Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

NAMA LENGKAP : Evangeline Keisha Annabel

NIM : 208114056

HARI PRAKTIKUM : Senin, 15 Februari 2020

GOLONGAN :B1

KELOMPOK :1

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

2021
ACARA IA

PENGENALAN ALAT DAN

STERILISASI

1. TUJUAN:

• Mengenal bermacam-macam alat dan cara penggunaannya secara benar pada


praktikum mikrobiologi.
• Mempelajari macam-macam tektik sterilisasi.

2. PERTANYAAN PENUNTUN (disertai sitasi dari sumber yang diambil)

a) Apa pengertian sterilisasi?


Sterilisasi adalah proses penghilangan atau membunuh mikroorganisme
(protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus) dalam benda atau peralatan
untuk menjaga peralatan di laboratorium tetap bersih atau steril, serta
mencegah terjadinya kontaminasi (Nurminah, 2002).

b) Apa pengertian steril?


Steril adalah suatu keadaan dimana suatu zat bebas dari mikroba hidup,
baik yang patogen (menimbulkan penyakit) maupun apatogen / non patogen
(tidak menimbulkan penyakit), baik dalam bentuk vegetatif (siap untuk
berkembang biak) maupun dalam bentuk spora (dalam keadaan statis, tidak
dapat berkembang biak, tetapi melindungi diri dengan lapisan pelindung yang
kuat) (Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995).

c) Jelaskan pengertian dan prinsip kerja aseptis!


Teknik aseptis adalah teknik yang digunakan dalam pencegahan
kontaminasi selama membuat dan mensterilkan medium kultur (Kusnadi,
2003)
Apabila akan bekerja di atas meja maka persiapan yang harus dilakukan
sebelum bekerja secara aseptis adalah mensterilkan tempat bekerja (meja).
Caranya dengan menyemprotkan alkohol 70% di permukaan meja dan udara
di sekitar meja secara merata. Kemudian bersihkan meja dengan
menggunakan kapas/tisu dengan cara digosok satu arah saja. Setelah itu,
letakkan alat dan bahan yang diperlukan di atas meja yang telah bersih.
Semprot lagi semua permukaan alat dengan alkohol, kemudian semprot kedua
tangan hingga merata, diamkan hingga kering, dan siap bekerja secara aseptis
(Widodo, 2017).

d) Jelaskan metode sterilisasi yang ada di Farmakope V!


1) Sterilisasi uap
 Proses sterilisasi termal menggunakan uap jenuh di bawah tekanan
berlangsung di suatu bejana yang disebut otoklaf. Suatu siklus otoklaf
yang ditetapkan dalam farmakope, untuk media atau pereaksi adalah
selama 15 menit, 1210C, kecuali dinyatakan lain.
 Prinsip dasar kerja alat: udara di dalam bejana diganti dengan uap jenuh,
dan hal ini dicapai dengan menggunakan alat pembuka atau penutup
khusus.
 Pengerjaan: sediaan yang akan disterilkan diisikan ke dalam wadah
yang cocok, kemudian ditutup kedap. Jika volume dalam tiap wadah
tidak lebih dari 100 ml, maka sterilisasi dilakukan dengan uap air jenuh
pada suhu 115oC-116oC selama 30 menit. Jika volume dalam tiap
wadah lebih dari 100 ml, maka waktu sterilisasi diperpanjang hingga
seluruh isi tiap wadah berada pada 115oC-116oC selama 30 menit.

2) Sterilisasi panas kering


 Proses sterilisasi termal untuk bahan yang tertera di farmakope dengan
menggunakan panas kering biasanya dilakukan dengan suatu proses bets
dalam suatu oven yang didesain khusus untuk tujuan tersebut. Distribusi
panas dapat berupa sirkulasi atau disalurkan langsung dari suatu nyala
terbuka. Suatu proses berkesinambungan sering digunakan untuk
sterilisasi dan depirogenisasi alat kaca sebagai bagian dari sistem
pengisian dan penutupan kedap secara aseptik yang berkesinambungan
dan terpadu.
 Pengerjaan:
Sediaan yang akan disterilkan dimasukkan kedalam wadah lalu ditutup
kedap atau penutupan ini bersifat sementara untuk mencegah
pencemaran. Jika volume dalam tiap wadah tidak lebih dari 30 ml, maka
panaskan pada suhu 150oC selama 1 jam. Jika volume dalam tiap wadah
lebih dari 30 ml, maka waktu 1 jam dihitung setelah seluruh isi tiap
wadah mencapai suhu 150oC. Wadah yang tertutup sementara,
kemudian ditutup kedap menurut Teknik Aseptik
3) Sterilisasi gas
 Pilihan untuk menggunakan sterilisasi gas sebagai alternatif dari
sterilisasi termal sering dilakukan jika bahan yang akan disterilkan tidak
tahan terhadap suhu tinggi pada proses sterilisasi uap atau panas kering.
 Bahan aktif yang umumnya digunakan pada sterilisasi gas adalah etilen
oksida.
 Keburukan dari bahan ini adalah sangat mudah terbakar (walaupun
sudah dicampur dengan gas inert yang sesuai), bersifat mutagenik dan
kemungkinan adanya residu toksik dalam bahan yang disterilkan
terutama yang mengandung ion klorida.
 Proses sterilisasi umumnya berlangsung dalam bejana yang bertekanan
yang didesain sama seperti pada otoklaf tetapi dengan tambahan bagian
khusus yang hanya terdapat pada alat sterilisasi yang menggunakan gas.
 Keterbatasan utama dari proses sterilisasi etilen oksida adalah
terbatasnya kemampuan gas tersebut untuk berdifusi sampai ke daerah
yang paling dalam dari bahan yang disterilkan.
 Gas yang lain yang dapat dipakai yaitu formaldehid.

4) Sterilisasi dengan radiasi ion


 Keunggulan sterilisasi iradiasi meliputi reaktivitas kimia rendah, residu
rendah yang dapat diukur dan kenyataan yang membuktikan bahwa
variabel yang dikendalikan lebih sedikit.
 Ada 2 jenis radiasi ion yang digunakan yaitu:
- disintegrasi radioaktif dari radioisotop (radiasi γ)
- radiasi berkas elektron.
 Iradiasi hanya menimbulkan sedikit kenaikan suhu tetapi dapat
mempengaruhi kualitas dan jenis plastik/kaca tertentu.

5) Sterilisasi dengan penyaringan


 Sterilisasi larutan yang labil terhadap panas
 Dilakukan dengan penyaringan menggunakan bahan yang dapat
menahan mikroba, sehingga mikroba yang dikandung dapat dipisahkan
secara fisika. labil terhadap panas.
 Perangkat penyaring umumnya terdiri dari suatu matriks berpori
bertutup kedap atau dirangkaikan pada wadah yang tidak permeabel.
 Efektivitas suatu penyaring media atau penyaring substrat tergantung
pada ukuran pori bahan dan dapat tergantung pada daya absorbsi bakteri
pada atau dalam matriks penyaring atau bergantung pada mekanisme
pengayakan.
 Penyaringan untuk tujuan sterilisasi umumnya dilaksanakan
menggunakan rakitan yang memiliki membran dengan porositas
nominal 0,2 μm atau kurang.
(Farmakope Indonesia Edisi IV, 2014)
3. SKEMA KERJA:

Dilakukan simulasi atau demo alat dan penjelasan mengenai cara kerja dan fungsi
alat.

Dilakukan praktek penggunaan alat dengan benar sesuai dengan fungsinya.

4. HASIL PRAKTIKUM
a. Denah Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma.

Keterangan :

1. Ruang laboran

2. Ruang asisten

3. Tempat penyimpanan alat & bahan


(Gudang)

4. Ruang LAF

5. Ruang dosen

6. General bench —sebagai tempat


praktikum (terdiri atas 3 meja
praktikum )

7. Ruang sterilisasi

8. Ruang penimbangan

9. Ruang penelitian/ruang steril:

• General bench

• Ruang BSC

b. Alat yang ada di dalam laboratorium mikrobiologi dan fungsinya.

1. Alat Besar

Alat Fungsi
Nephelometer Nephelometer adalah alat yang
digunakan untuk mengukur tingkat
kekeruhan air dengan memanfaatkan
hamburan sinar dengan peletakan
detektor pada sudut 90o dari sumber
sinar dan yang diukur adalah
hamburan cahaya oleh campurannya
(Hafsan, 2014).

Inkubator Inkubator digunakan untuk


menginkubasi mikroba pada suhu
tertentu, untuk menumbuhkan
bakteri, jamur, dan menyimpan
biakan murni pada suhu rendah.
(Kemenkes, 2017)

Autoklaf Autoklaf digunakan untuk sterilisasi


alat, bahan, atau media tertentu
dengan menggunakan uap panas
pertekanan. Alat ini menggunakan
uap air panas bertekanan kira 2
atm(=15 Psi) dengan lama strerilisasi
umumnya 15 menit. (Kemenkes,
2017)

Oven Oven digunakan alat yang digunakan


untuk sterilisasi dengan metode panas
kering. (Kemenkes, 2017)

BSC (Biological Safety Cabinet) Fungsi daerah ini adalah untuk


tempat kerja proses transfer atau
manipulasi biakan. (Hafsan, 2014)

LAF (Laminar Air Flow) Fungsi daerah ini adalah untuk


tempat kerja proses transfer atau
manipulasi biakan. Dalam kerja
aseptis akan sangat menekan resiko
kontaminan dari udara sekitar kepada
biakan dan juga menjaga atau
membuat aman operator dari
terpaparnya kepada biakan bakteri
berbahaya. (Hafsan, 2014)

Mikroskop Mikroskop digunakan untuk


mengamati mikroorganisme yang
sangat kecil ukurannya. (Kemenkes,
2017)

Vortex Mixer Vortex mixer digunakan untuk


menghomogenisasi larutan dalam
botol atau tabung/dalam jumlah yang
kecil saja. (Hafsan, 2014)
Hot plate stirrer dan Stirrer bar Hot plate stirrer dan Stirrer bar;
berfungsi untuk menghomogenkan
suatu larutan dengan pengadukan dan
panas. (Hafsan, 2014)

Neraca Analitik Neraca analitik merupakan alat untuk


mengetahui berat/massa suatu bahan.
Di dalam lab mikrobiologi umumnya
dipakai untuk menimbang media
pertumbuhan, menimbang sampel,
dll. (Hafsan, 2014)

Colony Counter Colony Counter berguna untuk


mempermudah perhitungan koloni
yang tumbuh setelah diinkubasi di
dalam cawan karena adanya kaca
pembesar. (Hafsan, 2014)

Shaker Incubator Merupakan inkubator yang


dilengkapi dengan pengocok untuk
melakukan aerasi biakan. (Hafsan,
2014)

Lemari Pedingin Lemari pendingin digunakan untuk


menyimpan media atau
bahan/spesimen agar isi dan mutu
tidak berubah. (Kemenkes, 2017)
pH meter Untuk mengukur pH larutan/ sampel
cair. (Hakim, 2017)

2. Alat Kecil

Alat Fungsi
Batang bengkok/spreader/batang Digunakan untuk menanam mikroba
Drigalsky dengan cara sebar/pulasan/spread.
(Panduan Praktikum, 2021)

Jarum inokulasi/needle Digunakan untuk menanam mikroba


dengan cara tusukan. (Panduan
Praktikum, 2021)

Jarum enten digunakan untuk mengambil mikroba


berupa biakan jamur/fungi. (Panduan
Praktikum, 2021)

Jarum ose/ loop/sengkelit digunakan untuk menanam mikroba


dengan cara goresan/streak. (Panduan
Praktikum, 2021)

Batang Pengaduk Fungsi batang pengaduk kaca adalah


untuk mengaduk suatu campuran zat
kimia baik itu padatan atau cairan
agar dapat tercampur secara merata.
(Meidi, 2020)
Kaca Arloji Fungsi dari kaca arloji adalah sebagai
tempat menimbang bahan kimia,
sebagai penutup gelas beker, tempat
mengeringkan bahan, dan sebagai
tempat menguapkan zat cair dalam
jumlah sedikit. (Pangestu, 2020)

Pipet Tetes Pipet tetes merupakan pipet gelas


berdiameter 6-7 mm ini berfungsi
untuk memindahkan sejumlah kecil
cairan dengan menghisapnya
memakai gelembung karet elastis
yang dapat ditekan. (Hafsan, 2014)

Pipet tip Fungsi pipet tip adalah untuk


menampung liquid pada saat
melakukan proses penarikan volume
liquid hingga akan ditransfer melalui
mikropipet. Besar kecilnya akan
disesuaikan dengan volume liquid
yang ditransfer dan kapasitas
mikropipetnya. (IBS, 2018)
Mikropipet Mikropipet merupakan alat yang
digunakan untuk memindahkan
cairan yang bervolume cukup kecil,
biasanya kurang dari 1000 µl.
(Perianadi et al, 2015)

Gelas Ukur Gelas ukur berguna untuk mengukur


volume suatu cairan dengan lebih
akurat. (Hafsan, 2014)
Erlenmeyer Erlenmeyer berfungsi untuk
menampung larutan atau cairan, dapat
digunakan untuk meracik dan
menghomogenkan bahan-bahan
komposisi media, menampung
akuades, membuat pelarut, kultivasi
mikroorganisme dalam kultur cair,
dll. (Hafsan, 2014)
Gelas Beker Gelas beker merupakan alat
penampung cairan yang dapat
digunakan untuk berbagai macam
keperluan. Fungsinya hampir sama
dengan Erlenmeyer namun
perbedaannya adalah beaker glass
memiliki mulut bercucuk yang lebar
dan diameter mulut sama dengan
diameter bagian dasar sehingga sesuai
untuk proses pengadukan dengan
spatula. (Hafsan, 2014)
Botol Semprot Botol semprot digunakan untuk
menyemprotkan etanol saat
melakukan proses sterilisasi dalam
teknik aseptis. (Hafsan, 2014)
Cawan Petri Cawan petri terbuat dari gelas dan
berfungsi sebagai tempat pembiakan
mikroorganisme. (Hafsan, 2014)

Pelubang Sumuran Digunakan untuk membuat lubang


pada media yang akan ditanami.
(Hafsan, 2014)

Bunsen Burner Merupakan alat yang berfungsi untuk


menciptakan kondisi yang steril.
(Perianadi et al, 2015)
Milipur Digunakan untuk sterilisasi bahan
yang tidak tahan panaas atau
termolabil dan mudah rusak oleh
bahan kimia. (Pangestu, 2020)

Spuit Digunakan untuk menyuntikkan atau


mengambil cairan. (Pangestu, 2020)

Magnetic Stirrer Magnetic stirrer digunakan untuk


pengadukan cairan kimia yang
menggunakan putaran medan magnet
untuk memutar stir bars (juga disebut
“flea”) sehingga membantu proses
homogenisasi. (Mujiati, 2014)
Labu Ukur Labu ukur digunakan sabagai tempat
untuk membuat dan mengencerkan
suatu larutan. (Surahman, 2018)

Tabung Durham Tabung durham berfungsi untuk


menampung/menjebak gas yang
terbentuk dari metabolisme pada
bakteri yang diujikan. (Hafsan, 2014)

Kaca Preparat Kaca preparat digunakan sebagai


tempat untuk meletakkan
objek/preparat yang akan diamati
pada mikroskop (Perianadi et al,
2015).

Penutup Preparat Penutup preparat digunakan untuk


menutup objek pada kaca preparat
agar tidak terkontaminasi. (Perianadi
et al, 2015).

Penjepit Penjepit digunakan untuk menjepit


tabung reaksi saat akan dipanaskan di
burner. (Perianadi et al, 2015).

Korek Korek digunakan untuk membuat api


atau menghidupkan burner. (Hafsan,
2014)

Tabung Reaksi Tabung reaksi digunakan sebagai


tempat media pertumbuhan atau
penampungan cairan lainnya seperti
pelarut dalam pengenceran. (Hafsan,
2014)
Rak Tabung Reaksi Rak tabung reaksi digunakan sebagai
tempat untuk meletakkan tabung
reaksi. (Hafsan, 2014)

Pipet pump Digunakan untuk mengabil larutan


dengan cara penyedotan yang
dikendalikan melalui thumb wheel.
(Hafsan, 2014)

Ball filler Ball filler merupakan alat yang


digunakan untuk menyedot larutan yang
dapat dipasang pada pangkal pipet ukur.
(Hafsan, 2014)

Jangka Sorong Jangka sorong digunakan untuk


mengukur tinggi suatu benda yang
bertingkat, mengukur ketebalan suatu
benda, mengukur inner ring atau
bagian dalam suatu benda, mengukur
outer ring atau bagian luar benda, dan
mengukur kedalaman benda.
(Ahmad, 2021)
c. Sterilisasi inoculation loop dan inoculation needle

Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk melakukan pemindahan bakteri


secara aseptis, yaitu inoculation loop, inoculation needle, dan Bunsen burner

Bunsen burner dihidupkan

Tingkat panas pada Bunsen burner diatur sesuai dengan keperluan

Alat inokulasi disterilkan dengan cara dipanaskan

dibagian terpanas dari api busen burner

Setelah dipanaskan, alat inokulasi tidak boleh ditaruh (tetap dipegang),

dan alat inokulasi sudah bisa digunakan

d. Cara Penggunaan Autoklaf

Air yang ada di dalam autoklaf dicek, jika dirasa kurang

air ditambahkan ke dalam autoklaf sampai batas tertentu

Keranjang yang ada di dalam autoklaf dikeluarkan

Alat dan bahan yang akan disterilisasi dimasukkan ke dalam keranjang


Keranjang dimasukkan ke dalam autoklaf

Autoklaf ditutup, dan sekrup pengunci yang terdapat

disekitar penutup autoklaf ditutup dengan arah sejajar

Saklar dinyalakan

Tombol On pada autoklaf ditekan

Waktu diatur selama 15 menit

Setelah 15 menit dan alarm berbunyi, tombol pada autoklaf ditekan

Saklar dimatikan

Tekanan ATM ditunggu sampai menunjukkan angka 0

Sekrup pegunci autoklaf dibuka, dan tutup autoklaf dibuka

Alat dan bahan yang sudah disterilisasi dikeluarkan


dari dalam autoklaf menggunakan sarung tangan

5. PERTANYAAN DISKUSI

a) Apa dasar pemilihan metode sterilisasi?


Pemilihan metode didasarkan pada sifat dan bahan yang akan disterilisasi.
Untuk mensterilisasikan peralatan dan bahan yang digunakan untuk membuat
media dapat dilakukan dengan cara :
1. Sterilisasi dengan sistempemanasan, yaitu dengan sistem :
a. Basah, yaitu bahan yang digunakan harus dengan menggunakan uap
air pada suhu tinggi, misalnya sterilisasi dengan autoklaf.
b. Kering, yaitu dengan menggunakan panas tinggi, misalnya sterilisasi
ose dengan bunsen
2. Sterilisasi dengan sistem kimia, yaitu menggunakan bahan kimia
tertentu, misalnya membersihkan meja dengan menggunakan alkohol.
3. Sterilisasi dengan sistem filtrasi, yaitu mensterilkan bahan yang tidak
tahan suhu tinggi, misalnya sterilisasi antibiotik dengan menggunakan
filtrasi (penyaringan).
(Atlas, 1946)

b) Tuliskan prinsip kerja dan cara penggunaan autoklaf!


Pada prinsipnya, sterilisasi autoklaf menggunakan panas dan tekanan dari
uap air. Biasanya untuk mensterilkan media menggunakan temperatur 1210C
dengan tekanan 2 bar selama 15 menit. Alasan mengapa digunakan temperatur
1210C karena pada saat itu menunjukkan tekanan 2 bar yang akan membantu
membunuh mikroorganisme dalam suatu benda. Untuk tekanan pada atmosfer
pada ketinggian di permukaan laut air mendidih pada temperatur 100℃,
sedangkan autoklaf yang diletakkan pada ketinggian yang sama, menggunakan
tekanan 2 bar maka air akan mendidih pada temperatur 121℃.
Pada saat sumber panas dinyalakan, air yang ada di dalam autoklaf lama
kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk akan mendesak udara yang
mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air,
katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat
tercapai tekanan dan temperatur yang sesuai, maka proses strerilisasi dimulai
dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai,
sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga tercapai
tekanan normal.
(Anggari,Putri, 2008)

c) Tuliskan cara penggunaan autoklaf!


Cara penggunaan autoklaf yaitu :
1) Air diisi sampai batas yang ditentukan.
2) Alat/bahan yang akan disterilisasi dimasukkan ke dalam keranjang khusus.
3) Autoklaf ditutup dan bagian klep pengaman dikencangkan.
4) Autoklaf dinyalakan.
5) Suhu dan waktu sterilisasi diatur.
6) Tunggu sampai selesai proses sterilisasi.
7) Katup pengaman dibuka agar uap keluar, setelah tekanan turun menjadi 0,
Autoklaf dibuka.
8) Alat/bahan yang telah steril dikeluarkan dari dalam autoklaf.
(Kemenkes, 2017)

d) Tuliskan cara penggunaan BSC!


BSC atau dapat juga disebut Laminar Air Flow (LAF) adalah alat yang berguna
untuk bekerja secara aseptis karena BSC mempunyai pola pengaturan dan
penyaring aliran udara sehingga menjadi steril dan aplikasi sinar UV beberapa
jam sebelum digunakan dengan prosedur penggunaan sebagai berikut :
1. Hidupkan lampu UV selama 2 jam, selanjutnya segera dimatikan
sebelum mulai bekerja.
2. Kaca penutup dipastikan terkunci dan pada posisi terendah.
3. Lampu neon dan blower dinyalakan dan dibiarkan selama 5 menit.
4. Tangan dan lengan dicuci dengan sabun gemisidal/alkohol 70%.
5. Permukaan interior BSC diusap dengan alkohol 70% atau desinfektan
yang cocok dan dibiarkan menguap.
6. Alat dan bahan yang akan dikerjakan dimasukkan, jangan terlalu penuh
(overload) karena memperbesar risiko kontaminan.
7. Alat dan bahan yang telah dimasukkan ke BSC diatur sedemikian rupa
sehingga efektif dalam bekerja dan tercipta areal yang benar-benar steril.
8. Jangan menggunakan pembakar Bunsen dengan bahan bakar alkohol
tetapi gunakan yang berbahan bakar gas.
9. Kerja secara aseptis dan jangan sampai pola aliran udara terganggu oleh
aktivitas kerja.
10. Setelah selesai bekerja, biarkan 2-3 menit supaya kontaminan tidak
keluar dari BSC.
11. Permukaan interior BSC diusap dengan alkohol 70% dan dibiarkan
menguap, kemudian tangan dibasuh dengan desinfektan.
12. Lampu neon dan blower dimatikan.
(Widodo, 2017)

e) Tuliskan cara penggunaan nephelometer


Cara penggunaan nephelometer adalah sebagai berikut :
1) Masukan sampel kedalam botol sampai mendekati garis tera.
2) Botol sampel di lap dengan kain lembut untuk membersihkan.
3) Tekan tombol I/O. instrument akan terbuka kemudian tempatkan instrument
pada suatu permukaan datar(kokoh) dan jangan memegang instrument
ketikasedang melakukan pengukuran.
4) Masukkan cell sampel dalam ruang cell dengan mengorientasikan tanda
garis pada bagian depan ruangcell .
5) Pilih daerah/range secara manual atau otomatis dengan menekan tombol
RANGE.
6) Memilih mode sinyal rata-rata dengan menekan tombol SIGNAL
AVERAGE. Dan monitor akan menunjukkan SIG AVG ketika
instrumentsedang menggunkan mode sinyal rata-rata.
7) Tekan READ. Monitor akan menunjukkan NTU, kemudian angka
turbiditasakan muncul dalam NTU. Catat angka turbiditas setelah symbol
lampu padam.
(Chairina)

6. DAFTAR PUSTAKA:

Ahmad, 2021, Jangka Sorong, https://www.yuksinau.id/jangka-sorong/, diakses


tanggal 17 Februari 2021.

Anggari, Putri, C., 2008, Journal Prinsip kerja autoclave dan komponen autoclave.

Atlas,R.M. 1946.Handbook Of Microbiological Media 3th Edition. CRC Press:


Amerika

BPPSDMK, 2017. Mikrobiologi dan Parasitologi. Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia, Jakarta.

Chairina,R., 2015, Turbidimetri, https://www.academia.edu/34820170/ TURBIDI


METER , diakses tanggal 18 Februari 2021.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995. Farmakope Indonesia,
jilid IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 2014. Farmakope Indonesia,
jilid V. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Departemen Kesehatan. (1995), Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.

Departemen Kesehatan. (2014), Farmakope Indonesia Edisi V. Departemen


Kesehatan RI, Jakarta.

Fakultas Farmasi, 2021. Panduan Praktikum Mikrobiologi Semester Genap


2020/2021. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

IBS, 2018. Fungsi Mikropipet dan Bagian yang Terdapat di Dalamnya,


https://ibs.co.id/id/fungsi-mikropipet-dan-bagian-yang-terdapat-didalam
nya/, diakses tanggal 17 Februari 2021.

Kusnadi, dkk. 2003. Common Text Book Mikrobiologi. Bandung: JICA-IMSTEP,


DGHE, dan FPMIPA UPI

Meidi Y, 2020, Batang Pengaduk Kaca dan Fugsinya, https://blogkimia.com/batang-


pengaduk-kaca-dan-fungsinya/, diakses tanggal 17 Februari 2021.

Mujiati, D., 2014, Magnetic Stirrer, https://digital-meter-indonesia.com/magnetic-


stirrer/, diakses tanggal 17 Februari 2021.
Nurminah, M. 2002. Penelitian Sifat Berbagai Bahan Kemasan Plastik dan Kertas
serta Pengaruhnya terhadap Bahan yang Dikemas, Fakultas Pertanian,
Jurusan Teknologi Pangan, Universitas Sumatera Utara.

Pangestu, 2020, Pengertian Kaca Arloji dan Fungsinya, https://www.


pakarkimia.com/ka ca-arloji/, diakses tanggal 18 Februari 2021.

Perianadi, P., Nurmiati, P., Agustien, A., Nasir, N., Febria, F.A., Alamsyah, F.,
2015. Penuntun Praktikum Mikrobiologi, http://biologi.fmipa.unand
.ac.id/images/Download/Diktat%20Praktikum/Wajib/PETUNJUK
%20PRAKTIKUM%20MIKROBIOLOGI%202015.pdf , diakses pada
tanggal 12 Februari 2021.

Surahman, A., 2018, Kegunaan dan Fungsi Labu Ukur, https://www.kimiapost.net


/2018/07/labu-ukur.html, diakses pada tanggal 17 Februari 2021.
Widodo, L. U. (2017). Dasar-dasar Praktikum Mikrobiologi. Microbiological
Applications, A Laboratory Manual in General Microbiology., 1–61.
Yogyakarta, 13 Februari 2020

Asisten praktikum Praktikan

Tanggal ACC: 15 Feb 2021

Rinda
( ) ( Evangeline Keisha Annabel )
ACARA IB
PEMBUATAN
MEDIA

1. TUJUAN:

 Mempelajari cara pembuatan media dan syarat-syarat yang dibutuhkan oleh


suatu media untuk pertumbuhan mikroba.

2. PERTANYAAN PENUNTUN (disertai sitasi dari sumber yang diambil)

a) Sebutkan pengertian media!

Media adalah suatu bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba


yang terdiri atas campuran nutrisi atau zat-zat makanan. Selain untuk
menumbuhkan mikroba, media dapat juga digunakan untuk isolasi,
memperbanyak, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah
mikroba (Lay, 1994; Jutono dkk, 1980).

b) Sebutkan fungsi media

Medium merupakan suatu media untuk menumbuhkan mikroba, isolasi,


memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah
mikroba. Medium merupakan suatu media untuk menumbuhkan mikroba,
isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan
jumlah mikroba. Media pertumbuhan mikroorganisme diperlukan
mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan
nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk
menyusun komponen sel. (Prasetyo, 2009).

Media padat digunakan untuk melihat bentuk koloni, media


setengah padat untuk menguji ada tidaknya mortalitas dan kemampuan
fermentasi sedangkan media cair digunakan untuk membiakkan organism
dalam jumlah besar terutama mikroba yang terdapat dalam jumlah minim
dan juga dapatmelihat mikroba yang bersifat aerob, anaerob, anaerob
fakultatif dan mikroaerofil (Anonim, 2011).

c) Sebutkan 5 media agar dan media cair dalam uji mikrobiologi!


A. Media agar :
1) Nutrient Agar (NA)
2) Potato Detrose Agar (PDA)
3) Plate Count Agar (PCA)
4) Muller Hinton Agar (MHA)
5) Potato Dextrose Agar (PDA)
B. Media cair :
1) Nutrient broth (NB)
2) Pepton dilution fluid (PDF)
3) Lactose Broth (LB)
4) Mac Conkey Broth (MCB)
5) Mueller Hinton Broth (MHB)
(Widodo, 2017)

d) Jelaskan cara sterilisasi media!


Sterilisasi media dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu secara mekanik,
fisik dan kimiawi. Sterilisasi media dapat dilakukan dengan menggunakan
IradiasiSinar Gamma Co-60, autoklaf, penambahan larutan NaOCl 10%, dan
pencucian media dengan air kran (Santoso dan Nursandi, 2003).
Sinar Gamma termasuk gelombang elektromagnetik yang diperoleh dari
peluruhan zat radioaktif yang dipancarkan dari atom dengan kecepatan tinggi
karena adanya kelebihan energi. Radioaktivitasnya tidak terpengaruh oleh
suhu, kelembaban, tekanan dan lain-lain tetapi terpengaruhi oleh keadaan inti-
inti isotopnya (Santoso dan Nursandi, 2003).
Autoklaf merupakan pressure cooker yang sangat efektif me-matikan
mikroba karena pada suhu 121°C dapat melepaskan 686 kalori g-1 uap air.
Sterilisasi media autoklaf dilakukan dengan cara memanfaatkan uap air panas.
Mekanisme kerusakan oleh panas ini ditandai dengan rusaknya produksi
rantai-tunggal DNA akibat tekanan tinggi yang menyebabkan penetrasi uap
air ke dalam sel-sel mikroba menjadi optimal sehingga langsung mematikan
mikroba (Santoso dan Nursandi, 2003).
Sodium hypoklorit (NaOCl) seringkali digunakan sebagai bahan pemutih
atau desinfektan. Senyawa ini sangat efektif membunuh bakteri dan virus.
Senyawa NaOCl mampu membersihkan mikro-organisme yang terbawa
dalam bahan tanaman, menghilangkan pertikel-partikel tanah, debu dan lain-
lain (Santoso dan Nursandi, 2003).
Ada beberapa cara untuk melakakukan sterilisasi media :
- Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang
berpori sangat kecil (0.22mikron atau 0.45 mikrob) sehingga mikroba
tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan
yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik (Periadnadi et. al,
2015).
- Sterilisasi dengan Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus.
Bahan yang mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini supaya
tidak terjadi dehidrasi. Uap air panas bertekanan: menggunalkan autoklaf.
Autoklaf merupakan pressure cooker yang sangat efektif me-matikan
mikroba karena pada suhu 121°C dapat melepaskan 686 kalori g-1 uap air
(Periadnadi et. al, 2015). Sterilisasi media autoklaf dilakukan dengan cara
memanfaatkan uap air panas. Mekanisme kerusakan oleh panas ini
ditandai dengan rusaknya produksi rantai-tunggal DNA akibat tekanan
tinggi yang menyebabkan penetrasi uap air ke dalam sel-sel mikroba
menjadi optimal sehingga langsung mematikan mikroba (Santoso dan
Nursandi, 2003).
- Penyinaran dengan UV. Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk
proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel
pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV
(Periadnadi et. al, 2015).
- Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan
antara lain alkohol (Periadnadi et. al, 2015). Sodium hypoklorit (NaOCl)
juga seringkali digunakan sebagai bahan pemutih atau desinfektan.
Senyawa ini sangat efektif membunuh bakteri dan virus. Senyawa NaOCl
mampu membersihkan mikro-organisme yang terbawa dalam bahan
tanaman, menghilangkan pertikel-partikel tanah, debu dan lain-lain
(Santoso dan Nursandi, 2003).
3. SKEMA KERJA:

Media dibuat untuk setiap golongan. NA: 300 ml, NB: 50 ml, MHA: 50 ml, MHB:
50 ml, PDA: 50 ml.

Media ditimbang sesuai prosedur di kemasan (Catatan : Penimbahangan media
dilakukan secara teliti dan cepat, kemudian serbuk media dimasukkan secara hati-
hati ke dalam erlenmeyer).

Aquades ditambahkan dan diaduk sampai merata dengan batang pengaduk.

Erlenmeyer dipanaskan dengan hati-hati menggunakan penangan sampai media
tercampur homogen (ditunjukkan dengan warna yang kuning jernih). Perhatian :
pada saat pemanasan jangan sampai terbentuk buih berlebihan sampai meluap!

Sebelum diautoklaf, 5 ml NA dituangkan ke tabung reaksi untuk membuat NA
miring, 7 ml NA ke tabung reaksi untuk membuat NA tegak, 7 ml NB ke tabung
reaksi untuk membuat media NB.

Seluruh media dalam tabung reaksi disterilkan dengan menggunakan autoklaf
selama 15 menit, tekanan 1 ats 121o C. Cara mengoperasikan autoklaf
dipelajari dengan benar!

Setelah proses autoklaf selesai, media dituang dalam cawan petri untuk media NA,
MHA, PCA,PDA.

Tiap golongan : 7 NA miring, 7 NA tegak, 7 NM, 14 cawan petri berisi NA (untuk
percobaan streak plate dan spread plate). Media tersebut disimpan dalam lemari es
dan akan digunakan untuk percobaan minggu depan.

Media MHA, PCA PDA, NB dan MHB setelah inkubasi semalam diamati.
4. HASIL PRAKTIKUM:

A. Transfer bakteri

 Alat dan Bahan :

- Inoculation loop

- Inoculation needle

- Bunsen burner

- Bakteri

- Cawan petri

- Tube

- Stab culture

 Cara Kerja :

a. Sterilisasi

Menyiapkan alat-alat yang akan diperlukan

Bunsen burner dihidupkan

Tingkat panas pada Bunsen burner diatur sesuai dengan keperluan

Alat inokulasi disterilkan dengan cara dipanaskan dibagian terpanas dari


api busen burner

Setelah dipanaskan, alat inokulasi tidak boleh ditaruh (tetap dipegang), dan
alat inokulasi sudah bisa digunakan

b. Transfer bakteri ke cawan petri

Setelah alat inokulasi disterilkan, wadah penyimpanan bakteri dibuka, dan


bagian mulut botol dilewatkan dengan cepat diatas api untuk disterilkan

Loop dimasukkan ke wadah bakteri dan diangkat


Bagian mulut wadah bakteri dipanaskan kembali

diatas Bunsen burner, lalu ditutup

Bakteri dipindahkan ke cawan petri dengan cara tutup cawan diangkat, dan
bagian alas digunakan sebagai pencegah kontaminasi

Bakteri disebarkan diseluruh bagian cawan petri dari segala arah

Cawan petri ditutup kembali agar tidak ada kontaminasi

c. Transfer bakteri ke liquid media.

Alat inokulasi disterilkan dengan dipanaskan di atas Bunsen burner

Setelah alat inokulasi disterilkan, wadah penyimpanan bakteri dibuka, dan


bagian mulut tube dilewatkan dengan cepat diatas api untuk disterilkan

Loop dimasukkan ke wadah bakteri dan diangkat

Bagian mulut wadah bakteri dipanaskan kembali

diatas Bunsen burner, lalu ditutup

Tube liquid media diambil dari rak, dibuka bagian tutupnya, dan bagian
mulut tube dipanaskan di atas Bunsen

Bakteri dimasukkan ke dalam tube

Bagian mulut tube dipanaskan kembali diatas Bunsen dan tube ditutup
kembali

Loop dipanaskan di atas bunsen agar steril

d. Transfer bakteri dari cawan petri ke wadah stab

Alat inokulasi disterilkan dengan dipanaskan di atas Bunsen burner

Needle dibiarkan sebentar sampai dingin

Bagian tutup cawan petri dipegang sebagai pelindung, lalu inoculation


needle digosok perlahan pada koloni tunggal dari bakteri tersebut.

Stab diambil dan bagian mulut stab dipanaskan melewati burner

Loop yang sudah ada bakteri dicelupkan ke dalam stab

Bagian mulut tabung dipanaskan sebelum ditutup kembali dan inokulasi


loop disterilkan untuk menyelesaikan proses tersebut.

B. Pembuatan Media

 Alat dan Bahan :

- Gelas Ukur

- Aquades

- Magnetic Stirrer

- Stirrer Plate

- Erlenmeyer 250 mL

- Kaca Arloji

- Timbangan Analitik

- Nutrient Agar (NA)

- Aluminium Foil
- Autoklaf

- Cawan Petri

 Langkah-Langkah Pembuatan Media :

Air deionisasi sebanyak 100 mL dimasukkan ke dalam gelas ukur

Magnetic stirer dimasukkan kedalam Erlenmeyer ukuran 250 mL

Kaca arloji kosong ditimbang menggunakan timbangan analitik

Agar sebanyak 5,5 gram diletakkan di atas kaca arloji dan ditimbang

Setelah ditimbang, agar dimasukkan ke dalam Erlenmeyer

Air deionisasi sebanyak 75 mL dimasukkan ke dalam Erlenmeyer

Erlenmeyer diletakkan di atas stirrer plate (jika menggunakan kombinasi hot plate dan
magnetic stirrer , pemanas sebelumnya dipastikan masih dalam keadaan mati)

Setelah kurang lebih 2 menit, sisa 25 mL air deionisasi

dimasukkan kedalam Erlenmeyer

Larutan diaduk menggunakan magnetic stirrer hingga homogen

Erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil dan diberi label

Autoklaf digunakan untuk mensterilkan media didalam Erlenmeyer

Setelah disterilkan, erlenmeyer diletakkan di atas stirrer plate

dan didiamkan hingga dingin


Media dituang ke dalam cawan petri, lalu cawan petri ditutup,

dan didiamkan hingga berubah warna

Media disimpan dalam plastik hingga media ingin digunakan


5. PERTANYAAN DISKUSI

a) Mengapa media harus disterilkan?

Media merupakan substrat yang diperlukan untuk menumbuhkan dan


mengembang- biakkan mikroorganisme. Sebelum dipakai dalam percobaan,
media ini perlu disterilkan terlebih dahulu, supaya tidak ditumbuhi oleh
mikroorganisme yang tidak dikehendaki (kontaminan).
(Madigan, 2003)

b) Bagaimana cara pembuatan media NA dan NB?


- Pembuatan media NA
Sebanyak 2,8 gram NA dilarutkan ke dalam 100 ml aquades,
kemudian dipanaskan hingga larut. Bahan yang telah homogen
kemudian bisa dibagi ke dalam tabung reaksi sebanyak 5-10 ml
(ketika untuk perbanyakan bakteri), lalu disterilisasi menggunakan
autoklaf pada suhu 121°C dan tekanan sebesar 1 atm selama 15 menit
- Pembuatan media NB
Sebanyak 1,3 gram Nutrient Broth dilarutkan ke dalam 100 ml
aqaudes, kemudian dipanaskan hingga larut. Bahan yang telah
homogen kemudian disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 121
°C dan tekanan sebesar 1 atm selama 15 menit
(Tanuwijaya, 2015)

c) Bagimana membuat media agar miring dan tegak?


Media padat yang dimasukkan ke tabung reaksi dapat diatur menjadi 2 bentuk
menurut fungsinya, yaitu media agar tegak (deep tube agar) dan agar miring
(slants agar). Untuk membuat agar tegak biarkan tabung reaksi tetap tegak dan
tidak miring sedangkan untuk membuar agar miring, perlu diperhatikan tentang
kemiringan media yaitu sekitar 45 derajat sehingga luas permukaan yang kontak
dengan udara tidak terlalu sempit atau tidak terlalu lebar dan hindari jarak
media yang terlalu dekat dengan mulut tabung karena memperbesar resiko
kontaminasi.
(Hafsan, 2014)

d) Kapan digunakan agar miring dan agar tegak

Agar miring digunakan saat akan menumbuhkan atau menyimpan biakan murni
karena permukaannya yang luas, sedangkan agar tegak digunakan saat akan
membiakkan bakteri dengan cara ditusuk.
(Umekeketo et. Al, 2015)

6. DAFTAR PUSTAKA:
Anonim, 2011. Penuntun Praktikum Mikrobiolodi Akuatik. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Univertias Haluoleo. Kendari.

Hafsan, 2014. Mikrobiologi Analitik. Alauddin University Press, Makassar, 7-96.


Lay, B., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta
Madigan, M.T., Martinko, J.M., Parker, J., 2003. Brock Biology of Microorganisms.
10 th Ed. Perason Education Inc. Upper Saddle River, New Jersey
Perianadi, P., Nurmiati, P., Agustien, A., Nasir, N., Febria, F.A., Alamsyah, F.,
2015.Penuntun Praktikum Mikrobiologi, http://biologi.fmipa.unand.ac.id/
images/Download/Diktat%20Praktikum/Wajib/PETUNJUK%20PRAKTIK UM%
20MIKROBIOLOGI%202015.pdf, diakses pada tanggal 13 Februari 2021.
Prasetyo, R., J. 2009. Medi Kultur Bakteri. http://www.inforedia.com/2009/10
/media-kultur-bakteri.html. Dikases pada tanggal 11 Februari 2021.
Santoso, U dan Nursandi, F.2003. Kultur JaringanTanaman. Universitas
MuhammadiyahMalang, Malang
Tanuwijaya, V. A., 2015. Produksi penisilin oleh. Vania Aprilina Tanuwijaya B.
Boy Rahardjo Siharta Sinung Pranata.

Umekeketo, T.M., Wahyuni, S., Asri, S.W., Suriani, Irawanti, T., Lestari, T.R.,
Afsari, Y., Ilmi, N., 2015. Inokulasi Mikroorganisme. Laporan Praktikum,
Fakultas Farmasi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar.
Widodo, L. U. (2017). Dasar-dasar Praktikum Mikrobiologi. Microbiological
Applications, A Laboratory Manual in General Microbiology., 1–61.
Yogyakarta, 15 Februari 2021

Asisten praktikum Praktikan

Tanggal ACC: 15 Feb 2021

Rinda
( ) (Evangeline Keisha Annabel )

Anda mungkin juga menyukai