambar dapat diketahui jika bentuk kursi memiliki energi terendah dan
diperkirakan bahwa kebanyakan molekul sikloheksana memiliki bentuk kursi
(99,9%).
Bila ada gugus metil dalam metilsikloheksana yang berada pada posisis aksial
maka gugus metil itu akan saling menolak dengan hidrogen-hidrogen aksial
pada satu cincin, peristiwa ini biasa disebut antaraksi 1,3-diaksial. Namun
apabila gugus metil berada pada posisi ekuatorial tolak-menolak ini akan
menjadi minimal dan konformernya berenergi lebih rendah.
Bila gugus metil berada pada posisi aksial, konformasi cincin akan serupa
dengan konformasi butana dengan gugus metil yang gauche. Dan bila gugus
metil berada pada posisi ekuatorial konformasi cincin akan serupa dengan
konformasi butana dengan gugus metil yang anti.
B. Sikloheksana terdisubtitusi
Dua gugus yang disubtitusikan pada suatu cincin sikloheksana dapat
bersifat cis maupun trans. Cincin-cincin tersebut adala isomer-isomer
geometrik dan tak dapat salig diubah satu menjadi yang lain pada suhu kamar.
Meskipun demikian masing-masing isomer dapat memiliki aneka ragam
konformasi. Contoh pada 1,2-dimetilsikloheksana.
Pada sifat cis-isomer (cis-1,2-dimetilsikloheksana) kedua gugus metil harus
terletak pada satu sisi cincin. Dalam setiap konformasinya selalu satu metil
aksial dan satu metil ekuatorial. Bila cis-1,2-dimetilsikloheksanaberubah dari
satu konformer kursi ke yang lain maka kedua gugus metil akan merubah status
ekuatoial-aksial nya.
Pada sifat trans-isomer (trans-1,2-dimetilsikloheksana) kedua gugus metil
berada pada sisi cincin yang berlawanan. Kedua gugus metilnya harus
keduanya aksial (a,a) atau keduanya ekuatorial (e,e). Dalam trans-1,2-
dimetilsikloheksana konformer e,e lebih disukai karena berenergi lebih rendah
dari pada konformitas a,a.
C. Proyeksi Fischer
Pada akhir abad 19, ahli kimia Jerman Emil Fischer mengemukakan rumus
proyeksi untuk menunjukkan penataan ruang dari gugus-gugus di sekitar atom
kiral yang disebut proyeksi Fischer. Fischer mengembangkan rumusan ini
untuk menyatakan proyeksi molekul gula. Untuk menggambarkkan proyeksi
Fischer dewasa yang lazim digunakan adalah gliseraldehida dan eritrosa.
Sudut putar jenis ialah besarnya perputaran oleh 1 gram zat dalam 1 mL larutan
yang berada dalam tabung dengan panjang 1 dm pada temperatur dan panjang
gelombang tertentu.
[ α ]20D = α
lc
Dengan :
[ α ]20D =¿sudut putar jenis garis D natrum pada 20º
α =¿ sudut putar teramati pada 20º
l = panjang tabung dalam dm
c = konsentrasi larutan
Periatiwa terputarnya bidang polarisasi cahaya oleh senyawa-senyawa ditemukan
oleh Jean-Baptiste Biot tahun 1815. Selanjtnya terdapat pula penemuan penting
dari Louis Pasteur tahun 1948 mengenai hai ini. Eksperimen-eksperimen lanjutan
yang dilakukan oleh para ilmuwan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Sepasang enantiomer murni memutar bidang polarisasi cahaya
terpolarisasi-bidang; sudut putar masing-masig sama besar tetapi arahnya
berlawanan.
2. Suatu campuran sama banyak enantiomer-enantiomer itu tidak memutar
bidang polarisasi cahaya.
A. Beberapa istilah dalam pembahasan rotasi optis
Dekstrorotatori adalah enantiomer dari pasangan enantiomer yang memutar
bidang polarisasi ke kanan, ditandai dengan (+). Levorotatori adalah
enantiomer dari pasangan enantiomer yang memutar bidang polarisasi ke kiri,
ditandai dengan (-).
Suatu campuran sama banyak dari sepasang enantiomer disebut campran
rasemik atau modifikasi rasemik, dinyatakan dalam nama oleh awalan (±).
Suatu campuran rasemik tidak memutar bidang polarisasi cahaya karena
perputaran oleh masing-masing enantiomer saling dimatikan. Suatu larutan
baik dari campuran rasemik maupun suatu senyawa akiral dinyatakan tak-aktif
optis tetapi sebb ketak-aktifan optisnya berbeda.
Penetapan Konfigurasi : Sistem (R) dan (S)
Urutan penataan keempat unsur di sekitar suatu atom kabon kiral disebut
konfigurasi mutlak di sekitar atom itu. Sepasang enantiomer memiliki
konfigurasi yang berlawanan. Misalnya pada (+)-gliseraldehida dan (-)-
gliseraldehida, namun tidak diketahui mana yang menyatakan enantiomer
dekstrorotatori dan yang mana yang levarotatori. Maka pada abad 19 diputuskan
pengandaian bahwa (+)-gliseraldehida mempunyai konfigurasi mutlak dengan OH
pada karbon 2 berada di kanan (dekstrorotatori) yang dibuktikan melalui studi
sinar-X oleh J.M. Bijvoet tahun 1951.
Sistem yang digunakan untuk menyatakan konfigurasi mutlak yakni
penataan yang sesungguhnya dari gugus-gugus di sekeliling suatu karbon kiral
ialah sistem (R) dan (S) atau sistem Chan-Ingold-Prelog. Huruf (R) artinya kanan
dan (S) artinya kiri. Untuk memberiakan konfigurasi (R) atau (S) kepada suatu
karbon kiral :
1. Urutkan keempat gugus yang terikat pada karbon kiral itu menurut urutan
prioritas aturan deret Chan-Ingold-Prelog.
2. Proyeksikan molekul itu sedemikian sehingga gugus yang berprioritas
rendah berarah ke belakang.
3. Pili guggus dengan prioritas tertinggi dan tarik satu anak panah bengkok
ke gugus dengan prioritas tertinggi berikutnya.
4. Jika panah ini searah jarum jam maka konfiguasi ini adalah (R). Jika
panah ini berlawanan jarum jam maka konfiguasi ini adalah (S).
Contoh :
1. Urutkan keempat gugus/atom yang terikat pada karbon kiral menurut urutan
prioritas aturan deret Chan-Ingold-Prelog
2. Proyeksikan molekul itu sedemikian sehingga gugus yang berprioritas
berarah ke belakang
3. Pilih gugus dengan prioritas tertinggi dan dan tarik suatu anak panah bengkok
ke gugus dengan prioritas tertinggi berikutnya
4. Jika panah ini searah dengan jarum jam, maka konfigurasi itu adalah (R) dan
jika anak panah berlawanan dengan jarum jam, maka konfigurasi (S).
Konfigurasi
Karbon kiral 1 Karbon Kiral 2
molekul total
(R) (R) (1R, 2R)
(R) (S) (1R¸2S )
(S) (R) (1S, 2R)
(S) (S) (1S, 2S)
Jadi nama IUPAC untuk stereisomer senyawa diatas adalah (2R, 3R)-
2,3,4-trihidroksibutanal.
B. Diastereomer
Enantiomer (bayangan cermin) muncul sepasang demi sepasang, dan tidak
semua isomer optik dari molekul yang mempunyai atom kiral bersifat
enantiomer.
Dari gambar diatas, (2R,3S) dan (2S,3S) adalah enantiomer, begitu pula
dengan (2R,3S) dan (2S,3R). Namun stereoisomer (2R,3S) bukan enantiomer satu
sama lain. Pasangan yang bukan enantiomer tersebut disebut diastereomer atau
diastereoisomer.
C. Senyawa Meso
Kedua atom tampak seperti enantiomer, namun jika B diputar sejuah 1800,
akan terbukti bahwa B identik dengan A!. Memang A dan B bayangan cermin
datu sama lain, namun banyang ini dapat diimpitkan, jadi A dan B merupakan
senyawa yang sama.
Hal tersebut dapat terjadi karena molekuk tersebut mempunyai suatu
bidang simetri-dalam. Sebagian atas dari molekul tersebut adalah bayangan
cermin dari sebagian bawahnya. Parohan tersebut saling mematikan , sejauh
kiralitas diperhatikan. Oleh karena itu molekul keseluruhan bersifar akiral dan
tidak menyebabkan perputaran bidang polarisasi cahaya. Suatu stereoisomer yang
mengandung karbon-karbon kiral, tetapi dapat diimpitkan pada banyangan
cerminnya, disebut bentuk meso.
Reaksi asam (R)(S) karbiksilat dengan suatu amina, yang berupa suatu
enantioner murni, menghasilkan sepasang garam diastereomer: garam amina
(dari) asam (R) dan garam amina dari asam (S).