PENDAHULUAN
(reaktan) direaksikan akan habis dan terbentuk zat baru (produk) dan zat baru yang
terbentuk dapat direaksikan dengan zat lain menghasilkan zat semula, dengan kata
lain kesetimbangan kimia adalah reaksi bolak balik pada saat keadaan konsentrasi
tetap tapi sebenarnya tetap terjadi reaksi (terus menerus). Kesetimbangan kimia
tercapai pada saat dua reaksi kimia yang berlawanan terjadi pada tempat dan waktu
yang sama dengan laju reaksi yang sama. Ketika sistem mencapai kesetimbangan,
dimana semua zat yang ada dalam sistem kesetimbangan memiliki fase yang sama
kesetimbangan dimana zat zat yang terlibat dalam persamaan reaksi berbeda- beda
misalnya padat dan gas. Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan
kimia zat terlarut dan pelarut, misalnya yod yang sangat rendah kelarutanya dalam
air akan tetapi dal larutan kalium iodida dapat larut dengan mudah. Hal ini
disebabkan karena yod dalam larutan kalium iodida membentuk ion kompleks
I2 + KI ↔ I3-
Tetapan kesetimbangan (Kc) adalah hasii kali antara konsentrasi hasil reaksi
kesetimbangan ini sering dilambangkan dengan K saja, karena tidak semua tetapan
reaksi I2 + KI ↔ I3- dilakukan melalui titrasi iodometri, atau titrasi yang melibatkan
iodium dalam titrasinya. Namun nilai konsentrasi masing-masing spesi ion diatas
tidak dapat ditentukan secara langsung sebab iodin terpartisi dalam air dan karbon
tetraklorida. Air dan karbon tetraklorida tidak saling bercampur dan membentuk
sistem dua lapisan. Jika ke dalam sistem dimasukkan iodin maka iodin akan
terdistribusi dalam dua fasa tersebut. Oleh karena itu, ditentukan dahulu nilai
koefisien distribusinya.
[ I 2 ] CC l 4
K=
[I 2] H 2O
Berdasarkan penjelasan diatas maka perlunya mengetahui tetapan
ksetimbangan antara yod dan kalium iodida serta campuran air dan karbon
Prinsip dari percobaan ini yaitu berdasarkan pada penentuan kelarutan Iod
konsep lain yang berkaitan seperti konsep tentang konsentrasi, gas, konsep mol dan
dalam waktu yang sangat panjang. Sebagai hasil dari kenaikan dalam suhu,
peningkatan laju difusi diamati, yang dapat mengubah tingkat kesetimbangan sistem.
struktur yang stabil dari pencapaian suatu energi minimum, yaitu, keadaan
kesetimbangan atau lebih tepatnya jumlah relative reaktan dan produk. Perubahan
Sistem gas dalam kesetimbangan. Hanya perubahan suhu yang dapat mengubah nilai
konsanta kesetimbangan. Katalis dapat mempercepat tercapainya keadaan
kesetimbangan dengan cara mempercepat laju reaksi maju dan reaksi balik. Tetapi,
(Chang, 2004).
Menurut hukum distribusi Nerst, tetapan distribusi Bila ke dalam dua pelarut
yang tidak saling bercampur dimasukkan solute yang dapat larut dalam kedua
pelarut tersebut maka akan terjadi pembagian kelarutan . kedua pelarut tersebut
umumnya pelarut organik dan pelarut air. Dalam praktek solute akan terdistribusi
dengan sendirina kedalam dua pelarut tersebut setelah diaduk dan dibiarkan terpisah.
tersebut tetap dan merupakan suatu tetapan pada suhu tetap (Biyantoro, 2013).
Carbon tetraklorida (CCl4) adalah suatu agen kimia selektif yang bersifat
hepatotoksik . CCl4 sudah digunakan secara luas untuk menginduksi kerusakan hati
triklorometil (CCl3) yaitu senyawa yang sangat reaktif disebut radikal bebas.
Senyawa radikal bebas ini membentuk ikatan kovalen dengan pospolipid membran
Kalium iodida adalah bentuk yang tidak stabil . Kalium iodida merupakan
bentuk yang tidak stabil karena kelarutannya tinggi dalam air, kandungan iodium
mudah hilang pada kondisi ekstrim,seperti cahaya, panas, dan kelembapan. Kalium
iodida juga lebih mudah hilang jika garam beriodium terpapar sinar oksidator,
bahwa berdasarkan literature, ditnjukkan bahwa iodat lebih stabil dari pada iodide
dalam fortifikasi garam. Penurunan kadar KI juga disebabkan oleh adanya reduktor
pada garam. Secara umum proses pencucian dapat mengurangi kandungan zat
(Permatasari, 2017).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
ini dilaksanakan pada hari Rabu, 14 November 2018 pukul 13.00 WITA – Selesai.
3.2.1 Alat
pipet tetes, gelas ukur 250 mL dan 100 mL, corong pisah 250 mL dan 500 mL, pipet
skala 5 mL dan 25 mL, labu erlenmeyer 250 mL, batang pengaduk, gelas kimia 50
mL, botol timbang, neraca analitik, buret 50 mL, statif dan klem, filler.
3.2.2 Bahan
dalam CCl4 kedalam dua buah corong pisah yang sudah diberi label A dan B.
Kemudian pada corong pisah A dimasukkan 200 mL air, sedangkan pada corong
pisah B dimasukkan 200 mL air dan larutan KI 0,1 M. tutup kedua corong pisah dan
lapisan CCl4 dan dimasukkan dalam erlenmeyer 250 mL. kedalam masing-masing
erlenmeyer yang sudah berisi larutan CCl4 dimasukkan 2 gram padatan KI dan 20
warna lain. Selanjutnya ambil 50 mL lapisan air dari kedua corong pisah A dan B
Botol A Botol B
Volume
lapisan air lapisan CCl4 lapisanKI lapisan CCl4
Yang di pipet 200 mL 30 mL 200 mL 30 mL
Yang di titrasi 50 mL 5 mL 50 mL 5 mL
Na-tiosulfat 7,2 mL 25,7 mL 25,9 mL 4 mL
I 2 + KI → I − + K+
3
4.3 1 Botol A
−5
Dik : mol I = 1 × 10
Dit : Kc = ¿⋅¿⋅?
25, 7mL
30 mL
KD =
7,2 mL
200 mL
0,856 mL
KD =
0,036 mL
K D = 23 , 77
4.3.2 Botol B
−5
Dik : mol I = 1 × 10
Dit : Kc = ¿⋅¿⋅?
−5
= 0,8 ¿ 10
[ I 2 ] CCl 4
[ I 2 ] bebas H2 O = KD
−5
0,8× 10
= 23,77
−5
= 0,033 ¿ 10
volume Na2 S2 O3 (H 2 O )
× mol I 2
[ I 2 + I3 ] = volume H 2 O yang dititrasi
7,2 mL
× 1 ×10−5
= 50 mL
−5
= 0,144 × 10
[I3-] =
[ I2 + I3 ] − [ I2] H2O
= - 0,111×10-5
[ I − ] setimbang = 0,1 − [ I 3 ]
= 0,1 − (−0 ,111 )
= 0,211
[ I3 ]
Kc =
[ I2 ] [ I− ]
0,033×10−5
= ( 0,8× 10−5) ( 0,211 )
−5
0 ,033×10
= 0,1688×10−5
= 0,195
4.4 Pembahasan
Kesetimbangan kimia adalah reaksi bolak balik dimana zat semula (reaktan)
direaksikan akan habis dan terbentuk zat baru (produk) dan zat baru yang terbentuk
dapat direaksikan dengan zat lain menghasilkan zat semula, dengan kata lain
kesetimbangan kimia adalah reaksi bolak balik pada saat keadaan konsentrasi tetap
tapi sebenarnya tetap terjadi reaksi (terus menerus). Kesetimbangan kimia tercapai
pada saat dua reaksi kimia yang berlawanan terjadi pada tempat dan waktu yang
sama dengan laju reaksi yang sama. Ketika sistem mencapai kesetimbangan, jumlah
kesetimbangan., atau lebih tepatnya jumlah relative reaktan dan produk. Perubahan
tekanan dan volume kemungkinan memberikan pengaruh yang sama terhadap
system gas dalam kesetimbangan. Hanya perubahan suhu yang dapat mengubah nilai
kesetimbangan dengan cara mempercepat laju reaksi maju dan laju reaksi balik.
kesetimbangan.
kesetimbangan reaksi I2. Hal ini ditentukan dengan terlebih dahulu menentukan
kelarutan yod dalam pelarut tertentu. Dalam percobaan ini digunakan pelarut air dan
KI 0,1 M. Mula-mula larutan I2 jenuh dalam CCl4 dimasukkan kedalam dua corong
pisah A dan B pada corong pisah A dimasukkan air sebanyak 200 mL. selanjutnya
agar yod terdistribusi sempurna ke dalam 2 fasa yaitu fasa polar dan fasa non polar,
sehingga pada suhu tetap angka perbandingan konsentrasinya konstan. Tujuan yod
terganggu pada saat diguncangkan atau biasa disebut dengan pengaturan diri
sehingga akan mencapai kesetimbangan fasa polar dan fasa non polar, data
pengamatan, terbentuk dua lapisan yaitu lapisan air dan lapisan CCl4. Ini
menunjukkan bahwa air dan CCl4 tidak saling melarutkan. Hal ini disebabkan karena
perbedaan sifat kimia dari air dan CCl4, dimana air bersifat polar sedang CCl4
bersifat non polar. Massa jenis senyawa yang bersifat polar lebih kecil dibandingkan
senyawa non polar. Kedua senyawa ini tidak bercampur membentuk suatu larutan
melainkan hanya bercampur sesaat dan kemudian membentuk dua lapisan dimana
CCl4 pada lapisan bawah dan air berada pada lapisan atas.
terlihat bahwa KI larut dalam air. Kelarutan yod dalam KI ini sangatlah rendah.
Dalam pencampurannya dalam KI, yod akan membentuk ion kompleks triyodida.
Kemudian setelah mengetahui perbedaan kelarutan yod dalam air dan CCl 4,
pengeluaran I2 yang larut dalam CCl4, larutan KI akan bereaksi dengan air dan
membentuk basa kuat dengan terionisasi secara sempurna. Mengingat bahwa yod
mudah menguap, maka larutannya harus dilakukan dengan bantuan zat baku utama
yaitu Na2S2O3 0,02M melalui proses titrasi. Larutan natrium tiosulfat berfungsi
sebagai larutan standar dan mengetahui adanya yod dalam larutan maka diadakan
indikator amilum yaitu untuk mengidentifikasi adanya yod yang ditandai dengan
adanya perubahan warna biru. Namun pada percobaan yang dilakukan tidak terjadi
perubahan warna biru melainkan berwarna bening hal ini bisa jadi dikarenakan
indikator amilum iod yang mudah menguap. Sebaiknya penambahan amilum
dilakukan saat mendekati titik akhir titrasi hal ini dimaksudkan agar amilum tidak
membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar dititrasi untuk kembali ke
senyawa semula. Proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan
sifat I2 yang mudah menguap. Titrasi dinyatakan tidak berhasil karena pada labu
4.1 Kesimpulan
adalah perbandingan hasil kali molaritas reaktan dengan hasil kali molaritas produk
perbandingan kosentrasi kesetimbangan zat dalam dua pelarut yang berbeda yang
4.2 Saran
Diharapkan pada percobaan ini pada saat titrasi agar lebih teliti melihat titik
akhir titrasi dan penambahan indikator nya agar percobaan yang dilakukan dapat
sesuai dengan apa yang diharapkan dan sebaiknya penggunaan indikator bisa dengan
indikator lain agar dapat memperoleh warna biru pada akhir titrasi.
DAFTAR PUSTAKA
Arabczyk W., Pelka R., Jesinska I., 2014. Extended Surface of Materials as a Result
of Chemical Equilibrium. Journal of Nanomaterials. Vol 10 (5).
Biyantoro Dwi, M.V. Purwani., 2013. Optimasi Pemisahasn Zr-Hf Dengan Cara
Ekstraksi Memakai Solven Topo. J.Tek.Bhn.Nukl. Vol 9 (1).
Maharani Y. T., Effendy, Yahmin. 2016. Kajian Dual Situated Learning Model
(DSLM) untuk Mengatasi Miskonsepsi Kesetimbangan Kimia. Jurnal
Semnas Pendidikan IPA Pascasarjana UM. Vol 1 (2).
Permatasari S. M., Siti H., Slamet I., 2017. Stabilitas Kadar Iodium Dalam Garam
Fortifikasi Kalium Iodida (KI) Menggunakan NaFeEDTA.Darussalam
Nutrition Journal.vol 1 (1).
PROSEDUR KERJA
Corong A
Hasil pengamatan
Corong B
Hasil pengamatan