Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN AKHIR

LABORATORIUM KIMIA DASAR


KIMIA FISIKA

ADSORBSI ISOTERM FREUNDLICH

Oleh:
Nama : Theresia Wijayanti Marpaung
Kelompok : V (lima)
Kelas : II-A

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
2009
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
LABORATORIUM KIMIA DASAR

ADSORBSI ISOTERM FREUNDLICH

Disusun oleh:
Nama : Theresia Wijayanti Marpaung
Kelompok : V (lima)
Kelas : II-A

Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal .......... Juli 2009

Mengetahui, Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Kimia Kepala Laboratorium Kimia Dasar

Alwathan,ST M.Si Syarifuddin Oko, S.Si


NIP. 132 300 246 NIP. 132 315 935
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA
LABORATORIUM KIMIA DASAR

ADSORBSI ISOTERM FREUNDLICH

Disusun oleh:
Nama : Theresia Wijayanti Marpaung
Kelompok : V (lima)
Kelas : II-A

Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal ..Juli 2009

Mengesahkan dan menyetujui,

Kepala Laboratorium Kimia Dasar, Dosen Pembimbing,

Syarifuddin Oko, S.Si Fitriyana, S.Si


NIP. 132 315 935 NIP. 132 307 495
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan kekuatan dan
kemampuan kepada penulis dan orang orang disekelilingnya, sehingga laporan
akhir ini dapat diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Bapak Syarifuddin Oko, S.Si., selaku Kepala Laboratorium Kimia Dasar.
2. Ibu Fitriyana, S.Si., selaku dosen pembimbing praktikum.
3. Orang tua penulis yang telah memberi semangat untuk menyelesaikan
penulisan laporan ini
4. Teman - teman penulis yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini
Penulis menyadari bahwa laporan akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang positif agar
laporan akhir ini menjadi lebih baik dan berguna di masa mendatang.
Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini, mampu memberikan
manfaat.

Samarinda, 10 Juli 2009

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan......................................................................................1

1.2. Dasar Teori................................................................................................1

1.2.1. Adsorbsi.............................................................................................1

1.2.2. Adsorbsi Fisika dan Adsorbsi Kimia.................................................4

1.2.3. Adsorben............................................................................................5

1.2.4. Titrasi.................................................................................................6

1.2.5. Indikator PP........................................................................................7

BAB II METODOLOGI

2.1. Alat dan Bahan..........................................................................................8

2.1.1. Alat yang digunakan..........................................................................8

2.1.2. Bahan yang digunakan.......................................................................8

2.2. Safety Alat dan Bahan...............................................................................8

2.3. Prosedur Kerja...........................................................................................8

BAB III PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

3.1. Data Pengamatan.....................................................................................10

3.2. Data Hasil Perhitungan............................................................................10

3.3. Pembahasan.............................................................................................11

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan..............................................................................................14

4.2. Saran........................................................................................................14

ii
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii
1
ACC,
Tgl, Fitriyana, S.Si
Nip. 132 307 495

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan


- Menentukan besarnya tetapan adsorbsi isoterm freundlich.
- Mempraktekkan konsep mol.

1.2. Dasar Teori

1.2.1. Adsorbsi
Adsorbsi adalah peristiwa penyerapan zat pada permukaan zat lain.
Zat yang diserap disebut adsorbat sedangkan zat yang menyerap disebut
adsorben. Kecuali zat padat, adsorben dapat berupa cair, karena adsorbsi
dapat terjadi antara zat padat dengan zat cair, zat padat dengan gas, zat cair
atau gas dengan zat cair.
Peristiwa adsorbsi ini disebabkan oleh gaya tarik molekul molekul
di permukaan adsorben. Adsorbsi berbeda dengan absorbsi, karena pada
absorbsi zat yang diserap masuk ke dalam absorben, misalnya absorbsi air
oleh sponge atau uap air oleh CaCl2 anhidrous. Berkat selektivitasnya yang
tinggi, proses adsorbsi sangat sesuai untuk memisahkan bahan dengan
konsentrasi yang kecil dari campuran bahan lain yang berkonsentrasi
tinggi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi adsorbsi antara lain:
- Perbedaan konsentrasi
- Luas permukaan ukuran partikel
- Ukuran molekul
- Tekanan (gas)
- Viskositas (cairan)
- Porositas

2
Sedangkan contoh contoh adsorbsi adalah sebagai berikut:
- Pengeringan udara atau gas gas lain,
- Pemisahan bahan yang mengandung racun atau yang berbau busuk dari
udara buang,
- Pengambilan kembali pelarut dari udara buang,
- Penghilangan warna larutan (sebelum kristalisasi),
- Pemisahan bahan organik dari air (bersamaan dengan pemisahan
pengotor berbentuk koloid yang sukar disaring).
Ada dua jenis adsorbsi, yaitu adsorbsi fisika dan adsorbsi kimia. Pada
adsorbsi fisika, adsorbsi disebabkan oleh gaya van der waals yang ada di
permukaan adsorben. Panas dari adsobsi fisika biasanya lebih rendah dan
lapisan yang terjadi pada permukaan zat adsorben lebih dari satu molekul,
contoh zat warna (adsorbat) oleh arang aktif (adsorben).
Pada adsorbsi kimia, terjadi reaksi antara zat yang diserap dan
adsorbennya, contoh hidrogen dan platinum. Lapisan molekul pada
permukaan adsorbennya hanya satu lapis dan panas adsorbsinya tinggi.
Ada dua persamaan yang sering digunakan untuk menjelaskan proses
adsorbsi pada permukaan zat padat, yaitu persamaan adsorbsi isoterm
Langmuir dan persamaan adsorbsi isoterm Freundlich.

1.1.1. Persamaan Adsorbsi Isoterm Langmuir


Persamaan ini berlaku untuk adsorbsi lapisan tunggal (monolayer)
pada permukaan zat yang homogen. Persamaan isoterm adsorpsi
Langmuir dapat diturunkan secara teoritis dengan menganggap
terjadinya kesetimbangan antara molekul-molekul zat yang diadsorbsi
pada permukaan adsorben dengan molekul molekul zat yang tidak
teradsorpsi. Persamaan isoterm tersebut adalah sebagai berikut:

dimana,
c = konsentrasi molekul zat terlarut yang bebas (dalam larutan).
x = jumlah mol zat yang teradsorbsi oleh m gram adsorben.

3
a = tetapan.
x/m = kapasitas monolayer.
Kurva isoterm freundlich adalah sebagai berikut:

1.1.2. Persamaan Adsorbsi Isoterm Freundlich


Isoterm freundlich adalah persamaan empiris yaitu tidak dapat
diturunkan secara teoritis. Persamaan isoterm tersebut adalah sebagai
berikut:

dimana,
n = tetapan empiris.
m = massa adsorben.
k = tetapan.
c = konsentrasi adsorbat yang tersisa dalam kesetimbangan.
Persamaan isoterm di atas berdasarkan asumsi bahwa adsorben
mempunyai permukaan yang heterogen dan tiap molekul mempunyai
potensi penyerapan yang berbeda beda. Untuk rentang konsentrasi
yang kecil dan campuran yang cair, isoterm adsorbsi dapat digambarkan
dengan persamaan empirik yang dikemukaan oleh Freundlich tersebut.
Dari persamaan tersebut, jika konsentrasi dalam kesetimbangan di
plot sebagai ordinat dan konsentrasi adsorbat sebagai absis pada
koordinat logaritmik, akan diperoleh gradien n dan intersep k.

4
Kurva adsorbsi isoterm freunlich adalah sebagai berikut:

Dari isoterm ini akan diketahui kapasitas adsorben dalam menyerap air.
Isoterm ini akan digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan
karena dengan isoterm ini dapat ditentukan efisiensi dari adsorben. Hal
hal yang dapat dilihat dari kurva isoterm ini adalah sebagai berikut:
a. Kurva isoterm yang cenderung datar. Artinya, isoterm yang
digunakan pada kapasitas konstan melebihi daerah kesetimbangan.
b. Kurva isoterm yang curam. Artinya, kapasitas adsorbsi meningkat
seiring dengan meningkatnya konsentrasi kesetimbangan.

1.2.2. Adsorbsi Fisika dan Adsorbsi Kimia


Telah diketahui bahwa proses adsorbsi terjadi karena
ketidakseimbangan gaya pada permukaan atau melekatnya atom atau
molekul suatu zat pada permukaan zat lain. Makin bersih suatu permukaan
makin mudah zat teradsorbsi. Bila zat teradsorbsi tidak dapat dibedakan
dengan zat pengadsorbsinya disebut sorbsi.

Tabel 1.2.2.1. Perbedaan Adsorbsi Fisika dan Adsorbsi Kimia.


Uraian Adsorbsi Fisika Adsorbsi Kimia
Gaya tarik atom / Gaya van der waals. Ikatan kimia.
molekul.
Proses melekatnya Reversible Irreversible
atom / molekul.
Proses Berlangsung pada Berlangsung pada
temperatur rendah. temperatur tinggi.
Laju adsorbsi Tidak memerlukan Memerlukan energi
energi aktivasi aktivasi.
Contoh Penerapan - Penentuan luas - Katalis

5
permukaan, - Korosi
- Pemurnian gas,
- Penukaran ion.
1.2.3. Adsorben
Adsorben adalah bahan padat dengan luas permukaan dalam yang
sangat besar. Permukaan yang luas ini terbentuk karena banyaknya pori
yang halus pada padatan tersebut. Adsorben yang sering digunakan adalah
karbon aktif, silika gel, tanah kelentang dan aluminium oksida.
a. Karbon Aktif
Karbon aktif dibuat bahan organik yang dapat dikarbonisasi
misalnya kayu, humus, batu bara cokelat dan tempurung kelapa.
Untuk mengetahui masalah adsorbsi yang begitu beragam, diperlukan
berbagai jenis karbon aktif, misalnya:
- Karbon aktif untuk adsorbsi gas dan uap dalam skala teknik.
- Karbon penghilang warna untuk meniadakan warna (maupun
untuk menjernihkan dan memperbaiki rasa) cairan.
- Karbon topeng gas untuk membersihkan udara bagi pernafasan
dari gas dan uap yang mengandung racun.
- Karbon pembersih air untuk pengolahan air minum.
- Karbon obat untuk tujuan terapi.
Dari segi bentuknya, karbon aktif terbagi atas karbon cetak (misalnya
granulat berbentuk silinder), karbon bongkahan (bentuknya tidak
teratur), dan karbon serbuk. Karena sifatnya yang hidrofobik, karbon
aktif khususnya sangat sesuai untuk adsorbsi pelarut yang tidak
bercampur dengan air (misalnya benzena). Untuk tujuan penggunaan,
seringkali diameter pori dari karbon aktif menjadi dasar pemilihan.
Misalnya untuk adsorbsi bahan bermolekul besar digunakan jenis
karbon dengan pori lebar. Untuk bahan bermolekul kecil digunakan
karbon berpori halus.
b. Silika Gel

6
Silika gel terdiri atas SiO2 yang berbentuk kolodial hampir tidak
mengandung air dan mempunyai banyak pori yang halus, kemampuan
adsorbsi terhadap uap air sangat besar, karena itulah seringkali
digunakan untuk pengeringan gas yang lembab. Silika gel yang
digunakan untuk menjaga kemasan dan instrumen yang peka terhadap
kelembapan disebut sebagai sel biru. Silika gel diregenerasi dengan
cara pemanasan 120oC 180oC.

1.2.4. Titrasi
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat
dengan menggunakan zat lain yang telah diketahui konsentrasinya. Dalam
titrasi dikenal istilah titran dan titrat. Titran adalah zat yang
konsentrasinya telah diketahui dan biasanya dimasukkan ke dalam buret,
sedangkan titrat adalah zat yang akan ditentukan kadarnya.
Titrasi Asam Basa (alkalimetri asidimetri).
Reaksi dasar dalam metode ini adalah reaksi netralisasi / penetralan,
yaitu reaksi asam basa yang dinyatakan dalam persamaan reaksi berikut:
H+ + OH- H2O
Ada dua jenis titrasi asam basa, yaitu alkalimetri dan asidimetri.
Alkalimetri adalah beberapa ml larutan basa dengan kadar tertentu
digunakan untuk menetralkan suatu larutan asam yang kadarnya dicari.
Asidimetri adalah beberapa ml larutan asam dengan kadar tertentu
digunakan untuk menetralkan larutan basa yang kadarnya dicari. Pada
titrasi asam basa, dikenal istilah:
a. Titik ekuivalen : keadaan dimana asam dan basa tepat habis
bereaksi.
b. Titik akhir titrasi : saat dimana titrasi harus dihentikan saat terjadi
perubahan warna.

1.2.5. Indikator PP
Indikator PP atau fenolftalein merupakan asam diprotik dan tidak
berwarna. Indikator ini terurai dahulu menjadi bentuk tidak berwarnanya

7
kemudian dengan hilangnya proton kedua menjadi ion dengan sistem
terkonjugat menghasilkan warna merah. Indikator PP memiliki rentang pH
8,0 9,6 dengan perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah.

8
BAB II
METODOLOGI

2.1. Alat dan Bahan

2.1.1. Alat yang digunakan


- Erlenmeyer 100 ml - Bulp
- Spatula - Kertas Saring Whatman
- Pipet Volume 5 ml, 25 ml No. 40
- Neraca Digital - Corong
- Buret - Gelas Kimia 100 ml
- Statip dan Klem - Botol Semprot

2.1.2. Bahan yang digunakan


- Larutan H2C2O4 (0,1 M; 0,2 M; 0,3 M)
- Larutan NaOH 0,1 M
- Indikator PP
- Karbon Aktif
- Aquadest

2.2. Safety Alat dan Bahan


- Menggunakan jas lab dalam praktikum untuk keselamatan dan
kenyamanan praktikan.
- Menggunakan sarung tangan untuk menghindari kontak langsung
dengan bahan-bahan bersifat korosif, pekat, dan sebagainya.
- Menggunakan masker untuk menghindari gas-gas yang bersifat toxic
dan sejenisnya.

2.3. Prosedur Kerja

2.2.1. Adsorbsi Asam Oksalat oleh Karbon Aktif

Menimbang 2 gram karbon aktif,

9
Memasukkan karbon aktif ke dalam erlenmeyer 100 ml.

Menambahkan 25 ml larutan H2C2O4 0,3 M ke dalam erlenmeyer.

Mengaduk campuran selama 25 menit.

Menyaring campuran dengan kertas saring Whatman no. 40,


menampung filtratnya dalam gelas kimia.

Memipet filtrat sebanyak 5 ml, memasukkannya ke dalam erlenmeyer


100 ml.

Menambahkan 3 tetes indikator PP.

Menitrasi dengan NaOH 0,1 M untuk H2C2O4 0,3 M; 0,2 M dan 0,1 M.

Melakukan titrasi secara duplo.

2.2.2. Penentuan Konsentrasi H2C2O4 sebenarnya

Memipet masing masing 5 ml dari H2C2O4 0,3 M; 0,2 M dan 0,1 M.

Memasukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml.

Menambahkan 3 tetes indikator PP.

Menitrasi larutan H2C2O4 dengan larutan NaOH 0,1 M.

Melakukan titrasi secara duplo.

BAB III
PENGOLAHAN DATA

10
3.1. Data Pengamatan

Tabel 3.1.1. Pengamatan Titrasi Penentuan Konsentrasi H2C2O4 sebenarnya.


[H2C2O4] Volume Volum NaOH
[NaOH]
kira - kira H2C2O4 I II
0,3 M 5 ml 0,1 M 32,3 ml 32,1 ml
0,2 M 5 ml 0,1 M 21 ml 21,1 ml
0,1 M 5 ml 0,1 M 10,9 ml 11 ml

Tabel 3.1.2. Pengamatan Titrasi Penentuan Konsentrasi H2C2O4 setelah


adsorbsi.
[H2C2O4] Massa Volume Volume NaOH
[NaOH]
kira - kira Arang H2C2O4 I II
0,3 M 5,0001 g 5 ml 0,1 M 22,8 ml 23 ml
0,2 M 5,0001 g 5 ml 0,1 M 15,2 ml 15,1 ml
0,1 M 5,0000 g 5ml 0,1 M 5,9 ml 6 ml

Waktu penyerapan = 25 menit

Volume H2C2O4 awal yang diadsorbsi = 25 ml

3.2. Data Hasil Perhitungan


Massa
x [H2C2O4] setelah
Arang
(mol) adsorbsi (c)
(m)
6,905 0,229 M 2,001 g 3,4525 -0,6402 0,5381
4,4925 0,1515 M 2,001 g 2,2453 -0,8196 0,3512
2,4275 0,0595 M 2,000 g 1,2137 -1,2137 0,0841

Dari grafik antara log c dan log diperoleh persamaan garis:

11
3.3. Pembahasan
Pada praktikum Adsorbsi Isoterm Freundlich ini bertujuan untuk
menentukan besarnya tetapan adsorbsi isoterm Freundlich dan
mempraktekkan konsep mol. Adsorbsi adalah peristiwa penyerapan suatu
zat dikarenakan gaya tarik menarik molekul molekul di permukaan
adsorben.
Prinsip dasar pada percobaan ini, peristiwa adsorbsi ditandai dengan
berkurangnya konsentrasi zat yang terserap (H2C2O4) dari konsentrasi zat
sebenarnya, dengan H2C2O4 sebagai adsorbat dan arang aktif sebagai
adsorben. Untuk menentukan konsentrasi H2C2O4 maka dilakukan titrasi.
Larutan yang bertindak sebagai titrat adalah H 2C2O4 dengan konsentrasi
yang berbeda beda dan larutan NaOH 0,1 M sebagai titrannya
Proses pengadukan bertujuan agar proses penyerapan antara adsorben
dan adsorbetnya berjalan cepat dan sempurna. Dimana kesetimbangan akan
tercapai setelah partikel-partikel tersebut memenuhi seluruh pori-pori arang
yang bertindak sebagai adsorben.
Untuk menentukan konsentrasi H2C2O4 maka dilakukan titrasi. Larutan
yang bertindak sebagai titrat adalah H2C2O4 dengan konsentrasi yang
berbeda beda dan larutan NaOH 0,1 M sebagai titrannya. Reaksi yang
terjadi adalah:
H2C2O4 + 2 NaOH Na2C2O4 + 2H2O
Sebagai petunjuk dimana reaksi telah mencapai kesetimbangan maka
digunakan suatu indikator yaitu indikator PP.
Dari hasil perhitungan pada percobaan dengan proses pengadukan
selama 25 menit diperoleh grafik dengan persamaan y = mx + c dimana y

adalah harga dari log sedangkan x adalah harga dari log c. Dari grafik

12
fungsi log c melawan log diperoleh persamaan garis:

Dengan nilai k sebesar 10,311 dan n sebesar 1,2937.

Sedangkan pada proses pengadukan selama 40 menit diperoleh grafik fungsi

log c melawan log diperoleh persamaan garis:

Proses adsorbsi isoterm Freundlich dipengaruhi oleh massa dari karbon


aktif yang digunakan dan lamanya waktu pengadukan. Semakin banyak
massa karbon aktifnya, maka jumlah mol H2C2O4 yang terserap semakin
besar karena makin banyak partikel adsorbat yang menempel pada
adsorbennya. Sehingga konsentrasi H2C2O4 setelah adsorbsi akan semakin
kecil. Jadi, proses adsorbsi tidak mengurangi volume larutan adsorbat tetapi
hanya mengurangi konsentrasi adsorbat. Variasi massa dari karbon aktif
yang digunakan dapat mempengaruhi besarnya nilai tetapan adsorbsi
isoterm freundlich karena pada persamaan adsorbsi isoterm freundlich
terlihat bahwa massa berbanding terbalik dengan besarnya tetapan adsorbsi
isoterm freundlich. Jadi, semakin banyak massa karbon aktif yang
digunakan, semakin kecil nilai dari tetapan adsorbsi isoterm freundlich.
Sedangkan semakin lama proses pengadukan dilakukan, maka konsentrasi
dari H2C2O4 yang tersisa semakin berkurang karena semakin banyak pula
H2C2O4 yang terserap dalam arang aktif.
Pada grafik 1 dan grafik 2 yang terdapat pada lampiran II terlihat bahwa
proses pengadukan selama 40 menit menghasilkan nilai tetapan adsorbsi
isoterm freundlich yang lebih kecil dibanding dengan proses adsorbsi
dengan waktu pengadukan 25 menit. Hal ini dikarenakan pada pengadukan
selama 40 menit lebih banyak mol H 2C2O4 yang terserap dalam arang aktif.
Sesuai dengan persamaan adsorbsi isoterm freundlich bahwa jika jumlah
mol H2C2O4 yang terserap semakin banyak, maka konsentrasi H2C2O4 yang
tersisa setelah adsorbsi semakin kecil. Konsentrasi H 2C2O4 yang tersisa

13
setelah proses adsorbsi berlangsung berbanding lurus dengan besarnya
tetapan adsorbsi isoterm freundlich, sehingga nilai tetapan adsorbsi isoterm
freundlich pada pengadukan selama 40 menit lebih kecil. Namun, ada
kalanya karbon aktif yang digunakan mengalami kejenuhan dimana karbon
aktif tidak dapat menyerap H2C2O4 lagi. Pada saat dalam keadaan kejenuhan
karbon aktif dapat melepas kembali asam oksalat yang telah diserap. Proses
ini dikenal sebagai deadsorbsi.

14
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan

a. Persamaan garis dari grafik adalah .

b. Dari persamaan grafik diperoleh nilai n sebesar 1,2937 tetapan adsorbsi


isoterm Freundlich sebesar 10,311.

4.2. Saran
a. Pada saat melakukan titrasi dibutuhkan ketelitian untuk mengetahui
perubahan warna dan volume yang digunakan pada saat titrasi.
b. Memahami prinsip dasar adsorbsi sebelum melakukan praktikum.
c. Dalam penimbangan karbon aktif diharapkan sesuai dengan prosedur
kerja agar hasil perhitungan yang didapat akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Bernasconi, G. dkk. 1999. Teknologi Kimia Jilid 2. Jakarta: PT. Pradhya Paramita.

Tim Laboratorium Kimia Dasar. 2009. Penuntun Praktikum Kimia Fisika.


Samarinda: Politeknik Negeri Samarinda

http://SMK3ae.wordpress.com/2008/13/03/isoterm-adsorbsi.

http://www.damandiri.or.id/file/nyomansukartaipbbab2.
LAMPIRAN I

Perhitungan
Volume NaOH untuk standarisasi H2C2O4.
a) H2C2O4 0,3 M.

= 32,2 ml
b) H2C2O4 0,2 M.

= 21,05 ml
c) H2C2O4 0,1 M.

= 10,95 ml

Volume NaOH untuk titrasi H2C2O4 setelah penyerapan.


a) H2C2O4 0,322 M.
= 22,9 ml
b) H2C2O4 0,210 M.

= 15,15 ml
c) H2C2O4 0,1095 M.

= 5,95 ml

Konsentrasi H2C2O4 sebelum adsorbsi.


a) H2C2O4 0,3 M.
V H2C2O4 . N H2C2O4 = V NaOH . N NaOH
5 . M H2C2O4 . 2 = 32,2 . 0,1 . 1
M H2C2O4 = 0,322 M
b) H2C2O4 0,2 M.
V H2C2O4 . N H2C2O4 = V NaOH . N NaOH
5 . M H2C2O4 . 2 = 21,05 . 0,1 . 1
M H2C2O4 = 0,210 M
c) H2C2O4 0,1 M.
V H2C2O4 . N H2C2O4 = V NaOH . N NaOH
5 . M H2C2O4 . 2 = 10,95 . 0,1 . 1
M H2C2O4 = 0,1095 M
Konsentrasi H2C2O4 setelah adsorbsi.
a) H2C2O4 0,322 M.
V H2C2O4 . N H2C2O4 = V NaOH . N NaOH
5 . M H2C2O4 . 2 = 22,9 . 0,1 . 1
M H2C2O4 = 0,229 M
b) H2C2O4 0,210 M.
V H2C2O4 . N H2C2O4 = V NaOH . N NaOH
5 . M H2C2O4 . 2 = 15,15 . 0,1 . 1
M H2C2O4 = 0,1515 M
c) H2C2O4 0,1095 M.
V H2C2O4 . N H2C2O4 = V NaOH . N NaOH
5 . M H2C2O4 . 2 = 5,95 . 0,1 . 1
M H2C2O4 = 0,0595 M

Penentuan jumlah mol H2C2O4 yang diserap karbon aktif.


a) H2C2O4 0,322 M.
V H2C2O4 awal = 25 ml V H2C2O4 akhir = 5 ml
M H2C2O4 awal = 0,322 M H2C2O4 akhir = 0,229
M M
mol awal = 8,05 mol akhir= 1,145
mol mol
x = mol awal mol akhir
= (8,05 1,145) mol
= 6,905 mol
b) H2C2O4 0,210 M.
V H2C2O4 awal = 25 ml V H2C2O4 akhir = 5 ml
M H2C2O4 awal = 0,210 M H2C2O4 akhir =
M 0,1515 M
mol awal = 5,25 mol akhir= 0,7575
mol mol
x = mol awal mol akhir
= (5,25 0,7575) mol
= 4,4925 mol
c) H2C2O4 0,1095 M.
V H2C2O4 awal = 25 ml V H2C2O4 akhir = 5 ml
M H2C2O4 awal = M H2C2O4 akhir =
0,1095 M 0,0595 M
mol awal = 2,725 mol akhir= 0,2975
mol mol
x = mol awal mol akhir
= (2,725 0,2975) mol
= 2,4275 mol
LAMPIRAN II

Grafik 1. Grafik Adsorbsi Isoterm Freundlich dengan waktu


pengadukan 25 menit.

Massa
x [H2C2O4] setelah
Arang
(mol) adsorbsi (c)
(m)
6,905 0,229 M 2,001 g 3,4525 -0,6402 0,5381
4,4925 0,1515 M 2,001 g 2,2453 -0,8196 0,3512
2,4275 0,0595 M 2,000 g 1,2137 -1,2137 0,0841
Grafik 2. Grafik Adsorbsi Isoterm Freundlich dengan waktu
pengadukan 40 menit.

Massa
x [H2C2O4] setelah
Arang
(mol) adsorbsi (c)
(m)
3.460
6,92 0,226 M 2,000g
2 -0.6459 0.5391
2.295
4,59 0,1345 M 2,000 g
1 -0.8713 0.3608
1.228
2,4575 0,056 M 2,000 g
9 -1.252 0.0895
LAMPIRAN III
Gambar Alat

Neraca Digital Buret Botol Semprot

Gelas Kimia Pipet Volum Corong

Bulp Kertas Saring Spatula

Erlenmeyer

Anda mungkin juga menyukai