Judul : Koloid
Nama : Fauzan M Rafi
NPM : 1817011081
Bandar Lampung, 11 Mei 2022
Mengetahui
, Asisten
Praktikum
Annida
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu kimia dikembangkan melalui penelitian dan percobaan. baik dalam skala
laboratorium maupun di lingkungan terbuka. Memahami kimia membutuhkan
keterampilan analisis masalah yang mendalam. Siswa tidak hanya pintar mengingat
dan menghafal simbol atau rumus kimia saja. Namun, mereka harus mampu
menerapkan konsep kimia dalam kehidupan nyata. Kendala yang dialami oleh
mahasiswa yang menguasai ilmu kimia pada umumnya adalah keterbatasan
pengetahuan dan kurangnya keterampilan dalam melakukan percobaan atau
penelitian, termasuk dalam memahami materi koloid. Siswa mengalami kesulitan
dalam menjelaskan pengertian koloid, sifat optik, sifat kinetik, sifat fisika, sifat
adsorpsi, dan sifat koagulasi. Kemampuan siswa dalam mengembangkan logika
bingkai dan inferensi logis, menggambarkan sifat-sifat koloid, terutama yang
berkaitan dengan sesuatu yang abstrak, masih sangat minim. Massa menjelaskan
arti
Efek Tyndall dan luas permukaan partikel (jarak antar partikel berukuran koloid)
tidak terlalu dalam (Supartono dkk, 2009).
Koloid merupakan salah satu bahan ajar kimia. Koloid adalah campuran dua
atau lebih zat yang salah satu fasenya tersuspensi sebagai sejumlah besar partikel
yang sangat besar
kecil pada fase kedua. Sistem koloid terdiri dari fase terdispersi dengan ukuran
tertentu dalam medium pendispersi. Zat yang terdispersi disebut fase terdispersi,
sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersi disebut medium pendispersi.
Sol adalah sistem koloid yang fase terdispersinya berupa zat padat dan medium
pendispersinya berupa zat cair atau zat padat. Jika medium pendispersinya berupa
padatan, disebut sol padat. Emulsi adalah sistem koloid di mana fase terdispersinya
adalah cairan dan medium pendispersinya adalah cairan atau padatan. Jika medium
pendispersinya berupa padatan, maka disebut emulsi padat. Beberapa emulsi (fase
terdispersi cair dan medium pendispersi cair) membentuk campuran yang kurang
stabil. Misalnya minyak dan air, setelah dikocok akan diperoleh campuran yang
langsung terpisah jika didiamkan. Emulsi semacam itu membutuhkan pengemulsi
untuk membentuk campuran yang stabil (Safriani dan Lazulva, 2021).
Partikel dalam koloid terlalu kecil untuk dilihat dengan mata atau dengan
mikroskop biasa. Namun, partikel-partikel ini dapat mempengaruhi cahaya tampak,
yang ukurannya cocok untuk menyebabkan cahaya menyebar pada sudut yang besar.
Jika konsentrasi koloid besar, hamburan cahaya akan menyebabkan larutan koloid
tampak jenuh. Jadi, cahaya tidak ditransmisikan, misalnya susu. Partikel koloid
menyebarkan cahaya yang mengenai susu. Susu kemudian diserap, sehingga tidak
diteruskan. Jika konsentrasinya lebih rendah, dispensasi koloid terlihat seperti awan
dan jika diencerkan lagi bisa lebih cerah (transparan), misalnya larutan kanji encer
akan tampak cerah. Koloid selalu mengandung dua fase yang berbeda: gas, cair, atau
padat. Pengertian fasa disini tidak sama dengan bentuk, karena ada bentuk yang sama
tetapi fasa yang berbeda, misalnya campuran air dan minyak ketika dikocok akan
melihat tetesan minyak di dalam air (Syukri, 1999).
Keadaan koloid adalah suatu keadaan antara larutan dan suspensi. Suatu
kumpulan dari beberapa ratus ataubeberapa ribu partikel yang membentuk partikel
lebih besar dengan ukuran sekitar 10 Å sampai 2 000 Å dikatakan berada dalam
keadaan koloid. Dalam suatu sistem koloid, partikel-partikel koloid terdispersi
(tersebar) dalam medium pendispersinya. Zat terdispersi maupun medium pendispersi
koloid dapat berupa zat padat, dari partikel koloid dibandingkan dengan ukuran
medium di mana partikel itu tersebar, maka disini tidak digunakan istilah zat terlarut
dan pelarut melainkan fase terdispersi dan medium pendispersi Campuran koloid
mengandungpartikel-partikel yang ukurannya berada diantara partikel zat terlarut
dalam larutanmurni dan campuran heterogen (Brady, 1992).
Sifat fisik koloid berbeda-beda tergantung dari jenis koloid. Pada koloid
hidrofobik, sifat-sifat seperti densitas, tegangan permukaan, dan viskositas hampir
sama dengan sifat medium pendispersi. Pada koloid hidrofilik karena hidrasi, sifat
fisiknya sangat berbeda dengan mediumnya. Viskositas lebih besar dan tegangan
permukaan lebih rendah. Koloid adalah bentuk campuran yang keadaannya terletak di
antara larutan dan campuran kasar. Walaupun secara makroskopis koloid tampak
homogen, tetapi koloid tergolong campuran yang heterogen. Campuran koloid
umumnya stabil dan tidak dapat disaring. Ukuran partikel koloid terletak antara 1 nm
– 100 nm. Koloid dibagi menjadi dua yaitu Koloid liofil, yaitu koloid yang suka
berkaitan dengan mediumnya sehingga sulit dipisahkan atau sangat labil sedangkan
Koloid liofob, yaitu koloid yang tidak menyukai medium sehingga cenderung
memisah, akibatnya tidak stabil (Keenan, 1984).
B. TUJUAN PERCOBAN
Adapun tujuan dari percobaan ini antara lain adalah sebagai berikut.
1. Dapat membedakan antara sistem larutan, emulsi, dan koloid.
2. Mengetahui perbedaan koloid liofil, liofob, dab pelindung.
3. Mengetahui prinsip adsorpsi.
METODE PERCOBAAN
A. ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain yaitu tabung reaksi,
pipet volume 10 mL, stopwatch, gelas ukur 100 mL, beaker gelas 200 mL, batang
pengaduk, sendok kecil, mortar, kertas saring, pipet tetes, cawan penguap, corong,
buret 50 mL, dan erlenmeyer 150 mL. Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan
ini antara lain yaitu akuades, minyak kemiri, benzena, sabun, minyak goreng/kelapa,
glatin, pati/amilum, larutan iodium 0,05 M, K4Fe(CN)6 0,02 N, FeCl3 0,02 N, FeCl3
33%, HNO3 pekat, AgNO3 0,05 N, NaCl 0,05 N, gula, arang aktif atau adsorben lain,
metil merah atau pewarna lain (alami maupun sintesis), indikator pp, dan NaOH 0,5
N.
B. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Emulsi
5%
Air
Hasil
2. Koloid
a. Koloid liofil
- Larutan gelatin 5%
5 gram gelatin
Hasil
- Larutan pati/amilum 2%
5 gram gelatin
diamati apakah waktu dingin akan terjadi gel atau tidak, dan
bila dipanaskan apakah gel tersebut akan mencair kembali.
Hasil
Hasil
b. Koloid Liofob
1.
10 mL K4Fe(CN)6 0,02 N
Hasil
2.
Hasil
c. Koloid Pelindung
Hasil
d. Adsorpsi oleh Arang 1.
dipanaskan ke dalam cawan sehingga membentuk karamel. dilarutkan dalam 100 mL air.
Sejumlah gula
ditambahkan 1 g arang aktif/norit dan didihkan selama 5 menit. disaring hingga filtrat tidak berwarna.
diulangi prosedur di atas dengan metil merah. dibandingkan hasilnya.
2.
Hasil
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini meliputi air destilasi, asam
klorida (HCl) 37%, asam sulfat (H2SO4) 96%, asam posfat (H3PO4) 85%, natrium
hidroksida (NaOH), dan etanol pro analis. Alat-alat yang digunakan meliputi
peralatan gelas, magnetic stirrer, oven, furnace, neraca digital. Nanosilika hasil
sintesis dikarakterisasi dengan instrument fourier transform infrared spectrometer
(FTIR), gas sorption analyzer (GSA), dan scanning electron microscope-energy
dispersive X-ray (SEM-EDX).
Metode Penelitian
Ekstraksi silika
Sekam padi direndam dalam air destilasi selama satu malam dan dicuci
dengan air destilasi untuk menghilangkan debu dan tanah. Sekam padi dikeringkan
dalam oven pada suhu 1100 C selama 2 jam. Sekam padi hasil pengeringan
dipanaskan dalam larutan HCl 1 M (dalam wadah air) pada suhu 750 C selama 1 jam
untuk menghilangkan pengotor ion logam. Suspensi disaring dan residu padatannya
dicuci dengan air destilasi hingga netral. Selanjutnya dilakukan pengarangan sekam
padi. Arang sekam padi difurnace pada suhu 7000 C selama 4 jam dengan laju
kenaikan suhu 50/ menit untuk memperoleh abu sekam padi. Sepuluh gram abu
sekam padi dilarutkan dalam 200 mL larutan natrium hidroksida (NaOH) 2,5 M dan
dipanaskan dalam wadah teflon selama 2 jam pada suhu 1000 C dan dihasilkan
larutan natrium silikat.
Gambar 5. menunjukkan spektra IR silika yang disintesis dari abu sekam padi
dengan variasi jenis asam sebagai reaktan dan katalis. Dilihat dari spektra IR
menunjukkan bahwa nanosilika hasil sintesis dengan asam klorida dan asam posfat
didominasi oleh gugus siloksan (Si-O-Si), hal ini ditunjukkan tidak adanya serapan
pada bilangan gelombang 900-an yang menunjukkan vibrasi ikatan gugus silanol (Si-
OH). Sementara nanosilika yang disintesis dengan katalis asam sulfat menunjukkan
adanya serapan pada bilangan gelombang 900-an.
Berdasarkan data pada Tabel terlihat bahwa dengan penggunaan asam sulfat
(H2SO4) sebagai reaktan dan katalis dalam proses sol-gel menghasilkan nanosilika
dengan luas permukaan paling besar meskipun distribusi ukuran pori dengan
penggunaan asam klorida lebih seragam, namun intensitas peaknya lebih tinggi.
Sedangkan dengan penggunaan katalis H3PO4 menghasilkan luas permukaan paling
kecil karena distribusi ukuran porinya tidak seragam dan intensitas peaknya rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Brady,J.E. 1992. Kimia Universitas Jilid. Bina Rupa Aksara.
Jakarta. Keenan.C.W. 1984. Kimia Untuk Universitas. Erlangga.
Jakarta.
Safriani, Y dan Lazulva.2021. Desain dan Uji Coba Modul Pembelajaran Kimia
Berbasis Chemo Entrepreneurship (CEP) Pada Materi Koloid. Jurnal
Pembelajaran MIPA. 1(2).
Supartono, Saptorini, dan Asmorowati, D. S. 2009. Pembelajaran Kimia
Menggunakan Kolaborasi Konstruktif dan Inkuiri Berorientasi Chemo-
Entrepreneurship. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia. 3(2).
Syukri. 1999. Kimia Dasar. ITB. Bandung.
LAMPIRAN
PERTANYAAN DAN TUGAS
1. Apa perbedaan adsorpsi dengan absorpsi?
Jawab :Absorbsi adalah proses dimana zat terserap ke dalam suatu cairan ataupun
padatan secara keseluruhan. Sedangkan, adsorpsi adalah proses dimana atom, ion
ataupun molekul melekat/terjebak di pori-pori permukaan dari adsorbent(zat
penyerap). Adsorbsi terjadi hanya pada bagian lapisan permukaan zat, sehingga
dalam prosesnya bergantung pada luas permukaan dari zat penyerap. Perbandingan
lengkap antara keduanya:
Absorbsi:
4. Apa artinya fase pendispersi dan fase terdispersi pada sistem emulsi?
Jawab : Fase terdispersi adalah zat yang mengalami penyebaran secara merata
dalam suatu zat lain, sedangkan zat yang menyebabkan terjadinya penyebaran
secara merata disebut medium pendispersi.
5. Apakah gunanya mengemulsikan suatu zat?
Jawab : Agar suatu zat dapat larut dalam air. Contohnya lemah dalam tubuh dapat
diemulsikan dengan getah empedu sehingga lemak dapat larut dalam air.
6. Apa perbedaan koloid liofil dengan koloid liofob?
Jawab : Koloid liofil merupakan koloid dengan fase terdispersi suka menarik
fase pendispersi. Hal ini disebabkan gaya tarik antara partikel-partikel fase
terdispersi dengan fase pendispersi kuat. Adapun sifat sifatnya adalah sebagai
berikut
Bersifat reversibel.
Stabil.
Koloid liofob merupakan koloid dengan fase terdispersi tidak suka menarik fase
pendispersi. Hal ini disebabkan gaya tarik antara partikel-partikel fase terdispersi
dengan fase pendispersi lemah. Adapun sifat sifatnya adalah sebagai berikut :
Daya absorpsi terhadap mediumnya lemah.
Mudah menggumpal.
Bersifat irreversibel
Kurang stabil.