Anda di halaman 1dari 30

Rangkuman Materi Bab 3 dan 4

Kimia Organik 1

Disusun oleh :

 Rahayu Ratih Ningtyas PKU 2017/17030194003


 Septi Nurmala Sari PKU 2017/17030194039
 Anis Mualifah PKU 2017/17030194066

Universitas Negeri Surabaya

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Jurusan Kimia
BAB 3

Isomeri Struktur, Tata Nama, dan Alkana

Isomer Struktural

Variasi dalam struktur senyawa organik dapat disebabkan oleh jumlah


atom atau jenis atom dalam molekul. Tetapi variasi dalam struktur ini dapat juga
terjadi karena urutan atom yang terikat satu sama lain dalam suatu molekul.
Misalnya untuk rumus molekul C2H6O dapat ditulis dua rumus bangun yang
berlainan : diametil eter (t.d. – 23,6oC), suatu gas yang pernah digunakan sebagai
refrigeran (gas dalam lemari es) dan sebagai suatu gas dorong aerosol, serta
etanol (t.d. 78,5o C) suatu cairan yang digunakan sebagai pelarut (solvent) dan
dalam minuman beralkohol.

CH3OCH3 Dimetil eter (suatu gas pada temperatur kamar)

CH3CH2OH Etanol (suatu cairan pada temperatur kamar)

Dua senyawa atau lebih yang memiliki rumus molekul yang sama disebut
isomer satu terhadap yang lain. Jika senyawa – senyawa dengan rumus molekul
yang sama itu memiliki urutan atom yang berlainan, maka mereka mempunyai
struktur (bangun) yang berlainan dan disebut isomer struktural satu terhadap
yang lain (kelak akan dijumpai, macam isomeri lain). Dimetil eter dan etanol
merupakan contoh sepasang isomer struktural.

Alkana yang mengandung tiga karbon atau kurang tidak mempunyai


isomer. Dalam tiap kasus, hanya terdapat satu cara untuk menata atom – atom.

Tak berisomer : CH3 Metana, CH3CH3 Etana, CH3CH2CH3


propana

Alkana empat – karbon (C4H10) mempunyai dua kemungkinan untuk


menata atom karbon. Makin banyak atom karbonnya, makin banyak isomernya.
Rumus molekul C5H12 mempunyai tiga isomer struktural, C6H14 lima isomer, dan
C10H22 75 isomer.

Isomer struktur bagi C4H10 :


Terikatnya suatu gugus fungsional pada posisi yang berbeda – beda dalam
sebuah molekul juga akan menghasilkan isomer struktural (gejala terdapatnya
isomer disebut isomeri atau isomerisme atau keisomeran). Alkohol : 1 – propanol
dan 2 – propanol adalah isomer – isomer struktural yang sifatnya sedikit berbeda.
Alkena : 1 – butena dan 2 – butena juga merupakan isomer – isomer struktural
dengan sifat yang berbeda.

BAB 4 STEREOKIMIA

Stereokimia adalah studi mengenai molekul – molekul dalam ruang tiga


dimensi – yakni bagaimana atom – atom dalam sebuah molekul ditata dalam
ruangan satu relatif terhadap yang lain. Tiga aspek stereokimia yang akan dicakup
dalam bab ini adalah :

1. Isomer Geometrik : bagaimana ketegaran (rigdity) dalam molekul dapat


mengakibatkan isomeri
2. Konformasi molekul : bentuk molekul dan bagaimana bentuk ini dapat
berubah.
3. Kiralitas (chirality) molekul : bagaimana
SUB – BAB 4.1

Isomeri Geometrik dalam Alkena

Dalam Bab 3 isomer struktural didefinisikan sebagai senyawa – senyawa


dengan rumus molekul yang sama tetapi dengan urutan penataan atom – atom
yang berbeda. Isomeri struktural hanyalah satu macam isomeri. Macam kedua
ialah isomeri geometrik, yang diakibatkan oleh ketegaran dalam molekul dan
hanya dijumpai dalam dua kelas senyawa : alkena dan senyawa siklik.

Molekul bukanlah partikel statik yang berdiam diri. Mereka bergerak,


bergasing, memutar dan membengkokkan diri. Atom dan gugus yang terikat
hanya oleh ikatan sigma dan dapat berputar (rotasi) sedemikian sehingga bentuk
keseluruhan sebuah molekul selalu berubah berkesinambungan. Tetapi gugus –
gugus yang terikat oleh ikatan rangkap tak dapat berputar dengan ikatan rangkap
itu sebagai sumbu, tanpa mematahkan ikatan pi itu. Energi yang diperlukan untuk
mematahkan ikatan pi karbon – karbon (sekitar 68 kkal/mol) tak tersedia untuk
molekul itu pada temperatur kamar. Karena ketegaran ikatan pi inilah maka gugus
– gugus yang terikat pada karbon berikatan pi terletak dalam ruang relatif satu
sama lain.

Biasanya struktur suatu alkena ditulis seakan – akan atom – atom karbon
2
sp dan atom – atom yang terikat pada mereka terletak semuanya pada bidang
kertas. Dalam pemaparan ini satu cuping (lobe) ikatan pi dapat dibayangkan
berapa di atas kertas dan cuping yang lain berada di bawah kertas, tertutup oleh
cuping atas.

Dalam Gambar 4.1 tertera suatu struktur dengan dua atom Cl (satu pada
tiap karbon sp2) pada satu sisi dari ikatan pi dan dua atom H pada sisi yang lain.
Karena ikatan rangkap tegar (rigid) maka molekul ini tidak mudah saling diubah
dengan senyawa dalam mana atom – atom Cl berada pada sisi ikatan pi yang
berlawanan.

Dua gugus yang terletak pada satu sisi ikatan pi disebut cis (Latin, “pada
sisi yang sama”). Gugus – gugus yang terletak pada sisi – sisi yang berlawanan
disebut trans (Latin, “berseberangan”). Perhatikan bagaimana kata cis dan trans
ini digabungkan ke dalam nama.

Sifat – sifat fisik (seperti titik didih) cis- dan trans–1,2-dikloroetena


berbeda; memang mereka senyawa yang berlainan. Tetapi kedua senyawa ini
bukanlah isomer – isomer struktural karena urutan ikatan atom – atom dan lokasi
ikatan rangkapnya sama. Pasangan isomer ini masuk dalam kategori umum
stereoisomer : senyawa berlainan yang mempunyai struktur sama, berbeda hanya
dalam hal penataan atom – atom dalam ruangan. Lebih lanjut pasangan isomer
ini termasuk dalam kategori yang lebih spesifik : isomer geometrik (juga disebut
isomer cis – trans) : stereoisomer – stereoisomer yang berbeda karena gugus –
gugus berada pada satu sisi atau pada sisi – sisi yang berlawannan terhadap letak
ketegaran molekul.

Persyaratan isomeri geometrik dalam alkena ialah bahwa tiap atom karbon
yang terlibat dalam ikatan pi mengikat dua gugus yang berlainan, misalya H dan
Cl, CH3 dan Cl. Jika salah satu atom karbon berikatan rangkap itu mempunyai
gugus identik, misalnya dua atom H atau gugus CH3 , maka tak mungkin terjadi
isomeri geometrik.(Sangat disarankan untuk menggunakan model molekul dan
memeriksa sendiri persyaratan isomeri geometrik ini).

A. Sistem Tatanama (E) dan (Z)


Bila tiga atau empat gugus yang terikat pada atom – atom karbon suatu
ikatan rangkap berlainan, maka tetap diperoleh sepasang isomer geometrik. Tetapi
kadang – kadang sulit untuk memberikan penandaan cis dan trans pada isomer –
isomer itu.

Dalam contoh ini Br dan Cl dapat dikatakan trans satu sama lain, atau I
dan Cl cis satu ssama lain. Tetapi struktur itu dalam keseluruhannya tak dapat
dinamai sebagai cis ataupun trans. Karena kembar – maknanya dalam kasus
macam ini, maka telah dikembangkan sistem penetapan isomer yang lebih umum,
yang disebut sistem (E) dan (Z).

Sistem (E) dan (Z) ini didasarkan pada suatu pemberian prioritas (jangan
dikeirukan dengan prioritas tata nama) kepada atom atau gugus yang berprioritas
tinggi berada pada sisi yang berlawanan (dari) ikatan pi, maka isomer itu (Z).
(Huruf E berasal dari “entgegen”, kata Jerman untuk “berseberangan”;Z berasal
dari “zusammen”, kata Jerman untuk “bersama –sama”).

Jika kedua atom pada masing – masing karbon ikatan rangkap itu berbeda,
prioritas didasarkan pada bobot atom (dari) atom – atom yang langsung terikat
pada karbon ikatan rangkap itu. Atom dengan bobot atom lebih tinggi
memperoleh prioritas yang lebih tinggi. Dalam contoh diatas, bobot atom I lebih
tinggi daripada Br; maka I berprioritas lebih tinggi. Pada atom karbon lain, Cl
lebih diprioritaskan daripada F.

B. Aturan Deret
Penentuan prioritas oleh nomor atom saja tak dapat menangani semua
kasus. Misalnya, bagaimana menamai senyawa berikut ini dengan sistem (E) dan
(Z)?

Untuk menangani kasus ini, dan kasus – kasus lain seperti ini, telah
dikembangkan seperangkat aturan deret untuk menentukan urutan prioritas.
Aturan prioritas ini membentuk dasar sistem tatanama Chan – Ingold – Prelog,
untuk menghormati ahli kimia yang mengembangkan sistem itu.

Aturan deret untuk urutan prioritas :

1. Jika atom – atom yang dipermaslahkan berbeda – beda, maka urutan deret
ditentukan oleh nomor atom. Atom dengan nomor atom tinggi memeroleh
prioritas.
F Cl Br I
Naiknya prioritas
2. Jika atom – atom itu adalah isotop satu sama lain, maka isotop dengan
nomor massa tinggi memperoleh prioritas.
3. Jika kedua atom itu identik, maka nomor atom (dari) atom – atom
berikutnya digunakan untuk memberikan prioritas ditentukan pada titik
pertama kali dijumpai perbedaan dalam menyusuri rantai. Atom yang
mengikat suatu atom dengan prioritas tinggi, akan diprioritaskan (jangan
menjumlahkan nomoor – nomor atom, melainkan mencari atom tunggal
yang berprioritas tertinggi).

4. Atom – atom yang terikat oleh ikatan rangkap atau ikatan ganda tiga diberi
kesetaraan (equivalencies) ikatan tunggal, sehingga atom – atom ini dapat
diperlakukan sebagai gugus – gugus berikatan tunggal, dalam menentukan
prioritas. Tiap atom berikatan rangkap diduakalikan (atau ditigakalikan
untuk ikatan ganda tiga). Proses ini lebih jelas ditunjukkan oleh contih –
contoh.

SUB – BAB 4.2


Isomeri Geometrik dalam Senyawa Siklik
Telah dijelaskan bagaimana rotasi yang tidak bebas mengelilingi
suatu ikatan rangkap dapat mengakibatkan terjadinya isomeri geometrik.
Sekarang akan dibahas rotasi tak bebas dalam senyawa siklik.
Atom – atom yang tergabung dalam suatu cincin tidak bebas
berotasi mengelilingi ikatan – ikatan sigma (dari) cincin itu. Rotasi
mengelilingi ikatan – ikatan sigma cincin akan memutus agar atom – atom
atau gugus – gugus yang terikat, melewati pusat cincin itu. Tetapi gaya
tolak Van Der Wals menghalangi terjadinya gerakan ini, kecuali jika
cincin terdiri dari sepuluh atom karbon atau lebih. Dalam senyawa organik
cincin yang paling lazim ialah cincin lima atau enam anggota; oleh karena
itu pembahasan dipusatkan pada cincin dengan enam atom karbon atau
kurang.

Untuk saat ini diandaikan atom – atom karbon suatu struktur


lingkar (siklik) seperti sikloheksana membentuk bidang datar (meskipun
pengandaian ini tidak sepenuhnya benar, seperti akan dibahas nanti dalam
bab ini, pengandaian ini sering memudahkan pembahasan). Dalam
pembahasan sekarang ini, bidang cincin dipandang hampir – hampir
horizontal (tegak lurus pada bidang kertas). Tepi cincin yang menghadap
pembaca ditebali.

Tiap atom karbon dalam cincin sikloheksana terikat pada atom –


atom karbon tetangganya dan juga pada dua atom atau gugus lainnya.
Ikatan pada dua gugus lain ini dinyatakan oleh garis – garis vertikal (garis
pada bidang kertas). Suatu gugus yang terikat pada ujung atas garis
vertikal dikatakan berada di atas bidang cincin, dan gugus yang terikat
pada ujung bawah garis vertikal itu dikatakan berada di bawah bidang
cincin.

Dalam perlambangan ini, atom – atom hidrogen yang terikat pada


cincin dan ikatan – ikatan mereka tak selalu ditunjukkan.
Cara lain untuk menunjukkan bagaimana gugus – gugus terikat
pada cincin ialah dengan menggunakan baji (wedge) patah – patah untuk
menunjukkan suatu gugus di bawah bidang cincin dan suatu ikatan garis
tebal atau suatu baji untuk menyatakan bahwa suatu gugus berada di atas.

Pemerian substituen sebagai berada “di atas bidang” atau “di


bawah bidang” hanya benar untuk representasi suatu struktur. Suatu
molekul dapat jungkir balik dalam ruang dalam pemerian itu pun harus
dibalik.

Suatu hal yang penting ialah bahwa dalam rumus – rumus di atas,
gugus metil dan gugus hidroksil berada dalam sisi – sisi yang berlawanan
dari bidang cincin. Bila dua gugus berada dalam sisi – sisi berlawanan dari
cincin, mereka adalah trans; bila mereka berada dalam satu sisi, mereka
adalah cis. Penandaan ini analog langsung pada cis dan trans dalam
alkena. Senyawa cis dan trans adalah isomer geometrik satu sama lain,
tepat seperti cis- dan trans- alkena.

SUB – BAB 4.3


Konformasi Senyawa Rantai – Terbuka
Dalam senyawa rantai – terbuka gugus – gugus yang terikat oleh
ikatan sigma dapat berotasi mengelilingi ikatan itu. Oleh karena itu atom –
atom dalam suatu molekul – rantai terbuka dapat memiliki tak – terhingga
banyak posisi di dalam ruang relatif satu terhadap yang lain. Memang
etana sebuah molekul kecil, tetapi etana dapat memiliki penataan dalam
ruang secara berlain – lainan, penataan mana disebut konformasi.
Untuk mengemukakan informasi akan digunakan tiga jenis rumus :
rumus diensional, rumus bola dan pasak dan proyeksi Newman
(disarankan untuk menggunakan model molekul dalam
memperbandingkan konformasi yang berlainan). Suatu rumus bola dan
pasak dan rumus dimensional adalah representasi tiga dimensi dari model
molekul suatu senyawa. Suatu proyeksi Newman adalah pandangan ujung
ke ujung dari dua atom karbon saja dalam molekul itu. Ikatan yang
menghubungkan kedua atom ini tersembunyi. Ketiga ikatan dari karbon
depan tampak menuju ke pusat proyeksi, dan ketiga ikatan dari karbon
belakang hanya tampak sebagian.

Proyeksi Newman dapat digambar untuk molekul dengan dua atom


karbon atau lebih. Karena pada tiap kali hanya dua atom karbon dapat
ditunjukkan dalam proyeksi itu, maka lebih dari satu proyeksi Newman
dapat digambar untuk sebuah molekul. Misalnya, dapat dikemukakan dua
proyeksi Newman untuk 3-kloro-1-propanol.

Karena adanya rotasi mengelilingi ikatan sigma, maka suatu


molekul dapat memiliki konformasi berapa saja. Konformasi yang berbeda
– beda itu disebut konformer(dari kata “conformational isomers”).
Karena konformer dapat dengan mudah diubah satu menjadi yang lain,
biasanya mereka tak dapat diisolasi satu bebas dari yang lain, seperti
isomer struktural.
Dalam rumus – rumus etana dan 3-kloro-1-propanol, telah
diperagakan konformer goyang, dimana atom – atom hidrogen atau
gugus – gugus terpisah sejauh mungkin satu dari yang lain. Karena ikatan
C-C dapat berotasi, maka atom – atom hidrogen dapat juga saling
menutup(Inggris :eclipsed, seperti gerhana), atau sedapat mungkin
berdekatan satu di belakang yang lain(konformasi eklips). Agar lebih
jelas, digambarkan disani dalam keadaan bukan eklips benar – benar.

Rotasi mengelilingi ikatan sigma seringkali disebut rotasi bebas,


tatapi sebenarnya rotasi ini tidaklah benar – benar bebas. Konformasi
eklips (dari) etana kira – kira 3 kkal/mol kurang stabil (lebih tinggi
energinya) dibandingkan dengan konformer goyang, karena adanya tolak –
menolak antara elektron – elektron ikatan dan atom – atom hidrogen.
Untuk berotasi dari konformasi goyang ke konformasi eklips satu mol
molekul etana memerlukan 3 kkal energi. Karena pada temperatur kamar
jumlah nergi ini mudah diperoleh, maka rotasi itu dapat berlangsung
dengan mudah; inilah sebabnya konformasi yang berbeda – beda bukanlah
isomer. Tetapi, meskipun knformasi – konformasi etana mudah
dipertukarkan pada temperatur kamar, pada saat kapan saja sebagian besar
molekul etana mudah dipertukarkan pada temperatur kamar, pada saat
kapan saja sebagian besar molekul etana berda dalam konformasi goyang
karena energinya lebih rendah. Dengan dipaparkan suatu diagram yang
menunjukkan pasang – surutnya energi potensial oleh rotasi mengelilingi
ikatan C-C dalam etana.
Butana (CH3CH2CH2CH3), seperti etana, dapat memiliki
konformasi eklips dan goyang. Dalam butana terdapat dua gugus metil
yang relatif besar, terikat pada dua karbon pusat. Dipandang dari kedua
karbon pusat, hadirnya gugus – gugus metil ini satu terhadap yang lain.
Konformasi goyang dalam mana gugus – gugus metil terpisah sejauh
mungkin, disebut konformer anti(Yunani ; anti,”melawan”). Konformasi
goyang ini dimana gugus – gugus lebih berdekatan, disebut konformer
gauche(Perancis : gauche,”kiri” atau “terkelit”). Dibawah ini proyeksi
Newman untuk rotasi setengah penuh.

Makin besar gugus – gugus yang terikat pada kedua atom karbon,
akan makin besar selisih energi antara konformasi – konformasi molekul
itu. Diperlukan lebih banyak energi untuk mendorong dua gugus besar
agar berdekatan daripada gugus kecil. Etana membutuhkan hanya 3
kkal/mol untuk berotasi dari konformasi goyang ke eklips, sedangkan
butana memerlukan 4,5 kkal/mol untuk berotasi dari konformasi anti ke
konformasi dimana gugus – gugus metil eklips. Hubungan energi untuk
rotasi penuh mengelilingi ikatan karbon 2-karbon 3 butana.
Bab 4
Stereokimia

Bentuk Senyawa Siklik


A. Terikan cincin (ring strain)
Dalam tahun 1885 Adolf Von Baeyar, seorang ahli kimia Jerman,
melontarkan teori bahwa senyawa siklik membentuk cincin – cincin
datar. Kecuali siklopentana semua senyawa siklik menderita tarikan
(tagang karena tidak leluasa), karena sudut ikatan (bond angle) mereka
menyimpang dari sudut tetrahedral 109,5o. Ia menyarankan bahwa,
karena sudut cincin luar biasa kecilnya, maka siklopropana dan
siklobutana lebih reaktif daripada alkana rantai terbuka. Menurut
Baeyer siklopentana merupakan sistem cincin yang paling stabil
(karena sudut ikatan paling dekat sudut tetrahedral), dan kemudian
reaktivitas meningkat lagi mulai dengan sikloheksana.

Teori Baeyer tidak seluruhnya benar. Sikloheksana dan cincin yang


lebih besar lagi tidak lebih reaktif daripada siklopentana. Sekarang
diketahui bahwa sikloheksana bkanlah suatu cincin datar dengan sudut
ikatan 120o, melainkan suatu cincin yag agak terlipat (puckered)
dengan sudut ikatan mendekati 109o, sudut sp3 biasa.

Tetapi memang terdapat terikan cincin dalam sistem cincin yang


lebih kecil. Siklopropana merupakan sikloalkana yang paling reaktif.
Kalor pembakaran (heat of combustion) pergugus metilena lebih tinggi
daripada alkana lain. Bila diolah dengan gas hidrogen, siklopentana tak
bereaksi, sedangkan siklopropana mengalami pembukaan cincin.
Teori sekarang akan mengatakan bahwa orbital sp3 atom – atom
karbon dalam siklopropana tak dapat tumpang tindih lengkap satu
sama lain, karena sudut antara atom – atom karbon siklopropana secara
geometris harus 60o. Ikatan – ikatan sigma cincin (dari) siklopropana
berenergi lebih tinggi daripada ikatan – ikatan sigma sp3 yang
mempunyai sudut ikatan normal. Ikatan – ikatan siklopropana lebih
mudah putus daripada kebanyakan ikatan sigma C-C lainnya, serta
dalam reaksi – reaksi yang sepadan, dibebaskan lebih banyak energi.

Siklobutana tak sereaktif siklopropana, tetapi lebih reaktif daripada


siklopentana. Tunduk pada teori Baeyer, cincin siklopentana stabil dan
jauh kalah reaktif dibandingkan dengan cincin tiga dan empat anggota.
Ramalan Baeyer meleset untuk sikloheksana dan cincin – cincin
yang lebih besar. Ternyata sikloheksana dan cincin – cincin yang lebih
besar daripada sikloheksana memiliki konformasi terlipat dan bukan
sebagai cincin rata, serta tidak sangat reaktif. Cincin – cincin besar
biasanya tak dijumpai dalam senyawa alamaiah, seperti cincin lima
dan enam anggota. Baeyer mengira kelangkaan ini disebabkan oleh
terikan cincin. Dewasa ini kelangkaan cincin – cincin besar dianggap
tidak utama karena energi ikatan itu tak lazim tingginya. Kelangkaan
ini timbul karena mengecilnya peluang bahwa ujung – ujung molekul
panjang akan saling bertemu, bereaksi dan membentuk cincin.

B. Melipatnya cincin dan tolakan hidrogen-hidrogen


Apabila semua sikloheksana datar, maka semua atom hidrogen pada
karbon-karbon cincin akan tereklipskan. Tetapi dalam konformer lipatan semua
hidrogen bersifat goyang. Energi konformer lipatan pada sikloheksana lebih
rendah dari sikloheksana datar, sebab terdapat ikatan sp3 dan juga karena adanya
tolak-menolaknya hidrogen-hidrogen kecil. Siklopentana (sudut ikatan datar
108º), sedikit terlipat sehingga atom-atom hidogen yang terikat pada karbon
cincin bersifat goyang. Siklobutana (sudut ikataan datar 90º) juga terlipat namun
pelipatan ini menyebabkan ikatan lebih tegang. Sementara itu siklopropana secara
geometris bersifat datar sehingga atom-atom hidrogennya bersifat eklips.

Konformer Sikloheksana

Satu cincin sikloheksana dapat memiliki berbagai bentuk dan semua


molekul sikloheksana berada dalam keadaan membengkok menjadi berbagi
bentuk. Sejauh ini baru ditemukan bentuk kursi (chair frorm) sikloheksana.
Bentuk ini memiliki struktur hidrogen goyang yang tidak dimiliki oleh
konformasi-konformasi lain. Pada struktur bentuk biduk memiliki hidroge-
hidrogen eklips yang menambah energi molekul.

Dari gambar dapat diketahui jika bentuk kursi memiliki energi terendah dan
diperkirakan bahwa kebanyakan molekul sikloheksana memiliki bentuk kursi
(99,9%).

A. Subtituen ekuatorial dan aksial


Tiap karbon cincin dari sikloheksana mengikat dua atom hidrogen yakni :
1. Hidrogen ekuatorial yakni ikatan pada salah satu hidrogen yang terletak
dalam bidang cincin secara kassar.
2. Hidrogen aksial yakni ikatan ke hidrogen lain yang sejajar dengan sumbu.
Tiap atom karbon sikloheksana memiliki satu atom hidrogen ekuatorial dan
hidrogen aksial. Dalam proses perubahan dari satu komformer ke komformer
lain aksial menjadi ekuatorial dan sebaliknya.

Bila ada gugus metil dalam metilsikloheksana yang berada pada posisis aksial
maka gugus metil itu akan saling menolak dengan hidrogen-hidrogen aksial
pada satu cincin, peristiwa ini biasa disebut antaraksi 1,3-diaksial. Namun
apabila gugus metil berada pada posisi ekuatorial tolak-menolak ini akan
menjadi minimal dan konformernya berenergi lebih rendah.

Bila gugus metil berada pada posisi aksial, konformasi cincin akan serupa
dengan konformasi butana dengan gugus metil yang gauche. Dan bila gugus
metil berada pada posisi ekuatorial konformasi cincin akan serupa dengan
konformasi butana dengan gugus metil yang anti.

Metilsikloheksana dengan gugus aksial kurang stabil bila dibandingkan


dengan gugus ekuatorial. Semakin banyak gugus itu maka selisih eneri antar
komformer aksial dan ekuatorial semakin besar dan dapat dipastikan bahwa
subtituen besar pada cincin siklohessana memiliki posisi ekuatorial.

B. Sikloheksana terdisubtitusi
Dua gugus yang disubtitusikan pada suatu cincin sikloheksana dapat
bersifat cis maupun trans. Cincin-cincin tersebut adala isomer-isomer
geometrik dan tak dapat salig diubah satu menjadi yang lain pada suhu kamar.
Meskipun demikian masing-masing isomer dapat memiliki aneka ragam
konformasi. Contoh pada 1,2-dimetilsikloheksana.
Pada sifat cis-isomer (cis-1,2-dimetilsikloheksana) kedua gugus metil harus
terletak pada satu sisi cincin. Dalam setiap konformasinya selalu satu metil
aksial dan satu metil ekuatorial. Bila cis-1,2-dimetilsikloheksanaberubah dari
satu konformer kursi ke yang lain maka kedua gugus metil akan merubah status
ekuatoial-aksial nya.
Pada sifat trans-isomer (trans-1,2-dimetilsikloheksana) kedua gugus metil
berada pada sisi cincin yang berlawanan. Kedua gugus metilnya harus
keduanya aksial (a,a) atau keduanya ekuatorial (e,e). Dalam trans-1,2-
dimetilsikloheksana konformer e,e lebih disukai karena berenergi lebih rendah
dari pada konformitas a,a.

Dalam hal sikloheksana ter-1,2-dimetilsikloheksana, trans-isomer lebih stabil


daripada cis-isomer karena keduanya dapat berposisi ekuatorial. Tetapi bila
kedua subtituen itu 1,3, maka cis-isomer lebih stabil sebab kedua subtituen dari
1,3-issomer dapat berposisi ekuatorial. Dalam trans-1,3-isomer satu gugus
berposisi aksial.
Kiralitas
A. Kiralitas obyek dan molekul
Obyek apa saja yang tak dapat diimpitkan pada bayangan cerminnya
dikatakan kiral. Sementara benda yang dapat diimpitkan pada bayangan
cerminnya disebut akiral. Asas-asas yang sama juga berlaku pada molekul.
Sebuah molekul akiral dan molekul bayangan cerminnya yang dapat
diimpitkan adalah senyawa yang sama. Sementara sebuah molekul kiral denagn
bayangan cerminnya adalaah dua senyawa yang berlainan, yang merupakan
sepasang stereoisomer yang disebut enantiomer. Sepasang enantiomer adalah
sepasang isomer yang merupakan bayangan cermin satu dari yang lainnya yang
tidak dapat diimpitkan.
B. Atom karbon kiral
Penyebab adanya kiralitas dalam molekul ialah bahwa molekul itu
mengandung sebuah atom karbon sp3 dengan 4 gugus yang berlainan. Maka
sebuah atom karbon dengan 4 gugus yang berlainan disebut atom karbon
asimetrik atau atom karbon kiral.
Untuk mencari sebuah karbon kiral, haruslah ditetapkan bahwa keempat
gugus yang terikat pada karbon sp3 berlainan. Dalam hal ini tiap gugus
keseluruhan yang terikat pada karbon harus dipertanyakan, diteliti, jadi tidak
hanya atom-atom yang terikat langsung pada karbon itu.
Menggambar struktur enentiomer untuk molekul dengan satu atom karbon
adalah mudah. Pertukaran antara dua gugus mana saja disekitar atom karbon
yang kiral akan menghasilkan enantiomernya.

C. Proyeksi Fischer
Pada akhir abad 19, ahli kimia Jerman Emil Fischer mengemukakan rumus
proyeksi untuk menunjukkan penataan ruang dari gugus-gugus di sekitar atom
kiral yang disebut proyeksi Fischer. Fischer mengembangkan rumusan ini
untuk menyatakan proyeksi molekul gula. Untuk menggambarkkan proyeksi
Fischer dewasa yang lazim digunakan adalah gliseraldehida dan eritrosa.

Dalam menggambarkan suatu proyeksi Fischer diandaikan bahwa molekul


itu diukur sepenuhnya dalam bidang kertas dengan semua suntituenyan eklips.
Gugus karbonil ditaruh pada atau di dekat ujung teratas. Jadi, karbon teratas
adalah karbon 1. Tiap garis horizontal melambagan suatu ikatan ke arah
pembaca dan garis vertikal melambangkan ikatan kebelakang menjauhi
pembaca. Proyeksi fischer dapat diputar 180º dalam bidang kertas, namun tidak
boleh dijungkirbalikkan maupun diputar dengan sembarang sudut.

Rotasi (Perputaraan) Cahaya Terpolarisasi-Bidang

Cahaya terpolarisassi-bidang adalah cahaya yang getaran gelombangnya telah


tersaring semua, kecuali getaran yang berada pada satu bidang. Polarisasi
dilakukan dengan melewatkan cahaya biasa menembus sepasang kristal kalsit atau
membuat suatu lensa polarisasi.
Jika cahaya terpolarisasi-bidang dilewatkan pada suatu larutan yang mengandung
suatu enantiomer tunggal, maka bidang polarisaasi cahay itu diputar ke kanan atau
kekiri. Perputaran ini disebut perputaran optis. Senyawa yang menyebabkan
perputaran disebut aktif optis. Dan enatiomer-enantiomernya disebut isomer
optis. Polarimeter adalah alat yang digunakan untuk mempolarisasikan cahaya
kemudian menghitung sudut rotasinya. Besarnya perputaran ini bergantung pada
(1) struktur molekul; (2) temperatur; (3) panjang gelombang; (4) banyaknya
molekul pada jalan cahaya; (5) pelarut.

Sudut putar jenis ialah besarnya perputaran oleh 1 gram zat dalam 1 mL larutan
yang berada dalam tabung dengan panjang 1 dm pada temperatur dan panjang
gelombang tertentu.

[ α ]20D = α
lc

Dengan :
[ α ]20D =¿sudut putar jenis garis D natrum pada 20º
α =¿ sudut putar teramati pada 20º
l = panjang tabung dalam dm
c = konsentrasi larutan
Periatiwa terputarnya bidang polarisasi cahaya oleh senyawa-senyawa ditemukan
oleh Jean-Baptiste Biot tahun 1815. Selanjtnya terdapat pula penemuan penting
dari Louis Pasteur tahun 1948 mengenai hai ini. Eksperimen-eksperimen lanjutan
yang dilakukan oleh para ilmuwan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Sepasang enantiomer murni memutar bidang polarisasi cahaya
terpolarisasi-bidang; sudut putar masing-masig sama besar tetapi arahnya
berlawanan.
2. Suatu campuran sama banyak enantiomer-enantiomer itu tidak memutar
bidang polarisasi cahaya.
A. Beberapa istilah dalam pembahasan rotasi optis
Dekstrorotatori adalah enantiomer dari pasangan enantiomer yang memutar
bidang polarisasi ke kanan, ditandai dengan (+). Levorotatori adalah
enantiomer dari pasangan enantiomer yang memutar bidang polarisasi ke kiri,
ditandai dengan (-).
Suatu campuran sama banyak dari sepasang enantiomer disebut campran
rasemik atau modifikasi rasemik, dinyatakan dalam nama oleh awalan (±).
Suatu campuran rasemik tidak memutar bidang polarisasi cahaya karena
perputaran oleh masing-masing enantiomer saling dimatikan. Suatu larutan
baik dari campuran rasemik maupun suatu senyawa akiral dinyatakan tak-aktif
optis tetapi sebb ketak-aktifan optisnya berbeda.
Penetapan Konfigurasi : Sistem (R) dan (S)
Urutan penataan keempat unsur di sekitar suatu atom kabon kiral disebut
konfigurasi mutlak di sekitar atom itu. Sepasang enantiomer memiliki
konfigurasi yang berlawanan. Misalnya pada (+)-gliseraldehida dan (-)-
gliseraldehida, namun tidak diketahui mana yang menyatakan enantiomer
dekstrorotatori dan yang mana yang levarotatori. Maka pada abad 19 diputuskan
pengandaian bahwa (+)-gliseraldehida mempunyai konfigurasi mutlak dengan OH
pada karbon 2 berada di kanan (dekstrorotatori) yang dibuktikan melalui studi
sinar-X oleh J.M. Bijvoet tahun 1951.
Sistem yang digunakan untuk menyatakan konfigurasi mutlak yakni
penataan yang sesungguhnya dari gugus-gugus di sekeliling suatu karbon kiral
ialah sistem (R) dan (S) atau sistem Chan-Ingold-Prelog. Huruf (R) artinya kanan
dan (S) artinya kiri. Untuk memberiakan konfigurasi (R) atau (S) kepada suatu
karbon kiral :
1. Urutkan keempat gugus yang terikat pada karbon kiral itu menurut urutan
prioritas aturan deret Chan-Ingold-Prelog.
2. Proyeksikan molekul itu sedemikian sehingga gugus yang berprioritas
rendah berarah ke belakang.
3. Pili guggus dengan prioritas tertinggi dan tarik satu anak panah bengkok
ke gugus dengan prioritas tertinggi berikutnya.
4. Jika panah ini searah jarum jam maka konfiguasi ini adalah (R). Jika
panah ini berlawanan jarum jam maka konfiguasi ini adalah (S).

Contoh :

Penetapan Konfigurasi : Sistem (R) dan (S)

Penetapan keempat gugus di sekitar suatu atom karbon kiral disebut


konfigurasi mutlak. Sepasang enantiomer mempunyai konfigurasi yang
berlawanan, namun sampai tahun 1951 ahli kimia belum mengetahui yang mana
formula enantiomer dekstrorotatori dan levorotatori.
Sampai akhirnya di akhir abad 19, diputuskan suatu pengandaian bahwa
(+) gliserida seperti contoh diatas, mempunyai konfigurasi mutlak dengan OH
pada karbon 2 berada di kanan. Studi difraksi sinar-X oleh J. M Bijvoet dari
Universitas Utrecht Negeri Belanda pada tahun 1951, menunjukkan bahwa
pengandaian tersebut memang benar.

Arah pemutaran bidang polarisasi cahaya oleh suatu enatiomer


merupakan sifat fisika. Terdapat hubungan antara konfgurasi mutlak suatu
enantiomer dan arah perputaran bidang polarisasi cahayanya. Arah perputaran
bidang polarisasi cahaya sendiri dapat dinyatakan oleh (+) dan (-), sedangkan
konfigurasi mutlak dinyatakan oleh suatu sistem penataan dari gugus-gugus
sekeliling suatu karbon kiral. Sistem yang dimaksud bernama sistem (R) dan (S)
atau sistem Chan-Ingold-Prelog. Dalam sistem (R) dan (S), gugus-gugus diberi
urutan prioritas dengan menggunakan aturan dalam sistem (E) dan (Z). Berikut
aturannya:

1. Urutkan keempat gugus/atom yang terikat pada karbon kiral menurut urutan
prioritas aturan deret Chan-Ingold-Prelog
2. Proyeksikan molekul itu sedemikian sehingga gugus yang berprioritas
berarah ke belakang
3. Pilih gugus dengan prioritas tertinggi dan dan tarik suatu anak panah bengkok
ke gugus dengan prioritas tertinggi berikutnya
4. Jika panah ini searah dengan jarum jam, maka konfigurasi itu adalah (R) dan
jika anak panah berlawanan dengan jarum jam, maka konfigurasi (S).

1. Urutkan keempat gugus dengan prioritas nomor atom; Br (tertinggi), Cl, C, H


(terendah)
2. Gambar proyeksi dengan atom berprioritas rendah (H) ada di belakang
3. Tarik kedua anak panah dari atom berpriorotas tinggi (Br) ke atom
berpriorotas tinggi kedua
4. Berikan (R) dan (S)

Dengan menggunakan model molekul, akan mudah menentukan struktur


dalam posisi benar untuk memberikan (R) dan (S). Bangunlah model itu, pegang
gugus berprioritas terendah dengan satu tangan, putar model itu sedemikian
sehingga ketika gugus lainnya menghadap ke kita, kemudian tentukan strukutr (R)
dan (S)-nya.

Lebih dari Satu Atom Kabon Kiral

Senyawa-senyawa dapat memiliki lebih dari satu atom kiral. Masing-


masing dapat bekonfigurasu (R) dan (S), jadi akan terdapat empat cara berlainan
atau disebe stereoisomer, yakni :

Konfigurasi
Karbon kiral 1 Karbon Kiral 2
molekul total
(R) (R) (1R, 2R)
(R) (S) (1R¸2S )
(S) (R) (1S, 2R)
(S) (S) (1S, 2S)

Jumlah maksimum stereoisomer optis untuk suatu senyawa adalah 2n,


dengan n merupakan banyaknya atom kiral.
A. Sistem (R) dan (S) untuk Senyawa dengan Dua Atom Karbon Kiral
Memberikan konfigurasi (R) dan (S) untuk dua atom kiral sebuah molekul,
harus diperhatikan secara bergantian. Berikut contohnya :

Jadi nama IUPAC untuk stereisomer senyawa diatas adalah (2R, 3R)-
2,3,4-trihidroksibutanal.

B. Diastereomer
Enantiomer (bayangan cermin) muncul sepasang demi sepasang, dan tidak
semua isomer optik dari molekul yang mempunyai atom kiral bersifat
enantiomer.
Dari gambar diatas, (2R,3S) dan (2S,3S) adalah enantiomer, begitu pula
dengan (2R,3S) dan (2S,3R). Namun stereoisomer (2R,3S) bukan enantiomer satu
sama lain. Pasangan yang bukan enantiomer tersebut disebut diastereomer atau
diastereoisomer.

Sepasang enantiomer mempunyai sifat fisika dan kimia sama kecuali


dalam hal antraksi dengan molekul kiral lain dan arah pemutaran bidnag polarisasi
cahaya. Tetapi diastereomer mempunyai sifat fisika dan kimia yang berbeda. Titik
lebur dan kelarutannya berbeda dan sering reaksinya berbeda pula.

C. Senyawa Meso

Perhatikan dua atom karbon kiral berikut.

Kedua atom tampak seperti enantiomer, namun jika B diputar sejuah 1800,
akan terbukti bahwa B identik dengan A!. Memang A dan B bayangan cermin
datu sama lain, namun banyang ini dapat diimpitkan, jadi A dan B merupakan
senyawa yang sama.
Hal tersebut dapat terjadi karena molekuk tersebut mempunyai suatu
bidang simetri-dalam. Sebagian atas dari molekul tersebut adalah bayangan
cermin dari sebagian bawahnya. Parohan tersebut saling mematikan , sejauh
kiralitas diperhatikan. Oleh karena itu molekul keseluruhan bersifar akiral dan
tidak menyebabkan perputaran bidang polarisasi cahaya. Suatu stereoisomer yang
mengandung karbon-karbon kiral, tetapi dapat diimpitkan pada banyangan
cerminnya, disebut bentuk meso.

Jadi kesimpulanya, karena adanya bidang simetri-dalam dalam asam meso-


tartarat, maka hanya terdapat tiga stereoisomer untuk asam tartarat, tidak empat
seperti diramalkan aturan 2n.

D. Senyawa Kiral Siklik


Beberapa sikloalkana tersbtitusi adalah kiral. Contohnya cis, trans
dimetilsiklopropana yang mengandung dua karbon kiral. Isomer trans
mempunyai bidang dalam, sedangkan isomer cis tidak. Oleh sebab itu, isomer cis
merupakan bentuk meso.

Ketiga stereoisomer 1,2-dimetilsiklopropana :

Sikloalkana tersubstitusi selain siklopropana tersubstitusi akan lebih rumit.


Tidak seperti cincin siklopropama datar, cincin sikloheksana ini dapat berada
dalam aneka konformasi, terutama bentuk-bentuk kursi.
Baik cic- maupun trans-1,4-dimetilsikloheksana tidaklah kiral karena
mereka tak mempunyai karbon kiran. Perhatikan bahwa keduanya memiliki
bidang simetris-dalam. Jadi tak satu isomer pun berada sebagai sepasang
enantiomer.

Kedua stereoisomer 1,4-dimetilsikloheksana:

Cis dan trans-1,3 Dimetilsikloheksana masing-masing mempunyai dua


karbon kiral. Isomer cis mempunyai suatu bidang simetri-dalam merupakan
bentuk meso. Isomer trans tak mempunyai bidang simetri dan berbeda sebagai
sepasang enantiomer.
Ketiga stereoisomer (dari) 1,3-dimetilsikloheksna:

1,2-Dimetilsikloheksana itu juga mengandung dua atom karbon kiral.


Trans-1,2-Dimentilsikholeksana berada sebagai sepasang enantioner, sedangkan
isomer cis adalah suatu bentuk meso.

Ketiga stereoisomer dari 1,2-dimetilsikloheksana:

E. Pemisahan Suatu Campuran Resemik


Berlawanan dengan reaksi kimia di laboratorium, kebanyakan reaksi
biologis mulai dengan pereaksi kiral atau akiral dan menghasilkan produk-produk
kiral. Reaksi biologis ini dimungkinkan oleh katalis biologis yang disebut enzim,
yang bersifat kiral. Karena enzime bersifat kiral, mereka bisa berlaku sangat
selektif dalam kegiatan katalitiknya.
Dalam laboratorium pemisah fisis suatu campuran resemik menjadi
enantioner-enantioner murni disebut resolusi (atau resolving) campuran rasemik
itu.
Suatu cara untuk memisahkan campuran resemik, atau sekurangnya
mengisolasi satu enantiomer murni, adalah mengolah campuran itu dengan suatu
mikroorganisme, yang hanya akan mencerna salah satu dari kedua enantioner itu.
Misalnya, (R)-nikotina murni dapat diperoleh dari (R)(S)-nikotina dengan
menginkubasi campuran resemik iti dengan bakteri pseudomonas putida, yang
mengoksidasi (S)-nikotina, tetapi tidak (R)-enantiomer.
Teknik yang sangat umum untuk memisahkan sepasang enantiomer ialah
mereaksikan mereka dengan suatu reagensia kiral sehingga diperoleh sepasang
produk diastereomerik.
Sebagai ilustrasi, (R)(S)-RCO2H, suatu campurann resemik asam
karbonsilat akan dipisahkan secara laboratoriuum. (R)-RCO2H dan (S)-RCO2H
ialah kedua enantiomer itu. Suatu asam karboksilat akan bereaksi dengan suatu
amina, membentuk suatu garam. (sub-bab 1.10):

Reaksi asam (R)(S) karbiksilat dengan suatu amina, yang berupa suatu
enantioner murni, menghasilkan sepasang garam diastereomer: garam amina
(dari) asam (R) dan garam amina dari asam (S).

Setelah pemisahan, masing-masing garam diastereomerik ini diolah


dengan basa kuat untuk memperoleh kembali aminahnya. Amina dan ion
karboksilat dapat dipisahkan oleh ekstraksi dengan pelarut seperti dietil eter
(amina larut, sedang garam karboksilat tidak). Pengasaman lapisan air akan
menghasilkan asam karboksilat bebas sebagai suatu enantiomer.
Resolusi suatu asam resemik bergantung pada pembentukan garam,
dengan menggunakan suatu enantiomer tunggal (dari) suatu amina kiral. Amina
yang lazim digunakan ialah amfetamina, yang dapat diperoleh sebagai
enantiomer-enantioomer murni secara komersial, dan strikhnina yang terdapat
dalam alam (lohat sub-sub 15.11, jilid 2).

Anda mungkin juga menyukai