Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM RESMI

MATA KULIAH FARMASI FISIK II

Dosen Pengampu:
Laela Febriana, M.Farm
NIS : 20220192

Disusun Oleh:
Rizki Yoga Pratama
NIM : 202208072

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2023/2024
I. JUDUL PRAKTIKUM
Koloid

II. TUJUAN PRAKTIKUM


1. Mahasiswa dapat mengerti gambaran mengenai sifat-sifat larutan
koloidal dan mengenal penggolongan larutan koloidal.
2. Mahasiswa dapat mengenal macam-macam dispersi koloidal dengan baik
dan benar.

III. DASAR TEORI


Sistem terdispersi terdiri dari partikel-partikel kecil (fase terdisper)
yang terdistribusi dalam medium (medium terdispersi). Partikel-partikel kecil
yang terdispersi terdiri dari berbagai ukuran mulai dari ukuran atom dan
molekul hingga partikel-partikel besar yang dapat diukur dalam satuan
millimeter. Untuk itu system terdispers digolongkan dalam 3 golongan yaitu
dispersi molekul, dispersi koloid, dan dispersi kasar. Mobilitas koloid
dipengaruhi oleh perubahan kimia larutan yang mengubah interaksi gaya-
gaya antara permukaan koloid dan butiranaquifer. Gaya antar muka itu terdiri
dari gaya tarik menarik Londonvan der Waals dan gaya tolak menolak. Hasil
netto dari interaksi kedua gaya permukaan tersebut dijelaskan dengan teori
DLVO. Agar koloid dapat bergerak perubahan kimia larutan harus
menghasilkan gaya repulsi pada permukaan koloid dan butiran yang lebih
besar dari gaya tarik menariknya. Transport koloid ini dapat dihambat dengan
filtrasi. Karenaukurannya yang relatif besar dibandingkan dengan larutan,
maka koloid mempunyai sifat yang sangat berbeda dengan unsure terlarut
(Stoker, 1993).
Koloid Liofilik adalah partikel kolid yang suka dengan pelarutnya,
maka partikel koloidnya banyak berinteraksi dengan medium dispersi.
Karena afinitasnya terhadap medium dispersi, maka bahan-bahan tersebut
relatif mudah membentuk dispersi koloid. Jadi kolodal liofilik biasanya hanya
diperoleh dengan melarutkan bahan dalam pelarut yang digunakan. Koloidal
Liofobik adalah partikel yang benci pelarutnya, maka partikel koloidnya
mempunyai gaya tarik menarik kecil terhadap medium dispers sehingga
selimut pelarut disekitar partikel tidak terbentuk. Umumnya pada partikel
anorganik yang terdispersi dalam air. Koloid gabungan atau koloid amfifilik
merupakan golongan ke tiga dari penggolongan koloid. Molekula-molekul
atau ion-ion tertentu disebut amfifil atau zat aktif permukaan. Amfifil atau zat
aktif permukaan ini berciri mempunyai dua daerah yang berbeda yang
melawan afinitas larutan dalam molekul atau ion yang sama. Jika ada dalam
suatu medium cair dengan konsentrasi rendah, amfifil berada dalam suatu
medium cair dengan konsentrasi rendah. Jika konsentgrasi ditingkatkan,
terjadi agregasi pada suatu jangkauan konsentrasi yang sangat sempit
(Martin, 2008).
Terdapat 2 metode yang umum digunakan untuk membentuk suatu
larutan koloidal yaitu: Metode kondensasi, menggabungkan partikel-partikel
kecil (ion-ion dan molekul) untuk membentuk partikel-partikel yang lebih
besar yang masuk dalam jarak ukuran koloidal. Ini biasanya dilakukan
dengan jalan mengganti solvent atau pelarut atau dengan jalan melakukan
reaksi kimia tertentu. Metode dispersi, menggunakan teknik pengecilan
ukuran dari partikel yang berdimensi koloidal. Untuk digunakan disintegrator
mekanik seperti koloid mill. Seringkali solvent/pelarut atau solvent dari
pelarut yang dicampur dengan zat lain dapat menyebabkan partikel non
koloidal menjadi koloidal. Metode dispersi tipe ini khusus dinamakan
peptisas (Koordinator Praktikum Farmasi Fisika, 2013).

IV. ALAT DAN BAHAN


ALAT BAHAN
1. Beker Glass 1. Mucilago Gum Arabici 10%
2. Viskometer Ostwald 2. Larutan NaCl 10%
3. Piknometer 3. Larutan Gelatin 5%
4. Mortir/ Stamper 4. Larutan FeCl3 0,25%
5. Labu Ukur 5. Aquadest
6. Cawan Porselin
7. Erlenmeyer
8. Buret
9. Gelas Ukur
10. Bulb Pipet
11. Neraca Analitik
12. Statif dan Klem
13. Stopwatch
14. Batang Pengaduk

V. PROSEDUR KERJA
1. Membuat Larutan Koloid
A. Membuat Mucilago Gum Arabici 10% sebanyak 100 ml

Ditimbang gom arab 10gr, dimasukan dalam mortir

Diukur aquadest, dimasukan dalam mortir sedikit demi sedikit

Diaduk hingga homogen, larutan yang terbentuk dimasukan dalam labu takar 100mL

Ditambahkan aquadest hingga batas tanda, homogenkan

B. Membuat Gelatin 5% sebanyak 100 ml

Ditimbang gelatin 5 gr, dimasukan dalam mortir

Diukur
A. aquadest panas, dimasukan dalam mortir sedikit demi sedikit

Diaduk hingga homogen, larutan yang terbentuk dimasukan dalam labu takar 100mL

Ditambahkan aquadest hingga tanda, homogenkan


C. Membuat Larutan FeCl3 0,25% sebanyak 100 ml

Ditimbang NaCl 0,25 gr, dimasukan dalam beaker glass

Diukur aquadest setengah volume total, dimasukan dalam beaker glass aduk homogen

Dimasukan larutan yang terbentuk dalam labu takar 100mL

Ditambahkan aquadest hingga tanda, homogenkan

2. Mencari Viskositas Koloid

A. Pengecekan Viskositas Mucilago Gum Arabici 10%

Diambil mucilage gum arabici 5 ml, masukkan dalam viskometer ostwald

Ukur waktu menggunakan stopwatch

Dilakukan pengecekan dan catat hasil

B. Pengecekan Viskositas Gelatin 5%

Diambil larutan gelatin 5 ml, masukkan dalam viskometer ostwald

Ukur waktu menggunakan stopwatch

Dilakukan pengecekan dan catat hasil

C. Pengecekan Viskositas FeCl3 0,25%

Diambil larutan FeCl3 5 ml, masukkan dalam viskometer ostwald

Ukur waktu menggunakan stopwatch

D. Pengecekan Viskositaspengecekan
Dilakukan Aquadest dan catat hasil
Diambil aquadest 5 ml, masukkan dalam viskometer ostwald

Ukur waktu menggunakan stopwatch

Dilakukan pengecekan dan catat hasil

3. Pengaruh Elektrolit Terhadap Koloid

A. Titrasi larutan mucilage gum arabici 10% dengan NaCl 10%

Diambil 20mL larutan gom 10%, dimasukan dalam labu erlenmeyer

Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl 10%

Dicatat volume NaCl 10% hingga terjadi perubahan (endapan)

B. Titrasi larutan gelatin 5% dengan NaCl 10%

Diambil 20mL larutan gelatin 5%, dimasukan dalam labu erlenmeyer

Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl 10%

C.Dicatat
Titrasivolume
larutan NaCl
FeCl310%
0,25% dengan
hingga NaCl
terjadi 10%
perubahan (endapan)

C. Titrasi larutan FeCl3 0,25% dengan NaCl 10%

Diambil 20mL larutan Fecl3 0,25%, dimasukan dalam labu erlenmeyer

Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl 10%

D.Dicatat
Titrasivolume
larutan NaCl
FeCl310%
0,25% dengan
hingga NaCl
terjadi 10%
perubahan (endapan)
4. Reversibilitas Koloid

A. Reversibilitas larutan mucilage gum arabici 10%

Dipipet 5 mL larutan mucilago gum arabici 10%, diuapkan hingga kering

Diukur 10 mL air dingin, dicampurkan pada hasil pengeringan

Diamati perubahan yang terjadi, catat hasil

B. Reversibilitas larutan gelatin 5%

Dipipet 5 mL larutan gelatin 5%, diuapkan hingga kering

Diukur 10 mL air dingin, dicampurkan pada hasil pengeringan

Diamati perubahan yang terjadi, catat hasil

C. Reversibilitas larutan FeCl3 0,25%

Dipipet 5 mL larutan FeCl3 5%, diuapkan hingga kering

Diukur 10 mL air dingin, dicampurkan pada hasil pengeringan

VI. Hasil Pengamatan


Diamati perubahan yang terjadi, catat hasil

VI. HASIL PENGAMATAN


No Nama Bahan Berat Bahan Volume Piknometer

1 PGA 10 gram 25 ml

2 Gelatin 5 gram 25 ml

3 FeCl3 0,250 gram 25 ml

4 Aquadest − 25 ml
a. Berat piknometer kosong dan berat piknometer + bahan
No Nama Bahan Berat Pikno Kosong Berat Pikno +
Bahan
1 PGA 21,3 gram 46,4 gram
2 Gelatin 20,3 gram 46,2 gram
3 FeCl3 19,6 gram 44,9 gram
4 Aquadest 21,3 gram 46 gram

b. Volume titrasi
No Nama Bahan Volume Titrasi (ml)
1 PGA 21,5 ml
2 Gelatin 16,5 ml
3 FeCl3 12 ml

PERHITUNGAN

a. Massa Bahan [m]


1. Massa PGA
m = (Pikno + Bahan) – (Pikno Kosong)

= 46,4 gr – 21,3 gr

= 25,1 gr

2. Massa Gelatin
m = (Pikno + Bahan) – (Pikno Kosong)

= 46,2 gr – 20,3 gr

= 25,9 gr

3. Massa FeCl3
m = (Pikno + Bahan) – (Pikno Kosong)

= 44,9 gr – 19,6 gr

= 25,3 gr

4. Massa Aquadest
m = (Pikno + Bahan) – (Pikno Kosong)

= 46 gr – 21,3 gr

= 24,7 gr

b. Massa Jenis [𝝆]


1. Massa Jenis PGA
gr Bahan
𝜌 =
Volume Piknometer
25,1 gr
𝜌 =
25 ml

𝜌 = 1,004 gr/ml
2. Massa Jenis Gelatin
gr Bahan
𝜌 =
Volume Piknometer
25,9 gr
𝜌 =
25 ml

𝜌 = 1,036 gr/ml
3. Masa Jenis FeCl3
gr Bahan
𝜌 =
Volume Piknometer
25,3 gr
𝜌 =
25 ml

𝜌 = 1,012 gr/ml
4. Masa Jenis Aquadest
gr Bahan
𝜌 =
Volume Piknometer
24,7 gr
𝜌 =
25 ml

𝜌 = 0,988 gr/ml

c. Waktu [t]
1. Waktu PGA
Total jumlah waktu
𝑡 =
Banyaknya percobaan
4,51 detik + 5,38 detik + 4,76 detik
𝑡 =
3
14,6 detik
𝑡 = = 4,8 detik
3

2. Waktu Gelatin
Total jumlah waktu
𝑡 =
Banyaknya percobaan
4,51 detik + 5,38 detik + 4,76 detik
𝑡 =
3
14,6 detik
𝑡 = = 4,8 detik
3
3. Waktu FeCl3
Total jumlah waktu
𝑡 =
Banyaknya percobaan
4,05 detik + 3,60 detik + 4,39 detik
𝑡 =
3
4,1 detik
𝑡 = = 4,0 detik
3
4. Waktu Aquadest
Total jumlah waktu
𝑡 =
Banyaknya percobaan
1,8 detik + 2 detik + 1,7 detik
𝑡 =
3
5,5 detik
𝑡 = = 1,8 detik
3
d. Viskositas [η]
1. Viskositas PGA
𝑡×𝜌
η = ηo ×
𝑡𝑜 × 𝜌𝑜

4,8 × 1,004
= 0,899 ×
1,7 × 1

4,81
= 0,899 ×
1,7

= 0,899 × 2,82

= 2,5 N/m2s

2. Viskositas Gelatin
𝑡×𝜌
η = ηo ×
𝑡𝑜 × 𝜌𝑜
4,8 × 1,036
= 0,899 ×
1,7 × 1
4,97
= 0,899 ×
1,7

= 0,899 × 2,92
= 2,6 N/m2s
3. Viskositas FeCl3
𝑡×𝜌
η = ηo ×
𝑡𝑜 × 𝜌𝑜
4,0 × 1,012
= 0,899 ×
1,7 × 1
4,04
= 0,899 ×
1,7

= 0,899 × 2,37
= 2,1 N/m2

VII. PEMBAHASAN
Pada praktikum Fisika Farmasi kali ini melakukan praktikum yaitu
“Dispersi Kolloid dan Sifat-sifatnya” untuk mengetahui Stabilitas larutan
kolloid terhadap larutan elektrolit (NaCl), mengetahui Stabilitas larutan
kolloid dengan alkohol, dan mengetahui viskositas kolloid suatu larutan
dengan menggunakan viskometer brookfield. Koloid merupakan suatu
larutan yang terdiri dari suatu partikel-partikel yang terdistribusi merata
dalam suatu medium. Yang fase dispersnya memiliki ukuran partikel antara
10-5000Ao (μm). Sehingga partikel terdispernya tidak dapat dilihat oleh mata
telanjang namun dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Setiap
kelompok 1,2,3, dan 4 mendapatkan setiap sampel yang sama dengan kadar
yang masing-masing sama. Pada praktikum Fisika Farmasi yang bertemakan
“dispersi koloid dan sifat-sifatnya” ini menggunakan beberapa sample yaitu
larutan NaCl 10%, FeCl3 0,25%, gelatin 5%, dan gom arab 10%. Pada
pembuatan larutan sample sebelum praktikum dimulai, yang perlu
diperhatikan adalah penggunaan air panas saat melarutkan gelatin. Pada
pembuatan larutan NaCl, FeCl dan gom arab cukup menggunakan aquadest
tanpa pemanasan namun yang harus diperhatikan adalah pada pembuatan
larutan gom akan timbul busa/gelembung udara maka untuk pengadukan
diusahakan tidak terlalu kencang karena sifat dasar gom adalah bahan yang
mudah larut dalam air.
Larutan koloid sendiri terdiri dari 3 jenis yaitu koloid liofilik yang suka
dengan pelarutnya karena partikel terlarut banyak berinteraksi dengan
medium dispersinya. Selain koloid liofilik ada pula koloid liofobik yang tidak
suka dengan pelarutnya karena kecilnya gaya tarik menarik partikel
terlarutnya dengan medium pelarutnya. Dan ada pula koloid campuran yaitu
yang sebagian liofilik dan sebagian liofobik atau sering disebut koloid
ampifilik. Pada praktikum ini dapat kita lihat sifat tersebut pada pengujian
reversibilitas koloid, karena seperti dijelaskan diatas bahwa koloid liofilik
akan dengan mudah berinteraksi dengan pelarutnya sehingga akan mudah
membentuk koloid kembali setelah dipanaskan, sedangkan koloid liofobik
akan sulit bercampur dengan pelarutnya. Pada pengujian reversibilitas
menggunakan 3 cawan porselin yang masing-masing berisi larutan FeCl3
0,25%, gelatin 5% dan gom arab 10% sebanyak 5ml untuk tiap cawan
porselin dan kemudian dipanaskan hingga menguap dan tersisa padatannya.
Untuk menentukan sifat reversibilitasnya maka ditambahkan 10 ml air dingin,
maka setelah penambahan akan terbentuk suatu larutan. Jika larutan tersebut
kembali kebentuk semulan dan tercampur maka dapat diartikan bahwa
larutan tersebut liofilik dan sebaliknya liofobik ketika larutan tidak kembali
seperti semula (tidak tercampur kembali). Pada pengujian didapatkan bahwa
larutan FeCl3 0,25% merupakan koloid liofobik karena larutan tidak
tercampur kembali dengan hasil untuk FeCl 3 0,25% tidak terbentuk koloid
karena padatan tetap mengendap dan tidak bercampur dengan air maka hal
ini disebut Irreversible. Berbeda dengan gom arab karena penambahan
dengan air dingin terbentuk larutan koloid gom arab seperti sebelum diuapkan
sehingga dapat dikatan reversible dan dapat disimpulkan bahwa gom arab
merupaka larutan koloid liofilik.
Selanjutnya dilakukan pengujian stabiltas koloid dengan penambahan
larutan elektrolit dalam praktikum digunakan larutan NaCl 10% yang
bertujuan untuk memecah ikatan partikel dan membentuk koagulasi.
Koagulasi adalah peristiwa pengedapaan yang diakibatkan fase terdispernya
terlepas dari fase pendispernya (Martin,2008). Sample yang digunakan
adalah larutan FeCl3 0,25%, gelatin 5%, dan gom arab 10%. Kemudian
masing-masing sample dimasukan dalam erlenmeyer sebanyak 20ml dan
dititrasi dengan larutan NaCl 10% hingga timbul endapan atau perubahan
warna pada larutan yang diuji. Penentuan titik akhir titrasi adalah hal yang
harus diperhatikan karena kesalahan penentuan titik akhir titrasi akan
berpengaruh pada hasil bisa terjadi larutan yang lebih dari TAT (Titik Akhir
Titrasi) atau belum TAT sehingga akan mengganggu data yang ada. Untuk
larutan koloid liofilik diperlukan NaCl (larutan elektrolit) yang lebih banyak
dibandingkan dengan larutan koloid liofobik karena pada koloid liofilik
terdapat cincin pelindung yang mengelilingi partikel sehingga partikel koloid
lebih sulit berikatan dengan ion-ion dari larutan elektrolit dibandingkan
dengan larutan koloid liofobik yang cenderung mudah berikatan dengan ion-
ion larutan elektrolit karena tidak adanya cincin pelindung pada larutan
koloid tersebut. Namun pada pengujian didapatkan beberapa hasil yang
berbeda jika dibanding dengan dasar teori. Hasil yang diperoleh rata-rata
volume NaCl 10% yang dibutuhkan oleh kelompok 3 untuk mendapatkan
TAT gelatin 5% membutuhkan 16,5 ml. Pada gom arab 10% membutuhkan
larutan NaCl 10% sebanyak 21,5 ml, sedangkan untuk FeCl3 0,25% sebanyak
12 ml. Hal ini menunjukkan FeCl3 merupakan koloid liofobik dimana larutan
ini membutuhkan NaCl (larutan elektrolit) yang lebih sedikit dibandingkan
larutan-larutan yang tergolong koloid liofilik.
Viskometer Ostwald adalah sebuah alat yang digunakan untuk
menentukan kekentalan suatu cairan. Alat ini terbuat dari kaca yang
berbentuk U dan mampu menampung sejumlah cairan. Pada viskometer
ostwald penetapan viskositas dapat dilakukan dengan menggunakan metode
ostwald.

VIII. KESIMPULAN
1. Gelatin dan PGA merupakan koloid liofilik, FeCl3 merupakan koloid
liofobik. Hasil ini didapatkan dengan melakukan percobaan reversibilitas
koloid.
2. Semakin kecil kadar suatu zat dalam larutan koloid maka viskositas
koloidnya juga semakin kecil. Sebaliknya semakin tinggi kadar atau
konsentrasi suatu larutan maka semakin tinggi pula viskositas atau
kekentalannya.
3. Koagulasi adalah peristiwa penggumpalan yang terjadi akibat putusnya
ikatan fase terdisper dengan fase pendisper pada suatu larutan koloid, ini
terjadi akibat penambahan elektrolit (NaCl) sebagai perusak stabilitas
koloid. Dan didapatkan bahwa koloid liofil (gom arab dan gelatin) lebih
sukar dirusak karena terdapat cincin pelindung dibanding dengan koloid
liofobik (FeCl3) yang tidak memilki cincin pelindung.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Koordinator Praktikum Farmasi Fisika, 2013, Petunjuk Praktikum Farmasi
Fisika, Stifar Yayasan Farmasi, Semarang.
Martin, 2008, Farmasi Fisik, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Stoker, H. S., 1993, Introduction to Chemical Principles, Macmillan
Publishing
LAMPIRAN
1. Pembuatan larutan mucilago gum arabici 10%

2. Pembuatan larutan FeCl 0,25%

3. Pembuatan larutan gelatin 5%


4. Pembuatan larutan NaCl 10%

5. Hasil titrasi larutan gelatin 5%, FeCl 0,25%, dan PGA 10%

6. Berat piknometer kosong


7. Berat piknometer + bahan

8. Hasil reversibilitas gelatin, FeCl, dan PGA

Anda mungkin juga menyukai