Oleh Kelompok I
1. Adi Hardiyansyah (I2E016001)
2. Baiq Risni Maripa (I2E016006)
3. LL. Lukmanul Hakim (I2E016019)
4. Sadam Husein (I2E016025)
5. Sri Idawati (I2E016030)
6. Veni Rori Setiawati (I2E016035)
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Subahanahu Wataala Tuhan yang maha Kuasa sehingga
proposal praktikum berbasis proyek kimia yang menjelaskan tentang Transformasi Etil P-
Metoksisinamat Menjadi Asam P-Metoksisinamat, dan bagaimana cara mengidentifikasi
hasil dari sintesis tersebut. Transformasi merupakan suatu proses perpindahan atau
pengubahan suatu senyawa menjadi senyawa lain yang diinginkan, etil p-metoksisinamat
merupakan suatu ester yang dapat disintesis menjadi asam p-metoksisinamat yang
merupakan suatu asam karboksilat menggunakan cara hidrolisis basa, selanjutnya
diidentifikasi melalui uji organoleptik, identifikasi senyawa menggunakan spektrometri infra
merah, dan kromatografi lapis tipis. Diharapkan pada praktikum berbasis proyek ini dapat
memupuk pengetahuan praktikan tentang bagaimana melakukan transformasi atau sintesis
asam p-metoksisinamat guna memenuhi syarat mata kuliah praktikum IPA.
Laporan praktikum berbasis proyek ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang
baik bagi praktikan maupun pembaca.
Penulis
HALAMAN PENGESAHAN
ii
LAPORAN PRAKTIKUM
Disetujui oleh:
Dr. Aliefman Hakim, S.Si, M.Si. Dr. rer.nat. Lalu Rudyat Telly Savalas, M.Si
NIP. 198103272005011003 NIP. 197506262003121002
DAFTAR ISI
iii
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL
iv
Tabel Hal
4.1 Hasil Spektrometri Infra Merah EPMS ............................................................... 17
4.2 Hasil Analisi Spektrometri Infra Merah AMPS .................................................. 19
DAFTAR GAMBAR
v
Gambar Hal
2.1 Etil p-metoksisinamat .......................................................................................... 3
2.2 Asam p-metoksisinamat ...................................................................................... 4
2.3 Model Mekanik Vibrasi Suatu Pegas .................................................................. 6
2.4 Pita Serapan Ester Pada Frekuensi 1110-1300 .................................................... 6
2.5 Contoh Dari Spektrum Infra Merah Asam Karboksilat....................................... 7
4.1 Hasil Transformasi EPMS Menjadi APMS ......................................................... 11
4.2 Persamaan Reaksi Antara EPMS Dengan NaOH ................................................ 13
4.3 Mekanisme Reaksi EPMS Menjadi Na-PMS ...................................................... 13
4.4 Garam Na-PMS Mengalami Ionisasi Di Saat Dicuci Dengan Air ...................... 14
4.5 Mekanisme Reaksi Ion P-Metoksisinamat Menjadi Asam p-metoksisinamat .... 14
4.6 Senyawa Asam P-Metoksisinamat Dan NaCl ..................................................... 15
4.7 Hasil Spektrometri Infra Merah EPMS ............................................................... 17
4.8 Hasil Spektrometri Infra Merah APMS ............................................................... 18
DAFTAR LAMPIRAN
vi
Lampiran Hal
1. Diagram Alir prosedur Praktikum .........................................................................
2. Perhitungan Pembuatan Larutan ............................................................................
3. Dokumentasi Praktikum ........................................................................................
BAB I
vii
PENDAHULUAN
viii
itu, dari latar belakang di atas asam p-metoksisinamat digunakan hidrolisis basa pada
proses transformasi etil p-metoksisinamat (EPMS) menjadi asam p-metoksisinamat
(APMS) diharapkan dengan hidrolisis basa senyawa hasil transformasi akan lebih
banyak.
BAB II
ix
KAJIAN PUSTAKA
O
C2H5
OH 3C
x
Asam karboksilat merupakan asam lemah, namun asam karboksilat masih jauh
lebih asam daripada kelompok senyawa-senyawa organik lainnya.Asam karboksilat
yang mempunyai atom karbon lebih dari enam sedikit larut dalam air, tetapi garam
karboksilat dari logam alkali sangat larut dalam air.Keasaman dari asam karboksilat
ditentukan oleh mudahnya gugus -OH melepaskan ion hidrogen dari -OH pada alkohol
(Riswiyanto, 2009).
Asam p-metoksisinamat merupakan salah satu dari jenis asam karboksilat,
asam p-metoksisinamat sering ditemukan dalam kandungan rimpang kencur, sifat asam
p-metoksisinamat sebagai anti mikroba, obat sakit kepala, dan pelangsing (Bambang,
2003). Asam p-metoksisinamat merupakan hasil hidrolisis dari ester etil p-
metoksisinamat menggunakan hidrolisis asam maupun basa.Asam p-metoksisinamat
termasuk dalam senyawa asam sinamat.Berikut adalah contoh reaksi ester metil sinamat
menjadi asam sinamat.
O
OH
OH 3C
xi
2.4 Uji Identifikasi Senyawa Asam P-Metoksisinamat
Adapun uji identifikasi yang digunakan, untuk membuktikan bahwa senyawa
hasil sintesis adalah asam p-metoksisinamat dilakukan 3 uji sebagai berikut.
2.5.1 Uji Organoleptik
Uji organoleptik adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui rasa,
bentuk dan bau dari suatu produk makanan, minuman, ataupun produk lain.
Dalam melakukan pengujian tersebut para peneliti menggunakan manusia
sebagai objek yang biasa dinamakan panelis. Adapun persiapan dalam
melakukan uji organoleptik meliputi :
a. Prosedur dan metode pengujian telah ditentukan
b. Kriteria pengujian telah ditentukan
c. Form isian respon telah disiapkan
d. Instruksi telah dimengerti untuk menjamin pengujian
e. Sampel yang akan diuji telah diketahui
f. Persyaratan dan kaidah psikologis telah dipahami
Sedangkan dalam proses pelaksanaan harus menunjukkan bukti
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan yaitu :
a. Pengetahuan prinsip uji organoleptik melalui mekanisme penginderaan
b. Pengetahuan system dan prosedur uji organoleptik
c. Pengetahuan kriteria fisik yang digunakan untuk mengevaluasi
bahan/produk
d. Pengetahuan tentang efek personel yang bertugas terhadap kemampuan
menganalisis
e. Pengetahuan tentang kondisi yang tepat guna melakukan uji organoleptik
f. Pengetahuan tentang komponensampel produk
g. Pengetahuan tentang hail-hal yang menyebabkan terjadinya keragaman
hasil
h. Pengetahuan uji ambang rasa meliputi empat dasar yaitu : rasa asam,
pahit, asin, dan pahit (Adam, 2008).
xii
Dalam proses pengujian hasil transformasi etil p-metoksisinamat
menjadi asam p-metoksisinamat dilakukan uji organoleptik berupa bentuk,
warna, dan bau yang dihasilkan dari proses tersebut. Sedangkan cirri bentuk
dari asamp-metoksisinamat adalah tidak berwarna berbentuk jarum dan
mengeluarkan bau yang khas, apabila diperoleh hasil seperti ciri tersebut maka
dapat dipastikan bahwa hasil yang diperoleh adalah asam p-metoksisinamat.
2.5.2 Uji Spektrometri Infra Merah
Spektrum infra merah suatu molekul adalah hasil tansisi antara tingkat
energi getaran (vibrasi) yang berlainan. Inti-inti atom yang terikat oleh ikatan
kovalen mengalami getaran, dengan cara serupa dengan dua bola yang terikat
oleh pegas. Seperti yang terlihat pada gambar berikut.
xiii
Gambar 2.4 Pita serapan ester pada frekuensi 1110-1300
Pada gambar 2.4 terlihat bahwa gugus C-O berada pada frekuensi 1110-
1300/cm, ini memungkinkan bahwa ada kandungan ester pada senyawa yang
diidentifikasi.
Sedangkan asam p-metoksisinamat merupakan suatu asam karboksilat
yang menunjukkan serapan C=O yang khas dan juga menunjukkan pita
serapan pita O-H yang sangat khas yaitu pada sekitar 3330 /cm dan miring ke
dalam pita absorpsi C-H alifatik (Unang, 2010). Sedangkan menurut
Solomons (1996) pita serapan asam p-metoksisinamat untuk O-H berada
diantara 2500-3100/cm. Seperti yang terlihat pada gambar 2.5.4c berikut
xiv
Berdasarkan gambar tersebut pita serapan OH dan CH berada diantara
3000-3300/cm. sehingga dapat dibuktikan bahwa senyawa yang terbentuk
adalah asam p-metoksisimanat.
2.5.3 Kromatografi Lapis Tipis
Teknik kromatografi lapis tipis dikembangkan oleh Ismailoff dan Schraiber.
Adsorbent dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak sebagai penunjang
fase diam. Fase bergerak akan merayap sepanjang fase diam dan terbentuklah
kromatogram. Pemilihan system pelarut dan komposisi lapisan tipis ditentukan
oleh prinsip kromatografi yang digunakan. Untuk meneteskan sampel yang
akan dipisahkan digunakan suatu mikro syringe. Sampel diteteskan pada tepi
bagian plat.Pelarut yang digunakan harus non-polar dan mudah menguap.
Kolom-kolom dalam plat dapat diciptakan dengan mengerok lapisan vertical
searah gerakan pelarut (Khopkar, 2003)
xv
BAB III
METODE PENELITIAN
xvi
3.4.4 Langkah-Langkah Praktikum
Praktikum transformasi etil p-metoksisinamat menjadi asam p-
metoksisinamat menggunakan hidrolisis basa, adapun langkahnya sebagai
berikut:
1. Sebanyak 200 mg etil p-metoksisinamat (EPMS) di larutkan dalam 10 ml
metanol kemudian ditambahkan 0,5 ml NaOH dalam methanol.
2. Selanjutnya direfluks menggunakan magnetic stirrer pada suhu yang
dijaga antara 60-700C selama 30 menit.
3. Kemudian didinginkan selama 1 jam di dalam lemari pendingin. Natrium
p-metoksisinamat yang terbentuk disaring dan dilarutkan di dalam 10 ml
aquades dan ditambahkan 1 ml HCl 1 N sambil di aduk selama 5 menit.
4. Tunggu hingga terbentuk kristal asam p-metoksisinamat.
5. Asam p-metoksisinamat yang terbentuk di saring dan dicuci dengan
aquades selama beberapa kali, lalu dikeringkan dan direkristalisasi
menggunakan n- heksana dengan perbandingan 8 : 2 dan diperoleh kristal
jarum tak berwarna (Fahmi, 1998).
3.4.5 Uji Identifikasi Senyawa Asam P-Metoksisinamat (APMS)
Hasil dari sintesis APMS kemudian di uji menggunakan uji identifikasi
sebagai berikut :
3.4.4.1 Uji Organoleptik
Uji organoleptik digunakan untuk mengidentifikasi dari bau, warna,
dan bentuk dari APMS.
3.4.4.2 Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Uji KLT digunakan untuk membuktikan bahwa senyawa yang
ditransformasi merupakan senyawa yang diinginkan, adapun langkah-
langkahnya sebagai berikut.
1. Siapkan senyawa standar sebanyak 1 mg yang kemudian
dilarutkan di dalam 0,1 ml metanol.
xvii
2. Selanjutnya menyiapkan senyawa hasil transformasi kemudian di
totolkan diatas plat KLT selanjutnya dilihat hasilnya di bawah
sinar uv, kemudian diukur Rf senyawa hasil yang dibuat dengan
senyawa standar.
3.4.4.3 Identifikasi senyawa menggunakan spektrometri infra merah
1-2 mg senyawa APMS ditambahkan 200 mg bubuk KBr dan diaduk
hingga rata, sampel yang terbentuk diambil kemudian ditempatkan
dalam tempat sampel pada alat spektrometri infra merah untuk
dianalisis.
xviii
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Pada sub bab pembahasan ini dibagi menjadi dua yaitu pembahasan
proses transformasi etil p-metoksisinamat (EMPS) menjadi asam p-
metoksisinamat dan uji analisis hasil praktikum.
xix
4.2.1 Transformasi etil p-metoksisinamat menjadi asam p-metoksisinamat
Reaksi yang digunakan pada proses transformasi etil p-
metoksisinamat menjadi asam p-metoksisinamat adalah reaksi hidrolisis
basa, etil p-metoksisinamat direaksikan NaOH menggunakan pelarut
metanol, penggunaan metanol sebagai pelarut karena metanol bersifat
polar sesuai dengan sifat EPMS yang bersifat semipolar, dengan adanya
gugus metoksi, Benzen yang nonpolar dan gugus karbonil yang bersifat
polar. Sehingga pelarut methanol dapat digunakan selain karena sifatnya
yang polar, methanol juga merupakan bentuk yang paling sederhna dari
alkohol yang umum digunakan untuk melarutkan berbagai senyawa
organic lainnya.Selanjutnya di refluks selama 30 menit dengan suhu yang
dijaga antara 60-700C. Proses refluks dilakukan untuk mempercepat
proses pemutusan ikatan gugus karbonil C=O yang disebabkan oleh
terjadinya reaksi adisi nukleofilik OH- ke C=O EPMS menjadi intermediet
alkoksida (OC2H5), akibatnya ion alkoksi keluar dan menghasilkan
APMS, ion alkoksi yang terputus menarik proton dari APMS menjadi ion
p-metoksisinamat, adanya ion p-metoksisinamat yang bersifat
elektronegatif maka ion Na+ yang bersifat elektronegatif akan ditarik oleh
ion p-metoksisinamat sehingga diperoleh Na-PMS, Na-PMS termasuk
senyawa antara (intermediet) sifat ikatannya mudah putus, terbentuknya
Na-PMS ditandai dengan terbentuknya endapan putih di dalam larutan
yang di refluks, selain itu proses refluks juga berfungsi untuk
mempertahankan jumlah volume larutan methanol yang dipanaskan
karena pada suhu tersebut 60-700C pelarut metanol mudah menguap.
Adapun mekanisme reaksi EPMS menjadi Na-PMS dapat dilihat pada
gambar dan persamaan reaksi berikut.
Persamaan reaksi :
a. Etil p-metoksisinamat(s) + CH3OH(aq) etil p-metoksisinamat (aq)
xx
b. Etil p-metoksisinamat(aq) + NaOH(aq) Na p-metoksisinamat (s)
(endapan).
O O
O + NaOH O + C2H5OH
C2H5 Na
OH 3C OH 3C
OH + H5C2
-
O
OH 3C
O
-
O
+ H5C2
OH
OH 3C
O O
O
-
+
+
Na
Na + H5C2
OH
OH 3C OH 3C
(Riswiyanto, 2009)
Gambar 4.3 Mekanisme reaksi EPMS menjadi Na-PMS
xxi
Selanjutnya senyawa Na-PMS yang terbentuk kemudian dicuci
menggunakan aquades panas yang berfungsi untuk melepaskan ikatan
antara natrium yang terdapat pada ion p-metoksisinamat, hasilnya adalah
ion Na+ dan ion p-metoksisinamat yang kemudian direaksikan dengan
HCl, hasilnya diperoleh senyawa APMS yang ditandai dengan adanya
endapan putih di dalam larutan tersebut. Adapun persamaan reaksi dan
mekanisme reaksi dapat dilihat pada gambar 4.4 di bawah ini.
a. Natrium p-metoksisinamat + H2O etil p-metoksisinamat + NaOH
b. Etil p-metoksisinamat + HCl asam p-metoksisinamat
Adapun mekanisme reaksinya sebagai berikut.
O
O
- +
H2O
O
O + Na
Na OH 3C
OH 3C
O
O
-
O
O
-
+ HCl + H Cl
OH 3C
OH 3C
OH + Na Cl
OH 3C
xxii
Gambar 4.5 Mekanisme reaksi ion p-metoksisinamat menjadi asam p-metoksisinamat
OH + NaCl
OH 3C
xxiii
4.2.2.2 Kromatograpi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan
komponen menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan
bahan adsorben inert. KLT merupakan salah satu jenis kromatografi
analitik. KLT sering digunakan untuk identifikasi awal, karena
banyak keuntungan menggunakan KLT, diantaranya adalah
sederhana dan murah (Anonim, 2013)
Pada praktikum transformasi Etil p-metoksisinamat menjadi Asam
p-metoksisinamat ini, identifikasi kualitatif dilakukan
menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT). Tujuannya adalah
untuk mengidentifikasi apakah benar endapan yang diperoleh dari
hasil transformasi Etil p-metoksisinamat (EPMS) adalah Asam p-
metoksisinamat ataukah bukan. Caranya dengan membandingkan
panjang bercak (jarak spot) yang dihasilkan oleh senyawa standar
yaitu Etil p-metoksisinamat dengan senyawa uji.Identifikasi
menggunakan KLT ini dilakukan sebelum tahap rekristalisasi.
Fasa diam yang digunakan adalah plat tipis yang dilapisi dengan
silika gel. Sedangkan fase gerak (eluen) yang digunakan adalah
metanol. Plat dipotong dengan lebar sekitar 3 cm untuk menguji dua
sampel (2 spot), kemudian dibuat garis dasar (base line) di bagian
bawah, sekitar 0,5 cm dari ujung bawah plat, dan garis akhir di
bagian atas. Sebelum digunakan, sebaiknya plat tipis dipanaskan
dalam oven sekitar 5 menit, dengan dibungkus kertas aluminium
foil. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan daya serap/adsorpsi dari
plat.
Sampel standar yaitu Etil p-metoksisinamat (EPMS) tersedia dalam
bentuk zat padat (kristal) sehingga harus dilarutkan terlebih dahulu
dengan metanol. Setelah kedua sampel (sampel standard dan
sampel uji) sudah siap dalam bentuk cairan, dengan menggunakan
pipa kapiler sampel tersebut ditotolkan sejajar, tepat di atas base
xxiv
line. Karena spot dari kedua sampel tidak terlihat secara kasat mata,
maka diamati pada lampu UV. Hasil pengamatan pada lampu UV
diperoleh Rf APMS adalah 0,7 dan Rf EPMS adalah 0,8 dari hasil
tersebut diperoleh perbedaan Rf antara APMS dengan EPMS
(gambar dapat dilihat pada lampiran 3). Oleh karena itu, dapat
diambil kesimpulan bahwa sampel uji mengalami perubahan dari
senyawa EPMS.Dengan demikian, praktikum dapat dilanjutkan
pada tahap berikutnya yaitu rekristalisasi.
90
%T
75
447.49
2841.15
3387.00
877.61
632.65
60
1369.46
2933.73
45
1419.61
775.38
2978.09
547.78
1570.06
520.78
30
1249.87
15
1286.52
1510.26
829.39
1598.99
1028.06
1629.85
1705.07
-0
1176.58
4500 4000 3500 3000 2500 2000 1750 1500 1250 1000 750 500
al1 1/cm
xxv
Tabel 4.1 Hasil spektrometri IR etil p-metoksisinamat (EPMS)
Ikatan Daerah absorbsi (v, cm-1)
C=O 1705,07
C-O 1369,46
C-H Aril 3387,00-2978,09
C=C Aril 1629,85-1598,99
C-H Alifatik 2933,73-2841,15
C-O Aril 1249,87-1028,06
Aromatik posisi para 829,39
xxvi
Gambar 4.7 Hasil spektrum infra merah APMS
xxvii
gelombang v 1608,91-1550.84 cm-1. C-H alifatik ditemukan pada
bilangan gelombang 2963,74 cm-1. Aromatik disubstitusi para juga
ditunjukkan dengan munculnya serapan pada bilangan bilangan
gelombang v 878,14-828,27 cm-1 terdapat C-O yang berikatan pada
aromatik.
Pita serapan pada bilangan gelombang v 1639,66-1608,91 cm-1
merupakan serapan spesifik vibrasi ulur dari gugus C=O karbonil, dan
juga serapan vibrasi ditemukan pada pita v 3039,72 cm-1 untuk gugus
O-H, serapan tersebut menunjukkan adanya suatu gugus asam
karboksilat (APMS).
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum Transformasi Etil p-metoksisinamat menjadi Asam p-
metoksisinamat diperoleh hasil berupa Asam p-metoksisinamat yang diketahui
melalui beberapa analisis kualitatif yaitu, uji KLT, analisis spektra FTIR. Dari
hasil analisis KLT, diperoleh spot yang berbeda antara spot standar (EPMS)
dengan spot APMS yaitu Rf EPMS adalah 0,7 dan Rf APMS adalah 0,8.
Sedangkan dari analisis data spectra pada APMS diperoleh serapan
karakteristik dari gugus OH pada panjang gelombang 3467,21-3039,72 cm-1
yang membedakan dengan hasil spectra standar yang terdapat serapan
karakteristik gugus OH.
xxviii
5.2 Saran
Hasil praktikum ini dapat dikembangkan menjadi tesis dengan menambah
variabel yang dikembangkan seperti pembuatan etilp-metoksisinamat dimulai
dari isolasi senyawa kemudian melakukannya dengan beberapa jenis
transformasi yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Barus, Rosbina. 2009. Amidasi Etil P-Metoksisinamat yang Diisolasi Dari Kencur
(Kaempferia Galanga, Linn). Medan. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera
Utara.
Fahmi, Rizal. 1998. Transformasi etil trans metoksi sinamat menjadi asam trans metoksi
sinamat. Jurnal kimia Andalas, ISSN : 0853-8018 volume 4 nomor 01, 1998.
Fessenden & Fessenden. 1986. Kimia organic edisi ketiga. Penerbit Erlangga.
xxix
Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Solomons, Graham. Sixth Edition : Organic Chemistry. Florida : University of south Florida
xxx